Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB III
HUKUM KIRCHOFF

3.1. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum kali ini adalah menyelidiki hubungan arus datang
dan arus pergi pada suatu percabangan.
3.2. Dasar Teori
Pada peralatan listrik, kita biasa menjumpai rangkaian listrik yang
bercabang - cabang. Untuk menghitung besarnya arus listrik yang mengalir pada
setiap cabang yang dihasilkan oleh sumber arus listrik. Gustav Kirchoff (18241887) mengemukakan dua aturan hukum yang dapat digunakan untuk membantu
perhitungan tersebut. Hukum Kirchoff 1 disebut hukum titik cabang dan hukum
Kirchoff 2 disebut hukum loop.
Sesuai hukum Kirchoff 1 yang berbunyi pada rangkaian listrik
bercabang, jumlah kuat arus yang masuk pada suatu titik percabangan sama
dengan jumlah arus yang keluar dari titik itu. Hal di atas mengenai percobaan
dengan hasil yang berbeda maka disebabkan karena adanya kesalahan pada
pembacaan alat. Pada titik P dengan tegangan 6 volt dan 12 volt serta titik Q
dengan tegangan 3 volt dan 9 volt sama, dengan artian tidak terjadi kesalahan.
Hukum I Kirchoff berbunyi sebagai berikut. Pada rangkaian listrik bercabang
jumlah kuat arus yang masuk pada suatu titik percabangan sama dengan jumlah
arus yang keluar dari titik itu. Hukum Kirchoff pada rangkaian seri, selisih
tegangan sumber dengan jumlah tegangan jatuh pada masing - masing sumber
dengan jumlah tegangan jatuh pada masing - masing beban adalah 0, sedangkan
pada rangkaian paralel, jumlah arus yang mengalir menuju satu titik sama
dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
Tidak semua jaringan dapat disusutkan sehingga menjadi kombinasi seri
paralel yang sederhana. Salah satu contoh ialah jaringan yang resistor resistornya dihubung silangkan, seperti dalam gambar 3.1 yang mengandung
sumber - sumber asas lain untuk menghitung arus dalam jaringan - jaringan ini,
Khairul Akbar
H1C112035

22

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

karena ada beberapa metode yang memungkinkan kita memecahkan soal seperti
ini secara sistematis.
Hukum Kirchoff I atau biasa disebut hukum titik cabang didasarkan pada
kekuatan muatan yang telah digunakan untuk menurunkan resistor paralel.
Hukum ini menyatakan bahwa pada setiap titik cabang jumlah semua arus yang
masuk cabang harus sama dengan arus yang keluar. Hukum titik cabang Kirchoff
didasarkan pada kekekalan muatan. Muatan yang dimasuki sebuah titik cabang
harus keluar tidak ada yang hilang atau diambil.
Kita definisikan dahulu dua istilah. Titik cabang dalam jaringan ialah
sebuah titik dimana tiga atau lebih konduktor bertemu. Lintasan tertutup dalam
gambar 3 misalnya titik a, d, e dan b merupakan titik cabang, tetapi c dan f
bukan. Dalam gambar 3 hanya ada dua titik cabang, yaitu a dan b. Hukum
Kirchoff terdiri atas 2 kaidah, yaitu :
1. Kaidah titik cabang hasil penjumlahan aljabar tiap arus yang menuju
sembarangan titik cabang sama dengan 0. I = 0
2. Kaidah lintasan tertutup hasil penjumlahan aljabar GGL dalam sembarangan
lintasan tertutup sama dengan hasil penjumlahan aljabar hasil kali IR dalam
lintasan tertutup yang bersangkutan = IR
Dalam jaringan yang rumit, dalam mana banyak tersangkut besaran yang
tidak diketahui, kadang - kadang sukar untuk mengetahui cara merumuskan
persamaan yang berdiri sendiri dalam jumlah yang cukup untuk menentukan
besaran - besaran yang tidak diketahui itu. Kiranya aturan - aturan berikut dapat
diikuti :
1. Jika ada n titik cabang dalam jaringan, terapkanlah kaidah titik cabang pada
titik - titik sebanyak n-1. Titik yang mana saja boleh dipilih. Penerapan
kaidah titik cabang pada titik yang ke-n titik menghasilkan persamaan yang
berdiri sendiri.
2. Bayangkan jaringan itu dipisah - pisahkan menjadi sejumlah lintasan tertutup
sederhana. Terapkanlah kaidah lintasan tertutup pada tiap lintasan yang
sudah terpisah - pisah ini.
(Kanginan, 2006)

Khairul Akbar
H1C112035

23

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3.2.1. Hukum Kirchoff I


Rangkaian listrik biasanya terdiri dari banyak hubungan
sehingga akan terdapat banyak cabang atau titik simpul. Titik simpul
adalah titik pertemuan tiga cabang atau lebih. Hubungan jumlah kuat
arus listrik yang masuk ke titik simpul dengan jumlah kuat arus listrik
yang kelar dari padanya akan dijelaskan dalam hukum Kirchoff I, yang
berbunyi jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan
jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
Hukum I Kirchoff merupakan hukum kekekalan muatan listrik
yang menyatakan bahwa jumlah muatan listrik yang ada pada sebuah
sistem tertutup adalah tetap. Hal ini berarti dalam suatu rangkaian
bercabang, jumlah kuat arus listrik yang masuk pada suatu percabangan
sama dengan jumlah kuat arus listrik yang ke luar percabangan itu.
Pengertian ini sama dengan kalau dikatakan bahwa jumlah muatan adalah
tetap, tidak ada penambahan ataupun pengurangan muatan selama
muatan melewati titik cabang.
1+2+3=4+5

.................................. (persamaan 3.1.)

Sumber: Haryadi, 2009

Gambar 3.1.
Hukum Kirchoff I
Hukum Kirchoff I hanya dapat digunakan jika padat muatan
konstan. Anggap arus masuk ke dalam sebuah lempeng dari kapasitor.
Jika ada permukaan tertutup di sekitar satu (hanya satu dari dua) lempeng
tersebut, arus masuk melalui permukaan tapi tidak keluar, maka kasus ini
melanggar hukum Kirchoff I. Namun, arus yang melalui suatu
permukaan yang melingkupi seluruh kapasitor (kedua lempeng) akan
Khairul Akbar
H1C112035

24

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

memenuhi hukum Kirchoff I karena arus yang masuk ke dalam salah satu
lempeng akan sama besar dengan arus yang keluar dari lempeng satunya
dan biasanya dalam analisis sirkuit hanya itu yang diperhitungkan,
namun masalah akan muncul jika yang dilihat hanya satu lempeng.
Contoh kasus lain dimana hukum ini tidak bekerja adalah arus pada
antena. Karena pada antena, arus masuk ke dalam antena dari transmitter,
tapi tidak ada arus yang keluar dari ujung lainnya.
(Haryadi, 2009).
3.2.2. Hukum Kirchoff II
Ada

rangkaian

yang

tidak

dapat

disederhanakan

dengan

menggunakan kombinasi seri dan paralel umumnya ini terjadi jika ada
dua atau lebih GGL didalam rangkaian atau komponen rangkaian
dihubungkan dengan cara rumit.

Untuk menyederhanakan rangkaian

yang rumit, dapat digunakan hukum II Kirchoff.


Hukum II Kirchoff digunakan untuk menghitung besaran - besaran
yang terdapat pada rangkaian listrik. Besaran itu di antaranya kuat arus
pada suatu cabang, ataupun beda tegangan antara dua titik. Hukum II
Kirchoff menyatakan bahwa Pada rangkaian tertutup jumlah GGL (gaya
gerak listrik) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol. Maksud
dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi
listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti semua energi
listrik bisa digunakan atau diserap. Hukum II Kirchoff dirumuskan
sebagai berikut:
E +IR = 0 ......................................... (persamaan 3.2.)
Keterangan :
E = jumlah ggl sumber arus (V)
IR = jumlah penurunan tegangan. (V)
I

= arus listrik (A)

R = hambatan (W)

Khairul Akbar
H1C112035

25

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Hukum Kirchoff II dipakai untuk menentukan kuat harus yang


mengalir pada rangkaian bercabang dalam keadaan tertutup.

Sumber: Endarko, 2008

Gambar 3.2.
Hukum Kirchoff II
Dari gambar di atas kuat arus yang mengalir dapat ditentukan
dengan menggunakan beberapa aturan sebagai berikut :
1. Pilih loop untuk masing - masing lintasan tertutup dengan arah
tertentu.

Pada dasar, pemilihan arah loop bebas, namun jika

memungkinkan usahakan searah dengan arus.


2. Jika pada satu cabang, arah loop sama dengan arah arus, penurunan
tegangan (IR) bertanda positif, maka GGL E bertanda positif,
sebaliknya bila kutub negatif yang lebih dahulu dijumpai adalah kutub
negatif, maka GGL E bertanda negatif.
3. Jika saat mengikuti arah loop, kutub sumber tegangan yang lebih
dahulu dijumpai adalah kutub positif, maka GGL E bertanda positif,
sebaliknya bila kutub negatif yang lebih dahulu dijumpai adalah kutub
negatif, maka GGL E bertanda negatif.
4. Jika pada suatu cabang, arah loop sama dengan arah arus, maka
penurunan tegangan (IR) bertanda positif, sedangkan bila berlawanan
arah, maka penurunan tegangan (IR) bertanda negatif
(Endarko, 2008).

3.3. Alat dan Bahan


Khairul Akbar
H1C112035

26

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Adapun alat dan bahan yang digunakan ketika percobaan yang dilakukan
sebagai berikut:
1. Catu Daya
Catu daya adalah sebuah piranti elektronika yang berguna sebagai
sumber daya untuk piranti lain, terutama daya listrik. Pada dasarnya pencatu
daya bukanlah sebuah alat yang menghasilkan energi listrik saja, namun ada
beberapa pencatu daya yang menghasilkan energi mekanik dan energi yang
lain.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.3.
Catu Daya
2. Kabel Penghubung
Kabel penghubung adalah kawat penghantar listrik berisolasi tunggal.
Dapat juga dua atau lebih kawat berisolasi bersama - sama merupakan
kesatuan. Kabel kawat (penghantar arus listrik) berbungkus karet, plastik yang
juga digunakan sebagai bahan penyekat.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.4.
Kabel Penghubung

3. Papan Rangkaian
Khairul Akbar
H1C112035

27

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Papan rangkaian adalah suatu rangkaian atau sirkuit yang terbentuk


secara teratur dan saling tersambung satu dengan yang lainya pada papan
elektro, fungsi rangkaian amplifier ini adalah untuk memberikan daya atau
menguatkan daya arus listrik lebih stabil dan dapat dianalogikan sebagai
pembangkit listrik sederhana.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.5.
Papan Rangkaian
4. Jembatan Penghubung
Jembatan penghubung adalah alat untuk mengukur hambatan listrik
yang tidak diketahui besarnya. Alat ini dipopulerkan oleh Sir Charles
Wheatstone pada tahun 1943. Jembatan penghubung merupakan suatu
susunan rangkaian listrik untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui
harganya (besarnya).

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.6.
Jembatan Penghubung

5. Hambatan (Resistor)
Khairul Akbar
H1C112035

28

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Resistor adalah komponen yang dirancang untuk memiliki tahanan


yang diketahui. Resistor ini berfungsi sebagai penghambat arus listrik.
Kemampuan menghambat arus yang dimiliki sebuah resistor ditunjukkan
dengan nilai hambatan atau resistansinya. Untuk tegangan tetap yang melalui
resistor, arus yang melalui resistor adalah tetap. Semakin besar tahanan
resistor, semakin kecil arus yang mengalir. Berikut adalah contoh beberapa
alat hambatan yang digunakan pada saat praktikum :
a. Hambatan 47

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.7.
Hambatan 47
b. Hambatan 56

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.8.
Hambatan 56

c. Hambatan 100
Khairul Akbar
H1C112035

29

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.9.
Hambatan 100
6. Saklar Satu Kutub
Saklar satu kutub adalah saklar yang terdiri dari satu kutub dengan
satu arah, fungsinya untuk memutus dan menghubung saja. Saklar jenis ini
hanya digunakan pada motor listrik dengan daya kurang dari 1 PK.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.10.
Saklar Satu Kutub
7. Pemegang Lampu dan Lampu Pijar
Pemegang lampu adalah alat yang biasa digunakan untuk menaruh
lampu yang akan dilakukan pengujian rangkain listrik. Sedangkan lampu pijar
adalah alat yang ditaruh pada pemegang lampu yang berada pada rangkaian
listrik.

Khairul Akbar
H1C112035

30

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.11.
Pemegang Lampu dan Lampu Pijar
8. Basic Meter 90
Basic meter 90 ini biasanya digunakan untuk mengukur arus dan
tegangan dalam suatu rangkaian listrik. Umumnya basic meter memiliki batas
ukur arus dari 100 A sampai dengan 5 A dan batas ukur tegangan dari 100
mV sampai dengan 50 V. Jika alat ini akan digunakan untuk melakukan
pegukuran arus, maka terminal - terminal untuk tegangan ditutup dan begitu
pula sebaliknya. Sebelum menggunakan alat ini, usahakan agar jarum
menunjuk tepat di titik nol dengan mengatur sekrup yang ada pada bagian atas
panel meternya.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.12.
Basic Meter 90

3.4. Prosedur Kerja


1.
2.
3.
4.

Adapun langkah kerja pada praktikum hukum Kirchoff yaitu :


Menyusun rangkaian seperti pada gambar 3.13.
Hidupkan catu daya.
Tutup saklar (posisi 1).
Amati lampu dan simpangan jarum ampermeter. Bila jarum ampermeter
diam (lampu padam), buka (matikan) saklar dan periksa kembali

Khairul Akbar
H1C112035

31

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

rangkaiannya. Setelah lampu menyala, baca kuat arus I 1 pada ampermeter


dan catat.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.13.
Rangkaian Pada I1
5. Matikan saklar (posisi 0), tukarkan tempat kedudukan kabel ampermeter
dengan penghubung jembatan C.
6. Ulangi langkah 2-3 untuk mengetahui kuat arus I2.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.14.
Rangkaian Pada I2
7. Lakukan seperti langkah 4, yakni menukarkan penghubung jembatan D, E, F
dan G dengan kedua kabel basic meter untuk menentukan kuat arus I3, I5
dan I6

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.15.
Khairul Akbar
H1C112035

32

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Rangkaian Pada I3

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.16.
Rangkaian Pada I5

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3.17.
Rangkaian Pada I6
3.5. Pengolahan Data
1. Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 3.1.
Hasil Pengamatan Hukum Kirchoff (3V)
Di titik Percabangan Arus P (3 V)
Di titik Percabangan Arus Q (3V)
Arus Masuk
Arus Keluar
Arus Masuk
Arus Keluar
I1 = 45 A
I2 = 25 A
I3 = 20 A
I6 = 35 A
I3 = 20 A
I5 = 15 A
Jumlah = 45 A
Jumlah = 45 A
Jumlah = 35 A
Jumlah = 35 A
Tabel 3.2.
Hasil Pengamatan Hukum Kirchoff (6V)
Di titik Percabangan Arus P (6 V)
Di titik Percabangan Arus Q (6 V)
Arus Masuk
Arus Keluar
Arus Masuk
Arus Keluar
I1 = 80 A
I2 = 50 A
I3 = 35 A
I6 = 70 A
I3 = 35 A
I5 = 30 A
Jumlah = 80 A
Jumlah = 85 A
Jumlah = 65 A
Jumlah = 70 A
Tabel 3.3.
Khairul Akbar
H1C112035

33

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Hasil Pengamatan Hukum Kirchoff (9V)


Di titik Percabangan Arus P (9 V)
Di titik Percabangan Arus Q (9 V)
Arus Masuk
Arus Keluar
Arus Masuk
Arus Keluar
I1 = 115 A
I2 = 65 A
I3 = 25 A
I6 = 45 A
I3 = 50 A
I5 = 25 A
Jumlah = 115 A
Jumlah = 115 A
Jumlah = 50 A
Jumlah = 45 A
Tabel 3.4.
Hasil Pengamatan Hukum Kirchoff (12V)
Di titik Percabangan Arus P (12 V)
Di titik Percabangan Arus Q (12 V)
Arus Masuk
Arus Keluar
Arus Masuk
Arus Keluar
I1 = 145 A
I2 = 85 A
I3 = 50 A
I6 = 90 A
I3 = 65 A
I5 = 40 A
Jumlah = 145 A
Jumlah = 150 A
Jumlah = 90 A
Jumlah = 90 A
2. Pembahasan
Dari percobaan kali ini mengenai hukum Kirchoff, rangkaian yang
telah disusun sesuai dengan hukum Kirchoff I yaitu jumlah kuat arus yang
masuk pada suatu titik percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar
dari titik itu. Hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan data di titik
percabangan arus P dengan tegangan 3 volt, 9 volt dan di titik percabangan
arus Q pada tegangan 3 volt dan 12 volt memiliki ( I masuk = I keluar).
Adapun data yang mengalami penyimpangan dari teori dikarenakan
kesalahan pada alat (catu daya) sehingga menimbulkan perbedaan antara
kuat arus masuk dan kuat arus keluar. Yang memiliki perbedaan sebesar 5
ampere.

Khairul Akbar
H1C112035

34

Anda mungkin juga menyukai