Kasus Meningoensefalitis
Kasus Meningoensefalitis
MENINGOENCEPHALITIS
Oleh:
Nabila Sindami, S.Ked
Joande Necisa, S.Ked
Ayu Fadhilah, S.Ked
Pembimbing :
dr. H. Hasnawi, Sp.S (K)
DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Meningoencephalitis
Oleh:
Nabila Sindami, S.Ked
Joande Necisa, S.Ked
Ayu Fadhilah, S.Ked
Telah diterima sebagai salah satu syarat kepanitraan klinik senior periode 15 Juli
19 Agustus 2013 di Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
/ RSMH Palembang.
Palembang, Juli 2013
Pembimbing
: Ny. LL
Usia
: 18 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
MRS
: 12 Juli 2013
II. Anamnesis
Penderita dirawat di bagian syaraf RSMH karena kejang umum tonik
klonik yang timbul 3 hari SMRS.
Kurang lebih 4 hari SMRS penderita mengalami kejang umum tonik
klonik, frekuensi lebih dari 10 kali per hari. Interictal dan post ictal penderita
sadar. Kurang lebih 3 hari SMRS penderita mengalami kejang umum tonik klonik
frekuensi lebih dari 10 kali per hari bertambah sering, interictal dan post ictal
penderita tidak sadar. Kelemahan sesisi tubuh (-) mulut mengot (-) bicara pelo
b.d.d, riwayat demam (+), riwayat sakit kepala (+) riwayat mual muntah (+)
Riwayat hipertensi (-) Riwayat diabetes melitus (-) Riwayat stroke (-)
Riwayat penyakit jantung (-), riwayat batuk pilek (+), riwayat batuk lama (-),
riwayat kejang dalam kehamilan (+) eklampsia bulan Maret 2013.
Penyakit ini diderita untuk pertama kalinya.
III. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: (12 Juli 2013)
Kesadaran
: GCS E4M6V4
Jantung
: HR 66x/menit, m(-),g(-)
Gizi
: cukup
Nadi
: 66 x/menit
Hepar
Pernapasan
: 20 x/menit
Lien
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36.00C
Status Psikiatrikus:
Sikap
: kooperatif
Ekspresi Muka
: biasa
Perhatian
: normal
Kontak Psikis
: baik
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk
Ukuran
Simetris
Hematom
Tumor
: Brachiocephali
: normocephali
: simetris
: (-)
: (-)
Deformitas
: (-)
Fraktur
: (-)
Nyeri fraktur : (-)
Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
Pulsasi
: tidak ada kelainan
LEHER
Sikap
Torticolis
Kaku kuduk
: lurus
: (-)
: (+)
Deformitas
: (-)
Tumor
: (-)
Pembuluh darah: tidak ada pelebaran
N. Accessorius
Kanan
Kiri
Mengangkat bahu
Memutar Kepala
N. Hypoglossus
Mengulurkan Lidah
Kanan
Kiri
Fasikulasi
Atrofi Papil
Disartria
Kanan
Kiri
FUNGSI MOTORIK
LENGAN
Gerakan
Lateralisasi ke kiri
Kekuatan
Lateralisasi ke kiri
Tonus
Meningkat
Meningkat
Klonus
Refleks Fisiologis
Biceps
Meningkat
Meningkat
Triceps
Meningkat
Meningkat
Radius
Meningkat
Meningkat
Ulna
Meningkat
Meningkat
Refleks Patologis
Hoffman Tromner
Leri
Meyer
Trofik
TUNGKAI
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Kanan
Kiri
Lateralisasi ke kiri
Lateralisasi ke kiri
Meningkat
Meningkat
Klonus
Paha
Kaki
Refleks Fisiologis
KPR
Meningkat
Meningkat
APR
Meningkat
Meningkat
Refleks Patologis
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Rossolimo
Mendel Bechterew
Upper
Middle
Lower
Tropik
SENSORIK
Tidak ada kelainan
GAMBAR
FUNGSI VEGETATIF
Miksi
Defekasi
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis
: (-)
Lordosis
: (-)
Gibbus
: (-)
Deformitas
: (-)
Tumor
: (-)
Meningocele
: (-)
Hematoma
: (-)
Nyeri ketok
: (-)
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
: (-)
Chorea
: (-)
Athetosis
: (-)
Ballismus
: (-)
Dystoni
: (-)
Myocloni
: (-)
FUNGSI LUHUR
Afasia motorik
: (-)
Afasia sensorik
: (-)
Apraksia
: (-)
Agrafia
: (-)
Alexia
: (-)
Afasia nominal
: (-)
: 11,6 g/dl
( 11.7-15.5 )
Ht
: 34
( 38-44 )
Eritrosit
: 4.050.000/mm3
Leukosit
: 11.000/mm3
( 4500 - 11.000 )
LED
: 46/mm3
( < 20 )
Trombosit
: 239.000
( 150.000 450.000 )
BSS
: 89 mg/dl
Cholestrol total
: 150 mg/dl
( < 200 )
HDL
: 23 mg/dl
( > 65 )
LDL
: 105 mg/dl
( < 150 )
Trigliserida
: 103 mg/dl
( 40-200)
Uric Acid
: 2.8 mg/dl
( < 5.7 )
Ureum
: 18 mg/dl
( 16.6 48.5 )
Kreatin
: 0.39 mg/dl
( 0,50 0.90 )
Na+
: 141 mmol/l
( 135 155 )
K+
: 3,2 mmol/l
( 3,6 5,5 )
Diagnosis Klinis:
Penurunan Kesadaran + Hemiparese sinistra spastik
Kaku kuduk
Kejang umum tonik klonik
Diagnosis Topik:
Meningen, encephalon
Diagnosis Etiologi:
Susp meningoencephalitis
dd/ Susp SOL di temporal dekstra
VI. PENATALAKSANAAN
- IVFD Nacl 0,9% gtt xx/m
- O2 canul 2L/menit
: dubia
Quo ad functionam
: dubia
RESUME
I. IDENTIFIKASI
Ny. LL, 18 Tahun, OKI, MRS 12 Juli 2013
II. ANAMNESIS
Penderita dirawat di bagian syaraf RSMH karena kejang umum tonik
klonik yang timbul 3 hari SMRS.
Kurang lebih 4 hari SMRS penderita mengalami kejang umum tonik
klonik, frekuensi lebih dari 10 kali per hari. Interictal dan post ictal penderita
sadar. Kurang lebih 3 hari SMRS penderita mengalami kejang umum tonik klonik
frekuensi lebih dari 10 kali per hari bertambah sering, interictal dan post ictal
penderita tidak sadar. Kelemahan sesisi tubuh (-) mulut mengot (-) bicara pelo
b.d.d, riwayat demam (+), riwayat sakit kepala (+) riwayat mual muntah (+)
Riwayat hipertensi (-) Riwayat diabetes melitus (-) Riwayat stroke (-)
Riwayat penyakit jantung (-), riwayat batuk pilek (+), riwayat batuk lama (-),
riwayat kejang dalam kehamilan (+) eklampsia bulan Maret 2013.
Penyakit ini diderita untuk pertama kalinya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran
: GCS E4M6V4
Nadi
: 66 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36.00C
Status Neurologikus
Fungsi Motorik
Fungsi Motorik
Lengan
Tungkai
Kanan
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Kiri
Kiri
Lateralisasi ke kiri
Meningkat
Meningkat
Klonus
Refleks
Fisiologis
Refleks
Patologis
Kanan
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
+B
+B
Fungsi sensorik
Fungsi vegetatif
Fungsi luhur
Gerakan abnormal
: tidak ada
: 11,6 g/dl
Ht
: 34%
Eritrosit
: 4.050.000/mm3
Leukosit
: 11.000/mm3
LED
: 46/mm3
Trombosit
: 239.000
BSS
: 89 mg/dl
Cholestrol total
: 150 mg/dl
HDL
: 23 mg/dl
LDL
: 105 mg/dl
Trigliserida
: 103 mg/dl
Uric Acid
: 2.8 mg/dl
Ureum
: 18 mg/dl
Kreatin
: 0.39 mg/dl
Na+
: 141 mmol/l
K+
: 3,2 mmol/l
Diagnosis Klinis:
Penurunan Kesadaran + Hemiparese sinistra spastik
Kaku kuduk
Kejang umum tonik klonik
Diagnosis Topik:
Meningen, encephalon
Diagnosis Etiologi:
Susp meningoencephalitis
dd/ Susp SOL di temporal dekstra
VI. PENATALAKSANAAN
- IVFD Nacl 0,9% gtt xx/m
- O2 canul 2L/menit
- Inj. Diazepam 1 amp bila kejang (bolus lambat)
- Fenitoin cap3x100 mg IV
- Inj. Ceftrixone 2x2 gr IV (skin test)
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia
ANALISIS KASUS
Diagnosis banding etiologi :
1. Meningitis
Gejala :
- Demam
- Sakit kepala
- Kaku kuduk
- Mual dan muntah
- Penurunan kesadaran
- Kejang
2. Encephalitis
Gejala :
- Demam
- Sakit kepala
- Kaku kuduk
- Mual dan muntah
- Penurunan kesadaran
- Kejang
3. SOL
Gejala :
Gejala yang ditemukan pada pasien
- sakit kepala
- Sakit kepala (+)
- mual muntah
- Mual dan muntah (+)
- kelemahan pada tungkai dan
- Lateralisasi ke salah satu sisi
kaki
(+)
- kejang
- Kejang (+)
- penurunan kesadaran
- Penurunan kesadaran (+)
Pemeriksaan penunjang :
- CT-Scan : S.O.L.
Pemeriksaan penunjang :
CT-Scan : Susp. SOL di temporal
Pada laporan ini diajukan kasus penderita perempuan berusia 18 tahun yang
datang ke IGD RSMH dengan keluhan kejang umum tonik klonik. Keluhan ini
terjadi secara perlahan atau tidak mendadak sejak 4 hari sebelumnya. Pasien tidak
memiliki riwayat trauma kepala, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit hati,
maupun penyakit ginjal. Dari informasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
kejang dapat disebabkan oleh proses intrakranial tetapi bukan yang bersifat
neurovaskuler dan proses ekstrakranial (metabolik) dapat dieksklusi tetapi harus
dikonfirmasi dahulu dengan pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Sebelum
mengalami penurunan kesadaran pasien mengalami perubahan perilaku menjadi
agresif dan perubahan status mental (bicara inkoheren). Pasien juga mengalami
gejala-gejala lain seperti demam yang tidak terlalu tinggi, mual, muntah, dan nyeri
kepala. Gejala-gejala tersebut memberikan dugaan kuat diagnosis ke arah proses
intrakranial.
Pada pemeriksaan fisik umum kesadaran menurun dengan GCS E4M6V4,
tekanan darah 120/80 mmHg dan tanda vital lain dalam batas normal, tidak
ditemukan ikterik pada sklera, serta thoraks dan abdomen dalam batas normal.
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan tanda rangsang meningeal berupa kaku
kuduk, Lasseque dan Kernig sign serta pada sistem motorik terdapat lateralisasi ke
kiri. Refleks fisiologis meningkat dan ditemukan adanya refleks patologis
Babinsky pada kedua tungkai. Hasil pemeriksaan fisik mengkonfirmasi diagnosis
banding yang telah disusun dari hasil anamnesis yaitu kejang umum tonik klonik
yang disebabkan oleh proses intrakranial berupa inflamasi pada pada meningen
(ditemukan tanda rangsang meningeal) dan parenkim otak (penurunan kesadaran,
defisit neurologis berupa lateralisasi ke kiri).
Ensefalitis, yang merupakan proses inflamasi pada parenkim otak, dapat
menimbulkan disfungsi neuropsikologis difus dan/atau fokal. Meski terutama
melibatkan parenkim otak, meningen atau selaput otak juga sering terlibat
sehingga dikenal istilah meningoensefalitis. Bakteri, virus, jamur, dan proses
autoimun dapat menyebabkan ensefalitis. Etiologi ensefalitis pada umumnya
infeksius tetapi dapat juga noninfeksius (misalnya pada proses demyelinisasi pada
acute disseminated encephalitis). Pada pasien ini dari anamnesis tidak dapat
memastikan agen etiologi, namun diakui ada riwayat demam dan batuk pilek
dangejala menyerupai flu memungkinkan penyebabnya adalah virus. Gejala
prodromal umum dari ensefalitis virus berlangsung selama beberapa hari dan
berupa demam, nyeri kepala, mual dan muntah, letargi, dan mialgia.
gangguan motorik
ataksia
disfagia
adanya riwayat eklampsia yang dialami pada bula Maret 2013 lalu. Eklapsia dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial terutama di subarachnoid dan dapat
menimbulkan gejala berupa sakit kepala, kejang dan penurunan kesadaran.
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa CT scan untuk memastikan
kemungkinan adanya SOL pada penderita ini.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk membantu mengkonfirmasi
temuan klinis dan menegakkan diagnosis. CT scan dengan atau tanpa kontras
dilakukan sebelum pungsi lumbal untuk mencari tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial, hidrosefalus obstruktif, atau efek massa. CT scan juga membantu
dalam diagnosis diferensial. Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih baik
dibandingkan CT scan kepala untuk menunjukkan kelainan pada perjalanan awal
penyakit.
Pada pasien ini pemeriksaan penunjang laboratorium menunjukkan
leukositosis yang tidak terlalu tinggi (11.000/mm3). Pada CT scan tanpa kontras
terlihat gambaran ventrikulomegali ringan dan gambaran girus serebri yang
menghilang. Jumlah leukosit yang tidak terlalu tinggi konsisten dengan infeksi
virus (non-bakterial).
Komplikasi yang dapat terjadi pada ensefalitis adalah kejang, syndrome of
inappropriate secretion of antidiuretic hormone (SIADH), peningkatan tekanan
intrakranial, dan koma. Pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda telah terjadi
kejang.
Penanganan kasus ensefalitis secara umum bersifat suportif dengan
pengecualian ensefalitis akibat herpes simpleks dan varicella-zoster. Tujuan
penanganan pasien akut adalah pemberian dosis pertama asiklovir, dengan atau
tanpa antibiotik atau steroid, secepat mungkin dalam 30 menit sejak pasien
datang. Sampel untuk pemeriksaan laboratorium dan kultur darah hendaknya
diambil sebelum terapi dimulai. Bahkan pada kasus ensefalitis tanpa komplikasi,
kebanyakan ahli merekomendasikan pemeriksaan neuroimaging (MRI, atau CT
scan apabila MRI tidak tersedia), sebelum melakukan pungsi lumbal.
Pada pasien ini pengobatan pengobatan yang diberikan berupa cairan
rumatan NaCl 0,9% gtt xx/m, antibiotik Ceftriaxone injeksi 2 x 2 gram (iv)
sebagai terapi antimikroba empiris, Dexamethasone injeksi 4 x 1, Fenitoin cap 3 x
100mg, Diazepan injeksi 1 amp apabila kejang, dan Ranitidine injeksi 3 x 50 mg
(iv) untuk mengatasi efek samping kortikosteroid terhadap lambung dan
mencegah stress ulcer. Pasien tidak diberikan terapi antiviral asiklovir sedangkan
berdasarkan analisis pada kasus ini terdapat kemungkinan agen etiologinya adalah
virus.
Selama perawatan di rumah sakit pasien menunjukkan kemajuan klinis yang
baik dengan perbaikan tingkat kesadaran meskipun belum sepenuhnya normal.
Meskipun demikian terdapat defisit neurologis berupa hemiparese sinistra. Pasien
meminta pindah rumah sakit sebelum masa perawatan selesai setelah dirawat
selama 4 hari atas alasan sosial. Berdasarkan penilaian klinis, prognosis pada
pasien ini at vitam: bonam dan at functionam: dubia.