Rabu,
17 September 2014
2014
I.Pendahuluan
Sulfur merupakan salah satu unsur yang berperan penting dalam proses
industri kimia. Di alam bebas, sulfur dapat ditemukan sebagai unsur bebas atau
dalam bentuk mineral, seperti pada pirit (FeS2) dan kalkopirit (CuFeS2). Selain
ditemukan di alam bebas dengan proses penambangan, sulfur juga dapat
ditemukan dari emisi gas buangan pabrik dari pembakaran batubara atau
pengilangan minyak bumi dalam bentuk H2S dan SO2.Sulfur dalam bentuk SO2
dan H2S merupakan gas hasil pembakaran yang berbahaya bagi lingkungan,
sehingga konsentrasinya di udara memiliki batas maksimum yang ditentukan oleh
pemerintah. Untuk mengurangi emisi kedua gas tersebut, diperlukan desain sistem
scrubber untuk gas buang pabrik yang lebih efektif dan efisien agar emisi yang
dikeluarkan ke lingkungan dapat diminimalisir, serta pengembangan metode
pembakaran baru yang lebih aman bagi lingkungan.
Sulfur digunakan dalam
II.
Asam Sulfat
Asam sulfat memiliki rumus kimia H2SO4. Asam sulfat dapat larut dalam
air pada semua kepekatan. Asam sulfat merupakan cairan yang bersifat korosif,
tidak berwarna, tidak berbau, sangat reaktif, dan mampu melarutkan berbagai
logam. Di atmosfer, zat ini termasuk bahan kimia yang dapat menyebabkan hujan
asam.
Asam sulfat diperlukan sebagai bahan pembentuk garam-garam sulfat dan
proses sulfonasi. Asam sulfat bersifat asam kuat dan merupakan asam inorganik
yang murah sehingga banyak digunakan dalam berbagai proses industri kimia.
Meskipun dipakai dalam berbagai industri, asam sulfat jarang muncul dalam
produk akhir. Asam sulfat dipasarkan dalam berbagai konsentrasi larutan H2SO4 di
air, atau SO3 dalam H2SO4 yang disebut sebagai oleum.
Pemanfaatan terbesar dari asam sulfat adalah pemakaiannya sebagai bahan
baku industri pupuk fosfat (tripel fosfat). Asam sulfat kuat dengan konsentrasi 9399%, digunakan dalam proses pemurnian petroleum, proses alkilasi isobutana,
sintesis fenol, pembuatan titanium oksida, dan pembuatan bahan-bahan kimia dari
nitrogen. Oleum diperlukan dalam petroleum, nitroselulosa, TNT, nitrogliserin,
dan dalam industri pembuatan zat pewarna.
III.
metode pembuatan asam sulfat adalah dengan proses kontak. Proses ini pertama
kali ditemukan oleh Peregrine Philips. Proses kontak memiliki keunggulan
daripada proses bilik timbal yaitu dihasilkannya asam yang lebih kuat untuk
sulfonasi dan terbentuknya oleum.
Tahapan proses dari proses kontak bermacam-macam, bergantung dari
bahan baku yang digunakan. Plant yang menggunakan sulfur untuk dibakar,
bersifat lebih murah dan lebih simpel karena tidak memerlukan adanya pemurnian
gas untuk melindungi katalis. Sedangkan plant yang menggunakan mineral sulfida
memerlukan proses pemanasan dan pemurnian gas untuk konversi katalis.
Pada
H 2SO4
Pada sistem absorbsi ganda, gas yang keluar dari menara absorbsi pertama
dipanaskan lagi dengan udara dan kemudian masuk ke dalam konventer. SO 2 yang
ada di dalam gas, akan bereaksi dengan O2 untuk menghasilkan SO3.
Tahapan dari proses pembuatan H2SO4 adalah sebagai berikut:
a. Penambangan sulfur
Pada mulanya penambangan mineral sulfur dilakukan secara
langsung sebelum ditemukannya proses Frasch. Proses Frasch
merupakan metode penambangan mineral sulfur yang berada di bawah
tanah. Metode ini lebih murah daripada penambangan secara langsung
sehingga cara ini lebih banyak digunakan sampai sekarang.
Sebagian besar unsur sulfur yang ada di dunia didapatkan dari
celah-celah batuan dengan proses Frasch. Penambangan sulfur dengan
metode ini dilakukan pada endapan belerang yang ditutupi oleh lapisan
tanah yang sangat tebal. Proses ini digagas oleh Herman Frasch
dengan cara pelelehan sulfur di bawah tanah atau bawah laut,
kemudian memompanya sampai ke permukaan tanah. Penambangan
sulfur dengan proses Frasch dilakukan di sumur dengan kedalaman
150-750m dari permukaan tanah, dengan menggunakan pipa-pipa
dengan diameter antara 3-20cm. Pipa-pipa tersebut disalurkan hingga
berada di atas lapisan batuan anhidrat.
Sumber: Shreves Chemical Process Industries, 5th ed
udara
yang
digunakan
untuk
membakar
sulfur
dan
n S O2 x nO 2 x P x Kp
n S O3 =
N
2
Temperatur (C)
410
601,8
Perubahan temperatur
191,8
438
485,3
Perubahan temperatur
47,3
432
443
Perubahan temperatur
11
427
430,3
Perubahan temperatur
3,3
Konversi (%)
74
18,4
4,3
1,3
TOTAL
253,4
98
Dari data tabel di atas, terlihat bahwa konversi terbesar berada pada
lapisan pertama (60-75%) dengan temperatur keluaran sebesar 600C
atau lebih, bergantung pada konsentrasi SO 2 di dalam gas.
Penggabungan dari keempat lapisan bed konverter tersebut kemudian
akan menghasilkan total konversi SO2 sebesar 98% atau lebih.
Setiap gas yang keluar dari tiap lapis konverter, akan didinginkan.
Pada plant dengan sistem absorbsi ganda, gas yang telah melewati
lapisan ketiga akan didinginkan. Kemudian SO3 yang dihasilkan akan
diserap dan dilewatkan menara oleum. Cairan sulfur trioksida juga
dapat digunakan sebagai agen sulfonasi, khususnya dalam pembuatan
detergen
Reaksi konversi SO2 menjadi SO3 merupakan reaksi yang
reversibel. Jika sebagian SO3 diambil, maka kesetimbangan akan
menuju ke arah produk. SO2 yang terkonversi akan semakin banyak
untuk mencapai kesetimbangan kembali. Fakta tersebut dijadikan acuan
untuk meningkatkan konversi SO3 dan mengurangi SO2 yang dilepas ke
atmosfer.
d. Konversi SO3 menjadi H2SO4
Di menara oleum, sulfur trioksida yang dihasilkan akan dilarutkan
ke dalam asam sulfat 98,5-99% sebelum dilepaskan ke atmosfer. Asam
sulfat dengan konsentrasi tersebut dipilih menjadi agen pengabsorbsi
karena pada konsentrasi tersebut, asam sulfat bekerja paling efektif
untuk melarutkan sulfur trioksida,. Hal ini dikarenakan tekanan uap
asam sulfat pada 98,5-99% berada pada nilai paling rendah
dibandingkan pada konsentrasi lainnya. Reaksi antara sulfur trioksida
dengan asam sulfat tersebut akan menghasilkan olrum (H2S2O7)
dengan reaksi:
SO3 + H2SO4 H2S2O7
Polusi Sulfur
Dalam bentuk persenyawaannya, sulfur ternyata kurang ramah lingkungan.
Senyawa sulfur oksida (SOx) merupakan polutan bagi udara yang dapat
menyebabkan hujan asam. Ketika gas sulfur oksida dilepaskan ke udara, gas akan
bereaksi dengan air sehingga membentuk asam dan menumpuk di atmosfer
membentuk awan. Ketika suhu di atmosfer turun, uap air yang mengandung asam
akan turun sebagai hujan, sehingga disebut hujan asam. Hujan asam ini sangat
merugikan bagi lingkungan, karena dapat menyebabkan kerusakan tanaman dan
penurunan kualitas tanah.
Pengurangan polusi sulfur dan senyawa sulfur menjadi salah satu
perhatian seiring dengan semakin berkembangnya peran senyawa sulfur di dalam
dunia industri. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengurasi polusi adalah
dengan desain sistem scrubber untuk gas buang pabrik serta pengembangan
metode pembakaran baru yang lebih aman bagi lingkungan. Usaha pengurangan
polusi sulfur juga melibatkan sistem penggunaan kembali atau reuse.
pengilangan minyak bumi, dihasilkan senyawa sulfur pada flue gas berupa
hidrogen sulfida (H2S). Gas H2S ini merupakan salah satu polutan bagi
lingkungan, sehingga sebelum dibuang ke udara, perlu dilakukan proses konversi
H2S menjadi zat lain yang lebih ramah lingkungan.
Flue gas yang dihasilkan pada proses industri, terlebih dahulu di absorbsi
dengan menggunakan etanolamin atau larutan kalium karbonat. Gas kemudian
dipanaskan kembali untuk mendapatkan H2S dan diproses lebih lanjut. H2S dapat
dikonversi menjadi SO2 untuk kemudian dijadikan asam sulfat. Tetapi H2S dapat
dikonversi juga menjadi unsur sulfur dengan proses Clauss. Tahapan reaksi utama
dari reaksi Clauss adalah sebagai berikut:
H2S(g) + O2(g) SO2(g) + H2O(g)
H = -518,8 kJ
SO2(g) + H2S(g) 3S(l) + H2O(g) H = -142,8 kJ
Pada reaksi tersebut, H2S dikonversi terlebih dahulu menjadi SO 2. SO2 yang
dihasilkan, kemudian direaksikan kembali dengan H2S. Dengan bantuan katalis
Fe2O3, reaksi antara SO2 dengan H2S akan menghasilkan sulfur dan air. Sulfur
yang dihasilkan dapat digunakan kembali menjadi bahan baku dari pembuatan
asam sulfat.