bahwa suara Garengpung yang memiliki frekuensi 6000-9600 Hz dapat mengoptimalkan pertumbuhan
dan mempersingkat umur panen tanaman sawi bakso.
Bedasarkan pemaparan diatas, penulis berusaha meneliti pengaruh vibrasi suara pada tanaman
dari sisi yang berbeda, yaitu dengan melihat perbandingan antara vibrasi suara dengan low frekuensi
(frekuensi rendah) yang terdiri dari musik klasik yang mempunyai getaran suara 500-2000 Hz,
karakteristik dari suara ini merupakan alunan musik yang terdiri dari instrument alat msik yang
harmonis, penggunaan musik untuk kelompok ini adalah musik Mozart yang berjudul Fur Elise dengan
penggunaan alat music piano solo dengan Vibrasi suara high frequency (frekuensi tinggi) yang
menggunakan suara dari musik rock, undegroun, dan black metal yang mempunyai getaran suara 40008000 Hz, karakteristik dari suara ini adalah dimainkan dalam bentuk band dan memmpunyai tempo
yang cepat dan cendrung tidak harmonis.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan
perkembangan Bawang Daun (Allium fistulosum L.) terhadap pemberian vibrasi dan pupuk pelengkap
cair.
1.3. Hipotesis
1. Penggunaan vibrasi suara yang berbeda dapat memberikan pengaruh berbeda terhadap laju
pertumbuhan tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L).
2. Perbedaan dosis pupuk pelengkap cair (PPC) akan memberikan pengaruh yang berbedabeda
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L).
3. Terdapat interaksi antara vibrasi suara dengan pemberian pupuk daun yang berkala dapat
memberkan pengaruh yang berbeda terhadap laju pertumbuhan tanaman Bawang Daun (Allium
fistulosum L)
Peubah Yang
Diamati
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah Stomata
Jumlah Daun
(helai)
KKP
SP
KKS(%)
3,12 tn
0,22 tn
0,46 tn
10,34
7,92
2,17 tn
0,43tn
0,47 tn
11,98
20,15
1,31 tn
0,78 tn
0,74 tn
13,68
13,00
(%)
4.
5.
6.
Jumlah Anakan
(batang)
Berat Basah
Berangkasan (g)
Indeks Panen (%)
Keterangan :
** = Berpengaruh Sangat Nyata
tn = Berpengaruh Tidak Nyata
N = Vibrasi Suara
2,50 tn
1,55 tn
0,51 tn
15,51
15,39
177,24**
1,74 tn
0,62 tn
10,06
22,02
36,17 **
0,17 tn
0,30 tn
2,54
3,72
Dari Tabel 3.1. diatas, terlihat bahwa perlakuan Vibrasi Suara (S) berpengaruh sangat nyata
terhadap peubah berat basah berangkasan dan indeks panen. tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap
peubah lainnya. Perlakuan dosis pupuk pelengkap cair (P) memberikan pengaruh tidak nyata terhadap
semua peubah yang diamati, Sedangkan untuk interaksi keduanya (SP) memberikan pengaruh tidak
nyata terhadap semua peubah yang diamati.
3.1.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan vibrasi suara (S), dosis pupuk
pelengkap (P) cair, dan interaksi keduanya (SP) berpengaruh tidak nyata terhadap peubah laju
pertumbuhan. Hasil tabulasi data pengaruh vibrasi suara (S) dan dosis pupuk pelengkap cair (P) serta
interaksi keduanya (SP) terhadap laju pertumbuhan ditampilkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Data Tabulasi Pengaruh Vibrasi Suara Dan Pupuk Pelengkap Cair Dan Interaksi Perlakuan
Terhadap Tinggi Tanaman (cm).
Faktor P
Faktor S
Rerata S
P1
P2
P3
S1
46,06
46,00
47,87
46,64
S2
48,77
49,47
50,97
49,73
S3
43,60
45,90
42,63
44,04
Rerata P
46,14
47,12
47,15
3.1.2. Jumlah Stomata (mm2)
Dari hasil pengamatan terhadap peubah jumlah stomata ditampilkan pada Lampiran 7 dan
analisis keragaman ditampilkan pada Lampiran 8. Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa
perlakuan vibrasi suara (S), dosis pupuk pelengkap cair (P), dan interaksi keduanya (SP) berpengaruh
tidak nyata terhadap peubah jumlah stomata. Hasil tabulasi data pengaruh vibrasi suara (N) dan dosis
pupuk pelengkap cair (P) serta interaksi pengaruh vibrasi suara dan pupuk pelengkap cair (SP)
terhadap jumlah stomata ditampilkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Data Tabulasi Pengaruh Vibrasi Suara, Pupuk Pelengkap Cair, dan Interaksi Perlakuan
Terhadap Jumlah Stomata (mm2)
Faktor P
Faktor S
Rerata S
P1
P2
P3
S1
135,00
118,67
111,00
121,56
S2
140,00
129,87
120,67
130,78
S
110,33
115,00
122,00
115,78
Rerata P
128,44
121,18
117,89
3.1.3. Jumlah Anakan (batang)
Data pengamatan terhadap peubah jumlah anakan ditampilkan pada Lampiran 9 dan analisis
keragaman ditampilkan pada Lampiran 10. Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan
vibrasi suara (S), dosis pupuk pelengkap cair (P), dan interaksi keduanya (SP) berpengaruh tidak nyata
terhadap peubah jumlah batang. Hasil tabulasi data pengaruh vibrasi suara (S) dan dosis pupuk
pelengkap cair (P) serta interaksi pengaruh vibrasi suara dan pupuk pelengkap cair (SP) terhadap
jumlah anakan ditampilkan pada Tabel 3.4.
P3
3,63
3,43
3,80
3,62
Rerata S
3,59
3,08
3,52
Faktor P
Rerata S
P1
P2
P3
S1
26,03
25,13
22,33
24,50 a A
S2
62,87
76,70
58,33
65,97 c B
S3
51,57
52,67
46,57
50,27 b B
Rerata P
46,82
51,50
42,41
BNJs 0,05 =7,86 BNJs 0,01 = 17,35
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda
tidak nyata pada taraf uji 5% dan 1%
4.1.5. Indeks Panen (%)
Data hasil pengamatan indeks panen ditampilkan pada Lampiran 15 dan analisis keragaman
ditampilkan pada Lampiran 16. Data analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan vibrasi suara
(S) berpengaruh sangat nyata terhadap indeks panen. Pada dosis pupuk pelengkap cair (P) dan
interaksi Keduanya (SP) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah indeks panen. Hasil uji lanjut
(BNJ) pengaruh vibrasi suara (S), dosis pupuk pelengkap cair (P), dan interaksi keduanya (SP)
terhadap indeks panen (%) ditampilkan pada Tabel 3.7
Tabel 3.7. Hasil Uji Lanjut (BNJ) Pengaruh Vibrasi Suara, Pupuk Pelengkap Cair, dan Interaksi
Perlakuan Terhadap indeks panen (%).
Faktor P
Faktor S
Rerata S
P1
P2
P3
S1
83,64
81,01
83,67
82,77 a A
S2
91,15
91,34
92,05
91,51 b B
S3
88,34
89,21
88,56
88,70 a B
Rerata P
87,71
87,19
88,09
BNJs 0,05 = 3,71 BNJs 0,01 = 6,02
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda
tidak nyata pada taraf uji 5% dan 1%
3.2. Pembahasan
3.2.1. Pengaruh Vibrasi Suara
Perlakuan vibrasi suara (S) berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah berangkasan dan
indeks panen. Hal ini disebabkan karena proses transpirasi terjadi secara maksimal karena stomata
pada daun tanaman terbuka lebih banyak yang mengakibatkan akumulasi penyimpanan air didalam sel
meningkat yang mengakibatkan bobot dan pertumbuhan sekunder pada tanaman meningkat. Menurut
Coghlan (1994) vibrasi suara dengan frekuensi tertentu dapat mengakibatkan sel-sel lebih cepat
membesar ketimbang pencepatan pertumbuhannya
Pada peubah tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun perlakuan vibrasi suara (S)
berpengaruh tidak nyata. Hal ini disebabkan karena penanaman yang dilakukan dengan sistem stek
dan pemberian unsur hara melalui tanah yang sama sehingga keadaan internal tanaman menjadi
homogen. Sehingga faktor genetiklah yang menentukan peubah-peubah tersebut menjadi berpengaruh
tidak nyata.
Pada peubah jumlah stomata perlakuan vibrasi suara berpengaruh tidak nyata, hal ini
disebabkan perlakuan yang diberikan hanya mampu membukakan stomata tanaman lebih lebar tanpa
menambahkan jumlah stomata atau mengaktifkan stomata lebih banyak. Istamar (2003) suara yang
terpancar akan mengenai sitoplasma. Sitoplasma tersusun atas air dan beberapa bahan kimia terlarut.
Suara dengan frekuensi tertentu yang mengenai sitoplasma menyebabkan munculnya microbubbles
(gelembung-gelembung) yang kemudian beresonansi dengan suara dan mendorong dinding sel
penjaga. Oleh karena itu, tekanan turgorsitas mengalami peningkatan dan stomata dapat membuka
secara maksimal.
Pada perlakuan vibrasi high frekuensi (S2) mampu menghasilkan nilai tertinggi pada peubah
tinggi tanaman, jumlah stomata, berat basah berangkasan dan indeks panen dibandingkan perlakuan
low frekuensi (S1) dan tanpa vibrasi (S3). Hal ini disebabkan karena perlakuan high frekuensi (S2)
memiliki kekuatan getaran suara tertinggi yaitu 4000-8000 siklus perdetik (Hz) yang mampu
menggetarkan udara disekitar tanaman secara cepat. Carson (1980) menyatakan bahwa penggunaan
suara alami dengan frekuensi tinggi dapat menggetarkan stomata dan merangsang pembukaan dan
pertukaran udara, merangsang pertukaran karbondioksida dan oksigen dan meningkatkan penyerapan
hara pada daun.
Pada perlakuan vibrasi suara S1 menunjukan hasil terendah pada peubah jumlah daun, berat
basah berangkasan, dan indeks panen. Hal ini dikarenakan perlakuan S1 hanya memiliki getaran suara
500-150 Hz, sehingga pada perlakuan S1 tidak dapat menggetarkan udara di sekitar daun dengan.
Setiap tanaman dapat merespon berbagai vibrasi suara dengan frekuensi tergantung dengan jenis musik
yang dipakai, tanaman yang berbeda akan menyukai musik yang berbeda pula (Retallack, 1973).
3.2.2. Pengaruh Dosis Pupuk Pelengkap Cair
Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan dosis pupuk pelengkap
cair (P) memberikan pengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati, hal ini dikarenakan
perbedaan kosentrasi antara perlakuan relativ kecil sehingga tidak terjadi perbedaan yang nyata dalam
pertumbuhan tanaman dan penggunaan pupuk pelengkap cair (P) hanyalah melengkapi kebutuhan hara
tanaman, oleh karena itu unsur yang ada di dalam tanahlah yang berperan penting untuk menyediakan
unsur yang di butuhkan tanaman. Macam dan jumlah unsur hara serta air yang dapat diserap tanaman
sangat tergantung pada kesempatan tanaman tersebut untuk mendapatkannya dari tanah (Sitompul dan
Guritno, 1995). Menurut Lingga dan Marsono (1988), bahwa tanaman pada prinsipnya unsur hara
dalam jumlah yang seimbang, penambahan pupuk yang diberikan melalui daun, sifatnya hanya
melengkapi beberapa unsur yang tidak tersedia didalam tanah. Karena pupuk pelengkap cair
merupakan pupuk majemuk yang didalamnya terkandung unsur hara mikro dan makro. Bila
ketersediaan unsur makro didalam tanah sudah tercukupi secara maksimal, maka peranan pupuk
pelengkap cair tidak dominan.
Perlakuan pupuk pelengkap cair 4 ml/liter (P3) menghasilkan nilai tertinggi pada peubah jumlah
anakan, jumlah daun, dan indeks panen. Hal ini menunjukan bahwa pemberian pupuk pelengkap cair
pada kosentrasi 4 ml/liter dapat lebih memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Menurut devita
(2010) menggunakan unsur pupuk pelengkap cair dapat menambah pertumbuhan batang dan daun,
selain itu juga dapat mempercepat pembungaan. Selan itu juga pupuk pelengkap cair ini mudah diserap
oleh tanah dan tanaman, unsur hara yang terkandung dalam pupuk pelengkap cair, unsur makro dan
mikro yang lengkap.
Perlakuan pupuk pelengkap cair dengan dosis 3 ml/liter (P2) menunjukan hasil terendah pada
peubah jumlah anakan, jumlah daun, dan indeks panen. Hal ini dikarenakan dosis yang diberikan tidak
dapat memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman dan mengakibatkan pertumbuhan pada tanaman
tidak maksimal. Menurut Sutejo dan Kartasapoetra (1995) bahwa kebutuhan tanaman terhadap unsur
hara selama pertumbuhan dan perkembangannya tidak sama, dengan waktu yang berbeda. Sehingga
dalam hal pemupukan, sebaiknya diberikan pada saat tanaman memerlukan unsur hara secara intensif
agar pertumbuhan dan perkembangannnya berlangsung dengan baik.
3.2.3. Pengaruh Interaksi
Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan interaksi perlakuan vibrasi
suara dan pupuk pelengkap cair (SP) memberikan pengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang
diamati. Hal ini diduga bahwa semua kombinasi perlakuan yang diberikan mampu memberikan
perlakuan yang relative sama terhadap pertumbuahan tanaman bawang daun, sehingga respon tanaman
bawang daun terhadap kedua perlakuan relatif seragam. Hal ini dikarenakan ada faktor lain yang
mempengaruhi kondisi tanaman, seperti kondisi internal tanaman, keadaan tanah, dan suhu yang
diberikan relatif sama.
Menurut Sitompul dan Guritno (1995) bahwa macam dan jumlah unsur hara serta air yang
dapat diserap tanaman sangat tergantung pada kesempatan tanaman tersebut untuk mendapatkannya
dari tanah. Pada perlakuan S2P3 memberikan pengaruh tertinggi pada peubah berat basah
berangkasan dan indeks panen. Hal ini dikarenakan perlakuan vibrasi suara berkontribusi besar dalam
mempengaruhi penyerapan pupuk yang diberikan dan penggunaan vibrasi suara tinggi menyebabkan
stomata terbuka membesar dan membuka lebih lama, kondisi demikian ditambah dengan penggunaan
pupuk dosis tinggi menyebabkan tanaman menerima hara dalam jumlah besar sehingga pertumbuhan
menjadi lebih maksimal. Carson, 1980 (dalam Yannick, 2008) menyatakan bahwa penggunaan suara
alami dengan frekuensi tinggi dapat menggetarkan stomata dan merangsang pembukaan dan
pertukaran udara dan penggunaan pupuk cair yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan
meningkatkan laju substansial dalam penyerapan nutrisi oleh tanaman.
Kombinasi perlakuan S1P2 memberikan hasil terendah pada indeks panen hal ini menunjukan
bahwa vibrasi suara low frekuensi (S1) tidak mampu menyebabkan stomata membuka lebih lebar dan
lama, sehingga dosis pupuk yang diberikan tidak mampu diserap tanaman secara maksimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Perlakuan vibrasi suara high frekuensi (S2) memberikan hasil terbaik pada peubah tinggi tanaan,
jumlah stomata, jumlah anakan, berat basah berangkasan, dan indeks panen.
2. Perlakuan pupuk pelengkap cair dosis 4 ml/liter (P3) memberikan hasil terbaik pada peubah jumlah
anakan, jumlah daun, dan indeks panen.
3. Interaksi perlakuan vibrasi suara dan pupuk pelengkap cair S2P3 memberikan pengaruh terbaik pada
peubah jumlah daun dan indeks panen.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap pengaruh vibrasi suara terhadap pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Tesar. 2013. Gelombang Bunyi Frekuensi 6000-9600 Hz Untuk Meningkatkan Produktivitas
Sawi Bakso (Brassica rapa var. parachinensis L.). Makalah Seminar. Pendidikan dan Penerapan
Mipa Fakultas MIPA Universtas Negeri Yogyakarta.
Badan Pusat Statistk. 2012. Data Produksi Tanaman Bawang Daun. Jakarta. http://bps.go.id (Diakses
29 desember 2013).
Brady.1999. Kimia Universitas. Asas dan Struktur. Binarupa Aksara. Jakarta.
Cahyano Bambang. 2005. Bawang Daun, Teknik Budi Daya Dan Analisis Usaha Tani Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Carson Dalam Yannick. 2008. Musique Pour Les Plantes - Music for Plants.
Belgium. http://www.music foryourplants.com/ (Diakses 13 januari 2014).
Coghlan A. 1994. Good vibrations give plants excitations. New Scientist
Doorne Y.V. Musique Pour Les Plantes Music For Plants (Diakses 27 Maret 2013).
Engelstad. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. Edisi ketiga. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 230 Hal
Hou, TZ. And R.E. Mooneyham. Applied Studies of Plant Meridien System: I.
The Effeck of Agri-Wave Tecnology On Yield Qualty of Tomato. Am. J. Chin Med 27: 1-10, 1999
Iswara. 2004. Dampak Subsidi Pupuk terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus : Pupuk Urea)
(Tesis). Jakarta : Universitas Indonesia.
Lingga, Pinus.1989.Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sarief, E. S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. 157 Hal
Hertz. R Dalam Fisika Untuk SMA/MA. Gelombang Bunyi. Yrama Widhya, Bandung. 341 Hal.
Rukmana, R. 1994. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pacapanen. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Retallack Dalam Tompkins Peter . 1973 The Secret Life Plant. Ink: New York.
Sarief, E. S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. 157 Hal
Sumaryono, W. (1996), Pengkajian Metabolit Sekunder dan Prospeknya dalam Perkembangan Industri
Nasional, Kuliah Tamu pada Forum Himpunan
Mahasiswa Kimia FMIPA-ITS-Surabaya, Sub Direktorat Medika-Direktorat
Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan BPPT, Jakarta
Sutejo. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta Jakarta.
USDA. Plant Profile Allium fistulosum L.. http://www.plants.usda.gov/core/pr ofile?symbol =ALFI4
(Diakses 29 desember 2013).