Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan bernegara terdapat berbagai norma yang mengatur kehidupan


agar terjdai keseimbangan dan keteraturan hidup. Ketika salah satu norma tersebut
tak dijalankan dengan benar maka akan berpotensi terjadi hal yang tak diinginkan,
dan roda kehidupan akan tersendat.
Ada beberapa norma yang tertulis maupun tidak tertulis. Norma yang tertulis salah
satunya adalah norma hukum. Meskipun hukum sebagi aturan yang baku dan harus
dikuti, namun tetap saja banyak pihak yang memandang hukum sebagi sesuatu
yang bisa dbeli dngan uang dan kekuasaan. Termasuk didalamnya hukum tentang
pengaturan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang saat ini semakin
diperhatikan oleh khalayak. Karena banyaknya klaim dan semakin sulitnya proses
peradilan untuk menindaklanjuti klaim tersebut jika tak memiliki mukum yang kuat.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan HAKI tersebut serta apa saja yang
termasuk HAKI ini?
Lalu bagaimanakah relevansinya dalam kehidupan bernegara dalam masa
sekarang?
Bagaimana hukum mengaturnya agar tidak disalahgunakan atau dibajak?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HAKI
Hukum mengatur beberapa macam kekayaan yang dapat dimiliki oleh seseorang
atau suatu badan hukum.
Terdapat tiga jenis benda yang dapat dijadikan kekayaan atau hak milik, yaitu :
(1) Benda bergerak, seperti emas, perak, kopi, teh, alat-alat elektronik, peralatan
telekominukasi dan informasi, dan sebagainya;
(2) Benda tidak bergerak, seperti tanah, rumah, toko, dan pabrik;
(3) Benda tidak berwujud, seperti paten, merek, dan hak cipta.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas benda
tak berwujud. Berbeda dengan hak-hak kelompok pertama dan kedua yang
sifatnya berwujud, Hak Atas Kekayaan Intelektual sifatnya berwujud, berupa
informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan dan sebaginya
yang tidak mempunyai bentuk tertentu.

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau harta
intelek (di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris intellectual
property right. Kata "intelektual" tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual
tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia (the
creations of the human mind) (WIPO, 1988:3).
Ruang Lingkup Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang memerlukan
perlindungan hukum secara internasional yaitu :
1. hak cipta dan hak-hak berkaitan dengan hak cipta;
2. merek;
3. indikasi geografis;
4. rancangan industri;
5. paten;
6. desain layout dari lingkaran elektronik terpadu;
7. perlindungan terhadap rahasia dagang (undisclosed information);
8. pengendalian praktek-praktek persaingan tidak sehat dalam perjanjian lisensi.
Pembagian lainnya yang dilakukan oleh para ahli adalah dengan
mengelompokkan Hak Atas Kekayaan Intelektual sebagai induknya yang memiliki
dua cabang besar yaitu :
1. Hak milik perindustrian/hak atas kekayaan perindustrian (industrial property
right);
2. Hak cipta (copyright) beserta hak-hak berkaitan dengan hak cipta (neighboring
rights).
Hak cipta diberikan terhadap ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu
pengetahuan, kesenian, dan kesusasteraan. Hak cipta hanya diberikan secara
eksklusif kepada pencipta, yaitu "seorang atau beberapa orang secara bersamasama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas
dan bersifat pribadi".
Perbedaan antara hak cipta (copyright) dengan hak-hak yang berkaitan dengan
hak cipta (neighboring rights) terletak pada subyek haknya.
Pada hak cipta subyek haknya adalah pencipta sedangkan pada hak-hak yang
berkaitan dengan hak cipta subyek haknya adalah artis pertunjukan terhadap
penampilannya, produser rekaman terhadap rekaman yang dihasilkannya, dan
organisasi penyiaran terhadap program radio dan televisinya. Baik hak cipta

maupun hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta di Indonesia diatur dalam satu
undang-undang, yaitu Undang-Undang Hak Cipta (UUHC) UU .
Paten diberikan dalam ruang lingkup bidang teknologi, yaitu ilmu pengetahuan
yang diterapkan dalam proses industri. Di samping paten, dikenal pula paten
sederhana (utility models) yang hampir sama dengan paten, tetapi memiliki
syarat-syarat perlindungan yang lebih sederhana. Paten dan paten sederhana di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Paten (UUP).
Merek merupakan tanda yang digunakan untuk membedakan produk (barang
dan atau jasa) tertentu dengan yang lainnya dalam rangka memperlancar
perdagangan, menjaga kualitas, dan melindungi produsen dan
konsumen.Indikasi geographis merupakan tanda yang menunjukkan daerah asal
suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis, termasuk alam, faktor
manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut yang memberikan ciri dan
kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Jadi, disamping tanda berupa
merek juga dikenal tanda berupa indikasi geografis berkaitan dengan faktor
tertentu. Merek dan indikasi geografis di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Merek (UUM).
B. JENIS HAKI
Sebenarnya ada 7 (tujuh) cabang hukum yang dianggap sebagai bagian dari
HaKI oleh perjanjian TRIPS :
1. Hak Cipta (Copyright);
2. Merek (Trademark);
3. Paten (Patent);
4. Desain Industri (Industrial Design);
5. Desain Tata Letak Sirkit Terpadu (Layout Design ofIntegrated Circits);
6. Rahasia Dagang (Undisclosed Information);
7. Varietas Tanaman (Plant Varieties).
Tetapi sebagai pembatasan masalah yang kami bahas hanya pada Hak cipta,
paten dan merek.
1. HAK CIPTA
Hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku (Pasal 2 ayat 1 UUHC). Dikatakan hak khusus atau sering juga
disebut hak eksklusif yang berarti hak tersebut hanya diberikan kepada pencipta
dan tentunya tidak untuk orang lain selain pencipta.
Hak khusus meliputi :
a. hak untuk mengumumkan;
b. hak untuk memperbanyak.

Pengaturan hak cipta


Diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1982 tentang
Hak Cipta telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1987 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
6 tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta.
Untuk mempermudah penyebutannya dapat disingkat menjadi Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1982 jo Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 jo Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1997.
Pendaftaran hak cipta
Pendaftaran hak cipta bukanlah merupakan persyaratan untuk memperoleh
perlindungan hak cipta (pasal 5 dan pasal 38 UUHC). Artinya, seorang pencipta
yang tidak mendaftarkan hak cipta juga mendapatkan perlindungan, asalkan ia
benar-benar sebagai pencipta suatu ciptaan tertentu. Pendaftaran bukanlah
jaminan mutlak bahwa pendaftar sebagai pencipta yang dilindungi hukum.
Dengan kata lain Undang-Undang Hak Cipta melindungi pencipta, terlepas
apakah ia mendaftarkan ciptaannya atau tidak.
Ciri Hak Cipta
Ciri-ciri utama Hak Cipta dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak (Pasal 3 ayat Undang-undang
No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta).
2. Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, haik seluruhnya atau sebagian karena:
pewarisan, hibah, wasiat, dijadikan milik negara, perjanjian yang harus dilakukan
dengan akta, dengan ketentuari bahwa perjanjian itu hanya mengenai wewenang
yang disebut dalam akta tersebut (Pasal 3 ayat (2) Undang-undang No. 6 Tahu
1982 tentang Hak Cipta).
3. Hak yang dimiliki oleh pencipta, demikian pula Hak Cipta yang tidak
diumumkan, yang setelah penciptanya meninggal dunia, menja milik ahli warisnya
atau penerima wasiat, tidak dapat disita (Pasal Undang-undang No. 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta).
Ciptaan yang dilindungi
Setelah mengetahui ciri-ciri hak cipta, perlu juga diketahui karya-karya yang
dilindungi oleh Hak Cipta di Indonesia. Karya-karya di bidang ilmu pengetahuan,
seni dan sastra atau Ciptaan dilindungi oleh UU Hak Cipta No. 19 tahun 2002,
yaitu:
a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out), karya tulis yang
diterbitkan dan semua karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan,pantomim;
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, kaligrafi,

seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;


g. Arsitektur;
h. Peta;
i. Seni batik;
j. Fotografi;
k. Sinematografi;
l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain dan hasil
pengalihwujudan.
Selain hak eksklusif bagi pencipta suatu ciptaannya, pencipta juga mempunyai
hak ekonomi. Hak Ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk
mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.
Hak Ekonomi ini pada setiap Undang-undang Hak Cipta selalu berbeda, baik
terminologinya, jenis hak yang diliputinya, ruang lingkup dari tiap jenis hak
ekonomi tersebut. Secara umumnya setiap negara, minimal mengenal, dan
mengatur hak ekonomi tersebut meliputi jenis hak:
1. Hak reproduksi atau penggandaan (reproduction right),
2. Hak adaptasi (adaptation right);
3. Hak distribusi (distribution right);
4. Hak pertunjukan (public performance right);
5. Hak penyiaran (broadcasting right);
6. Hak programa kabel (cablecasting right);
7. Droit de Suite;
8. Hak pinjam masyarakat (public lending right).
Pencipta selanjutnya memiliki Hak Moral, Hak moral adalah hak-hak yang
melindungi kepentingan pribadi pencipta, konsep hak moral ini berasal dari
sistern hukum kontinental yaitu dari Perancis. Menurut konsep hukum kontinental
hak pengararang (droit d auteur, author rights) terbagi menjadi hak ekonomi untuk
mendapatkan keuntungan yang bernilaai ekonomi seperti uang, dan hak moral
menyangkut perlindungan atas reputasi si pencipta.
Pemilikan atas hak cipta dapat dipindahkan kepada piihak lain, tetapi moralnya
tetap tidak terpisahkan dari penciptanya. Hak moral merupakan hak yang khusus
serta kekal yang dimiliki si pencipta atas hasil ciptaannya, dan hak itu tidak di
pisahkan dari penciptanya. Hak moral ini mempunyai 3 dasar, yaitu hak untuk
mengumumkan (the right of publication); hak paterniti (the right of paternity) dan
hak integritas (the right of integrity). Sedangkan Komen dan Verkade menyatakan
bahwa hak moral yang dimiliki seorang pencipta itu meliputi:
1. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan;
2. Larangan mengubah judul;
3. Larangan mengubah penentuan pencipta;
4. Hak untuk mengadakan perubahan.
Selain hak cipta yang bersifat orisinal (asli), juga dilindunginya hak turunannya
yaitu hak salinan (neighbouring rights atau ancillary rights). Perlindungan hak

salinan ini hanya secara khusus hanya tertuju pada orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang pertunjukan, perekaman, dan badan penyiaran.
Karena hak cipta merupakan kekayaan intelektual yang dapat dieksploitasi hakhak ekonominya seperti kekayaan-kekayaan lainnya, timbul hak untuk
mengalihkan kepemilikan atas hak cipta melalui cara penyerahan untuk
penggunaan karya hak cipta. Sehingga secara otomatis terjadi pengalihan
keseluruhan hak-hak ekonomi yang dapat dieksplotasi dari suatu ciptaan kepada
penerima hak/pemegang hak cipta dalam jangka waktu yang di setujui.
Perkembangan Perundang-undangan Mengenai Hak Cipta di Indonesia
Setelah masa revolusi sampai tahun 1982, Indonesia masih memakai UU
pemerintah kolonial Belanda Auteurswet 1912, sampai saat Undang-Undang Hak
Cipta Nasional pertama diberlakukan tahun 1982. Berdasarkan Undang-undang
Hak Cipta (UUHC) No. 6 tahun 1982, perlindungan atas para Pencipta dianggap
kurang memadai dibandingkan dengan yang diberikan oleh hukum Hak Cipta di
luar negeri. Misalnya, perlindungan Hak Cipta umumnya berlaku selama hidup
Pencipta dan 25 tahun setelah meninggalnya Pencipta. Kategori karya-karya
yang Hak Ciptanya dilindungi pun terbatas karena hak-hak yang berkaitan
dengan Hak Cipta (neighbouring rights), misalnya, tidak memperoleh
perlindungan hukum.
Pada tahun 1987, UU Hak Cipta Indonesia direvisi dan skala perlindungan pun
diperluas. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, diberlakukan tidak sama
untuk setiap bidang ciptaan, untuk:
1. Hak Cipta atas ciptaan: buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya, seni
tari (koreografi), segala bentuk seni rupa; seni batik, ciptaan lagu atau musik,
karya arsitektur, berlaku selama hidup pencipta plus lima puluh tahun setelah
meninggal. Dan bila hak cipta tersebut dimiliki oleh dua orang atau lebih, maka
hak cipta berlaku selama hidup.pencipta yang terlama hidupnya dan 50 (lima
puluh) tahun setelah pencipta terakhir meninggal.
2. Karya cipta berupa: karya pertunjukan, dan karya siaran; ceramah, kuliah, dan
pidato, peta, karya sinematografi, karya rekaman suara atau bunyi, terjemahan
juga tafsir, hak cipta berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali
diumumkan.
3. Karya cipta berupa, karya fotografi, program komputer, serta saduran, dan
penyusunan bunga rampai, hak cipta hanya berlaku selama 25 (dua puluh lima)
tahun sejak pertama kali diumumkan.
Begitu juga dilakukan perluasaan perlindungan hukum bagi karya-karya seperti
rekaman dan video dikategorikan sebagai karya-karya yang dilindungi. Hak
Negara untuk mengambil alih Hak Cipta demi kepentingan nasional dicabut
karena pasal-pasal wajib mengenai lisensi Hak Cipta dianggap telah memadai
untuk menjaga kepentingan nasional.
Pada tahun 1997, UU Hak Cipta Indonesia direvisi lebih lanjut guna mengarahkan
hukum Indonesia memenuhi kewajibannya pa TRIPs. Hak yang berkaitan
dengan Hak Cipta (neighbouring rights) secara khusus diakui dan dilindungi
dalam bagian UU baru tersebut. Walaupun demikian, banyak karya yang

dianggap termasuk dalam hak-hak yang berkaitan dengan Hak Cipta ternyata
diikutsertakan dalam pasal umum mengenai kategori karya-karya yang hak
ciptanya dilindungi.
Pengaturan ketentuan mengenai perlindungan Hak Cipta ini, dalam Undangundang Hak Cipta No. 12 tahun 1997 banyak mengalami perubahan, menyangkut
karena adanya perubahan dan penataan pengelompokan mengenai jenis-jenis
ciptaan. Di antara perubahan mengenai perlindungan Hak Cipta tersebut yaitu
adanya tambahan ketentuan baru yang dimasukkan dalam Undang-undang Hak
Cipta 1997, berupa pengaturan hal-hal sebagai berikut:
1. Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara berupa hasil
kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, maka lamanya perlindungan
berlaku tanpa batas waktu.
2. Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara karena suatu
ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan, maka
lamanya perlindungan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya cipta
tersebut pertama kali diketahui umum.
3. Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang dan dilaksanakan oleh penerbit karena
suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya atau pada
ciptaan tersebut hanya tertera nama samar-an penciptanya, maka lamanya
perlindungan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya cipta tersebut
pertama kali diterbitkan.
4. Hak Moral dari suatu ciptaan jangka waktu perlindungannya tanpa batas waktu.
5. Dasar perhitungan jengka waktu perlindungan Hak Cipta bertitik tolak pada
tanggal 1 Januari tahun berikutnya atau tahun yang ber-jalan setelah ciptaan
tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan atau pencipta meninggal
dunia.
Ketentuan ini tidak berarti mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu
perlindungan Hak Cipta yang dihitung sejak lahirnya suatu ciptaan, apabila
tanggal tersebut diketahui secara jelas.
Tolok ukur untuk mengukur terjadinya pelanggaran Hak Cipta diubah dari ukuran
kuantitatif (10 %) menjadi ukuran kualitatif yang sesuai dengan kebanyakan
undang-undang di luar negeri. Revisi tahun 1997 juga menambahkan konsep
keaslian dalam definisi karya kreatif (Pasal 1 ayat 2). Hal yang menarik di sini
adalah di pertahankannya sistern pendaftaran Hak Cipta secara sukarela.
Pendaftaran sebenarnya dilakukan dalam rangka penyediaan bukti-bukti guna
menyelesaikan sengketa jika terjadi masalah di kemudian hari.
Pada akhirnya, pada tahun 2002, Undang-undang Hak Cipta No. 12 tahun 1997
(UUHC) dicabut dan digantikan UHHC yang baru yaitu Undang-Undang Hak
Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang memuat perubahan-perubahan untuk
disesuaikan dengan TRIPs dan penyempurnaan beberapa hal yang perlu untuk
memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk
upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari
keanekaragaman seni dan budaya tradisisonal Indonesia.
Di dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang baru juga
dimuat beberapa ketentuan baru, antara lain:

1. database merupakan salah satu Ciptaan yang dilindungi;


2. penggunaan alat apa pun baik melalui kabel maupun tanpa termasuk media
internet, untuk pemutaran produk-produk cakram optik (optic disc) melalui media
audio, media audiovisual dan/atau sarana telekomunikasi:
3. penyelesaian sengketa oleh Pengadilan Niaga, arbitrase, alternatif
penyelesaian sengketa;
4. penetapan sementara pengabdian untuk mencegah kerugian lebih besar bagi
Pemegang hak;
5. batas waktu proses perkara perdata di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait, baik
di Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah Agung: pegcantuman hak informasi
manajemen elektronik dan sarana kontrol teknologi;
6. pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap produkproduk yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi;
7. ancaman pidana atas pelanggaran Hak Terkait;
8. ancaman pidana dan denda minimal;
9. ancaman pidana terhadap perbanyakan penggunaan Program Komputer untuk
kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum.

2. PATEN
Hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya di
bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
penemuannya tersebut atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk
melaksanakannya (Pasal 1 Undang-undang Paten).
Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah menemukan suatu
penemuan (baru) di bidang teknologi. Yang dimaksud dengan penemuan adalah
kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang berupa :
a. proses;
b. hasil produksi;
c. penyempurnaan dan pengembangan proses;
d. penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi.
Pengaturan Paten diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6
tahun 1989 tentang Paten telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1989 tentang Paten. Untuk mempermudah

penyebutannya dapat disingkat menjadi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 jo


Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 atau Undang-Undang Paten (UUP) saja.
Pemberian Paten
Penemuan diberikan Paten oleh negara apabila telah melewati suatu proses
pengajuan permintaan paten pada Kantor Paten (Departemen Kehakiman
Republik Indonesia di Jakarta).
Penemuan yang tidak dapat dipatenkan sebagaimana diatur dalam Pasal 7
Undang-Undang Paten, yaitu :
a. Penemuan tentang proses atau hasil produksi yang pengumuman dan
penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, ketertiban umum, dan kesusilaan.
b. Penemuan tentang metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan, dan
pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan hewan, tetapi tidak
menjangkau produk apapun yang digunakan atau berkaitan dengan metode
tersebut.
c. Penemuan tentang teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan
matematika.

3. MEREK
Tanda yang berupa gambar, nama,kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (Pasal 1 Undangundang Merek).
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Sedangkan Merek
jasa yaitu merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan
hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa
sejenis lainnya.
Pengaturan Merek diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 1992 tentang Merek telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 1992 tentang Merek. Untuk mempermudah
penyebutannya dapat disingkat menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992
jo Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 atau dapat juga disingkat UndangUndang Merek (UUM).

Pendaftaran Merek diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada


Kantor Merek.
Unsur-unsur yang tidak dapat didaftarkan sebagai merek menurut Pasal 5
Undang-Undang Merek yaitu :
a. Tanda yang bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
b. Tanda yang tidak memiliki daya pembeda.
c. Tanda yang telah menjadi milik umum.
d. Tanda yang merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa
yang dimintakan pendaftaran.

Relevansi dari adanya HAKI pada abad sekarang bisa dilihat pada lampiran berita
berikut :

Kamis, 06 Desember 2007

Hak Kekayaan Intelektual Indonesia Masih Rendah


Awas, Batik Pun Bisa Dipatenkan Negara Lain Perlindungan hak kekayaan intelektual di Indonesia
dinilai masih rendah. Tak mengherankan jika batik Indonesia pun bisa dipatenkan5 menjadi hak milik
bangsa lain seperti Malaysia, Jepang dan negara-negara lain.
Padahal, batik merupakan milik bangsa Indonesia. Hasil tenun ini jangan lagi jatuh ke tangan bangsa
lain. Demikian dikemukakan Ir Lahindah, Msi, staf desain industri di Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM.
Ia menegaskan, dunia industri di Indonesia harus aktif menjaga hak kekayaan intelektual bila tidak
ingin batik Indonesia dicolong negara lain. "Motif-motif batik asli Indonesia harus cepat dipatenkan,"
katanya.
Menurut dia, salah satu keteledoran kita adalah kurang memperhatikan motif batik asli Indonesia
sehingga diakui sebagai milik negara lain. Dia mengemukakan, negara kita sedang berusaha
mengumpulkan semua motif batik yang dimiliki Indonesia untuk dipatenkan.
"Motif-motif batik Indonesia harus dipatenkan sekarang. Jangan sampai motif yang begitu bagus dan
sulit dibuat lalu diakui oleh negara lain sebagai karya mereka," katanya.
Langkah tersebut, lanjutnya, harus segera diambil, seperti yang dilakukan oleh Ibu Negara yang telah
mempatenkan kebaya sebagai hak milik Indonesia. Alhasil, tidak dapat diakui negara lain lagi. "Saya
tahu ada beberapa motif Indonesia seperti motif Madura ada di Museum Malaysia diakui sebagai motif
Malaysia, "katanya. Indonesia sendiri, lanjut Lahindah, memiliki begitu banyak motif batik. Ia pun
berencana membuatkan kategori, seperti berapa jumlah motif Solo, motif Yogyakarta, dan berapa motif
Cirebon.
"Jumlah motif batik Indonesia bisa mencapai ribuan dari banyak pulau di Indonesia," katanya. Tidak
hanya batik, jumlah kain asli Indonesia seperti Sasirangan dari Kalimantan juga banyak sehingga perlu
dipatenkan. Karena jumlahnyayang ribuan, maka rawan sekali jika bangsa lain mengakuinya sebagai
milik mereka, seperti yang dilakukan Malaysia terhadap batik. (sumber : harian rakyat merdeka)

Dari berita diatas kita dapat menangkap bahwa kondisi pengakuan HAKI sekarang
semakin perlu diperhatikan, karena barang sepelepun bisa diklaim sebagai hak cipta
atau hak paten seseorang atau negara lain hanya karena kelalaian kita mencari
payung hukum yang aman agar apa yang leluhur kita ciptakan akan dianggap
ciptaan negara lain dan kita akan terlihat semakin lemah sebagai negera hukum.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas kita dapat kita simpulkan hal-hal berikut :
1. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas
benda tak berwujud. Berbeda dengan hak-hak kelompok pertama dan kedua
yang sifatnya berwujud, Hak Atas Kekayaan Intelektual sifatnya berwujud,
berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan dan
sebaginya yang tidak mempunyai bentuk tertentu.
2. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau
harta intelek (di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris
intellectual property right. Kata "intelektual" tercermin bahwa obyek
kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk
pemikiran manusia (the creations of the human mind) (WIPO, 1988:3).
3. Sebenarnya ada 7 (tujuh) cabang hukum yang dianggap sebagai bagian dari
HaKI oleh perjanjian TRIPS :
1. Hak Cipta (Copyright);
2. Merek (Trademark);
3. Paten (Patent);
4. Desain Industri (Industrial Design);
5. Desain Tata Letak Sirkit Terpadu (Layout Design ofIntegrated
Circits);
6. Rahasia Dagang (Undisclosed Information);
7. Varietas Tanaman (Plant Varieties).
4. pengakuan HAKI sekarang semakin perlu diperhatikan, karena barang
sepelepun bisa diklaim sebagai hak cipta atau hak paten seseorang atau
negara lain hanya karena kelalaian kita mencari payung hukum yang aman
agar apa yang leluhur kita ciptakan akan dianggap ciptaan negara lain dan
kita akan terlihat semakin lemah sebagai negera hukum.
DAFTAR PUSTAKA
www.dgip.go.id
www.suaramerdeka.com
www.hukumham.info.com

Anda mungkin juga menyukai