Anda di halaman 1dari 11

Penentuan Kekeruhan Air Secara Turbidimetri

I.

Tujuan

II.

Menentukan kekeruhan air secara turbidimetri dengan menggunakan


tiga metoda berbeda.

Teori Dasar
Turbidimetri adalah pengukuran intensitas cahaya yang hilang akibat
efek hamburan dari partikel yang tersuspensi. Cahaya dilewatkan melalui
suatu filter kemudian dihasilkan gelombang dengan panjang gelombang
tertentu. Gelombang ini kemudian dilewatkan melalui suatu kuvet yang
mengansung larutan. Sel fotoelektrik kemudian mengumpulkan cahaya
yang tidak terhamburkan lalu detektor akan mendeteksi absorbansi yang
sesuai dengan hukum Lambert-Beer. Tiga metoda berbeda digunakan
untuk menentukan turbidansi dalam sampel yang sama. Metoda pertama
menggunakan

standar

menggunakan

penambahan

menggunakan

eksternal

multistandar.

standar

bertahap.

penambahan standar dengan

volume

Metoda

kedua

Metoda

ketiga

tetap.

Metoda

penambahan standar memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan


metoda standar eksternal karena matriks standar eksternal bisa jadi
berbeda dibandingkan metoda penambahan standar.
III.

Peralatan dan Bahan

Alat
Spectrofotometer UV-Vis
Spectrofotometer spectronic

20
Kuvet
Labu takar
Buret batang pengaduk

Bahan
Larutan standar 400 NTU
Sampel air

IV.

Data Pengamatan
Metoda I
Kekeruhan
(NTU)
40
60
80
100
120
Sampel 2
Sampel 1

88.6
78.8
74.0
56.4
28.6
52.0
36.4

V standar
(mL)
1
2
3
4
1
2
3
4

0.1979
0.5031
0.6615
0.7799
0.5686
0.8181
0.8928
1.036

0.2177
0.6037
0.8599
1.0919
0.6255
0.9817
1.1606
1.4504

%T
63.4
31.4
21.8
16.6
27.0
15.2
12.8
9.2

Metoda III
Sampel

V standar
(mL)
0.0
2.5

4.0
5.0
7.5
0.0

V.

0.0526
0.1035
0.1308
0.2487
0.5436
0.2839
0.4389

Metoda II
Samp
el

%T

Pengolahan Data

S
%T
100
88.4
80.8
62.8
31.4
100

2.5

60.8

4.0

32.0

5.0

41.4

7.5

19.2

0
0.05
35
0.09
26
0.20
20
0.50
31
0
0.21
61
0.49
48
0.38
29
0.71
67

Kekeruhan dalam percobaan ini dilambangkan dengan Cx.

Metoda I Kurva Kalibrasi Standar


Kurva kalibrasi sampel 1

Metode 1
0.6
0.5
0.4

f(x) = 0.01x - 0.24


R = 0.82

0.3
0.2
0.1
0
30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

C [NTU]

Dengan metoda standar eksternal dilakukan perhitungan sebagai


berikut:
Subscript x menyatakan sampel dan subscript s menyatakan
standar.

S=0.0056 T 0.235
untuk sampel 2 diketahui S = 0.2839 maka

0.2839=0.0056T 0.235

T=

0.2839+ 0.235
=92.66 NTU
0.0056

untuk sampel 1 diketahui S = 0.4389 maka

0.4389=0.0056T 0.235
T=

0.4389+ 0.235
=120.34 NTU
0.0056

Metoda II Penambahan standar ganda


Kurva kalibrasi sampel 1

Sampel 1
1.2
f(x) = 0.24x + 0.12
R = 1

1
0.8

S'

0.6
0.4
0.2
0
1.5

2.5

3.5

4.5

V standar (mL)

Data standar 1 mL dihilangkan


Dengan metoda
sebagai berikut:

penambahan

standar

dilakukan

perhitungan

Subscript x menyatakan sampel dan subscript s menyatakan


standar.

S '=k C
S '=k

C x V x C st V st
+
V st
V tot
V tot

Dari kurva kalibrasi didapatkan persamaan


'

S =0.2441 V x +0.1195
S '=k

CxV x
C V
+ k st st
V tot
V tot

diketahui:
Vx

= 10 mL

Cs

= 400 NTU

maka didapatkan

a=

k C st
V tot

k =8.5435 x 103
b=

k C x V x 0.0101 x C x x 10
=
V tot
14

C x =19.58 NTU

Kurva kalibrasi sampel 2

Sampel 2
1.6
1.4

f(x) = 0.27x + 0.39


R = 0.99

1.2
1

S'

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.5

1.5

2.5

3.5

4.5

V standar (mL)

Dengan metoda
sebagai berikut:

penambahan

standar

dilakukan

perhitungan

Subscript x menyatakan sampel dan subscript s menyatakan


standar.

S '=k C
S '=k

C x V x C st V st
+
V st
V tot
V tot

Dari kurva kalibrasi didapatkan persamaan

S ' =0.2654 V x + 0.3912


S '=k

CxV x
C V
+ k st st
V tot
V tot

diketahui:
Vx

= 10 mL

Cs

= 400 NTU

maka didapatkan

a=

k C st
V tot

k =9.289 x 103
k C x V x 9.289 x 103 x C x x 10
b=
=
V tot
14

C x =58.96 NTU

Metoda III
Kurva kalibrasi sampel 1

Sampel 1
0.6
0.5

f(x) = 0.12x - 0.38


R = 1

0.4

0.3
0.2
0.1
0
3.5

4.5

5.5

6.5

7.5

V standar (mL)

Data standar 2.5 mL dihilangkan


Dengan metoda penambahan standar dilakukan perhitungan
sebagai berikut:
Subscript x menyatakan sampel dan subscript s menyatakan
standar.

S=k C
S=k (

Cx V x Cs V s
+
)
Vt
Vt

Dari kurva kalibrasi didapatkan persamaan

S=0.1179 V s0.3825
S=k

Cx V x
C
+k s V s
Vt
Vt

diketahui:
Vx

= 10 mL

Vt

= 25 mL

Cs

= 400 NTU

maka didapatkan

a=

k C st
V tot

k =7.3687 x 10

*Karena b bernilai negatif, maka konsentrasi sampel tidak


bisa ditentukan

Kurva kalibrasi sampel 2

Sampel 2
0.6
0.5
f(x) = 0.09x - 0.23
R = 0.95

0.4

0.3
0.2
0.1
0
2

V standar (mL)

Data standar 5 mL dihilangkan


Dengan metoda penambahan standar dilakukan perhitungan
sebagai berikut:
Subscript x menyatakan sampel dan subscript s menyatakan
standar.

S=k C
S=k (

Cx V x Cs V s
+
)
Vt
Vt

Dari kurva kalibrasi didapatkan persamaan

S=0.0948 V s0.2259
S=k

Cx V x
C
+k s V s
Vt
Vt

diketahui:
Vx

= 10 mL

Vt

= 25 mL

Cs

= 400 NTU

maka didapatkan

a=

k C st
V tot

k =5.925 x 103
*Karena b bernilai negatif, maka konsentrasi sampel tidak
bisa ditentukan

VI.

Pembahasan
Percobaan menentukan kekeruhan air ini hampir sama dengan
percobaan spektrometri lainnya yang berdasarkan pada hukum LambertBeer, hanya saja yang ditentukan bukan konsentrasi sampel, tetapi
konsentrasi kekeruhan di dalam sampel yang dinyatakan sebagai NTU
(Nephelometric Turbidity Unit). Sejumlah zat pengotor di dalam air yang
tidak terlihat oleh mata akan menghamburkan cahaya, sehingga cahaya
yang

dipancarkan

dengan

intensitas

tertentu

akan

berkurang

intensitasnya sesuai dengan banyaknya partikel penghambur cahaya di


dalam suatu larutan, dalam hal ini sampel air. Selanjutnya cahaya yang
tidak dihamburkan akan diteruskan oleh sampel dan dideteksi oleh suatu
detektor. Detektor akan membaca dan memberikan data Absorbansi.
Secara logika, jika konsentrasi pengotor dalam suatu sampel semakin
tinggi, maka Absorbansi cahaya oleh sampel akan semakin tinggi pula,
dan secara percobaan ketika menggunakan larutan standar pada metoda
1, Absorbansi larutan akan semakin besar ketika turbidans larutan
semakin besar.
Berikut adalah contoh gambar larutan yang memiliki turbidans yang
berbeda

Diurutkan dari kiri ke kanan, turbidans larutan tersebut adalah 5; 50;


dan 500 NTU. Semakin besar partikel pengotor di dalam suatu larutan,

maka turbidans larutan akan meningkat karena partikel pengotor yang


lebih besar akan lebih mudah menghamburkan partikel cahaya dan akan
bersifat sebagai koloid maupun suspensi.
Untuk mengukur kekeruhan di dalam air, dapat digunakan dua metoda
yang berbeda yaitu metoda turbidimetri dan nephelometri. Perbedaannya
adalah pada metoda turbidimetri yang diukur adalah intensitas cahaya
yang dilewatkan oleh larutan, sementara pada nephelometri yang diukur
adalah intensitas cahaya yang dihamburkan oleh partikel dalam pelarut.
Hal ini menyebabkan posisi detektor pada kedua metoda ini berbeda. Pada
turbidimetri detektor dipasang pada posisi sejajar dengan sumber cahaya
sedangkan pada nephelometri detektor dipasang pada sekeliling sampel,
umumnya pada sudut sekitar 900.
Pada percobaan ini digunakan

tiga

metoda

untuk

menentukan

turbidans suatu sampel larutan. Disediakan dua sampel yang berbeda


untuk diukur turbidansnya dan dua alat spektrofotometer berbeda. Pada
alat spektrofotometer yang lama, detektor menghasilkan sinya berupa
persen Trasnmitansi, bukan absorbansi. Hasil ini kemudian dikonversi
menurut persamaan:

%T =

I
I0

A=log%T

Untuk metoda pertama, pengocokan dilakukan agar larutan menjadi


homogen, karena mungkin saja selama proses penyimpanan partikel
dalam larutan yang dapat menghamburkan cahaya terdeposisi di dasar
larutan karena memiliki massa jenis yang lebih tinggi dari zat pelarut. Jika
hal demikian terjadi maka akan terjadi kesalahan perhitungan pada saat
menentukan turbidans larutan. Pada saat memasukkan sampel maupun
standar ke dalam spektrofotometer, harus dilakukan dengan cepat karena
jika pertikel penghambur cahaya dibiarkan cukup lama di dalam larutan,
akan

memperbesar

kemungkinan

kembali

terjadi

deposisi.

Metoda

pertama ini secara umum disebut metoda standar eksternal dimana suatu
sampel dan suatu standar diperlakukan secara terpisah. Metoda ini
merupakan metoda yang paling sering digunakan pada saat menentukan
konsentrasi suatu zat dalam suatu larutan maupun turbidans suatu
larutan. Ketika standarisasi dilakukan beberapa kali, maka akan dibuat
suatu

kurva

kalibrasi

untuk

menentukan

turbidans

sampel.

Agar

didapatkan hasil yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi maka


harus terlebih dahulu diperkirakan bahwa turbidans sampel berada di
dalam rentang turbidans standar. Kelemahan metode ini adalah bahwa
matriks standar dan matriks sampel berbeda karena sampel dan sandar

mendapat perlakuan yang berbeda. Hal ini bahkan bisa mengakibatkan


kesalahan yang sangat signifikan.
Metoda kedua dan ketiga menggunakan metoda penambahan standar.
Metoda penambahan standar ini secara umum mengeliminasi kelemahan
pada metoda standar eksternal karena sampel dan standar pada metoda
penambahan standar berada pada matriks yang sama. Sehingga secara
teori seharusnya metoda ini menghasilkan galat yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan metoda pertama. Perbedaan metoda kedua dan
metoda ketiga adalah pada metoda kedua volume total sampel selalu
berubah-ubah sehingga perlu dilakukan koreksi volume, sedangkan pada
metoda ketiga volume total dibuat tetap yaitu 25 mL sehingga tidak perlu
dilakukan koreksi volume.
Secara teoretis, metode yang memberikan galat terkecil adalah
metode ketiga yaitu metode penambahan standar. Hal ini didasarkan
karena metode penambahan standar bisa mengurangi kesalahan matriks,
karena kesalahan matriks adalah yang kesalahan yang memberikan galat
terbesar.

VII.

Simpulan

Dengan metoda I didapatkan turbidansi sampel 1

120.34

NTU dan

sampel 2 sebesar 92.66 NTU

Dengan metoda II didapatkan turbidansi sampel 1 19.58 NTU sebesar


dan sampel 2 sebesar 58.96 NTU

VIII.

Dengan metode III tidak berhasil ditentukan turbidansi sampel 1 dan 2

Daftar Pustaka
A. S., Douglas. 1998. Principles of Instrumental Analysis. United States
of America: Saunders College Publishing. halaman 302
G.H., Jeffery. 1989. Vogels: Textbook of Quantitative Chemical Analysis.
New York: Longman Group. halaman 727
H., David. 2000. Modern Analytical Chemistry. United States of
America: McGraw-Hill. halaman 109

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK KI-3121


PENENTUAN KEKERUHAN AIR SECARA TURBIDIMETRI
Nama

: Fadli Aprianto

NIM

: 10511057

Kelompok

:1

Tanggal Praktikum

: 17 Oktober 2014

Tanggal Pengumpulan : 24 Oktober 2014


Asisten

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014

Anda mungkin juga menyukai