Anda di halaman 1dari 95

1

TRADER SAHAM PEMULA


Selamat pagi
Alhamdulillah akhirnya program Wakaf Ilmu yang saya lakukan selama
bulan Ramadhan 1434 H ini selesai juga. Biasa.. karena saya bukan siapasiapa, dan saya juga bukan seorang hartawan yang bisa bagi-bagi duit untuk
amal selama bulan Ramadhan ini, di awal bulan Ramadhan kemarin, saya
memutuskan untuk membuat suatu Kelompok Tulisan yang saya beri judul:
Trading Saham untuk Pemula (Trading for Newbies).
Trading Saham untuk Pemula ini adalah suatu rangkaian tulisan yang
tujuannya adalah memberikan gambaran mengenai apakah trading saham
itu? jika dilihat dari sudut pandang seorang Satrio Utomo, atau bisa juga dari
sudut pandang http://www.rencanatrading.com. Harapan saya, rangkaian
tulisan ini bisa menjadi starting point, titik awal bagi siapa saja yang ingin
belajar cara untuk trading berbasis prediksi, trading berbasis trading plan.
Rangkaian Tulisan ini, sebenarnya lebih mirip sebuah buku. Tapi, karena
dalam prosesnya saya menuliskannya secara terpisah-pisah serta pada
waktu yang berlainan dan tidak berurutan, maka untuk mendapatkan sebuah
buku yang utuh, maka anda sebaiknya membaca dulu
tulisan Pendahuluan pada halaman dibawah ini.
Sebelumnya, saya ingin mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada
Alloh SWT yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
memperoleh ilmu yang bermanfaat. Semoga Ilmu ini bisa memberikan
barokah kepada saya dan keluarga, serta bagi anda semua yang membaca
dan memanfaatkannya. Semoga bisa membantu anda dalam memperoleh
keuntungan dalam bertransaksi saham, di belantara Bursa Efek Indonesia
yang ganas ini.
Terima kasih.

Pendahuluan
Keindahan itu terkadang hanya akan bisa anda dapatkan atau anda
lihat, apabila anda bisa melihatnya dari sudut pandang yang tepat
Itu yang saya dapat ketika saya mempelajari cara untuk memperoleh
keuntungan, memenangkan pertarungan dari lantai Bursa Efek Indonesia.
Mencari profit di Bursa Efek, itu memang sangat sulit. Banyak orang yang
mencoba, lebih banyak lagi yang gagal. Karena saya memulai karir saya
sebagai broker, kemudian floor trader, dan belakangan (hampir 10 tahun
terakhir) saya menekuni riset, saya sudah benar-benar melihat di grass root,
bagaimana rasanya menjadi orang yang rugi. Kalau cuman kehilangan
hampir seluruh investasi awalnya, itu adalah sebuah hal yang lumrah. Yang
sering membuat hati saya sesak, adalah ketika melihat orang yang
kehilangan seluruh aset, kehilangan kebahagiaan keluarga (harus berpisah
dari anak dan istrinya karena keluarganya goncang atau bahkan terpecah),
dan bahkan dibenci oleh anak, istri, dan seluruh keluarganya, sebagai akibat
dari kerugian yang dilakukannya di Pasar Modal.
Saya juga memulai karir di pasar modal ini bukan dari sebuah cerita yang
enak. Kalau anda sudah membaca Kata Pengantar di buku yang saya tulis,
anda pasti juga sudah tahu bahwa saya memulainya dari posisi cut loss
sebesar Rp 2 miliar (duit nasabah siy.. bukan duit saya sendiri), ketika saat

itu gaji pokok saya masih sebesar Rp 200 ribu. Lecutan semangat dari
kerugian yang tidak akan terbayar ini, yang membuat saya giat untuk
belajar, mencari cara untuk memperoleh profit di bursa saham ini.
Memang.. saya harus mengakui bahwa apa yang saya dapat, memang belum
tentu juga merupakan cara yang paling menguntungkan. Akan tetapi, bisa
mendapatkan keuntungan yang cukup dan stabil, meski dalam kondisi
market yang bearish, saya kira adalah apa yang saya cari, ketika saya
pertama kali memutuskan untuk mencari jalan untuk memperoleh
keuntungan.
Menjadi seorang Pemula di pasar modal kita ini, tidaklah mudah. Selain
resiko pasar, minimnya perlindungan dari otoritas terhadap pemodal pemula,
ditambah banyaknya orang yang berusaha dengan sangat keras dan
menggunakan segala macam cara untuk mengambil uang dari para
pemodal, telah menjadikan banyak pemula terpaksa gulung tikar hanya
setelah beberapa bulan mencoba untuk melakukan investasi atau trading
saham. Selain itu, tidak adanya batas standar pengetahuan yang layak
bagi seorang pemodal pemula, disamping juga pemodalnya males untuk
belajar atau melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum melakukan
transaksi juga merupakan sumber dari kekalahan, awal dari kerugian yang
akan mereka dapatkan.
Oleh sebab itu, ketika salah satu sepupu saya menanyakan kepada saya
mengenai bagaimana cara seorang pemula bisa mempelajari prediksi dan
trading saham, saya kemudian terpikir, untuk membuat sebuah sumber
pengetahuan dasar bagi seorang pemodal pemula dengan menggabungkan
tulisan-tulisan yang sudah ada sebelumnya pada blog saya ini.
Dalam benak saya, dari pada membuat buku yang sepertinya butuh sebuah
effort yang sangat besar, merangkai potongan-potongan pengetahuan yang
telah saya share pada blog ini semenjak 9-9-9 (9 September 2009), menjadi
sebuah bangunan fondasi bagi seorang pemodal pemula, adalah sesuatu
yang lebih feasible, mudah, dan cepat untuk dilakukan. Disini kemudian saya
memulai program Wakaf Ilmu Trading bagi Pemula yang tidak lain adalah
usaha saya untuk membuat sebuah rangkaian panduan trading to win, bagi
seorang newbies. Well.. beberapa orang kemudian berkata.. bahwa
produktifitas saya kali ini.. adalah pelarian saya untuk tidak mengerjakan
thesis (hihihi).
Tapi.. terserah deh saya berharap agar teman-teman yang merasa bahwa
apa yang saya sharing ini berguna, mau mendoakan agar saya diberi
kemudahan dalam mengerjakan Thesis. Hehehe.
Pengetahuan Dasar Trading Saham bagi Seorang Pemodal Pemula
Sekarang.. marilah kita berbicara tentang isi dari Pengetahuan Dasar Trading
Saham bagi Seorang Pemodal Pemula. Pada prinsipnya, apa yang sudah saya
sharing semenjak awal bulan Ramadhan yang lalu, sebenarnya sudah sangat
mencukupi. Akan tetapi, saya kemudian memutuskan untuk membuat dua
buah tulisan lagi, tentang definisi saya mengenai bagaimana cara
memperoleh profit dan apa itu pergerakan harga saham yang tidak lain
adalah nyawa dari pengetahuan dasar pasar modal bagi pemula. Dari sini,
kita bisa mempersiapkan pengetahuan awal bagi seorang pemodal pemula
ketika dia pertama kali mencoba untuk memperoleh keuntungan di bursa
saham.
1. Persiapan diri: Mencari Sudut Pandang

Berisikan mengenai pengetahuan tentang definisi-definisi dasar yang


diperlukan bagi seorang Pemodal Pemula. Disini saya mempersiapkan sudut
pandang yang sebaiknya diambil oleh seorang pemodal pemula. Sudut
pandang menjadi sangat penting, karena akan menentukan keberhasilan dari
trader pemula itu untuk bisa memperoleh profit yang konsisten. Kegagalan
untuk memahami perbedaan antara trading dan investasi misalnya, sering
kali menjadi penyebab utama dari kegagalan seorang pemodal untuk
memperoleh profit.
Bagian ini terdiri dari 10 tulisan:

#01: Ketika Trading Berbeda dengan Investasi

#02: Nasib Trader dengan Ilmu Ala Kadarnya

#03: Trader Apa yang Engkau Cari?

#04: Memahami Makna Profit yang sebenarnya

#05: Keputusan Awal Bagi Seorang Pemodal Pemula

#06: Manfaat sebuah Rencana Trading

#07: Pentingnya sebuah Rencana Trading

#08: Trader harus mampu Berpikir Secara Obyektif

#09: Manfaat dari Berpikir Obyektif

Bagian ini diawali dari falsafah dasar dari seorang trader, dimana trader
harus bisa membedakan diri dari investasi. Trader tidak bisa melakukan
keduanya secara bersamaan karena
2. Persiapan pengetahuan
Pada dasarnya, seorang trader harus memiliki pengetahuan mengenai
analisis harga saham. Analisis harga saham baik dari sisi nilai (harga) dari
perusahaan itu (secara fundamental) maupun analisis pergerakan harga
(secara teknikal). Itu sebabnya, saya memulai bagian ini dengan membahas
mengenai sudut pandang saya tentang bagaimana harga bisa bergerak,
dengan melihat dari model-model pergerakan harga yang menurut saya
perlu dipahami oleh seorang pemodal pemula. Ini untuk membuat pemodal
pemula sadar, bahwa untuk memprediksi, untuk membaca pergerakan harga
saham, kita harus mengetahui apa dan siapa yang menggerakkan pasar.
Sehingga kita bisa memperoleh pola pikir yang benar dalam melihat
pergerakan harga.

#10: Mengenal Beberapa Model Pergerakan Harga

Setelah itu, baru saya masuk ke bahasan mengenai cara untuk menganalisis,
baik secara fundamental atau teknikal. Bagusnya kalau trader tersebut
mau melihat sendiri, menganalisis sendiri kondisi fundamental perseroan.
Tapi, karena (biasanya) trader tidak memiliki waktu untuk belajar yang
mendalam tentang fundamental perseroan (hehehe saya sendiri juga
males untuk belajar FA terlalu dalam karena pasti kalah pintar sama analisanalis fundamental yang diluar sono..), maka disini saya mencoba untuk
mengajarkan tentang cara read between the line atas analisis fundamental
yang dibuat oleh orang (konsensus analisis), maupun terhadap variabel-

variabel atau event-event fundamental (seperti pengumuman deviden,


pengumuman kinerja emiten).

#11: Membedakan Saham Fundamental vs Saham Gorengan

#12: Memahami Valuasi dari kaca mata seorang Trader

#13: Mengenal Konsensus Analis

#14: Mencari Data Konsensus Analis Fundamental

#15: Mensikapi Pengumuman Kinerja Emiten

#16: Memahami Arti Deviden

#17: Timing Beli Jual dalam Investasi

Setelah analisis fundamental, kita masuk ke dalam bahasan tentang analisis


teknikal. Saya memulainya dengan struktur pembelajaran analisis teknikal
yang sebaiknya ditempuh oleh seorang pemodal pemula. Ini karena saya
sedikit concern tentang perilaku dari pemodal pemula yang maunya instan.
Jangan dipikir bahwa dengan membayar kursus sekali yang berharga mahal,
anda lantas bisa memperoleh alat teknikal untuk memenangkan
pertarungan. Meski bukannya tidak mungkin, tapi.. alangkah baiknya jika
kita mau mempelajari semua sudut pandang yang ada sebelum kita
menentukan sudut pandang yang baik, yang sesuai dengan kebutuhan kita.

#18: Struktur Pembelajaran Analisis Teknikal

#19: Mengenal konsep Market Action Discounts Everything

#20: Memahami Harga Open, High, Low, dan Close pada Analisis
Teknikal

#21: Mengenal Definisi dari Naik, Turun. Flat, atau Mixed

#22: Ketika pergerakan harga saham sekedar berarti Ya atau Tidak

#23: Harga Saham: Sebuah Fungsi Komunikasi

#24: Pengulangan Pada Pergerakan Harga

#25: Memahami Suport dan Resisten (dan aplikasinya untuk trading)

#26: Charting Skills: Rule Of Three dalam Penentuan Suport atau


Resisten

#27: Memahami Konsep Dasar dari Trend

#28: Charting Skills: Mengenal Jangka Waktu dari Trend

#29: Memahami Pentingnya Trend Jangka Menengah

#30: Posisi Beli dan Posisi Jual berdasarkan Trend

Saya percaya, bahwa untuk memenangkan pertarungan, kita harus memiliki


pengetahuan mengenai teknik dasar secara paripurna. Itu yang membuat
dalam mempelajari analisis teknikal ini, saya lebih berkutat pada suport,

resisten, dan trend, plus bagaimana cara kita melakukan posisi beli atau
posisi jual dengan memanfaatkan suport, resisten, dan trend tersebut.
Sisanya nanti bisa anda pelajari sendiri lah.. baik dari buku-buku analisis
teknikal yang ada, maupun pada bagian charting skills yang merupakan
bagian lain yang ada pada weblog ini.
3. Membaca market (Regional Lokal)
Pada dasarnya, anda tidak boleh lupa bahwa basic saya adalah seorang
analis pasar. Seorang analis yang kemudian berusaha untuk mengaplikasikan
pengetahuannya untuk memperoleh profit. Itu sebabnya, saya membaca
pasar sering kali dengan cara top to bottom. Dari regional, IHSG, baru
setelah itu saya mencari saham yang kemungkinan akan bergerak. Itu
sebabnya, dalam bagian dimana saya menjelaskan mengenai bagaimana
kita membaca pasar ini, anda akan menemukan bagaimana kita bisa
menterjemahkan prediksi kita terhadap pasar (dari Indeks Dow Jones, Hang
Seng, hingga IHSG) , menjadi sebuah posisi trading, melalui Teori Gerbong
(sector rotation).

#31: Menggunakan Indeks Hang Seng sebagai Prediktor Indeks DJI

#32: Trading Mengikuti Pergerakan IHSG

#33: Trading Strategy: Memanfaatkan Teori Gerbong

#34: Memahami Aliran Dana Asing

#35: Memahami dan Mensikapi Aliran Dana Aseng

4. Persiapan menghadapi psikologi pasar


Trading itu teori hanya menentukan 10 persen dari kemenangan. Yang 90
persen, berasal dari pemahaman kita mengenai psikologi trading. Ini yang
membuat penentuan sudut pandang akan segala permasalahan yang terkait
dengan pemenangan trading, memperoleh profit sebaiknya lebih terfokus
pada masalah pemahaman kita terhadap psikologi trading. Benarkah
begitu? Hehehe
Well Psikologi trading itu membuat kita memiliki sudut padang yang benar
terhadap pemenangan trading. Tapi.. psikologi terpenting adalah
bagaimana kita bisa disiplin dalam trading, disiplin terhadap rencana trading
yang telah kita susun. Jadi.. saya menyusun bagian ini dari yang terpenting,
yaitu disiplin, disiplin dalam positioning dan juga cut loss. Setelah itu, saya
kemudian membahas sudut pandang terhadap macam-macam hal, sebelum
akhirnya kembali ke dalam kesimpulan, bahwa menjadi trader itu.. harus
disiplin.. dan tidak boleh sombong.

#36 Trading Strategy: Mengapa Trader harus DISIPLIN ?

#37: Memahami Cut Loss

#38: Trading Strategy: Mengenal IPO Trading atau Investasi?

#39: Mengenal Perilaku Saham Lapis Ketiga Keempat

#40: Trading Strategy: Jangan jadi Trader Pengejar Rumor

#41: Sebagian rumor, memang tujuannya untuk menipu

#42: Tidak ada saham yang Kebal Koreksi

#43: Jadi Trader itu, Tidak Boleh Sombong

So Setiap orang adalah individu yang berbeda. Dalam menempuh jalan


trading, setiap orang juga akan menempuh jalan yang berbeda, pendekatan
yang berbeda. Apa yang saya berikan, atau wakafkan disini sebenarnya
hanya setetes air ditengah samudra yang luas. Akan tetapi, saya berharap
agar hal yang kecil ini, bisa menjadi dasar bagi pemahaman anda terhadap
ilmu persahaman, dunia persahaman yang benar-benar ganas ini.
Semoga ilmu ini menjadi bermanfaat untuk anda, dan bisa memberikan
barokah kepada saya dan anda juga. Semoga setiap kerugian bisa menjadi
pelajaran bagi kita semua.
Barakallahu fikum
Happy trading semoga barokah!!!
Satrio Utomo
*bacalah halaman disclaimer sebelum anda melakukan posisi beli atau posisi
jual setelah anda membaca ulasan ini. Terima kasih.
PS: Tulisan saya yang ada disini, sebagian besar sebenarnya adalah tulisan
yang nantinya akan muncul pada buku saya berikutnya. Harapan saya, anda
tidak melakukan copas tanpa ijin. Dan.. kalau ada orang yang melakukan
copas tanpa ijin.. ada baiknya anda memberitahukannya kepada saya.
Terima kasih.
Ketika Trading berbeda dengan Investasi
Posted by Satrio Utomo on March 25, 2010 19 Comments
Satu fakta yang harus kita perhatikan ketika kita mulai melakukan transaksi
beli dan jual saham adalah bahwa Trading berbeda dengan investasi.
Perbedaannya terutama terletak pada jangka waktu investasinya
(investment time horizon),sumber dari keuntungan, alat analisis yang
digunakan untuk melakukan prediksi,dan bagaimana seorang pemodal akan
mencapai keuntungan.

Jangka waktu investasi & Sumber Keuntungan


Jangka waktu investasi adalah perbedaan terbesar antara investasi dengan
trading. Perbedaan dari jangka waktu investasi ini, nantinya juga akan
memunculkan perbedaan lainnya. Ketika seorang investor melakukan
pembelian saham dengan motif untuk melakukan investasi, maka ia
berharap akan prospek atau bisa juga nilai (value) dari perusahaan untuk
jangka panjang. Pada prinsipnya, seorang investor hanya melakukan posisi
beli jika melihat sebuah perusahaan dengan prospek yang bagus. Saham ini
kemudian akan ditahan selama investor tersebut tidak melihat adanya
perubahan fundamental yang mendasar terjadi pada perseroan. Oleh karena
perubahan fundamental yang mendasar ini sering kali tidak bisa berlangsung
cepat (ingat, fakta yang mendasari selalu berasal dari laporan keuangan
perseoran yang hanya dipublikasikan setiap 3 bulan sekali), maka holding
periods (masa simpan) dari saham ini bisa berlangsung dalam waktu yang
lama. Bisa satu tahun, tiga tahun, lima tahun, bahkan lebih dari sepuluh
tahun. Oleh karena itu, seorang investor memang memperoleh keuntungan
dari apresiasi pergerakan harga untuk jangka panjang.
Disisi lain, seorang trader, melakukan pembelian saham dengan waktu
simpan yang pendek. Entry (beli) Untung Exit (jual). Keuntungan besar
dan cepat. Itulah yang diinginkan oleh seorang trader. Pendeknya jangka
investasi ini karena seorang trader bereaksi terhadap perubahan pergerakan
harga, lebih dari sekedar perubahan kondisi fundamental dari perseorang. Ini
yang menyebabkan holding periodsnya menjadi cenderung pendek. Bisa
dalam hitungan bulan, minggu, hari, jam, bahkan menit.
Alat analisis
Perbedaan sumber informasi ini (investasi dari fakta fundamental, sedangkan
trader dari pergerakan harga) inilah yang kemudian membuat alat
analisisnya menjadi berbeda. Seorang investor sudah dipastikan akan
menggunakan analisis fundamental. Disisi lain, seorang trader lebih
bereaksi terhadap perubahan pergerakan harga. Jadi alat analisisnya bisa
macem-macem. Pake fundamental juga bisa. Tapi lebih sering
menggunakan alat analisis yang lain, seperti analisis teknikal, analisis
perilaku, atau alat-alat analisis yang lain, selama masih dalam batasan
aturan pasar modal tentu saja.

Tujuan Investasi dan bagaimana cara seorang pemodal mencapainya


Seorang investor akan mengedepankan rasio. Semua harus ada landasan
pemikirannya. Semua harus masuk akal. Semua harus sesuai dengan teori
yang diterima secara umum (terutama di jalur pendidikan resmi/sekolah).
Untung ya untung, tapi harus rasional. Itulah prinsip dari seorang investor.
Disisi lain, seorang trader meletakkan keuntungan diatas segala-galanya.
Pertimbangan apakah cara yang ditempuh harus rasional, tidaklah penting.
Yang penting untung. Untung sesuai dengan aturan pasar modal yang ada.
Strategi transaksi: Investor vs Trader
Perbedaan tersebut diatas membuat strategi transaksi antara seorang
investor dan seorang investor menjadi berbeda. Seorang investor akan
memilih saham dan kemudian melakukan posisi beli, dan kemudian akan
menahannya (hold) selama mungkin. Selama tidak ada perubahan
fundamental yang mendasar, buat apa melakukan posisi jual? BELI KETIKA
MURAH, DAN TAHAN SELAMA MUNGKIN SELAMA TIDAK ADA
PERUBAHAN PROSPEK.
Disisi lain, seorang trader selalu melihat arah pergerakan harga. Ketika
harga akan bergerak naik, dia akan melakukan posisi beli, sedangkan ketika
harga akan bergerak turun, dia akan melakukan posisi jual. BELI KETIKA
AKAN NAIK, DAN JUAL KETIKA AKAN TURUN. Itu adalah strategi umum
yang sering dilakukan oleh seorang trader.
TRADING BUKANLAH SPEKULASI
Saya tidak tahu bagaimana sikap anda. Tapi, buat saya: Trading itu
berbeda dengan spekulasi. Perbedaannya terletak pada kedalaman
analisis yang dilakukan ketika kita melakukan posisi. Spekulasi identik
dengan melakukan posisi yang untung-untungan, analisisnya hanya dangkal,
atau sering kali tidak jelas landasan teorinya. Disisi lain, ketika seorang
pemodal melakukan posisi trading, maka semua sudah dilakukan
berdasarkan kalkulasi yang matang. Serta analisis dengan presisi prediksi
dengan probabilitas yang terkontrol. Dengan kata lain: Jika seseorang
pemodal melakukan posisi beli/jual dengan probabilitas 60% 80%
untuk memperoleh keuntungan, itu disebut sebagai trading.
Sedangkan jika seseorang pemodal melakukan posisi beli/jual
dengan probabilitas keuntungan yang tidak jelas atau tidak
terkalkukasi, itu yang disebut sebagai spekulasi.

Penutup
Kurangnya pemahaman mengenai perbedaan antara trading dan investasi
inilah yang kemudian membuat banyak pemodal yang berguguran (rugi
habis-habisan) selama koreksi market yang terjadi selama 2008 lalu.
Pemodal sering kali terjebak untuk menjadi seorang trader dadakan
(rencananya investasi, tapi kemudian melakukan posisi trading dengan
menggunakan account margin), atau menjadi investor dadakan (rencana
awalnya menjadi seorang trader, tapi karena tidak disiplin dalam melakukan
posisi cut loss, maka posisi tradingnya berubah menjadi posisi investasi).
Fakta ini juga yang membuat saya tergugah untuk memulai weblog
www.rencanatrading.com, weblog yang saya fokuskan untuk membantu para
trader dalam memahami pasar, terutama melalui kaca mata analisis
teknikal. Harapan saya, semoga pasar modal kita bisa semakin kuat, dengan
kualitas pemodal lokal yang semakin tangguh. Agar pasar modal kita, tidak
melulu dalam penguasaan pemodal asing.

Perencana Trading
Saya masih ingat benar masa-masa itu. Saat itu di sekitar tahun 1990
1995. Trek-trekan Bonek (balapan jalan raya) adalah hiburan rakyat yang
cukup digemari di daerah tempat saya tinggal. Lihat saja ilustrasi
disamping.. seorang yang tinggi kurus, pake Astrea Prima 100 cc, tiduran
diatas motor, ngebut, tangan kanan pegang gas.. tangan kiri pegang
pemindah gigi (waduuhh.. gue bangeet niy.. ehehe). Terus ngebut.
Masalah kemudian timbul.. ketika aparat Kepolisian mulai mendatangi lokasi.
Biasanya sih.. yang datang duluan adalah petugas PJR (Patroli Jalan Raya).
Satu atau dua petugas.. langsung ikut masuk ke arena. Saya masih ingat
perkataan teman saya yang barusan masuk selokan: Rek.. mosok pas
banter-bantere aku nancap sampek turu-turu, iku PJR moro-moro mecungul
neng sebelahku.. ngomonge ngene: Wis Banter tah dik? Terus.. DUARR!!!
PJR-e nendang sepeda motorku Lha sepeda motore dekke gedhe.. menter
ae.. sepedaku cilik.. yo langsung ae nyungsep neng got (terjemahan: Pren,
ketika saya ngebut dalam kecepatan maksimal, PJR itu tiba-tiba muncul di
sebelah saya.. kemudian bilang: Cuman bisa segitu kecepatan anda dik?
Kemudian.. DUARR!!! PJR itu menendang motor saya. Motor dia tidak
bergerak sedikitpun karena besar. Motor saya langsung masuk selokan
karena kecil).
Anda bisa bayangkan deh.. sebuah Astrea Prima.. yang didesain sebagai alat
transportasi jalan raya, dioprek oleh anak-anak SMA/STM, kemudian harus
melawan sebuah sepeda motor dengan tenaga yang jauh lebih besar, yang
memang didesain untuk kecepatan oleh engineer-engineer kenamaan
(meskipun kualitas yang ngoprek motor ini juga saya gak tau.. hehehe).
Kondisi ini sebenarnya serupa dengan apa yang sering kita temui belakangan
ini. Market memang lagi naik. Mau bilang (rekomendasi) beli saham apa
aja.. (kemungkinan besar) harga akan naik. Nah, sekarang kalau ada orang
niy belajar teknikal seadanya (sekedar hanya untuk bisa menunjukkan
gambar yang punya technical looks) kemudian dia melakukan modifikasi
seenaknya (seperti apa yang dilakukan oleh para engineer jalanan pada
sebuah Astrea Prima pada cerita diatas) pada techical tools tersebut, agar
hasil prediksinya bisa sesuai dengan kemauan dia. Kemudian dia
mengumpulkan dan berbicara didepan massa yang terdiri dari trader
newbies (yang kurang begitu paham akan teori teknikal). Bilang beli ini..
beli itu.. beli anu. Karena marketnya naik.. yah.. dia pasti betul lah..
Apalagi jika dia beroperasi pada saham-saham small cap atau mid cap
(terutama yang tidak ada player asingnya) wih.. pasti harganya melejit.
Akan tetapi.. kondisinya bisa berbeda ketika kita harus memprediksi
dengan presisi tinggi atas saham-saham big caps, IHSG, indeksindeks dari bursa di berbagai belahan dunia, pergerakan kurs, atau
bahkan harga komoditas. Disini kita harus bersaing dengan mereka yang
terbaik diseluruh belahan dunia. Bayangin aja deh Valentino Rossi lawan
Road Racer Jalanan berlomba di Sirkuit kelas dunia? Bagaimana sih
sebenarnya probabilitas dari Pembalap Jalan itu untuk memperoleh
kemenangan?
Ini negara bebas.. terserah deh mau bilang apa. Ini market masih akan naik..
siapapun juga yang bilang Beli.. pasti akan betul. Tapi ketika anda
memperkosa analisis teknikal untuk kepentingan atau apapun agenda anda.
Aduuuh kok sayang sekali ya? Hati saya jadi teriris-iris dibuatnya.
Happy trading semoga untung!!!
elamat pagi

10

Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula


Dalam melakukan segala sesuatu.. kita pasti punya tujuan. Ada memanf
yang namanya tujuan hidup. Tapi saya tidak mau bahas itu disini. Saya
kepingin kita bertanya kepada diri kita masing-masing: Apa sih tujuan kita
melakukan beli-jual saham? Apa sih tujuan kita setiap hari melototin running
trade, cari berita dan data di internet, mengatur strategi, telpon kesanakesini cari info?
Kalau jawaban Anda adalah profit, peningkatan aset, mencari uang, atau
yang sejenisnya berarti anda sudah menempuh jalam yang benar. Akan
tetapi.. selain arti finansial.. apa lagi sih yang anda cari?
Kalau Saya menanyakan hal itu pada diri Saya sendiri.. maka jawaban Saya
sudah pasti: ketenangan jiwaketenangan bathin.
Mungkin Anda akan mentertawakan Saya. Maklum Anda pasti juga sering
melihat kalau Saya suka memberikan teguran yang sangat keras pada
mereka-mereka yang konsepnya tidak sejalan dengan Saya. Kalau dengan
itu kemudian Anda memandang Saya sebagai orang yang sukanya
berantem.. Saya juga tidak menyalahkan Anda. Maklum saja.. dengan ilmu
dan jam terbang yang Saya miliki, Saya sering kali berpersepsi mengenai
kemana arah semua akan pergi. Atau semacam ah.. kalau caranya
begini.. biasanya hasilnya gak akan jauh dari sono deh. Dari gelagatnya saja,
Saya sudah berprasangka tentang hasilnya. Dan.. kalau kemungkinan
hasilnya atau arahnya Saya tidak suka.. maka hanya ada satu kata: LAWAN!!!
atau BONGKAR!!! Perlawanan itu yang membuat hati saya tenang. Meski
perlawanan itu juga yang membuat orang sering kali tidak nyaman kalau
berhubungan dengan Saya.
Kembali ke masalah awal kita deh: tujuan dari seorang trader.. selain
keuntungan.. adalah ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa yang didapat dari
melakukan apa yang kita anggap benar. Karena Keuntungan adalah tujuan
utamanya.. maka Saya akan berusaha agar Untung itu Benar, Benar itu
Untung. Artinya: kalau kita untung, untung yang konsisten loh ya.. bukan
sekedar untung-untungan, maka sudah barang tentu kita benar. Tapi disisi
lain, kalau cara yang kita lakukan sudah Benar.. harusnya kita juga pasti
untung Bisakah begitu?
Disini, ukuran yang gunakan hanya satu: PROFIT! Supaya hati Saya tenang..
Saya harus PROFIT.
Profit disini.. tentu saja bukan berarti setiap posisi beli yang Saya lakukan,
hasilnya pasti untung. Tapi.. secara keseluruhan.. net aset saya harus terus
meningkat. Percuma saja kalau setiap posisi beli-jual yang kita lakukan.. ratarata keuntungannya adalah 200%, tapi secara keseluruhan net aset kita
semakin hari semakin menurun karena 90% dari porto kita, adalah posisi
nyangkut. Posisi kita bukan plug and play or buy and cuan or trade and be
happy.. tapi lebih kepada buy and pray, buy and hold+stress, buy and
deny.. atau apalah itu.
Saya itu adalah pemodal yang rasional.Saya itu orang yang gak mau rugi.
Karena saya gak mau rugi, maka saya gak suka lihat ada rapot merah
(angka minus) di porto saya. Minus yang dalam trading plan.. yang memang
terjadi karena stoploss saya belum kena.. mungkin masih bisa ditolerir. Tapi..
kalau sudah minus yang gak jelas solusinya.. itu saya tidak mau gak boleh
itu terjadi.
Itu sebabnya Saya selalu menekankan pada diri Saya sendiri:

11

Untuk prediksi.. Saya tidak boleh keliru untuk trend jangka menengah
Prediksi jangka menengah ini nantinya menentukan: apakah harga turun ini
untuk beli, atau harga turun ini untuk jualan (take profit atau cut loss). Vice
versa. Tapi untuk posisi trading Saya harus mengikuti trend jangka
pendek. Trend jangka paling pendek (intraday trend) kalau perlu!! Karena
Saya benar-benar gak mau rugi!!!
So Demi ketenangan jiwa.. sesuaikanlah strategi beli-jual Anda
dengan arah dari trend jangka pendek!
Hehehe.. tapi ada resikonya juga siy.. kalau anda melakukan ini.. transaksi
anda akan sangat massive.. beli-jual Anda akan menjadi sangat sering. Fee
yang Anda bayar.. bakal sangat besar. Apakah itu jumlah sesuai untuk
ketenangan jiwa yang bisa Anda peroleh?
Happy trading semoga barokah!!!
Satrio Utomo
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
*penulis adalah seorang pekerja pasar modal yang akan sangat diuntungkan
apabila Anda selaku pemodal, melakukan transaksi secara massive.
Hehehehe. Mohon maaf untuk keterusterangan Saya.
Selamat pagi
Pak Tommy Bagaimana sih caranya agar saya bisa profit?
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan mendasar yang sering kali harus
saya hadapi, ketika saya berhadapan dengan pemodal (pelaku pasar modal).
Baik trader maupun Investor. Untuk menjelaskannya, sering kali saya
melakukannya dengan menggunakan sebuah model yang saya sebut sebagai
profit model atau profit probability model.
Profit probability model ini bentuknya adalah sebagai berikut:

Profit adalah tujuan dari pemodal ketika melakukan komitmen dana di pasar
modal, baik dalam kerangka investasi atau trading saham. Profit ini adalah
the ultimate goal (tujuan utama) bagi setiap pemodal. Untuk memperoleh
profit, seorang pemodal harus melakukan transaksi. Transaksi beli dan/atau
transaksi jual. Di pasar modal Indonesia, kita hanya mengenal satu arah
transaksi untuk memperoleh profit: Beli harga naik Jual. Kalau Beli
harga turun.. Jual, itu namanya rugi atau loss. Bukan profit. Transaksi ini
juga yang membedakan antara seorang trader atau investor, dengan seorang

12

omdo-ers (tukang omong doang). Kalau kita transaksi, kita merasakan


untung rugi. Kalau tanpa transaksi (atau mungkin transaksi tapi hanya 1 lot
per stock pick) kita tidak bisa merasakan untung rugi jadi bagaimana kita
bisa merasakan profit dan strategi trading yang sebenarnya? Terutama yang
transaksi 1 lot-an itu. Dia transaksi 1 lot sedangkan orang yang
mengikutinya transaksi 100 lot. Dia nyaris tanpa resiko. Orang yang
mengikuti dengan beli 100 lot.. itu seberapa dodolnya? Hehehe.
Transaksi beli atau jual.. itu harus ada alasan yang mendasarinya. Kalau
transaksi tanpa alasan, itu sama saja anda untung-untungan.. judi. Bisa
untung siy.. tapi apa ya bisa konsisten? Untuk memperoleh keuntungan yang
konsisten, seorang trader atau investor harus melakukan transaksi
berdasarkan sebuah prediksi. Mau prediksi teknikal, fundamental, ekonomi,
behavioral finance, hitung bulan, hitung kancing, atau hitung menstruasi
semuanya bebas. Yang penting ada prediksi yang mendasari transaksi
tersebut.
Prediksi dan transaksi ini, nantinya disebut sebagai sebuah system trading.
System trading yang di buat atau didesain untuk memperoleh profit.
Mengapa kita harus disiplin?
Profit hanya bisa didapat kalau seorang pemodal disiplin dalam
melakukan transaksi.
Anda mungkin sudah membaca mengenai hal itu pada tulisan saya yang lain.
Tapi, pada tulisan saya ini, saya mencoba menjelaskannya dengan model
tersebut diatas dengan sebuah contoh.

Trader Dugem
Alkisah ada 3 orang trader. Trader pertama adalah Trader Dugem. Trader
Dugem ini adalah seorang trader yang pemalas, galau, dan tidak disiplin
dalam melakukan transaksi. Tapi trader ini adalah trader yang berduit dan
hobbynya dugem. Dia baru saja mengikuti sebuah kursus saham (kursus?
emang kursus menjahit? hehehe) dan memperoleh sebuah indikator teknikal
yang katanya bakal memberikan profit yang luar biasa besar. Dia
memberikan mahar (kaya dukun ye? hehehe) sebesar Rp 50 juta untuk
indikator tersebut. Kita sebut pengajarnya sebagai Dosen Saham (semoga
belum ada yang pake nick name itu deh. hehehe). Menurut Dosen ini..
indikator itu bakal memberikan signal dengan akurasi prediksi sebesar 40%.
Artinya.. dari 10 signal yang diberikan, 4 signal adalah signal yang benar dan
menghasilkan profit. Sisanya yang 6 signal, akan berakhir dengan kerugian.
Problemnya Karena ada keperluan dia langsung cabut sebelum Dosen
Saham itu menyampaikan petuahnya secara lengkap. Yang penting kan
sudah dapat indikatornya.. begitu pikir si Trader Dugem

13

Ternyata Trader Dugem ini bukanlah seorang yang disiplin. Dia itu orang
yang plin-plan angot-angotan galau. Maklum kalau malem hang out
sampai pagi. Setiap indikator tersebut memberikan signal beli, Trader
Dugem tidak selalu mengikuti signal yang diberikan. Kadang iya.. kadang
enggak. Kalau orang bilang.. 50:50 (fifty-fifty) deh
Nah.. dengan kelakuan seperti itu (indikator dengan kualitas 40% dan
kemampuan untuk mengikuti signal yang hanya 50:50), hasilnya sudah jelas:
Probabilitas dari Trader Dugem untuk memperoleh posisi yang
menguntungkan.. hanya menjadi 20%. Artinya.. dari 10 posisi trading..
hanya 2 posisi yang akan memperoleh keuntungan.
Trader ABRI
Trader yang kedua adalah Trader ABRI. Namanya juga ABRI.. (mungkin ini
adalah polisi cantik yang habis desersi kemarin itu.. hehehe).. mereka kan
terbiasa untuk disiplin. Tapi.. duitnya agak cepak. Maklum.. namanya juga
pegawai negeri. Trader ABRI ini kemudian juga membeli indikator dari Dosen
Saham. Indikator yang lebih murah. Maharnya adalah sebesar Rp 25 juta.
Trader ABRI ini memperoleh indikator yang katanya memiliki akurasi sebesar
30 persen. Artinya: dari 10 signal yang muncul.. hanya 3 yang bakal
memperoleh profit.
Nah.. dalam aplikasinya Trader ABRI disiplin dalam melakukan transaksi.
Dari 10 Signal yang muncul dia bisa mengeksekusi atau mengkonversikan
9 signal menjadi posisi beli. Hanya 1 yang terlewat karena dia harus ke
kamar mandi untuk buang air.
Indikator dengan kualitas yang lebih jelek, tapi disiplin. Hasil yang diperoleh
adalah sebuah probabilitas keuntungan yang lebih tinggi, 27 persen. Hampir
3 kali posisi menang, dari 10 kali transaksi. Probabilitas seorang trader untuk
memperoleh keuntungan bisa meningkat, selama trader tersebut disiplin.
Trader Yeah
Well.. namanya saya Trader Yeah Metal Man.. gitu katanya. Trader Yeah ini
adalah seorang mahasiswa yang rajin ke toko buku. Dari sebuah buku
berwarna hijau yang dibacanya di toko itu (boro-boro beli baca doang gak
perlu beli.. hehehe). Tapi dalam buku itu, ada sesuatu yang menarik.
Katanya, dengan menggunakan Fibonacci retracment 50%, seorang trader
bisa memperoleh akurasi prediksi hingga 70% atau lebih. Trader Yeah
mencoba cara ini.
Trader Yeah ini adalah seorang yang disiplin dan organized. Maklum.. calon
mantu tentara.
Hasilnya ternyata jauh lebih baik. Dengan kedisiplinannya, Trader Yeah
mengeksekusi 90% dari setiap reversal yang muncul, dan melakukan posisi
jual ketika harga mencapai Retracment 50%. Hasilnya ternyata
menakjubkan. Dari 10 kali posisi trading yang dilakukan, sekitar 6-7 posisi
trading ternyata bisa menghasilkan keuntungan.
Probabilitas keuntungan memang bisa meningkat pesat ketika
seorang trader memiliki cara prediksi dengan akurasi tinggi, plus
kemampuan melakukan eksekusi secara disiplin.
So Kalau anda ingin untung anda memang harus memiliki prediksi yang
bagus. Anda juga harus disiplin dalam mengeksekusi transaksi.
Mampukah kita melakukan hal itu?

14

*bacalah halaman disclaimer sebelum anda melakukan posisi beli atau posisi
jual
Ketika acara Market Outlook Bulanan di Universal Broker hari Sabtu lalu,
seorang peserta mendatangi saya dan bertanya:
Pak saya seorang newbies (pemodal pemula) yang baru saja
melakukan transaksi (beli/jual) saham dalam beberapa bulan terakhir.
Karena tidak tahu dimana harus memulai, saya hanya melihat running
trade, mencari saham yang menarik, terus masuk (beli) berdasarkan
dengan feeling. Ada yang untung sih pak tapi lebih banyak yang
nyangkut. Sebenarnya apa sih yang harus dilakukan oleh pemodal
pemula seperti saya?
Bullish market selalu mengundang pemodal-pemodal baru untuk ikut
berpesta didalamnya. Ketika bullish market, kabar-kabar mengenai
mudahnya mencari duit di pasar modal memang membuat semua orang
ingin nimbrung didalamnya. Mau yang pedagang, karyawan, ibu rumah
tangga, bahkan pelajar, semua mencoba untuk meraih kentungan dengan
bertransaksi saham. Sebagian memang cukup beruntung untuk bisa meraup
keuntungan. Sebagian pulang dengan impas atau hanya rugi sedikit,
sebagian lagi pulang dengan kerugian habis-habisan. Sudah rugi, ada
hutang pula. Itu kondisi terburuk yang bisa terjadi pada seorang pemodal.
Kembali ke pertanyaan yang tadi deh. Setelah memutuskan untuk
melakukan keputusan untuk transaksi saham, setelah kita memutuskan
untuk transaksi online atau melalui broker, setelah kita memutuskan untuk
melakukan transaksi melalui broker yang mana. Keputusan penting apa lagi
yang harus dilakukan oleh seorang pemodal pemula agar bisa selamat dari
hingar bingar bursa saham ini? Menurut saya, ada tiga buah keputusan
penting yang harus diambil oleh seorang pemodal pemula:

Pertama: Anda harus memutuskan untuk Trading atau


Investasi

Trading itu berbeda dengan investasi. Investasi itu berbeda dengan trading.
Maafkan saya karena saya mungkin terlalu sering mengingatkan anda
mengenai hal ini. Tapi bener kok
kesalahan dasar karena tidak tahu perbedaan antara trading
dengan investasi ini adalah predator atau pembunuh
pemodal pemula yang paling banyak memakan korban.
Contoh klasiknya adalah masalah investasi emas yang beberapa waktu lalu
sempat marak dibicarakan orang. Bagi anda yang tertarik dan kemudian
langsung membeli emas lantakan, mungkin anda tidak banyak mengalami
masalah. Akan tetapi, jika anda kemudian melakukan investasi dengan
membeli emas di bursa berjangka. Bisa jadi anda sempat mengalami
masalah. Membeli emas di bursa berjangka adalah sebuah posisi margin.
Kalau anda membeli emas ketika harga berada di titik tertinggi dan
kemudian harga emas kemudian turun hingga titik terendahnya beberapa
minggu lalu. Anda mungkin bisa merasakan debaran jantung karena
melakukan posisi yang sebenarnya diluar kemampuan anda. Kondisi serupa
juga akan anda alami jika anda membeli saham dengan posisi margin (dana
yang dipinjamkan oleh perusahaan sekuritas). Bukannya saya melarang,
tapi anda harus selalu ingat:
Setiap posisi margin adalah posisi trading

15

kecuali jika anda memang memiliki dana yang cukup untuk menebus
(membayar penuh) atas posisi beli yang sudah anda buat.
Anda juga bisa menemukan dalam tulisan saya tadi, bahwa dengan
mengetahui perbedaan antara trading dengan investasi, maka anda sudah
memiliki perbedaan dalam hal:

Jangka waktu investasi

Sumber dari keuntungan

Alat analisis (analisis fundamental, analisis teknikal, atau analisisanalisis lainnya)

Tujuan dalam melakukan transaksi,

dan masih banyak lagi.

Anda bahkan sudah mengetahui bagaimana perlakuan yang harus dilakukan


atas posisi nyangkut (apakah harus di cut loss, average down, atau harus
diapakan). bagaimana sudut pandang anda mengenai IPO, dan masih
banyak lagi.
Intinya:
kalau anda sudah mengerti aturan dasar dalam bertransaksi,
yang pertama kali anda harus ketahui adalah perbedaan
antara trading dan investasi.
It will saves a lot of life. I tell you lah (pake logat Indihe.. hehehe)

Kedua: Mengetahui perbedaan antara Saham Fundamental


dengan Saham Non-Fundamental

Pengetahuan mengenai kondisi dari medan peperangan adalah salah satu


kunci dari kemenangan. Dalam melakukan investasi atau trading di pasar
modal, saham-saham yang ada di bursa adalah medan peperangannya.
Mengetahui bahwa saham itu adalah saham yang
berfundamental, ataukah saham itu adalah saham nonfundamental, adalah salah satu kunci dalam memperoleh
keuntungan.
Mengetahui hal ini, akan membedakan strategi dasar yang akan anda
lakukan: apakah anda akan trading, apakah anda akan investasi, apakah
anda mau menggunakan margin, apakah anda perlu cut loss, dan lain
sebagainya.
It solves a lot of things I tell you lah.

Ketiga: Keputusan untuk melakukan posisi beli atau posisi jual


berdasarkan pendapat sendiri atau pendapat orang lain

Take my good advice:


ketika anda berkeinginan untuk melakukan posisi investasi/trading
berdasarkan pendapat orang lain, BELILAH REKSADANA!!!

16

Ketika melakukan transaksi beli dan jual saham, semua resiko ada ditangan
anda. Tidak ada satu orang lainpun yang bersedia menanggung kerugian
atas keputusan transaksi yang anda lakukan. Itulah sebabnya, setiap
keputusan bertransaksi harus dibuat berdasarkan prediksi dan pertimbangan
anda sendiri. ketika anda melakukan positioning berdasarkan prediksi orang
lain, anda terekspos terhadap resiko-resiko yang tidak anda inginkan, seperti
misalnya, resiko subyektifitas pemberi rekomendasi dan masih banyak lagi
yang lainnya.
Intinya:
Bertransaksilah dengan menggunakan pendapat dan prediksi
anda sendiri. Gunakan pendapat / prediksi orang lain sabagai
pertimbangan.
Its less complicated I tell you laah..
Bursa itu seperti sebuah api unggun yang sangat besar, yang menyala
ditengah kegelapan malam. Api unggun yang selalu membutuhkan kayu
bakar untuk tetap menyala. Api unggun yang selalu memancing minat dari
semua yang melihatnya untuk mendekat. Manusia, serangga, binatang
pemangsa, untuk selalu mendekat. Apakah anda adalah sepotong kayu
bakar yang menjadi bara didalamnya? Apakah anda adalah serangga yang
terbakar oleh nyala api ketika anda mendekat? Apakah anda adalah binatang
kecil mendekat dan kemudian dimangsa oleh binatang pemangsa yang
tengah menunggu kedatangan anda di sekitar api unggun tersebut?
Apakah anda adalah seorang manusia ceroboh yang kemudian juga ikut
dimangsa oleh binatang pemangsa yang tengah menunggu? Apakah anda
adalah seorang manusia rasional yang mendekati api unggun tersebut
dengan kewaspadaan? Semua adalah pilihan yang tersedia untuk anda.
Yang tidak boleh anda lupa adalah: The name of the game is survival.
Menjadi seorang pemenang dengan menjadi predator yang berada di tingkat
teratas dari rantai makanan, yang bisa menikmati keuntungan luar biasa dari
bertransaksi saham, memang sangat nikmat. Akan tetapi, menjadi seorang,
survivor yang bisa keluar dari pertarungan dalam kondisi hidup, menjadi
seorang pemodal yang bisa memperoleh keuntungan dari bertransaksi
saham, sebenarnya juga sudah cukup. Karena jumlah mereka yang hangus,
keluar dari bursa dalam kondisi rugi, jumlahnya jauh lebih banyak.
Trading itu, sebaiknya memang dilakukan berdasarkan sebuah trading plan
yang jelas. Sehingga semua potensi keuntungan dan kerugian, bisa terlihat
jelas sebelum posisi tersebut diambil. Keberadaan dari sebuah trading plan
juga membuat proses evaluasi kita menjadi lebih mudah. Kita bisa melihat,
apakah sebuah keuntungan (kerugian) itu berasal dari prediksi yang benar
(salah), bukan sekedar karena untung-untungan. Selain itu, yang paling
penting, kita juga bisa melihat kualitas eksekusi dari prediksi tersebut.
Misalnya nih.. Kalau seorang trader melihat resisten di 14.700 di sebuah
saham X. Jika resisten tersebut ditembus, maka akan terbuka potensi
kenaikan menuju ke level 16.000.
Planning: beli ketika resisten tersebut ditembus dengan harapan untuk take
profit di harga 16.000.
Kenyataannya: trader tersebut melakukan posisi beli ketika harga sudah
berada di level 15.300, dan take profit ketika harga sudah berada di level
15.800. Pergerakan harganya ternyata hanya mencapai titik tertinggi di
level 15.900, sebelum akhirnya harga turun lagi, kembali ke level 15.500.
Dari contoh tersebut dapat kita lihat bahwa:

17

Eksekusinya jelek banget. Dengan resisten di 14.700, posisi Beli


ketika resisten tembus yang baik adalah ketika harga masih berada di
kisaran 14750 14800, atau maksimal 14900. Jika trader tersebut
mau menunggu hingga resisten di level psikologis 15000 ditembus,
seharusnya positioning tersebut sudah dilakukan ketika harga berada
di kisaran 15050 15150. Posisi beli di 15300, jelas terlalu jauh, meski
dari Plan B dadakan ini.

Prediksinya tidak bagus. Target ke resisten di 16.000? mengapa


harga hanya mencapai level tertinggi di 15900 terus turun? Level
16.000 tidak tersentuh kan? Bagaimana bisa dibilang bahwa
prediksinya bagus? Kalau prediksinya bagus, harusnya level 16.000
minimal disentuh dulu dong.. Malah, harusnya, 16.050 harus kejadian
dulu. Just to make sure bahwa posisi jual di resisten level 16.000
benar-benar kemakan oleh market.

Seorang trader sering kali bilang: Tjoan is Tjoan. Profit is Profit.


Bagaimanapun juga itu caranya. Even lucky shot seperti itu, adalah hal
yang normal-normal saja. Gimana tidak, beli di 15.300, jual di 15.800.
Gopek tun (Rp500) bo masa nggak bisa dibilang ini adalah cara yang
benar?
Mungkin iya menurut anda. Tapi kalau saya, saya selalu ingin agar setiap
keuntungan yang saya dapat adalah berdasarkan prediksi yang benar dan
eksekusi yang tepat juga. Sebagai seorang trader, saya berusaha agar tidak
ada kata untung-untungan dalam kamus saya. Karena untung-untungan
adalah Judi, dan Judi adalah haram.
A good trade is not only rely on good prediction, but also rely on
good execution. And a good trading plan can help you make sure
that every trade is a good trade.
Keputusan yang harus diambil oleh seorang Pemodal
Pemula (Newbies)
Ketika acara Market Outlook Bulanan di Universal Broker hari Sabtu lalu,
seorang peserta mendatangi saya dan bertanya:
Pak saya seorang newbies (pemodal pemula) yang baru saja
melakukan transaksi (beli/jual) saham dalam beberapa bulan terakhir.
Karena tidak tahu dimana harus memulai, saya hanya melihat running
trade, mencari saham yang menarik, terus masuk (beli) berdasarkan
dengan feeling. Ada yang untung sih pak tapi lebih banyak yang
nyangkut. Sebenarnya apa sih yang harus dilakukan oleh pemodal
pemula seperti saya?
Bullish market selalu mengundang pemodal-pemodal baru untuk ikut
berpesta didalamnya. Ketika bullish market, kabar-kabar mengenai
mudahnya mencari duit di pasar modal memang membuat semua orang
ingin nimbrung didalamnya. Mau yang pedagang, karyawan, ibu rumah
tangga, bahkan pelajar, semua mencoba untuk meraih kentungan dengan
bertransaksi saham. Sebagian memang cukup beruntung untuk bisa meraup
keuntungan. Sebagian pulang dengan impas atau hanya rugi sedikit,
sebagian lagi pulang dengan kerugian habis-habisan. Sudah rugi, ada
hutang pula. Itu kondisi terburuk yang bisa terjadi pada seorang pemodal.
Kembali ke pertanyaan yang tadi deh. Setelah memutuskan untuk
melakukan keputusan untuk transaksi saham, setelah kita memutuskan
untuk transaksi online atau melalui broker, setelah kita memutuskan untuk
melakukan transaksi melalui broker yang mana. Keputusan penting apa lagi

18

yang harus dilakukan oleh seorang pemodal pemula agar bisa selamat dari
hingar bingar bursa saham ini? Menurut saya, ada tiga buah keputusan
penting yang harus diambil oleh seorang pemodal pemula:

Pertama: Anda harus memutuskan untuk Trading atau


Investasi

Trading itu berbeda dengan investasi. Investasi itu berbeda dengan trading.
Maafkan saya karena saya mungkin terlalu sering mengingatkan anda
mengenai hal ini. Tapi bener kok
kesalahan dasar karena tidak tahu perbedaan antara trading
dengan investasi ini adalah predator atau pembunuh
pemodal pemula yang paling banyak memakan korban.
Contoh klasiknya adalah masalah investasi emas yang beberapa waktu lalu
sempat marak dibicarakan orang. Bagi anda yang tertarik dan kemudian
langsung membeli emas lantakan, mungkin anda tidak banyak mengalami
masalah. Akan tetapi, jika anda kemudian melakukan investasi dengan
membeli emas di bursa berjangka. Bisa jadi anda sempat mengalami
masalah. Membeli emas di bursa berjangka adalah sebuah posisi margin.
Kalau anda membeli emas ketika harga berada di titik tertinggi dan
kemudian harga emas kemudian turun hingga titik terendahnya beberapa
minggu lalu. Anda mungkin bisa merasakan debaran jantung karena
melakukan posisi yang sebenarnya diluar kemampuan anda. Kondisi serupa
juga akan anda alami jika anda membeli saham dengan posisi margin (dana
yang dipinjamkan oleh perusahaan sekuritas). Bukannya saya melarang,
tapi anda harus selalu ingat:
Setiap posisi margin adalah posisi trading
kecuali jika anda memang memiliki dana yang cukup untuk menebus
(membayar penuh) atas posisi beli yang sudah anda buat.
Anda juga bisa menemukan dalam tulisan saya tadi, bahwa dengan
mengetahui perbedaan antara trading dengan investasi, maka anda sudah
memiliki perbedaan dalam hal:

Jangka waktu investasi

Sumber dari keuntungan

Alat analisis (analisis fundamental, analisis teknikal, atau analisisanalisis lainnya)

Tujuan dalam melakukan transaksi,

dan masih banyak lagi.

Anda bahkan sudah mengetahui bagaimana perlakuan yang harus dilakukan


atas posisi nyangkut (apakah harus di cut loss, average down, atau harus
diapakan). bagaimana sudut pandang anda mengenai IPO, dan masih
banyak lagi.
Intinya:
kalau anda sudah mengerti aturan dasar dalam bertransaksi,
yang pertama kali anda harus ketahui adalah perbedaan
antara trading dan investasi.

19

It will saves a lot of life. I tell you lah (pake logat Indihe.. hehehe)

Kedua: Mengetahui perbedaan antara Saham Fundamental


dengan Saham Non-Fundamental

Pengetahuan mengenai kondisi dari medan peperangan adalah salah satu


kunci dari kemenangan. Dalam melakukan investasi atau trading di pasar
modal, saham-saham yang ada di bursa adalah medan peperangannya.
Mengetahui bahwa saham itu adalah saham yang
berfundamental, ataukah saham itu adalah saham nonfundamental, adalah salah satu kunci dalam memperoleh
keuntungan.
Mengetahui hal ini, akan membedakan strategi dasar yang akan anda
lakukan: apakah anda akan trading, apakah anda akan investasi, apakah
anda mau menggunakan margin, apakah anda perlu cut loss, dan lain
sebagainya.
It solves a lot of things I tell you lah.

Ketiga: Keputusan untuk melakukan posisi beli atau posisi jual


berdasarkan pendapat sendiri atau pendapat orang lain

Take my good advice:


ketika anda berkeinginan untuk melakukan posisi investasi/trading
berdasarkan pendapat orang lain, BELILAH REKSADANA!!!
Ketika melakukan transaksi beli dan jual saham, semua resiko ada ditangan
anda. Tidak ada satu orang lainpun yang bersedia menanggung kerugian
atas keputusan transaksi yang anda lakukan. Itulah sebabnya, setiap
keputusan bertransaksi harus dibuat berdasarkan prediksi dan pertimbangan
anda sendiri. ketika anda melakukan positioning berdasarkan prediksi orang
lain, anda terekspos terhadap resiko-resiko yang tidak anda inginkan, seperti
misalnya, resiko subyektifitas pemberi rekomendasi dan masih banyak lagi
yang lainnya.
Intinya:
Bertransaksilah dengan menggunakan pendapat dan prediksi
anda sendiri. Gunakan pendapat / prediksi orang lain sabagai
pertimbangan.
Its less complicated I tell you laah..
Bursa itu seperti sebuah api unggun yang sangat besar, yang menyala
ditengah kegelapan malam. Api unggun yang selalu membutuhkan kayu
bakar untuk tetap menyala. Api unggun yang selalu memancing minat dari
semua yang melihatnya untuk mendekat. Manusia, serangga, binatang
pemangsa, untuk selalu mendekat. Apakah anda adalah sepotong kayu
bakar yang menjadi bara didalamnya? Apakah anda adalah serangga yang
terbakar oleh nyala api ketika anda mendekat? Apakah anda adalah binatang
kecil mendekat dan kemudian dimangsa oleh binatang pemangsa yang
tengah menunggu kedatangan anda di sekitar api unggun tersebut?
Apakah anda adalah seorang manusia ceroboh yang kemudian juga ikut
dimangsa oleh binatang pemangsa yang tengah menunggu? Apakah anda
adalah seorang manusia rasional yang mendekati api unggun tersebut
dengan kewaspadaan? Semua adalah pilihan yang tersedia untuk anda.
Yang tidak boleh anda lupa adalah: The name of the game is survival.

20

Menjadi seorang pemenang dengan menjadi predator yang berada di tingkat


teratas dari rantai makanan, yang bisa menikmati keuntungan luar biasa dari
bertransaksi saham, memang sangat nikmat. Akan tetapi, menjadi seorang,
survivor yang bisa keluar dari pertarungan dalam kondisi hidup, menjadi
seorang pemodal yang bisa memperoleh keuntungan dari bertransaksi
saham, sebenarnya juga sudah cukup. Karena jumlah mereka yang hangus,
keluar dari bursa dalam kondisi rugi, jumlahnya jauh lebih banyak.
Happy trading. semoga untung!!!
Obyektif dalam mensikapi suatu event (informasi)*
Dalam bukunya, Investor Psychology Explained, Martin Pring mengemukakan
bahwa berpikir obyektif adalah salah satu syarat yang menentukan
keberhasilan dari seorang trader. Begitu pentingnya obyektifitas ini,
membuat Martin Pring bahkan mendedikasikan satu bab penuh dalam
bukunya tentang betapa pentingnya kita berpikir obyektif. Dengan berpikir
obyektif, kita bisa mensikapi permasalahan dengan kepala yang dingin, hati
yang tenang. Berpikir obyektif akan membuat kita semakin mudah untuk
memperoleh keuntungan.
Berpikir obyektif ini membuat kita bisa memberikan reaksi dengan benar
terhadap suatu event atau informasi. Sebagai contoh: aksi pemboman oleh
teroris yang terjadi di tanah air. Dulu pada awalnya, ketika aksi pemboman
pertama kali terjadi di Gedung Bursa Efek Indonesia (dulu Gedung BEJ), IHSG
baru kembali ke level sebelum pemboman, sekitar 3 4 bulan setelah aksi
pembomban tersebut di lakukan. Ketika bom Bali yang pertama (tahun
2002), IHSG butuh kurang dari sebulan untuk kembali ke posisi sebelum
pemboman terjadi. Reaksi dari IHSG untuk kembali ke level sebelum
terjadinya kejadian (aksi teroris berupa peledakan bom), semakin hari
semakin ringan. Beberapa aksi bom yang terjadi belakangan, koreksi yang
terjadi sering kali adalah koreksi yang sifatnya intraday (dalam satu hari
perdagangan) dan IHSG hanya ditutup dalam posisi turun tipis, atau bahkan
naik. Melihat realita seperti ini, kita boleh bilang seperti ini: aksi teroris
beruba peledakan bom, adalah suatu kejadian yang memiliki pengaruh
negatif. Tapi, respon pasar tidaklah selamanya negatif. Karena sudah
berulang kali terjadi, pasar bisa jadi malah menjadi immune terhadap
kejadian-kejadian seperti itu. Pasar kemudian bereaksi secara obyektif
melihat kejadian yang terjadi. Jika kejadian tersebut ternyata pengaruhnya
kecil, maka pasar tidak akan merespon berlebihan. Pasar tidak lagi panik.
Gempa yang terjadi di Jepang, memang sangat mengejutkan. Kalau anda
lihat kejadiannya di CNN atau BBC-News pada Jumat siang kemarin, kita bisa
melihat bagaimana hebatnya tsunami yang terjadi. Korban sudah pasti
berjatuhan. Kita semua larut dalam kesedihan. Akan tetapi, apakah itu
harus berarti IHSG bergerak turun? ASII memang menjual produk Jepang.
Tapi, apakah ASII 100% import produknya secara jadi dari Jepang? Tidak
juga. Apa yang saya baca tadi pagi di sebuah media, untuk Kijang Innova
yang terdiri dari ribuan atau bahkan puluhan ribu komponen, hanya 1
komponen yang masih diimpor langsung dari Jepang. IHSG sendiri malah
bergerak naik karena pelaku pasar berspekulasi bahwa bencana nuklir di
Jepang akan meningkatkan permintaan akan batubara. Tapi, benarkah
Jepang memiliki cukup pembangkit listrik bertenaga batubara? Itu yang
masih harus kita cari tahu (saya juga belum dapat datanya hingga sore hari
ini).
Akan tetapi, apa yang terjadi hari ini adalah bukti dari pentingnya berpikir
obyektif dalam melakukan trading. Hati kita memang masih penuh dengan
perasaan duka. Akan tetapi, pergerakan IHSG (dan juga pergerakan harga)
akan tetap mengikuti fakta-fakta yang rasional. Reaksi pasar terhadap suatu
event, bisa saja bervariasi, tergantung kondisi dan situasi. Arah IHSG

21

memang masih belum jelas. Arah regional juga masih belum jelas karena
indeks Dow Jones Industrial masih belum lepas dari konsolidasi. Tapi semoga
saja suport di 3520 3530 tetap bertahan agar potensi kenaikan IHSG ke
3700 3750 masih tetap terbuka.
Ketika kita sudah 'Obyektif'...
In "Headline"
Suport Fundamental
Selamat siang.... Bagi rekan-rekan yang ingin mengetahui terlebih dahulu
tulisan yang saya kirim ke harian Kontan (untuk dimuat Senin), anda bisa
melihatnya pada member area atau dengan mengikuti link berikut
In "Knowledge from The Street"
Tembus atau tidak tembus.. that is the question!*
Zelamat PaGee dari PT Universal Broker Indonesia, 26 Mei 2014. Selamat
pagi.... Hingga akhir minggu lalu, sentimen dari pemilu tetap mengangkat
IHSG hingga ditutup tipis dibawah resisten 4975. IHSG kembali
Pada tulisan sebelumnya, saya sudah menyampaikan mengenai pentingnya
obyektifitas dalam mencerna semua informasi yang datang. Berpikir
obyektif ini membuat kita bereaksi yang benar terhadap suatu event atau
informasi. Berpikir obyektif ini membuat kita memberikan reaksi yang benar
terhadap pergerakan harga.
Manfaat lain dari berpikir obyektif adalah:
kita bisa melihat subyektifitas dari orang-orang yang ada di sekitar
kita.
Dalam teknikal analisis, memang terdapat banyak sekali teori yang bisa
diterapkan untuk melihat pergerakan harga saham. Akan tetapi, terdapat
teori-teori dasar yang digunakan oleh sebagian besar dari pelaku analisis
teknikal, orang-orang yang menggunakan analisis teknikal sebagai alat
prediksinya. Alat-alat prediksi yang standar ini diantaranya:

Trend

Suport dan Resisten

Pola pergerakan harga

Indikator-indikator standar (Stochastics, RSI, MACD)

Candlestick Charting

Dengan alat prediksi yang standar ini, kita kemudian melihat prediksi atau
rekomendasi dari orang-orang yang ada di sekitar kita (saya sebut sebagai
Sang Analis sekedar untuk memudahkan):

Sang Analis prediksinya apa?

Rekomen beli atau jual saham apa?

Arah (target price)-nya ke berapa?

Apa teori yang digunakan untuk melakukan prediksi tersebut?

22

Rekomendasinya kuat (diulang-ulang) atau biasa saja?

Kemudian, kita melihat realitanya pada pergerakan harga setelah Sang


Analis tersebut memberikan rekomendasi

Apakan harga benar naik setelah Sang Analis itu memberikan


rekomendasi beli, atau turun setelah Sang Analis itu memberikan
rekomendasi jual?

Ataukah harga bergerak sebaliknya?

Saya adalah orang yang selalu menekankan (menganjurkan) agar trading


(atau juga investasi) sebaiknya dilakukan dengan berdasarkan suatu sistem.
Saya melakukan hal ini karena dalam 10 tahun lebih pengalaman saya
berkecimpung di pasar modal, saya sudah terlalu banyak melihat orang yang
tersapu habis, hanya karena masalah-masalah yang sepele, seperti: tidak
tahu perbedaan antara trading dan investasi, tidak tahu perbedaan antara
pintar dengan beruntung, tidak disiplin, dan masih banyak lagi. Oleh karena
itu, saya selalu menekankan betapa pentingnya sebuah landasan teori yang
kuat dalam melakukan rekomendasi. Hasil dari rekomendasi tersebut
sebenarnya ada 4 macam:

Teori benar, rekomendasi benar (harga bergerak searah dengan


rekomendasi)> Bagus

Teori salah, rekomendasi benar > Lucky

Teori benar, rekomendasi salah (harga bergerak berlawanan dengan


rekomendasi)> Unlucky

Teori salah, rekomendasi salah > Subyektif (?)

Saya tidak pernah kuatir dengan tiga golongan yang pertama. Saya sangat
perduli dengan golongan yang terakhir. Rekomendasi yang salah, yang
dihasilkan dari teori yang salah, sebenarnya adalah hal yang wajar.
Bagaimana kebenaran bisa diperoleh kalau pendekatannya salah? Akan
tetapi, kalau orang sengaja memberikan rekomendasi yang salah untuk
menyesatkan orang lain, itu sebenarnya yang merupakan permasalahan
terbesar. Saya kemudian sering kali melihat: sebenarnya maunya Sang
Analis ini apa? Kalau semua itu karena pengetahuan dia yang terbatas,
mungkin tidak menjadi masalah. Akan tetapi, kalau itu karena agendaagenda tersembunyi yang ada di kepala Sang Analis itu? hehehe
Saya sih yakin, kalau saya ngomong, sebagian kecil orang akan menelan
bulat-bulat apa yang saya omongkan. Tapi, sebagian besar yang lain, pasti
juga berpikir: ini Pak Tommy maunya apa sih? Mengapa Pak Tommy
rekomendasi itu? Jangan-jangan karena dia dan teman-temannya ada
posisi? Pikiran-pikiran seperti itu adalah hal yang wajar. Saya juga sering
berhati-hati pada orang yang tengah memberikan rekomendasi pada saham
yang penggeraknya bukanlah pasar murni (baca tulisan saya sebelumnya
mengenai Saham yang penggeraknya pasar). Benarkah rekomendasi itu
benar-benar dibuat karena pertimbangan yang obyektif? Atau karena
subyektifitas dari analis tersebut? Kalau benar sih tidak masalah. Tapi kalau
ternyata salah?
Saya juga suka iseng dalam memilih sudut pandang dari suatu
permasalahan. Contohnya: Semalam Warren Buffet bilang kalau koreksi
yang terjadi di Jepang, adalah kesempatan untuk melakukan posisi beli.
Nggak ada yang salah sih dari pernyataan ini. Dia sebagai seorang investor,

23

memang harus melihat untuk jangka waktu yang lebih panjang. Akan tetapi,
kalau kita melihatnya dalam kacamata seorang trader: kalau dia ngomong
beberapa hari setelah gempa ketika Indeks Nikkei masih dibawah 8000, itu
masih bisa dibilang bagus. Kalau kita melihat dalam sudut pandang bahwa
seorang Warren Buffet baru saja membeli Lubrizol (sebuah perusahaan
pelumas yang hampir 30% pasarnya ada di Asia)?
Saya sih percaya akan obyektifitas dari seorang Warren Buffet. Saya juga
percaya bahwa trend jangka panjang dari bursa Amerika dan juga Bursa Efek
Indonesia memang masih tetap bullish. Akan tetapi, dengan trend jangka
menengah dari indeks regional (terutama indeks Dow Jones Industrial), saya
memutusan untuk tetap berhati-hati. Kalau nanti ada koreksi lagi, saya
percaya bahwa itu adalah kesempatan untuk beli. Akan tetapi, kalau Warren
Buffet bilang beli, saya akan bilang: yah saya juga beli tapi nanti kalau
harga sudah lebih murah.
Jika kita obyektif dalam melihat suatu permasalahan, maka kita bisa
melihat subyektifitas dari orang-orang di sekitar kita.
Happy trading semoga untung!!!
Mengenal Beberapa Model Pergerakan Harga Saham*
Posted by Satrio Utomo on August 3, 2013 12 Comments
Bagaimana sih cara harga bisa bergerak? Ada orang yang bilang.. bahwa
pergerakan harga tergantung dari supply and demand. Ada yang bilang
kalau bandar yang gerakin. Ada yang bilang bahwa big player, asing, aseng
atau banyak lagi yang lainnya.

Saya menjelaskan model pergerakan harga ini, melalui beberapa model.


Dalam setiap model, harga saham digerakkan oleh pihak-pihak, orangorang, atau faktor-faktor yang berbeda-beda.

IHSG movers Model atau Big Caps Model

Pada model yang pertama ini, harga bergerak sebagai akibat dari minat dari
pelaku pasar terhadap prospek perekonomian Indonesia ditengah percaturan
ekonomi dunia dan/atau ekonomi regional Asia. Mereka kemudian masuk
ke pasar (baca: beli saham di Indonesia) dengan menggunakan IHSG sebagai
benchmark. Karena IHSG adalah sebuah angka indeks yang dihitung dengan
menggunakan metode rata-rata tertimbang, maka saham dengan
kapitalisasi yang besar akan berpengaruh lebih besar terhadap pergerakan
IHSG. Itu sebabnya, mereka melakukan posisi beli, semata-mata hanya
melihat kapitalisasi. Sebagai contoh, bisa dilihat apa yang terjadi dalam
bulan Juli 2013 kemarin: BI Rate naik, Inflasi tinggi, tapi asing malah beli
saham perbankan (BMRI dan BBRI). Mereka beli saham perbankan bukan
karena prospeknya bagus, tapi karena saham-saham itu adalah sahamsaham dengan kapitalisasi terbesar.

24

Pelaku pasar: Lebih sering


pemodal asing, bisa hedge
fund, fund manager
reksadana atau dana
pensiun, meski pemodal
lokal juga bisa dan ada
yang melakukan strategi
yang serupa.
Prediksi pergerakan harga:
Relatif mudah karena kita
bisa menggunakan prediksi
indeks regional sebagai
panduan.
Event penting yang perlu
diperhatikan: release data
ekonomi, berita-berita
ekonomi (lokal, regional, global).
Contoh saham: BMRI, BBRI, ASII, BBCA, UNVR

Blue Chip Model

Dalam Blue Chip model ini, penggerak utama pasar


adalah rekomendasi analis perusahaan sekuritas.
Rekomendasi analis sekuritas ini (terutama dari
sekuritas besar, bisa lokal maupun asing),
kemudian didengarkan oleh klien dari sekuritas tersebut yang tidak lain
adalah dana pensiun, fund manager, investor institusi, big retail, dan juga
retail klien mereka. Rekomendasi ini kemudian menggerakkan harga saham
sesuai dengan arah rekomendasi. Kalau rekomendasi beli, harga akan naik,
rekomendasi jual, harga akan turun. Dalam blue chip model ini, faktor
kapitalisasi pasar memang masih memiliki peran yang sangat signifikan
karena buat analis sekuritas, mereka harus memperhatikan masalah
likuiditas saham serta kapitalisasi yang sering kali menjadi syarat investasi
dari klien mereka.
Analis-analis tersebut hampir seluruhnya adalah analis yang berintegritas
tinggi. Sehingga, pendapat mereka secara umum adalah netral. Benturan
kepentingan terkadang bisa saja terjadi (seperti akibat pesanan dari
perusahaan, atasan atau kolega), tapi relatif jarang. Analisis sering dibuat
dengan niatan terbaik. Meskipun hasilnya (pergerakan harga setelah report
tersebut di publish) sering kali tetap saja kedodoran (keluar report beli,
malah harga turun, vice versa).
Pendorong Utama: Rekomendasi Analis Sekuritas, Fundamental
Pelaku pasar utama: Fund manager reksadana, dana pensiun, investor
institusi.
Prediksi pergerakan harga: relatif mudah karena pelakunya adalah pemodal
yang rasional.
Sifat: Rekomendasi dibuat oleh orang yang tidak punya posisi, sehingga lebih
obyektif.

Exotic Stock

Exotic stock ini adalah saham dengan kapitalisasi kecil hingga menengah,
sering kali berasal dari industri yang kurang begitu mendapatkan perhatian
pasar, tapi memiliki model bisnis dan/atau prospek fundamental yang bagus.

25

Saya sebut sebagai Exotic karena dengan fundamental yang bagus, saham
ini sering kali harus ditemukan oleh para investor/trader fundamental yang
retail, sebelum akhirnya pemodal institusi tertarik untuk turun nyebur,
membeli saham ini. Daya tarik utamanya adalah cerita/story yang menarik,
sehingga menjadikan para fund manager tertarik untuk memburu saham ini.
Yang disebut story disini, bisa saja model bisnisnya yang baru, kinerjanya,
rasio-rasio yang menarik (PE atau PBV yang rendah), atau bisa juga saham
dengan fundamental kecil, tapi dari industri yang sedang on play (menjadi
daya tarik utama pasar).
Satu hal yang perlu dicermati disini adalah: karena rekomendasinya berasal
dari sesama trader atau investor, mereka ini juga memiliki posisi. Mereka
bisa saja sudah beli dulu di harga yang lebih murah, kemudian memberikan
rekomendasi kepada anda untuk melakukan posisi beli, diatas harga mereka
melakukan posisi beli. Rekomendasi pada saham-saham seperti ini,
biasanya subyektif. Bisa berlebihan.. bisa juga tidak tapi tetap saja:
subyektif. Jadi.. bisa saja anda masuk ke dalam perangkap mereka: anda
beli, ketika mereka
jualan. Bisa saja anda
masuk ke dalam
perangkap mereka.

Pelaku Utama:
Investor/Trader
fundamental kakap yang
rasional dan/atau Private
Fund Ekuitas sebagai
pelaku awal, kemudian
diikuti oleh fund
manager reksadana dan
institusi.
Sumber rekomendasi:
Investor/Trader
Fundamental, sebelum
di ikuti oleh analis
sekuritas.
Prediksi pergerakan harga: ketika masih dalam fase awal, prediksi
teknikalnya relatif sulit. Tapi, ketika volume sudah mulai masuk ke pasar,
trend mulai terbentuk, suport resisten mulai bisa terbaca, disitu baru prediksi
mulai terasa mudah.
Contoh dari saham-saham yang termasuk golongan ini yang pada tahun
2012-2013 ini menjadi sorotan dari pemodal adalah: ULTJ (perusahaan
kapitalisasi kecil dengan strong brand), ADES (mendapatkan job untuk
membuat air mineral dari Nestley), PNLF (PE rendah), ASRI (peningkatan nilai
landbank sebagai akibat dari pembuatan jembatan layang masuk ke
kawasan tersebut), dan masih banyak lagi.

Model Saham Gorengan

Yang mengalami model pergerakan seperti ini, biasanya adalah saham


dengan fundamental seadanya atau bahkan cenderung jelek, atau bisa saja
saham dengan fundamental bagus, tapi dengan pemilik yang kuper (kurang
pergaulan dan pendidikan). Yang sering, memang saham dengan
fundamental jelek, terus dimasukin aset atau dibuat seakan-akan mau ada
aksi korporasi, dibuatin rumornya, terus mulai dimain-mainkan harganya.

26

Ketika signal teknikal mulai muncul, trader teknikal mulai masuk. Pada
saham ini, peran dari kompor bandar, sangatlah penting. Kompor bandar ini
adalah orang-orang yang bekerja sama dengan pelaku utama. Tugasnya
adalah memastikan pemodal-pemodal retail yang berpengetahuan rendah,
untuk membeli saham itu. Running trade adalah display utama papan dari
saham ini. Dengan pergerakan harga yang atraktif mereka memikat minat
pada laron-laron pasar modal yang berkeliaran. Terus, setelah pemodal
retail ini melakukan posisi beli, mereka juga bertugas agar para pemodal
retail ini nyangkut, tetap bertahan pada saham tersebut, ketika bandar atau
trader besar yang menjadi penggerak harga.
Perilaku kompor bandar ini, sering kali terlihat sangat jelas sehingga saya
sering merasa risi. Beberapa trick standar yang sering dilakukan
diantaranya adalah:
1. memberikan rekomendasi beli dengan alasan fundamental ketika trend
harga jangka menengah sudah mulai patah
2. berteriak oversold ketika orang mulai berpikir untuk cut loss
3. awalnya ngomong teknikal, tapi ketika trend harga mulai berubah
menjadi turun, mereka ngomong alasan-alasan fundamental agar para
pemodal pemula mau menahan posisi beli dan tidak melakukan cut
loss.
Kompor bandar akan terus membantu bandar utama agar volume terus
masuk ke pasar. Kalau perlu, mereka akan turut mendesain rumor-rumor
akan cerita semakin panas. Emiten terkadang juga membantu dengan
mengeluarkan bantahan atas rumor tersebut hanya setelah harganya
bergerak cukup. Demikian hot-nya cerita ini, terkadang sampai berasa
bahwa harga saham ini mulai memasuki pergerakan harga saham tipe
kedua. Benar.. beberapa analis fundamental yang tolol, terkadang juga
termakan akan skenario ini, dan berpikir bahwa oh.. ada value di saham
tersebut, dimana mereka kemudian membuat research report. Padahal..
semuanya sering kali adalah pepesan kosong. Seperti tragedi perusahaan
batubara yang baru saja backdoor listing kemarin itu.

Pada saham gorengan ini,


korban sudah banyak
berjatuhan. Cerita-cerita
seperti: tetangga atau
teman yang jatuh miskin
gara-gara rekomendasi
saham di pertemuan di
tempat ibadah, trader yang
dikerjain teman di
sebelahnya padahal setiap
hari ketemu dan trading
sama-sama, investor yang
disedot terus duitnya untuk
melakukan posisi beli
sedangkan posisi jualnya adalah sang bandar sendiri, rekomendasi ahli
saham diatas panggung yang kemudian membatai orang satu ruangan,
orang yang pamer kekayaan sana sini ngaku sebagai trader ulung tapi
ternyata adalah pembantai berdarah dingin, adalah beberapa lagu lama
yang sering kali terjadi secara berulang-ulang. Otoritas bursa bertindak?
Well.. selama lebih dari 10 tahun lebih saya di pasar modal, yang sering
dijerat adalah orang yang gagal bayar, atau pihak yang tidak lain adalah

27

korban dari proses ini. Aktornya tetap saja melengang dan menjadi orang
yang disegani dikalangan pelaku pasar. Aneh.. Tapi.. bukankah penegakan
hukum di negara kita juga aneh?
So Saham apa yang akan anda mainkan? Sudahkah anda bisa
menggolongkan saham tersebut termasuk tipe pergerakan harga yang
mana?
Saya sih.. sering kali hanya bermain pada saham dengan model pergerakan
harga yang pertama atau kedua. Kalaupun kemudian ada sector rotation,
saya biasanya hanya berkutat pada saham-saham dengan kapitalisasi
terbesar atau setidaknya nomor dua yang ada pada sektor tersebut. Seperti
misalnya: kalau yang bergerak adalah cerita properti, saya hanya berani
beli di BSDE atau ASRI, kalau konstruksi hanya di ADHI atau WIKA, kalau
pakan ternak hanya CPIN, dll. Kalaupun saya tertarik pada saham jenis
ketiga, saya hanya akan main dalam volume kecil. Itupun.. saya akan diamdiam saja waktu beli. Tapi ketika jual, saya juga tidak mau bilang terlalu
keras atau tulis di blog. Saya takut kalau ada pemodal menganggap bahwa
itu adalah rekomendasi dan kemudian mereka masuk. Resikonya terlalu
tinggi buat seorang pemodal pemula. Saham tipe pergerakan jenis
keempat? Saya sudah memandangnya seperti saham yang haram: saya gak
mau menyebutkan namanya, apalagi memainkannya (meskipun terkadang
saya juga masih berteman dengan bandar-bandar, kompor bandar, bahkan
emitennya hehehe).
Jika anda adalah pemodal pemula yang nyangkut..
Terus kalau anda sekarang adalah pemodal pemula yang sudah nyangkut.
Cobalah anda periksa deh portfolio anda. Isinya cenderung saham yang
mana? Kalau saham dengan pergerakan harga tipe pertama atau kedua,
mungkin anda masih ada harapan bahwa harga dari saham tersebut, akan
kembali ke harga beli anda.. pada suatu hari nanti.. meski itu mungkin waktu
yang agak lumayan lama. Kalau posisi nyangkut anda ada pada saham
dengan tipe pergerakan harga yang ketiga, anda harus cek dulu ceritanya.
Apakah cerita tersebut masih tetap sama, atau sudah berubah? atau malah
ada cerita baru? Kalau cerita sudah berubah atau ada cerita lagi yang baru,
bisa saja kondisinya berbeda: bisa kembali lebih cepat (kalau cerita barunya
lebih bagus), atau malah jadi gak bakal balik ke harga lama karena
ceritanya sudah hilang. Kalau saham nyangkut anda termasuk tipe
keempat.. well.. anda cek dulu orang-orang yang berkepentingan terhadap
saham ini: bandarnya, emitennya, dan juga kompornya masih hidup atau
sudah mati?? Kalau ternyata masih hidup.. terus terang.. karena mereka
sebenarnya telah berbuat jahat kepada orang banyak.. kita sebaiknya
membaca doa embah seperti berikut ini:

28

Hehehehe.
Prinsipnya sebenarnya
begini:
Pergerakan harga
saham itu, pada
prinsipnya hanya
terdiri dari dua
golongan: bisa
diprediksi, atau
tidak bisa
diprediksi.
Tradinglah hanya
pada saham yang
pergerakan harga
sahamnya bisa
anda prediksi,
karena itu akan
mempermudah
anda untuk
mencapai kemenangan, memperoleh profit.
Saham Fundamental vs Saham Non-Fundamental
Posted by Satrio Utomo on June 14, 2011 9 Comments
Dalam beberapa tulisan saya sebelumnya anda mungkin sudah sering
membaca dikotomi ini: saham fundamental dan saham non-fundamental.
Kok kayanya serem ya: Non-Fundamental Stocks.. saham tanpa
fundamental kok kesannya seperti PT yang ada isinya vs PT yang tidak ada
isinya atau yang satu PT yang jelas sedang satunya PT yang gak jelas
(hehehe sadis banget yak?).. tapi sebenarnya bukan seperti itu.
Beberapa waktu yang lalu, saya sudah menjelaskan mengenai betapa
pentingnya kita melihat pendapat konsensus dari analis. Konsensus analis
ini sebenarnya adalah rata-rata pendapat dari analis fundamental yang
melakukan analis atas saham tersebut. Karena itu adalah sebuah angka
rata-rata, maka perlu adanya suatu jumlah minimal dari analis agar
pendapat yang disampaikan bisa bebas dari subjektifitias. Seperti misalnya,
kalau anda sudah membaca buku yang saya tulis, disitu saya menyebutkan
bahwa saham yang penggeraknya adalah murni pasar, harus dianalisis oleh
minimal 15 orang analis fundamental. Atau anda bisa menggunakan
jumlah yang lain. Tapi tetap saja tidak bisa terlalu sedikit. Ini karena
sebuah saham yang hanya dianalisis oleh kurang dari 5 orang analis
misalnya, sering kali unsur subjektifitas bisa jadi bisa terlihat.
Jadi disini sebenarnya asal mula dari istilah saham fundamental dan
saham non-fundamental yang sering saya sebutkan.
Saham fundamental adalah saham yang dianalisis oleh sejumlah analis
fundamental sehingga pergerakan harga sahamnya lebih merupakan
pencerminan rekomendasi-rekomendasi yang dilakukan oleh analis
fundamental tersebut.
Sebuah saham fundamental yang bagus, biasanya dianalisis oleh minimal
15 orang analis fundamental. Akan tetapi, jika kita mempertimbangkan
unsur masuknya saham-saham berkapitalisasi besar (terutama GGRM
sebagai saham big caps yang paling sedikit menarik analis fundamental),

29

saham yang dianalisis oleh 9 10 orang analis sebenarnya sudah cukup


untuk bisa dimasukkan dalam kategori saham fundamental.

Definisi dari saham non-fundamental? Sederhana sih saham yang tidak


tergabung dalam saham fundamental, langsung kita masukkan kepada
saham non-fundamental.
Keuntungan untuk fokus pada saham-saham Fundamental
Seorang analis fundamental melakukan rekomendasi berdasarkan
perubahan-perubahan fundamental yang terdapat pada emiten. Oleh karena
itu, keuntungan yang paling utama untuk fokus pada saham-saham ini
adalah: pergerakan harganya bergerak sesuai dengan kondisi fundamental
dari perseroan. Artinya: kalau kondisi fundamentalnya bagus, maka harga
akan bergerak naik, vice versa.

30

Keuntungan kedua adalah: pergerakan harga sahamnya selalu terlihat


rasional. Ini karena setiap pergerakan harga selalu terdapat alasan yang
mendasari pergerakan. Dan alasan tersebut, bisa ditemukan pada research
report yang dipublikasikan oleh analis tersebut.
Keuntungan ketiga: Volume transaksi dari saham-saham tersebut akan selalu
ada. Dalam kondisi market seperti apapun, saham-saham ini tidak pernah
diam. Selalu ada volume pasar yang mencukupi sehingga kita bisa terhindar
dari resiko likuiditas.
Selain itu, pergerakan harganya juga mengikuti pergeraan pasar secara
keseluruhan. Jadi, jika anda trading dengan strategi Bermain IHSG, maka
saham-saham tersebut bakal lebih sering naik turun sesuai dengan
pergerakan IHSG.
Kelemahan
Akan tetapi, pemisahan seperti ini bukannya tanpa kelemahan. Beberapa
kelemahan yang umumnya terjadi adalah:

Analis fundamental lebih mudah memberikan rekomendasi beli


dibandingkan dengan rekomendasi jual

Analis fundamental lebih mengutamakan saham dengan kapitalisasi


besar dibandingkan dengan kapitalisasi kecil

Analis fundamental sering harus menunggu fakta fundamental terbaru.


Saya masih ingat betul ketika Crash 2008. Saham BUMI bisa meluncur
turun dari level 7000-an hingga dibawah level 1000 tanpa adanya
rekomendasi fundamental terbaru. Itu karena tidak ada perubahan
fakta fundamental terbaru yang terjadi.

Penutup
Setiap saham sebenarnya memerlukan pendekatan yang berbeda dalam
memahami pergerakan harga sahamnya. Ketika kita sudah memisahkan
antara saham fundamental dan saham non-fundamental, minimal kita bisa
mengetahui apa yang kita hadapi. Bagaimana kita harus bereaksi terhadap
laporan keuangan, bagaimana kita harus bereaksi terhadap data konsensus,
bagaimana kita harus bereaksi terhadap berita. Atau. apakah kita bisa
menggunakan cara-cara normal untuk bereaksi terhadap pergerakan
harga(seperti melakukan posisi beli dan jual berdasarkan suport atau
resisten), ataukah kita harus menggunakan cara-cara kontrarian.
Selain itu, bagi anda yang masih dalam taraf pemula, transaksi sebaiknya
memang lebih difokuskan pada saham-saham fundamental karena
pergerakan harganya lebih mudah untuk diprediksi dibandingkan dengan
pergerakan dari saham-saham non-fundamental.
Happy trading semoga untung!!!
Valuasi: sebuah sudut pandang dari sisi stick and carrot
Posted by Satrio Utomo on May 31, 2012 6 Comments

31

Perhatikanlah
gambar ini baikbaik. Gambar ini
adalah sebuah
permainan yang
disebut sebagai
stick and carrot.
Keledai katanya
niy, adalah
sebuah mahluk
yang paling
bodoh. Paling
sulit untuk
dimotivasi. Jika seorang penunggang (Sang Sutradara) ingin membuat
seekor keledai bergerak maju,

maka penunggang ini harus


mengikatkan wortel (carrot) kepada
sebuah tongkat (stick), dan kemudian
melambaikannya di depan keledai
tersebut. Keledai tersebut akan
bergerak maju, karena berpikir dia bisa
mencapai carrot. Sang Sutradara
tinggal menjaga agar carrot terus
berada didepan keledai dan tidak
termakan oleh keledai tersebut.
Saya jadi teringat, hubungan antara
rata-rata valuasi, dengan pergerakan
harga saham. Yang pertama adalah saham yang baik. Yang berfundamental
bagus, yang pergerakan harganya normal. Penggeraknnya adalah pasar
murni. Kondisi valuasi vs harga saham bakal seperti yang ada di gambar
dibawah ini:

32

Anda bisa lihat kan harga


saham bergerak naik atau
turun. Ketika harga saham
bergerak naik, harga saham
akan menyentuh valuasinya.
Ketika saham fully valued
(tervaluasi penuh) harga
kemudian turun dibawah
valuasinya. Ketika harga
sudah turun cukup signifikan,
orang yang berminat untuk
beli, kembali melakukan posisi
beli. Harga kemudian
bergerak naik lagi, menuju
valuasinya. Kondisi ini terjadi
terus menerus dan berulangulang. Anda lihat gambar di
bawahnya, dimana itu adalah
spread (selisih) antara harga
saham, dengan rata-rata
valuasinya. Anda bisa melihat
bahwa harga saham kadang
undervalue (berada dibawah
titik nol) dan terkadang juga
over value (diatas titik nol). Harga terus bergerak dinamis, seiring dengan
pergerakan pasar.
Problem kemudian muncul kepada saham yang sering saya sebut sebagai
non-fundamental stocks. Saya menyebutnya dengan saham yang jahat.
Saham dimana pemiliknya lebih menggunakan saham sebagai alat untuk
mengeruk likuiditas dari pasar. Pemilik ini kemudian menggunakan angkaangka perusahaan, menggunakan alat-alat fundamental, menggunakan
valuasi sebagai carrotnya. Anda bisa lihat kejadiannya di bawah ini:

33

Harga saham akan selalu terjaga, untuk bergerak dibawah rata-rata


valuasinya. Tidak ada minat pemodal rasional untuk melakukan posisi beli.
Pemodal yang masuk hanya pemodal yang emosional, yang memandang
berita-berita yang mengalir, dan juga valuasinya, sebagai alasan untuk
melakukan posisi beli. Pemodal seakan dibuat selalu memandang ke langit.
Memandang ke atas. Valuasi serasa seperti sebuah carrot yang tidak pernah
tercapai. Yang selalu diayun-ayun ke atas oleh Sang Aktor, yang tidak
berharap pemodal itu tidak melakukan posisi jual.. sampai.

Sebuah mobil menabrak


keledai tersebut. Pemodal
terkena forced sell.
Tragis.
Hehehe saya jadi
teringat beberapa bulan
yang lalu. Ada seorang
analis senior yang sok
bisa fundamental padahal
ekonom melakukan
kampanye penghasutan
mengenai jeleknya analis
teknikal. Analis ini

34

sebenarnya saya golongkan sebagai seorang yang sangat bego, sehingga


pada dasarnya, pendapat dia selalu saya artikan sebagai sebaliknya. Ketika
dia bilang beli, berarti itu saat saya untuk jualan. Ketika dia rekomen jual,
berarti saya malah mengambil posisi beli. Ketika dia berpendapat bahwa
seorang pemodal sebaiknya hanya mengandalkan 100% fundamental saya
cuman berpikir: ooh berarti orang itu memang belum berubah. Masih tetap
dalam kecerdasan yang sebelumnya.
Ketika kondisi pasar seperti ini, saya jadi teringat oleh dia. Bagaimana bisa
kita trading atau investasi dengan hanya mengandalkan 100% fundamental?
Anda tanya deh sama orang-orang yang hari ini kena forced sell. Apakah
benar saham yang anda pegang telah mengalami perubahan fundamental
yang mendasar? Perubahan fundamental yang membuat seorang pemodal
harus melakukan posisi jual? Dulu.. ketika BUMI turun dari 8000 ke 400.
Apakah ada perubahan fundamental yang berarti?
Valuasi itu, kelakuannya seperti model yang saya perlihatkan diatas: Ketika
valuasi dilakukan pada saham yang baik, yang tidak hanya berfundamental
bagus, tapi juga ada di bursa untuk meningkatkan value perusahaan dengan
bersama-sama meningkatkan kesejahteraan pemegang sahamnya. Maka
valuasi bisa digunakan sebagai alat untuk alasan dari orang untuk melakukan
beli jual saham. Akan tetapi, pada saham yang jahat, dimana pemilik
perusahaannya hanya perduli pada kesejahteraan dirinya, valuasi hanya
berfungsi sebagai carrot fatamorgana yang tidak bisa disentuh dan
dicapai. Pada saham yang jahat, valuasi adalah carrotnya, dan pemodal
yang beli, adalah (maaf) keledainya.
Anda mau jadi keledai?
Saya tidak mau jadi keledai. Oleh sebab itu, saya tidak mau menggunakan
100% fundamental sebagai pertimbangan saya melakukan beli jual saham.
Terakhir berikut ini adalah beberapa hal yang menurut saya harus
dilakukan oleh seorang trader yang bertanggung jawab:
1. Perhatikan arah pergerakan harga, prediksi arah pergerakan harga.
2. Beli ketika mau naik, jual ketika mau turun
3. Saham, dengan P/E Ratio sekecil apapun dan dengan berita sebagus
apapun, bukanlah sesuatu yang menarik jika saham tersebut masih
memiliki potensi koreksi yang signifikan.
4. Transaksi dengan prediksi sendiri. Gunakan prediksi orang lain sebagai
referensi. Jangan gunakan prediksi orang lain karena preferensi resiko
dari setiap orang, bisa jadi memang berbeda.
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Pertanyaan berikut adalah pertanyaan yang paling sering saya dengar
belakangan ini:
Pak. saya kemarin tertarik untuk membeli saham-saham perbankan
karena laba bersihnya naik tinggi. Dibandingkan dengan kuartal pertama
tahun lalu, kenaikan rata-rata kenaikan laba bersihnya kan tinggi tuh lebih
dari 30%. BMRI aja naiknya 88.7%. BBRI naik 51.6%. Beritanya juga lagi
bagus. Kita lagi deflasi. Kalau deflasi begini, harga saham kan biasanya naik.
Akan tetapi kenapa seminggu terakhir harga sahamnya malah cenderung
turun ya? Apa orang Sell On News?

35

Melakukan posisi beli karena berita bagus, adalah suatu hal yang wajar. Hal
yang rutin bagi seorang investor retail. Terutama kalau sudah mendengar
laba bersih yang naik luar biasa. Data yang dimiliki oleh pelaku pasar
tersebut tidak sepenuhnya salah. Data yang saya miliki untuk saham-saham
perbankan yang saya amati, bisa anda lihat pada tabel berikut ini:

Perkiraan Konsensus Analis adalah angka rata-rata perkiraan dari sekelompok


analis fundamental yang menganalisis suatu perusahaan publik atas suatu
data atau angka.
Sebagai contoh: Konsensus inflasi adalah rata-rata prediksi inflasi yang
dilakukan oleh sekelompok ekonom. Kalau di sisi analisis fundamental
emiten, data yang paling penting biasanya adalah konsensus laba bersih,
disamping juga konsensus valuasi (rata-rata valuasi atau target harga dari
sekelompok analis fundamental).
Suatu perusahaan dikatakan berkinerja bagus, apabila pencapaian kinerjanya
bisa melampaui atau diatas angka konsensus analis. Suatu angka yang
pencapaian yang diatas rata-rata, bisa membuat analis menaikkan prediksi
kinerja emiten, dan ini artinya akan menaikkan rekomendasi (upgrade
recomendation) dan juga valuasi dari emiten.
Sebaliknya, jika kinerja suatu emiten dibawah rata-rata konsensus, maka
para analis akan cenderung untuk menurunkan perkiraan kinerja perseoran.
Ujung-ujungnya, dia akan menurunkan valusi perseroan. Rekomendasinya
juga bisa mengalami penurunan peringkat (downgrade).
Pada tabel diatas anda bisa melihat bahwa saham-saham perbankan
memang mencatat laba bersih dengan kenaikan yang cukup spektakuler.
Akan tetapi, jika anda bandingkan dengan angka rata-rata net income yang
diharapkan oleh analis, ternyata kinerja dari emiten-emiten perbankan
tersebut masih jauh dari harapan. BBCA, BBTN, BDMN, dan BBNI
mencatatkan kinerja yang dibawah ekspektasi. BMRI mencatatkan laba
bersih yang diatas ekspektasi. Tapi jangan lupa, kenaikan terbesar dari BMRI
berasal dari penjualan saham GIAA (sekitar Rp 1.4 trilyun Rp 2 trilyun).
Artinya, jika kita mengeluarkan pendapatan non operasional, kinerja dari
BMRI sebenarnya juga dibawah ekspektasi pasar.
Penggerak utama dari pergerakan harga, tetap saja rekomendasi dari analis
fundamental (baik secara personal, maupun secara berkelompok).
Pencapaian laba bersih yang spektakuler, tidak cukup untuk membuat harga
bergerak naik. Laba bersih itu harus bisa melebihi ekspektasi untuk bisa
membuat analis memberikan rekomendasi beli. Dan tanpa rekomendasi
beli bagaimana harga mau bergerak naik?
Mencari angka Konsensus Laba Bersih*
Tulisan saya mengenai bagaimana pengaruh angka konsensus analis
terhadap pergerakan harga kemarin, ternyata memunculkan banyak
tanggapan berupa pertanyaan: Bagaimana cara mencari angka konsensus
tersebut?

36

Paling enak dan paling cepet sih lihat di terminal Bloomberg. Sebagian
besar sekuritas yang besar, memiliki fasilitas ini. Akan tetapi, buat investor
retail, tentu akan susah untuk ikutan mendapatkannya karena tidak semua
orang memiliki akses ke sebuah terminal Bloomberg. Lagian, kalau
langganan sendiri, biaya langganan sebesar US$1700 per bulan jelas tidak
ekonomis.
Solusinya: anda bisa menggunakan data konsensus yang didapat dari
http://www.reuters.com.
Caranya begini:
1. Kita masuk ke menu pencarian saham yang ada pada website Reuters.
2. Masukkan kode saham yang ingin kita cari ke kolom pencarian. Dalam
contoh dibawah, saya mencoba mencari angka konsensus Net Income untuk
BMRI. Ingat! Reuters menggunakan penandaan yang agak berbeda untuk
kode saham di Bursa Saham Indonesia, yaitu dengan menambahkan kode
.JK pada setiap saham. Jika kita ingin mencari saham BMRI, berarti kita
memasukkan kode sahamnya sebagai BMRI.JK

3. Pencarian kita sudah menemukan halaman BMRI. Klik kode saham yang
tadi anda cari untuk masuk ke halaman detail.

37

3. Kita kemudian masuk lebih dalam ke halaman Analyst

4. Halaman Analyst ini berisi analisis yang lebih dalam mengenai saham
BMRI. Kita bisa scroll ke bawah sedikit, untuk menemukan angka EPS
(earning per share/laba per saham).

38

5. Masalahnya: yang dipublikasikan ke media oleh emiten, sering kali adalah


angka laba bersih. Untuk mendapatkan laba bersih, kita harus mengkalikan
dengan jumlah saham beredar dari emiten itu. Masalahnya lagi: Data saham
beredar itu berbeda disana-sini. Tadinya saya mencoba mencari melalui
pencarian emiten yang ada pada website BEI. Akan tetapi, kalau anda
merasa pencarian lewat website itu terlalu lama, anda bisa mencari pada
jumlah saham beredar yang tersedia untuk asing (foreign available) yang ada
pada link ini.
Bagaimana kualitas hasilnya?
Kualitas hasilnya sih cukup lumayan. Agak berbeda dengan angka yang ada
di terminal Bloomberg sih, tapi perbedaanya tidak terlalu signifikan.
Perbedaannya sepertinya karena jumlah rekomendasi analis yang
dikumpulkan oleh Bloomberg lebih banyak dibandingkan yang dikumpulkan
oleh Reuters. Maklum jumlah analisnya memang beda:

Untuk kualitas angkanya dibandingkan dengan yang ada di terminal


Bloomberg, bedanya nggak terlalu jauh lah standar deviasinya cuman
2.68%. Artinya, perbedaan dengan angka yang ada di Bloomber sekitar plus
atau minus 2.68%. Tidak terlalu besar.
So tiada rotan, akarpun jadi. Kalau anda mau melihat angka dari
Bloomberg, anda mungkin harus menunggu update dari saya (cuman
biasanya edisi lengkapnya biasanya cuman bisa anda peroleh pada Member
Area atau jika anda datang ke acara Market Outlook Bulanan di PT Universal
Broker Indonesia), atau anda juga bisa membacanya dari report-report dari

39

analis lain. Tapi kalau anda tidak sabar, anda bisa memperolehnya sendiri
berdasarkan cara-cara diatas.
Selamat mencoba.
Arti Deviden bagi seorang Pemodal
Posted by Satrio Utomo on July 19, 2011 3 Comments
Seorang traders beberapa waktu yang lalu bertanya kepada saya:
Pak saya beli saham XXXX karena sebentar lagi saham itu akan
membagikan devidennya. Setelah cum dividen, ternyata harga saham turun,
dan penurunannya ternyata lebih besar dari pada jumlah dividen yang saya
peroleh (udah gitu masih dikurangi pajak lagi). Memang salah ya Pak kalau
beli saham itu karena kita ngejar devidennya?
Ketika musim pembagian deviden (dividen season) seperti sekarang ini,
fenomena seperti ini adalah fenomena yang standar. Seorang traders, yang
harusnya cenderung untuk mengambil untung berdasarkan pergerakan harga
jangka pendek, mencoba peruntungan dengan melakukan posisi beli
berdasarkan informasi dividen (sebuah informasi yang seharusnya lebih
bermanfaat bagi seorang investor jangka panjang, yang sudah melakukan
hold atas saham itu pada jangka waktu yang lama). Memang sih kalau
dilihat dari dividen yield-nya, sering kali memang menarik 3% 5%, atah
bahkan hampir 10%. Kalau dipikir memang menarik. Beli, simpan beberapa
hari, terus kita bisa bisa mendapatkan return sebesar itu. Tapi ingat juga: kita
cuman bisa untung sebesar itu JIKA BISA MELAKUKAN POSISI JUAL PADA
HARGA YANG SAMA DENGAN KETIKA KITA MELAKUKAN POSISI BELI
(psst.. inget juga.. kita harus bayar pajak dividen juga loh belum lagi ada
biaya komisi beli dan komisi jualjadi dividen yield riilnya tentu saja tidak
sebanyak itu). Dengan kata lain: kalau gagal jual di harga yang sama
dengan ketika kita melakukan posisi beli, posisinya tetap saja sama: RUGI.
Sekarang begini sebagian dari emiten yang ada di bursa, masih berpikir
bahwa saham itu hanya lah selembar kertas. Selembar kertas yang diberi
tanda sehinga bisa disebut sebagai saham. Saham itu kemudian ditukarkan
oleh uang yang dipegang oleh pemodal publik (baca: anda). Kertas ditukar
dengan uang. Enaknya bagaimana itu? (Itu sebabnya saya suka nyinyir
kalau ada pre-emptive right issue kalau perusahaannya bagus, mungkin
gpp kalau perusahaannya jelek apa nggak cuman usaha pencetakan
uang palsu itu?).
Contoh: Sebuah saham, katakan lah PT XXXX Tbk. Harga sahamnya Rp
100.000 per lembar. Membagikan dividen sebanyak Rp 5000. Dividen
yieldnya menarik bukan? 5%! Seorang trader kemudian melakukan posisi beli
atas saham xxxx tersebut di harga Rp 100.000 pada hari cum-date. Ketika
ex-date, harga kemudian dibuka pada level Rp 93.000. Posisi trader itu
berarti sudah mengalami potentioal loss sebesar Rp 2000. Harga kemudian
turun ke Rp 75.000. Trader itu cut loss.
Sekarang, mari kita melihat kejadian itu dari dua sisi:

Dari sisi trader: Saya melakukan mengalami kerugian bruto sebesar Rp


20.000 (setara dengan 20%). Kerugian nettonya bisa lebih besar dari
itu karena masih ada pajak deviden, fee beli dan fee jual, dll.

Dari sisi emiten: Dengan umpan Rp 5000, saya bisa membuat trader
itu (anda) membeli saham dari emiten itu. Ketika trader tersebut
melakukan cut loss di harga Rp 75.000, berarti saya tersebut telah
untung Rp 20.000. Keuntungan saya adalah sebesar 400%! Hebat
bukan?

40

Saya lupa ini perkataan siapa, tapi saya pernah baca sebuah ide yang sampai
saat ini selalu saya ingat:
Never trade based on dividen news!!!
Trading itu berbeda dengan investasi. Investasi itu berbeda dengan trading.
Dividen itu, hanya berguna bagi para investor. Orang yang sudah menyimpan
saham tersebut untuk waktu yang sangat lama. Jika investor itu belinya di
harga atas, berarti itu bisa menjadi pengurang bagi kerugiannya. Tapi jika
belinya di harga bawah, berarti itu bisa menjadi penambah bagi
keuntungannya. Bagi anda yang memilih trading sebagai jalan, dividen itu
bukanlah sesuatu yang perlu anda kejar. Dalam melakukan trading, sumber
dari keuntungan adalah pergerakan harga. Oleh karena itu, perhatikan terus
arah pergerakan harga, mau lari kemana. Terus lakukan strategi dasar: beli
ketika mau naik, jual ketika mau turun. Kalau ada dividen diantaranya,
perlakukan itu sebagai bonus. Dapet sukur, gak dapet ya sudah. Sapa tau
target harga kita sudah tercapai pada saat hari cum, ya silakan saja kalau
mau profit taking. Tapi kalau pada hari ex harga saham ternyata turun
dibawah stoploss, ya sudah mungkin anda memang harus disiplin harus
melakukan cut loss. Dividen? Yah itu kan bisa digunakan untuk mengurangi
kerugian.
Bagi seorang investor, deviden adalah tujuan utama dalam
melakukan investasi. Bagi seorang trader, deviden hanyalah sekedar
pemanis, karena tujuan utamanya adalah capital gain untuk jangka
pendek
So anda seorang trader yang masih mengejar keuntungan dengan
berharap berkah dari dividen? Atau anda saat ini tengah dalam posisi
nyangkut karena adanya ide dividen? Atau anda mendengarkan saran dari
seorang yang mengaku sebagai seorang trader untuk melakukan posisi beli
dengan berdasarkan berita dividen dan sekarang anda berada dalam posisi
nyangkut? Ataukah anda sekarang sudah merasa bahwa anda sebenarnya
hanyalah korban dari strategi jangka pendek yang anda lakukan dengan
kesadaran sendiri maupun dengan dorongan dari orang lain? hehehe
pikirkanlah kembali apakah anda sudah melakukan hal yang terbaik bagi
diri anda sendiri dalam melakukan pengelolaan investasi anda di pasar modal
yang ganas ini.
Ketika Investasi berbeda dengan Trading*
Posted by Satrio Utomo on March 7, 2011 8 Comments

3 Votes
Selamat pagi
Berikut ini adalah percakapan antara saya dan istri saya (saya memanggil
istri saya dengan nama Mbak Mia) di sekitar bulan Oktober 2010:
Mia (M): Mas saya ada lebih sedikit uang untuk di tabung. Saya beli emas
ya?
Tommy (T): Kamu maunya untuk jangka pendek atau untuk jangka panjang?
[1]

41

M: Ya untuk investasi lah masa aku mau trading?[2]


T: Ok bener ya untuk investasi? Silakan ajah harga emas masih mau naik
ini
Ketika itu, harga emas memang sudah mulai tinggi. Sekitar Rp 375 ribu
Rp385 ribu per gram. Istri saya berkeinginan untuk membeli emas untuk
keperluan investasi. Karena untuk investasi, berarti untuk jangka panjang.
Sebulan kemudian, saya bertanya kepada istri saya (ketika itu harga emas
sudah di sekitar Rp 400 ribu per gram)
T: Mbak Mia sudah jadi beli emas?
M: Belum mas
T: Masalahnya apa toh? Duitnya masih ada kan? Atau nggak ada yang anter
ke Melawai? Kalau beli Emas kan tinggal telpon ke toko emas, habis itu uang
ditransfer untuk mengunci harga. Kalau ngambilnya kan bisa nanti-nanti
kalau kita sempat.
M: Harganya itu loh kok naik-naik terus sekarang sudah sekitar Rp 400
ribuan, aku mau nunggu kalau harganya agak murahan dikit
T:Loh? Emang kamu mau trading? Bukannya kamu kemarin bilangnya mau
investasi? Kalau kamu mau investasi, ngapain kamu mikirin harga?
M: Iya mas aku mau investasi. Tapi masa kita mau beli kalau harga lagi
mahal begini?
Percakapan itu berakhir. Di bulan Desember, saya kembali ke pertanyaan
yang sama:
T: Mbak Mia sudah beli emasnya?
M: Harganya masih di 390-an (Rp 390 ribu maksudnya) tar deh masih
kurang murah
Di bulan Januari saya tidak tanya sama sekali. Baru-baru ini, ketika krisis
Libya sudah memanas, harga minyak dan emas membubung tinggi, saya
kembali bertanya:
T: Mbak Mia tetap masih belum beli emasnya kan? Istri saya hanya
tersenyum dan mengalihkan pembicaraan.
Investasi berbeda dengan Trading
Ketika kita melihat harga dari komoditas atau pasar finansial. Satu hal yang
selalu konsisten untuk berubah adalah perubahan harga. Arahnya sih tidak
pernah berubah: kalau nggak naik, pasti juga turun. Harga terus bergerak
kesana kemari, berubah setiap hari. Disisi lain, investasi adalah sebuah
proses dimana kita menanamkan kekayaan kita untuk jangka waktu yang
sangat lama. Warren Buffet adalah pakar investasi. Ia membeli saham CocaCola di tahun 1988 . Terus menahannya sampai sekarang. Melihat umur
beliau sekarang, dan prospek dari saham Coca-Cola kedepannya, sepertinya
itu akan menjadi investasi yang melewati batas hidupnya.
Pada prinsipnya, langkah-langkah untuk melakukan investasi adalah sebagai
berikut:

42

1. Pilih instrument investasi yang memiliki prospek bagus untuk masa


yang akan datang
2. Beli
3. Tahan hingga anda merasa bahwa prospek jangka panjangnya sudah
berubah
Konsep beli dan tahan (buy and hold) inilah yang kemudian kita kenal
sebagai ciri-ciri dari seorang investor.
Dari cerita yang anda sudah baca pada awal tulisan ini, anda tentu sudah
melihat sebuah cerita mengenai seorang investor yang akhirnya gagal
berinvestasi karena terombang-ambing oleh masalah pergerakan harga.
Emas yang dibeli adalah untuk tujuan investasi. Tapi karena harga terus
bergerak, akhirnya investasi gagal dilakukan. Padahal seharusnya tidak
seperti itu. Harga masa kini, adalah sebuah variabel jangka pendek. Jika
anda adalah seorang investor, anda semata-mata hanya melihat prospek
jangka panjang dari instrument investasi itu. Harga saat ini, bukanlah
sesuatu yang sangat penting sehingga anda perlu bersusah payah untuk
memprediksinya. Kalau anda sudah yakin dengan prospek jangka
panjangnya, mahal untuk saat ini, belum tentu mahal juga untuk waktu yang
akan datang. Mahal saat ini, bisa jadi murah untuk masa mendatang.
Seorang pemodal ingin membeli emas untuk keperluan investasi, hanya
perlu melihat prospek investasi emas untuk jangka panjang. Dan selama
pemodal tersebut bisa melihat bahwa prospeknya masih positif untuk jangka
panjang, any price is a cheap price![3]
Pak saya tetap tidak yakin bahwa harga saat ini adalah harga yang
murah. Bagaimana cara mengatasinya?
Jika ini adalah pertanyaan anda, anda bisa menyelesaikan permasalahan ini
dengan melakukan investasi secara bertahap, seperti orang mengangsur.
Anda membagi investasi tersebut kedalam beberapa bagian, dan melakukan
pembelian atas instrument yang ingin anda investasikan dengan
memberikan suatu jarak waktu tertentu diantara satu pembelian dengan
pembelian yang lain. Misalnya nih, anda berencana untuk investasi Rp 100
juta pada reksadana saham. Akan tetapi, anda merasa bahwa kondisi IHSG
saat ini sudah ketinggian. Anda kemudian membaginya menjadi beberapa
bagian (misalnya nih 4 bagian masing-masing senilai Rp 25 juta) yang
sama besar, yang akan anda belikan reksadana setiap dua minggu atau satu
bulan sekali, atau jangka waktu lain yang anda tentukan. Mencicil investasi
adalah salah satu cara untuk mensiasati timing dalam berinvestasi.
Penutup
Saya adalah orang yang tidak bosannya untuk mengingatkan setiap orang
akan perbedaan antara trading dengan investasi. Maklum, saya sudah sering
sekali melihat orang yang kehilangan kekayaannya hanya karena masalah
yang sederhana seperti ini. Dalam kehidupan saya, hanya dua buah
permasalahan yang saya anggap sebagai investasi: Hubungan saya dengan
Alloh SWT, dan hubungan saya dengan keluarga. Selain itu, semua itu
adalah posisi trading: ketika trend masih membaik, mari kita teruskan, tapi
ketika trend sudah memburuk, posisi cut loss adalah sebuah pilihan yang
wajar. Saya harus selalu realistis. Buat apa saya mempertaruhkan
segalanya untuk menahan posisi yang buruk? Nanti kan ada posisi yang lain
lagi. Nanti aka nada kesempatan yang lain lagi.
Jadi kembali ke masalah investasi yang dilakukan istri saya tersebut diatas.
Kalau anda bertanya: Apakah saya akan menasehati istri saya agar

43

melakukan investasi dengan benar? Hehehe masih banyak waktu lah.


Ameztomia Tanggal 11 Maret 2011 besok, genap 10 tahun kita besama.
Semoga Alloh SWT memberikan kita cukup waktu untuk bersama-sama
mensyukuri nikmat-Nya.
Happy trading semoga untung!!!
Satrio Utomo
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
[1] semenjak bulan September 2010, semenjak emas menembus kisaran
resisten US$1200 US$1250 per troy ounces, saya sudah melihat harga
emas (XAU) masih akan terus menguat hingga level US$1500 US$1600 per
troy ounces, jadi posisi beli untuk emas, baik untuk trading maupun investasi
sebenarnya tidak terlalu banyak bedanya karena harga emas sedang berada
dalam trend naik.
[2] Istri saya memang tidak terlalu suka mengenai ide dasar dari trading.
Kamu aja yang mikir jangka pendek deh.,.. saya yang mikir jangka
panjang. Itu adalah yang selalu diucapkannya setiap saat saya merayunya
untuk trading saham.
[3] Mohon tetap diingat bahwa buying on margin bukanlah posisi investasi.
Posisi beli emas disini adalah untuk emas fisik, bukan posisi beli pada
kontrak berjangka emas. Kontrak berjangka emas adalah sebuah posisi
trading karena adanya leverage.
Mempelajari Analisis Teknikal dengan Terstruktur
Posted by Satrio Utomo on March 28, 2010 20 Comments

3 Votes
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Pada beberapa kesempatan di milis AATI (Asosiasi Analis Teknikal Indonesia),
saya selalu ngomong: belajar analis teknikal itu yang terstruktur.
Belajar yang terstruktur itu apa sih? Seperti apa sih? Mengapa kita harus
belajar analisis teknikal secara terstruktur? Bagaimana struktur belajar
teknikal analisis yang benar? Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan
ini, marilah kita mengikuti jawaban saya atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Mengapa belajar terstruktur itu penting?
Masih ingatkah anda mengenai bagaimana cara anda mempelajari ilmu yang
bernama Matematika? Apakah anda belajar mempelajari kalkulus, integral,
atau geometri? atau anda memulainya dari yang basic-basic dulu:
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian?? Belajar secara
terstruktur itu penting karena dengan pembelajaran yang
tertruktur, anda bisa memperoleh gambaran yang lengkap mengenai

44

ilmu yang anda pelajari. Pembelajaran yang tidak tertruktur, hanya


membuat anda mengetahui ilmu tersebut secara sepotong-sepotong.

Dari gambar Red Vineyard dari Vincent van Gogh (dari


http://www.wikipedia.org) diatas, kita bisa melihat bahwa pada tiga gambar
yang diatas: pertama, gambar yang disebelah kiri atas adalah gambar

45

sebuah pedati yang lewat didepan sekelompok orang yang ada ditengah
sawah, gambar yang di sebelah kanan adalah gambar orang yang lagi
ngadem di sungai, ditengah matahari yang bersinar terik, dan gambar yang
di kiri tengah adalah gambar dari sekelompok orang yang tengah melakukan
panen. Ok lah.. gambar-gambar tersebut adalah sebuah gambar yang indah.
Akan tetapi, jika kita bisa melihat gambar tersebut secara lengkap (gambar
yang dibawah), maka kita bisa melihat keindahan tersebut secara lengkap.
Mempelajari analis teknikal secara terstruktur akan membuat kita
bisa menikmati gambaran teknikal tersebut secara utuh. Kita bisa
menikmati ilmu teknikal analisis tersebut secara utuh sehingga
prediksi yang kita lakukan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan. Tidak hanya sekedar prediksi yang benar
karena marketnya memang sedang naik.
Pertanyaan selanjutnya adalah: Bagaimanakah struktur pembelajaran
dari analisis teknikal itu?
Terus terang, saya adalah seorang yang bodoh. Terlalu bodoh sehingga saya
hanya mau menggunakan struktur pembelajaran analisis teknikal yang
digunakan oleh organisasi teknikal dunia, yang berisi pakar-pakar analisis
teknikal dunia, dalam mempelajari analisis teknikal. Saya menggunakan
struktur yang didesain oleh para pakar. Tidak membuat sendiri, tidak
mengarang sendiri.

Sebagai informasi, saat ini ada dua organisasi analisis teknikal di dunia. Yang
pertama adalah Market Technicial Associsation(MTA) dan International
Federation of Technical Analysis(IFTA). Keduanya adalah organisasi yang saat
ini menjadi penyelenggara ujian standar bagi analis teknikal di seluruh
dunia. Mana organisasi yang lebih bagus? Saya juga tidak tahu. Yang saya
lihat: MTA lebih ke Amerika, sedangkan IFTA lebih ke Eropa&Asia/Pacific.

Struktur pembelajaran ini sesuai dengan yang digunakan bagi mereka yang
ingin menempuh ujian standar profesi Analis Teknikal. Kalau versi IFTA,
disebut sebagai ujian untuk mendapatkan gelar CFTe (Certified Financial
Technical) yang terdiri dari dua level: CFTe level pertama, dan CFTe level
kedua. Disisi lain, kalau versi MTA, ujiannya disebut sebagai ujian untuk
mendapatkan gelar CMT (Chartered Market Technicial), yang terdiri dari tiga
level: CMT level pertama, CMT level kedua, dan CMT level ketiga. Anda bila
melakukan click atas link-link tersebut untuk mengetahui bagaimana struktur
pembelajaran dari badan-badan analisis teknikal dunia tersebut.
Singkatnya, pembelajaran analisis teknikal itu terdiri dari dua level:
Level Pemula dan Level Mahir.
Untuk level pemula, pengetahuan analisis teknikal yang harus dikuasai
adalah:

Definisi dan asumsi dasar analisis teknikal

Cara-cara pembuat chart (terutama bar chart, candlestick, line chart)

Dow Theory

Price Pattern

46

Gap

Suport, resisten, dan trend

Fibonacci Ratio dalam analisis teknikal (Retracement, Extension,


Projection)

Candlestick

Volume dan Breadth, serta cycle

Moving Average dan Momentum Indikator (modern analisis teknikal)

Mengenali titik puncak dan titik dasar

Pengetahuan dasar (definitif) mengenai Elliot Wave dan Gann

Psikologi trading yang basic (sekedar untuk mendapatkan sudut


pandang yang benar mengenai pergerakan harga)

Kalau analisis teknikal level mahir:

Memperdalam pengetahuan mengenai psikologi pasar

Teknik melakukan posisi trading (termasuk didalamnya teknik untuk


melakukan stoploss).

Melakukan prediksi dan trading dengan menggunakan Elliot wave dan


Gann

Mempelajari teknik-teknik prediksi maupun psikologi trading dari para


trader international yang sudah berhasil (belajar dari sukses story para
trader internasional).

Mendalami alat-alat analisis teknikal yang sederhana sehingga bisa


memperoleh kesimpulan dengan akurat dalam melakukan trading.

Menggunakan technical tools dengan cara yang sedikit berbeda


sehingga akurasi prediksinya bisa lebih baik.

(Singkatnya.. anda bisa melihat deh.. dari bahan bacaan dari setiap level
ujian, baik dari CFTe maupun CMT yang sudah kita bahas sebelumnya. Dan
jika anda masih ingin mengetahui bahan bacaannya.. anda juga bisa melihat
disitu juga)
LHO?? KOK BANYAK SEKALI YANG HARUS DIPELAJARI PAK? NANTI
KAN GAK TRADING-TRADING KASI KITA JALAN SINGKATNYA DONG!!!
Hahaha ini adalah pertanyaan/pernyataan dasar dari orang-orang yang
sering saya jumpai. Indonesia Orde Baru banget gitu loh!!! Maunya
pinter, tapi pake jalan singkat, tidak mau belajar. Maunya kaya/untung, tapi
cuman minta disuapi gak mau kerja keras. Nggak mau tahu jalan untuk
menjadi sukses atau mencari keuntungan gimana. Tahu-tahu nanti cuman
korupsi menipu atau jadi maling. Aduuuuh..
So saya cuman bisa berharap.. anda semua mau untuk mempelajari
analisis teknikal dengan benar. Dengan terstruktur. Lama sih.. dan butuh
kerja keras. Tapi, jika anda berhasil, anda akan bisa melakukan prediksi dan

47

trading dengan benar, baik ketika market sedang naik (bullish), maupun
ketika market sedang turun (bearish).
Mari kita wujudkan Indonesia yang lebih baik dengan terus belajar dan
berbuat kebaikan.
Happy trading Semoga untung!!!
Tahu nggak yang bikin saya lebih menyukai analisis teknikal dibandingkan
dengan analisis yang lain? Analisis teknikal percaya bahwa
Market action discounts everything
Artinya: apa yang terjadi pada pergerakan harga, itu sudah menjelaskan
semua kejadian yang ada. Mau berita bagus atau berita jelek, dan
bagaimana reaksi pasar atas sebuah berita.
Malam ini, kita menunggu hasil dari Pemilu Yunani. Semua orang yakin,
bahwa hasil dari Pemilu ini, bakal menentukan arah dari market jangka
menengah. Siapa yang menang, siapa yang kalah. Orang sih yakin, kalau
New Democracy dan Pasok bisa dapet mayoritas, berarti bail out aman,
Yunani tetap di Euro. Tapi kalau yang menang Syriza, orang pada takut kalau
Yunani bakal keluar dari zona Euro. Untuk analisis lengkapnya, anda
mendingan lihat di situs CNN ini deh.
Nah semua orang akan sibuk menganalisis. Ekonom, politikus, analis
fundamental, bakal berbuih-buih, mengeluarkan analisis terbaiknya.
Saya? Well hehehe saya kembali pada asumsi dasar analisis teknikal
yang tadi saya sampaikan:
Market action discounts everything
Oleh karena itu, saya tinggal lihat regional besok pagi lah Terima bersih
saja. Gak usah pusing bikin analisis sendiri. Cuman buang-buang tenaga
dan energi. Sebuah analisis dari mulut kita, kalaupun betul, juga tidak akan
membuat harga bergerak sesuai dengan analisis kita. Karena
crowd behavior, tetap saja bisa bergerak sesuka mereka sendiri. Mendingan
lihat besok pagi.. market regional bergerak seperti apa. Terima bersih.
Beres.
Sudahlah.. Maree kita tidur, atau nonton Piala Eropa saja
Harga Open, High, Low, dan Close dalam Analisis Teknikal
Posted by Satrio Utomo on January 6, 2013 6 Comments

48

4 Votes
Anda tentu masih ingat definisi dari analisis teknikal:
Analisis teknikal adalah cara untuk menganalisis/memprediksi pergerakan
harga di masa yang akan datang, dengan menggunakan bantuan grafik
harga saham. Grafik harga saham itu adalah sebuah informasi yang
berisikan pergerakan harga saham harian, yang terdiri dari harga open, high,
low, dan close.
Teknikal analisis hanya memerlukan harga open, high, low, dan close.
Harga Open
Harga open atau harga pembukaan adalah harga pertama kali transaksi
dilakukan pada hari itu. Harga open tersebut mencerminkan semua
informasi pasar yang ada, yang terjadi atau muncul diantara harga
penutupan sehari sebelumnya dan ketika saat-saat terakhir pemodal boleh
memasukkan order ke mesin bursa. Misalnya, kalau untuk harga open di
bursa Indonesia, maka faktor yang mempengaruhinya adalah:
1. Pergerakan Indeks regional semalam. Entah itu dari kawasan Amerika
(Dow Jones Industrial, S&P, Bovista, dll), Eropa (DAX, FTSE, dll), Afrika,
dan Asia Timur, bahkan Strait Times yang tutup setelah bursa kita
tutup.
2. Harga komoditas. Termasuk diantaranya harga batubara, minyak,
emas, nickel, dll.
3. Aksi korporasi emiten, seperti misalnya: pengumuman laporan
keuangan , split, dll.
4. Dan masih banyak lagi.

49

Intinya: semua hal yang terjadi diantara close perdagangan terakhir, hingga
saat-saat terakhir orang boleh memasukkan order ke mesin bursa di pagi hari
sebelum opening, itulah yang akan membentuk harga open. Itulah
sebabnya, ketika pembukaan market, harga saham bisa melompat-lompat
kesana kemarin dengan seenaknya. Jika ada informasi yang luar biasa
bagus, seperti misalnya: indeks Dow Jones Industrial naik 5% dalam
semalam, atau harga minyak dan komoditas lain turun 10% dalam semalam,
atau direksi dan pemilik saham pengendali dari perusahaan yang selama ini
sering kali melakukan aksi korporasi yang merugikan publik tiba-tiba mati
bersamaan karena kapal yang mereka naiki tenggelam ditengah lautan
(hahahaha boleh dong orang ini misalnya). Maka harga open akan
melompat ke atas atau ke bawah sebagai reaksi atas berita positif atau
negatif yang mengalir selama perdagangan harga saham terjadi.
Harga High dan Harga Low
Harga high (tertinggi) dan harga low (terendah) merupakan kisaran harga
pergerakan harian dari saham tersebut dimana pemodal memiliki keberanian
atau rasionalitas untuk melakukan posisi beli atau posisi jual. Jika terdapat
sebuah informasi yang bilang bahwa harga saham bisa membumbung
setinggi langit, pemodal bisa saja terus melakukan aksi beli sehingga harga
ditutup pada posisi autorejection atas, dan demikian pula berlaku sebaliknya
(vice versa). Jika tidak terdapat berita apa-apa dan saham kehilangan minat
dari pemodal untuk mentransaksikan saham tersebut, bisa saja harga high
dan low terjadi pada harga yang sama (harga tidak bergerak).
Harga Close
Diantara posisi harga Open, High, Low, dan Close, harga close (penutupan)
adalah harga terpenting dalam melakukan analisis teknikal. Harga Close
merupakan harga terpenting dengan alasan sebagai berikut:

harga close ini mencerminkan semua informasi yang ada pada semua
pelaku pasar (terutama pelaku pasar institusi yang memiliki informasi
yang lebih akurat) pada saat perdagangan saham tersebut berakhir.

(terutama bagi para hedge fund atau pengelola reksadana) harga close
merupakan penentu dari kinerja dan kekayaan pemodal untuk hari itu.

harga close mencerminkan posisi harga dimana pemodal berani


melakukan posisi hold, dalam menghadapi semua informasi yang
mungkin terjadi pada malam hari, ketika tidak terjadi perdagangan.

Lebih dari 90% indikator teknikal yang digunakan oleh pelaku analisis
teknikal, menggunakan harga close sebagai input utamanya. Ini
menyebabkan posisi dari harga close, bisa memicu signal beli atau
signal jual.

So demikianlah hehehe
Definisinya dulu ye tulisan saya berikutnya akan membahas mengenai
bagaimana nikmat Post Close Trading Session yang mulai awal tahun ini.
Tapi itu nanti dulu ye Saya mau kondangan dulu.
Naik, turun, flat, atau mixed
Posted by Satrio Utomo on April 4, 2011 1 Comment
Kalau kita membaca berita-berita pergerakan harga di koran atau website,
keempat kata tersebut kemungkinan adalah yang paling sering kita jumpai.
Naik, turun, flat, atau mixed (bervariasi) adalah kata-kata yang paling sering

50

digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Orang mungkin masih


menggunakan beberapa kata-kata yang lain, seperti: jatuh, terbang, crash,
membubung tinggi, anjlok, tersungkur, terjungkal, merosot, melejit, melesat,
melonjak, melompat, akan tetapi, kata-kata tersebut sebenarnya relatif lebih
jarang digunakan dibandingkan dengan empat kata yang pertama kali saya
sebutkan.
Dengan kata-kata tersebut, seorang penulis mencoba menggambarkan
kondisi kualitatif dari pergerakan harga. Nggak salah juga sih. Akan tetapi,
saya terkadang sedikit prihatin melihat kata-kata tersebut di salah
gunakan. Maklum, kata-kata tersebut adalah kata-kata yang sifatnya
kualitatif. Tidak menunjukkan suatu jumlah yang pasti. Oleh karena itu, jika
seorang penulis cenderung hiperbolik (menggambarkan kondisi nyata secara
berlebihan), maka pembacanya sudah tentu akan tersesat. Sebagai contoh:
IHSG hari ini anjlok sebesar 3,126 poin (-0.08%), dan terakhir berada pada
posisi 3704,361. Membaca kata anjlok, seorang pembaca pasti sudah
membayangkan bahwa penurunan yang terjadi sudah sedemikian besar.
Bayangkan saja, jika sebuah kereta api anjlok, pasti orang sudah terbayang,
besarnya kerugian PJKA, berapa jumlah korbannya, berapa yang meninggal
dunia, dst. Tapi ternyata kata-kata anjlok itu hanya digunakan untuk
menggambarkan sebuah koreksi tipis. Apakah hal ini malah menimbulkan
kesalahpahaman?
Untuk mensiasati hal ini, saya mencoba untuk membuat hal yang kualitatif
tersebut menjadi kuantitatif. Ini membuat enak juga bagi pembaca

Naik menggambarkan IHSG bergerak positif diatas 1% dan posisi


penutupan naik diatas 1%.

Flat-Naik menggambarkan IHSG yang cenderung bergerak naik, tapi


dengan posisi penutupan yang cenderung positif, tapi masih kurang
dari 1%.

Mixed menggambarkan IHSG bergerak dalam kisaran -1% hingga +1%,


dengan posisi penutupan sulit untuk diprediksikan sebelumnya.

Flat-Turun menggambarkan IHSG yang cenderung bergerak turun, tapi


dengan posisi penurunan yang lebih kecil dari 1%.

Turun menggambarkan IHSG yang bergerak dalam area negatif,


dengan posisi penutupan yang turun lebih dari 1%.

Nah sekarang bagaimana dengan istilah-istilah yang lain, seperti jatuh,


terbang, crash, membubung tinggi, anjlok, tersungkur, terjungkal, merosot,
melejit, melesat, melonjak, melompat, dan sejenisnya? Kalau hemat saya
sih, anda tinggal melihat konotasinya. Kalau konotasinya positif (seperti
terbang, membubung tinggi, melesat, dsb), harusnya kenaikan yang terjadi
sudah lebih dari 1%, karena untuk kenaikan 1%, anda baru bisa bilang naik.
Demikian juga untuk yang berkonotasi negatif, seperti anjlok, tersungkur,
merosot, dll, koreksi yang terjadi harusnya sudah lebih besar dari 1%.
Saya sih orang yang biasa-biasa saja. Dalam menyatakan sesuatu, saya
selalu berusaha untuk menggunakan istilah yang sederhana, tidak berbelit,
atau tidak berlebih. Nanti malah bisa membuat pembaca menjadi bingung.
Sebagai pembaca, anda sebaiknya juga lebih berhati-hati dalam membaca.
Jika melihat tulisan pergerakan harganya, perhatikan angka-nya, naik atau
turun berapa poin atau berapa persen. Jangan hanya membaca tulisan
kualitatifnya, karena itu bisa menyesatkan anda.

51

Ketika pergerakan harga saham sekedar berarti Ya atau Tidak*


Posted by Satrio Utomo on January 11, 2013 2 Comments
Bagi sebagian orang, terutama mereka yang berkecimpung di pasar modal
harga saham itu bisa berarti bermacam-macam. Yang jelas, kalau
dihubungkan dengan posisi trading, pergerakan harga berarti untung atau
rugi, senang atau gembira.
Akan tetapi ketika kita sedang melihat pengaruh dari berita terhadap
pergerakan harga, sering kali kita melihat bahwa harga saham itu bisa
memiliki arti yang lain.

Harga saham bisa saja berarti bagus atau tidak bagus

Misalnya niy ada berita keluar.. kemudian pasar melihat berita itu sebagai
berita bagus, maka harga akan bergerak naik. Sebaliknya.. jika berita
tersebut dianggap tidak bagus, berarti harga akan bergerak turun.

Harga saham bisa saja berarti setuju atau tidak setuju

Misalnya niy sebuah perusahaan yang sedang melakukan corporate action


atau Pemerintah yang sedang melakukan sebuah kebijakan. Jika pasar suka
akan kebijakan tersebut, maka harga atau IHSG akan bergerak naik. Tapi,
sebaliknya, jika pasar tidak setuju, maka itu bisa berarti harga turun, IHSG
juga turun.
Nah.. Fungsi kita dalam menganalisis, adalah mencari.. bagaimana atau
manakah faktor-faktor yang paling kuat, yang bisa mempengaruhi
pergerakan harga. Jangan sampai hubungannya sudah tulalit, masih kita
hubung-hubungkan juga. Misalnya niy IHSG sekarang melemah, karena
Rupiah melemah. Tapi, karena pada saat yang bersamaan, Roy Suryo
ditunjuk sebagai Menpora. Ya jangan terus dihubungkan bahwa IHSG
melemah karena penunjukkan Roy Suryo.. apalagi kalau Rupiah melemah
karena Roy Suryo diangkat menjadi Menteri. Itu sangat tidak ada
hubungannya.. hehehe.
Eh nanti dulu anda juga harus ingat bahwa reaksi pasar tidak
selamanya 100% pasti sesuai harapan. Terutama kalau data kinerja niy
Data yang bagus, sering kali malah reaksi pasar menjadi negatif karena data
tersebut, ternyata masih dibawah ekspektasi. Kebalikannya, data jelek, bisa
jadi menjadi trigger harga untuk bergerak naik, ketika angka tersebut
ternyata masih lebih baik dari hitungan analis (baca: pasar). So tetap saja
reaksinya tidak 100% benar.
So silakan menghubung-hubungkan fakta dengan pergerakan harga.
Kadang mudah, kadang pusing kepala kita dibikinnya Tapi jangan sampai
terpeleset karena disini bukanlah Opera Van Java.
Ketika Harga Saham adalah sebuah Fungsi Komunikasi
Posted by Satrio Utomo on September 4, 2012 4 Comments

52

Yang terhormat, para pemegang saham pengendali, Direksi /Pengelola, dan


Investor Relation dari Perusahaan Terbuka
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Kondisi pemodal saat ini, sebenarnya sudah jauh lebih baik dibandingkan
dengan kondisi ketika saya mulai belajar saham di awal tahun 2000-an.
Dulu, cari buku mengenai investasi atau saham, sangatlah sulit. Tapi
semenjak booming buku investasi/pasar modal yang terjadi mulai tahun 2005
2008 yang lalu, telah menjadikan banyak orang menjadi lebih melek
investasi. Salah satu hasil yang paling dirasakan adalah: maraknya orangorang yang kemudian masuk ke pasar modal, dengan dibekali pengetahuan
investasi serta trading yang sudah cukup mumpuni, meski itu hanyalah
pengetahuan text book.
Salah satu pengetahuan yang dinilai cukup standar, adalah pandangan
bahwa seseorang pemodal harus membeli saham berdasarkan nilai (value)
dari saham tersebut. Pandangan ini berasal dari teori yang dinamakan
sebagai Deviden Discount Model. Deviden Discount Model adalah sebuah
teori dimana nilai dari sebuah saham, tidak lain adalah nilai saat ini dari
semua deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan tersebut untuk masa
yang akan datang. Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai dari
sebuah emiten ini, disebut sebagai Gordon Growth Model yang rumusnya
adalah seperti dibawah ini:

Dimana:
D = Pengharapan atas Dividen yang akan diterima pada masa yang akan
datang
k = Tingkat return yang diinginkan oleh seorang investor
G = Tingkat pertumbuhan deviden

53

Dari ketiga variabel tersebut, hanya variabel k (tingkat return yang


diinginkan oleh investor) yang benar-benar tidak bisa dikontrol oleh emiten.
Faktor Deviden dan tingkat pertumbuhan deviden, adalah dua buah variabel
yang sepenuhnya berada dalam kontrol emiten. Deviden didapat apabila
emiten memiliki laba bersih persaham yang positif. Laba bersih per saham
yang positif bisa saja didapat dari dua hal: laba operasional yang positif, atau
pendapatan lain-lain yang positif juga. Pemodal publik jelas lebih menyukai
laba operasional yang positif karena ini berarti ada aliran dana riil yang
masuk ke perseoran. Laba operasional yang positif dan meningkat, bisa
berasal dari penjualan yang meningkat, biaya yang berkurang karena emiten
lebih efisien, atau bisa juga keduanya.
Benarkah harga saham adalah fungsi dari deviden? Belum tentu juga sih.
Terima kasih kepada Microsoft yang keukeuh untuk tidak bagi dividen dalam
waktu yang sangat lama (semenjak IPO pada tahun 1984 hingga 2003)
meskipun perusahaan tersebut telah memperoleh laba bersih yang positif
(mengalami keuntungan) untuk waktu yang sangat lama. Ini membuat
pemodal juga memiliki kepercayaan bahwa pembagian deviden sebenarnya
tidak relevan terhadap harga saham, selama mereka percaya bahwa emiten
mampu mereinvestasikan laba bersih tersebut, menjadi keuntungan yang
lebih besar lagi untuk di masa yang akan datang. Harga saham akan
didorong oleh kemampuan dari emiten untuk memperoleh laba.
Jadi, persamaannya ada dua. Yang pertama, harga saham adalah sebuah
fungsi dari laba. Dan, persamaan kedua: Laba Bersih < Laba Operasional
<(Penjualan Biaya Operasional).
Didalam benak investor: Tugas dari manajemen perusahaan adalah
maksimisasi nilai pemegang saham, melalui penciptaan laba,
dimana laba tersebut (sebaiknya) berasal dari operasional
perusahaan
Hanya laba? Tentu saja tidak. Pemegang saham sudah barang tentu juga
ingin mendapatkan keuntungan dari capital gain, dari kenaikan harga yang
terjadi setelah pemodal membeli saham dari emiten tersebut. Dari mana
capital gain ini berasal? Bagaimana pergerakan harga saham ini terjadi?
Tentu saja dari kemampuan dari emiten tersebut, untuk mengkomunikasikan
pencapaiannya kepada pemegang saham publik.
Hare gene, kalau emiten keluar untuk mengkomunikasikan pencapaiannya
kepada publik dan ketemunya hanya wartawan bodrek well itu berarti
anda adalah emiten yang sangat sial atau anda memang kurang bergaul,
atau malah salah pergaulan. Hare gene.. yang namanya media cetak, sudah
sangat banyak. Media online lagi.. sudah lebih banyak lagi. Benar-benar
bejibun (banyak sekalee). Mereka pasti akan berlomba-lomba untuk
mendapatkan berita baru, terkini, dan pertama. Jadi sebenarnya
penyebarluasan informasi, itu bukan hal yang sulit lagi.
Setelah laba dicetak, manajemen perusahaan harus mampu
mengkomunikasikannya kepada publik agar harga saham dari
perusahaan tersebut, bisa tervaluasi dengan benar atau optimal,
agar pemegang saham juga bisa memperoleh capital gain seperti
yang diharapkan.
Bentuk komunikasi ini bisa bermacam-macam. Kalau yang tingkat dasar,
mungkin anda hanya sekedar membuat laporan keuangan untuk setiap
kuartal. Tapi kalau cuman tiga bulan sekali, rasa-rasanya kok ya tidak lucu.
Harga saham yang bisa berubah setiap hari. BEI juga kepingin agar transaksi
bisa berlangsung secara aktif setiap hari. Lantas apa yang bisa dilakukan

54

oleh emiten? Apakah harus menghubungi bandar atau menyewa market


maker? Tentu saja tidak. Banyak hal yang bisa dilakukan. Seperti misalnya:

Emiten bisa mengundang analis agar analis tersebut bersedia untuk


melakukan liputan mengenai kondisi fundamental perseroan

Melakukan publikasi-publikasi secara rutin melalui berbagai media


tentang kegiatan yang dilakukan oleh perseoran

Melakukan publikasi kondisi keuangan yang lebih sering, seperti


misalnya release data penjualan bulanan,

Melakukan publikasi advertorial berupa kondisi industry, dan masih


banyak lagi.

Awalnya, mungkin emiten memang harus lebih proaktif. Tapi kalau sudah
rutin, biasanya tinggal ditaruh di website perseoran. Maka orang sudah
berebutan untuk mencarinya.
Emiten harus mampu mengkomunikasikan kondisi fundamentalnya
secara benar, agar harga saham bisa mencerminkan valuasi dengan
benar.
Apa untungnya buat emiten?
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mendengar keluhan dari teman yang
dekat dengan emiten: Listing itu tidak menyenangkan. Setelah listing, tiap
tahun kita harus bayar deviden kepada orang yang tidak kita kenal. Masih
harus keluar duit untuk public expose, iklan laporan keuangan di surat kabar,
dan masih banyak tetek-bengek yang laen. Udah gitu, saham yang kita
miliki juga tidak bisa diapa-apakan. Apa enaknya listing?
Waduh salah banget ini. Kalau emiten anda adalah emiten yang
perdagangannya tidak aktif padahal emiten anda adalah emiten yang pintar
mencetak laba, pendapat ini tentu saja salah besar.
Saham itu adalah selembar kertas. Sebuah kertas yang diberi tanda,
sehingga memiliki nilai. Kertas tersebut, kemudian ditukarkan dengan uang
yang dimiliki oleh pemodal. Sebagai emiten, anda bisa mencetak kertas
untuk kemudian ditukarkan dengan uang. Apa yang lebih enak daripada itu?
Mencetak kertas untuk kemudian ditukarkan dengan uang, adalah
kenikmatan utama yang didapatkan oleh sebuah perusahaan, ketika dia
sudah tercatat di lantai bursa. Selama harga di pasar masih memiliki posisi
bid, berarti masih ada orang yang mau membeli saham yang dicetak oleh
emiten. Entah itu melalui right issue, preemptive right issue, private
placement, dan sebagainya. Intinya: mencetak kertas, untuk ditukar dengan
uang. Dengan iming-iming prospek perseroan.
Apakah memang semudah itu? Tentu saja tidak. Pemilik dari perseroan
sering kali akan merasa sangat keberatan untuk kehilangan kontrol akan
perusahaan, kehilangan kepemilikan mayoritas, jika perusahaan tersebut
terus menerus mencetak saham. Selain itu, perusahaan yang terlalu sering
mencetak saham untuk ditukarkan dengan uang, seringkali malah dihindari
oleh pemodal karena dianggap sebagai pencetak uang palsu. Mereka
mencetak saham dari perusahaan yang prospeknya kurang baik, sehingga
berasa seperti menggelontorkan uang palsu (secara legal) ke pasar modal.
Penutup

55

Bagi emiten, harga saham, selain merupakan fungsi kinerja dari perseroan,
adalah juga merupakan fungsi komunikasi yang anda lakukan, dengan publik
pasar modal. Komunikasi ini harus dilakukan dengan benar, agar nilai dari
perusahaan anda, benar-benar tercermin secara benar. Saham yang tidak
tervaluasi dengan benar, belum tentu disebabkan oleh kinerja dari
perusahaan anda yang tidak optimal, tapi bisa juga karena anda gagal
mengkomunikasikan perkembangan fundamental perusahaan anda secara
benar.
Ketika Sejarah Berulang
Bagi saya, jenis saham itu hanya ada dua: saham yang penggeraknya
fundamental, dan saham yang penggeraknya non fundamental. Saham yang
penggeraknya fundamental adalah saham yang fundamental dari
perusahaannya bagus dan jelas, sehingga analis-analis fundamental banyak
tertarik pada saham-saham itu, sehingga analis-analis fundamental tersebut
menganalisis dan kemudian memberikan rekomendasi pada saham tersebut.
Tapi bukan berarti harus asal di analisis untuk menjadi saham fundamental.
Saham tersebut harus dianalisis minimal oleh 10 orang analis fundamental
atau lebih, untuk menjadi sebuah saham fundamental. Disisi lain, saham
Non-Fundamental, adalah saham-saham lain di luar saham itu.
Salah satu yang membuat seorang trader lebih mudah memperoleh
kemenangan, adalah saham-saham fundamental relatif memiliki volume
perdagangan yang lebih stabil sehingga lebih mudah untuk diprediksi.
Banyaknya analis-analis fundamental yang menganalisis saham tersebut,
memang membuat pergerakan harga ke suatu arah bisa berlangsung lebih
lama, dibandingkan dengan pada saham-saham non-fundamental.
Akan tetapi, tolong jangan terus diartikan bahwa asumsi-asumsi dasar dari
analisis teknikal tidak berlaku pada saham-saham non-fundamental. Kali ini
saya mencoba menggoda anda untuk memperhatikan pergerakan saham
PYFA yang terjadi dalam 6 bulan terakhir, yang bisa dilihat pada gambar
berikut ini:

Pada pergerakan saham PYFA diatas, kita bisa melihat bahwa terdapat 4 kali
kejadian, dimana harga bergerak tinggi dalam satu hari dalam volume tinggi,
tapi kemudian diikuti oleh koreksi yang terjadi di hari berikutnya. Koreksi
nggak cuman satu hari. Tapi koreksi ini terjadi beberapa hari atau bahkan
bermiggu-minggu sebelum mulai bergerak lagi. Koreksi ini bisa jadi memang
adalah distribusi.
Pertanyaan saya sebenarnya hanya satu: Kalau cuman terjadi 1 kali. Mungkin
tidak apa-apa. Tapi ini sudah 4 kali. Ceritanya juga kurang lebih sama: ada
media yang memberitakan bahwa PYFA akan diakuisisi, tapi kemudian
dibantah perseroan (dua bantahan diantaranya bisa dilihat pada surat
perseoran pada BEI pada bulan November dan Desember).

56

Saya tidak mau mempermasalahkan langkah dari otoritas pasar modal


(dalam hal ini BEI dan Bapepam). Saya hanya ingin menjelaskan kepada anda
semua, bagaimana sejarah bisa berulang dalam pergerakan harga.
Kejadian-kejadian seperti ini, adalah bukti bahwa dalam pergerakan harga,
sejarah bisa berulang.
Saya jadi kemudian bertanya: kalau ada kejadian seperti ini berlangsung
berulang ulang, apakah anda masih saja terperosok oleh pergerakan harga
semacam ini?
Saya kemudian tertarik oleh pergerakan saham NIKL pada hari ini. Anda bisa
melihat pergerakan historisnya pada grafik dibawah ini.

Memang sedikit berbeda dengan PYFA. Pada kenaikan harga yang pertama
dan kedua, kenaikan harga bisa terjadi 3 hari. Akan tetapi, pada kenaikan
harga yang ke 3 hingga ke 5, kita dapat melihat bahwa kenaikan harga yang
cukup signifikan, hanya terjadi 1 hari. Saya seperti pergerakan harga pada
PYFA. Pertanyaannya sekarang adalah: mana yang akan terjadi pada NIKL.
Apakah seperti pergerakan 1 dan 2? Atau seperti ke 3, ke 4, atau ke 5?
Saya sih juga tidak tahu jawabannya. Yang saya tahu, ada pepatah yang
bilang: Seekor keledai tidak akan pernah masuk dua kali ke dalam
lobang yang sama.
Positioning dengan memanfaatkan suport dan resisten*
Posted by Satrio Utomo on June 8, 2011 2 Comments

Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula


Setiap hari, harga bergerak naik dari sebuah suport menuju ke sebuah
resisten atau turun dari sebuah resisten menuju ke sebuah sebaliknya.

57

Dalam kondisi ceteris paribus, pergerakan harga saham diantara satu suport
dan resisten ini berlangsung terus menerus.
Ketika menghadapi pergerakan seperti ini, strategi yang bisa diterapkan
sebenarnya relatif sederhana: beli ketika harga berada di area suport, dan
jual ketika harga berada di area resisten.

Jika stoploss ternyata terpaksa dilakukan, maka posisi stoploss bisa dilakukan
ketika harga menembus suport (untuk stoploss beli), atau ketika harga
menembus resisten, maka posisi yang sudah dijual ketika harga berada di
posisi resisten, kembali dilakukan pembelian kembali (buy back) ketika harga
menembus resisten.
Permasalahan ketika volatilitas market meningkat
Belakangan ini, saya melihat sebuah fenomena menarik: pergerakan harga
yang lebih volatile dibandingkan dengan pergerakan harga yang biasa
terjadi. Fenomena ini sebenarnya relatif normal ketika kita mengamati
pergerakan harga saham di bursa yang sudah maju, seperti bursa Amerika.
Akan tetapi, fenomena ini relatif baru bagi pergerakan harga saham di bursa
kita.
Beberapa orang kemudian bilang: ah suport dan resisten tidak bener lagi
suport dan resisten tidak bisa dipakai lagi. Kalau menurut saya sih Suport
dan resisten sebenarnya tetap bisa digunakan. Kita sebenarnya tinggal
mengubah sudut pandang kita menjadi lebih kreatif, yaitu dengan
melakukan Contrarian Positioning.
Seperti apakah Contrarian Positioning itu? Anda bisa mengikuti penjelasan
selengkapnya mengenai contrarian positioning pada ulasan berikut ini.
ule of Three dalam Suport dan Resisten
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Salah satu bukti bahwa pergerakan harga adalah hasil dari perilaku manusia
adalah adanya peran penting dari angka 3 (tiga) dalam analisis teknikal.
Contohnya: Pergerakan harga memiliki tiga macam jangka waktu: jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang; Arah dari trend itu ada tiga:
naik, turun, dan mendatar, formasi three black crow, three white soldier, atau
three budha dalam candlestick charting, dan masih banyak lagi yang lain.
Yang kita bahas kali ini adalah Rule of Three dalam menentukan berakhirnya
(penembusan) suatu suport atau resisten.

58

Suatu suport atau resisten dikatakan berakhir atau mengalami penembusan,


jika:

harga sudah ditutup dibawah suport atau diatas resisten tersebut


selama tiga hari

harga ditutup tiga persen diatas resisten atau dibawah suport.

Pada gambar diatas, kami membuat IHSG sebagai contoh. Pada gambar
diatas, IHSG memiliki resisten di level 2482 yang merupakan titik tertinggi
dari pergerakan tanggal 24 September 2009. Nah.. dengan menggunakan
kaidah Rule of Three diatas, maka IHSG dikatakan sudah menembus resisten
di 2482 jika:

Ditutup 3 hari diatas level 2482.

Ditutup 3 persen (3% ) diatas 2482 ( = 2556).

Sekarang pergerakan saham hingga tanggal 5 Oktober adalah sebagai


berikut:

59

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pergerakan IHSG pada tanggal 1, 2,
dan 5 Oktober, IHSG memang sempat mencatatkan titik tertinggi diatas level
2482. Akan tetapi, karena masih juga gagal ditutup diatas resisten tersebut,
berarti resisten tersebut masih juga bertahan.
Sekarang, kita lihat pergerakan IHSG beberapa hari kemudian (atau hingga
hari Jumat kemarin):

60

Kondisinya memang agak luar biasa:

Candle pertama adalah candle 24 September dimana IHSG


mencatatkan resisten di 2482.

Resisten ini dicoba oleh 3 buah Candle: Candle nomor 2, 3, dan 4.


Kegagalan ketiga candle tersebut menembus resisten adalah sebuah
signal bearish.

Masalahnya: IHSG kemudian menembus resisten di 2482 ini pada


pergerakan hari ke empat. Dengan menggunakan long body candle
lagi. Penembusan ini juga di confirm oleh RSI(14) yang menembus
level tertinggi dari posisi RSI(14) pada 24 September. Artinya, fungsi
resisten ini sudah berakhir. Apalagi, IHSG kemudian sempat 3 hari
ditutup diatas resisten 2482 ini (candle ke 5, 6, dan 7). Tapi.. ternyata
tidak.

Pada tanggal 9 Oktober 2009, IHSG kembali lagi ke bawah suport 2482
(candle ke 8). IHSG bahkan sempat 3 hari berada dibawah level 2482
ini (candle ke 8, 9, dan 10). Penembusan ini sepertinya gagal. Level
2482 sepertinya kembali menjadi resisten. Tapi.. ternyata tidak.

Pada tanggal 14 Oktober 2009 (candle ke 11), atau pada hari keempat
setelah IHSG berubah menjadi resisten, IHSG kembali ditutup diatas
level 2482. Pakai candle panjang lagi. Akan tetapi, posisi kali ini,
indikator RSI(14)-nya tidak mendukung. Volumenya juga dibawah
volume ketika candle 1, dan juga candle ke 6. Artinya, penembusan ini

61

sebenarnya tidak terlalu kuat. Akan tetapi, setidaknya, IHSG juga


sudah tiga hari (candle ke 11, 12, dan 13). Ini artinya, peran level
2482 sebagai resisten juga sudah berakhir. Tapi.. Benarkah?
Posisi indeks Dow Jones Industrial yang kembali kebawah level psikologis
10.000, hanya dua hari setelah berhasil ditutup diatas level psikologis
tersebut, memang sebaiknya membuat kita harus berhati-hati. Belum ada
signal bearish sih tapi gagal ditutup diatas resisten setelah dua hari
diatas resisten tersebut.. bisa membuka kemungkinan terjadinya false
breakout (penembusan palsu).
So.. anything still can happen. IHSG memang masih diatas suport 2482.
Setidaknya, IHSG sudah tiga hari ditutup diatas level tersebut. Akan tetapi,
kalau anda mengamati candle ke 8 dan ke 11, penembusan selalu terjadi
pada hari keempat. Akankah terjadi kembali?
Ada pepatah yang saya pegang (saya lupa siapa yang bilang.. tapi kalau
tidak salah, ini dari buku Investment Psychology Explained): When youre in
doubt, Dont (do it)! When youre in doubt, stay out to the market!
Artinya kurang lebih: Jika anda ragu-ragu mendingan anda jangan masuk ke
market(melakukan posisi beli). Tunggu konfirmasi sebelum anda
memutuskan untuk menambah posisi. Atau malahan, mendingan keluar aja
(exit posisi trading setidaknya) jika anda memang ragu-ragu.
Fungsi level 2482, apakah sebagai suport atau resisten, memang masih perlu
konfirmasi lagi. Semua memang masih menunggu. Menunggu kabinet..
menunggu posisi DJI yang saat ini menjadi resisten. Jika anda pernah
membaca tulisan saya sebelumnya, maka saat ini memang saat dimana
wanita cantik (harga) itu, tengah memasuki perempatan. Kita harus
menunggu arah yang jelas, sebelum kita bisa melakukan apa yang kita
lakukan selanjutnya.
Back to The Basic Concepts of Trends*
Posted by Satrio Utomo on July 17, 2012 5 Comments
Belakangan ini, saya sudah bosan kecewa. Kalau anda adalah pembaca setia
dari tulisan saya pada kolom ini, anda pasti sudah sempat membaca bahwa
semenjak awal April lalu, banyak sekali berita negatif, yang kemudian saya
sebut sebagai rangkaian kartu mati, yang terus mengalir ke lantai bursa.
Semenjak BBM Subsidi tidak jadi naik, Krisis Eropa yang kembali menjadi
bintang utama di panggung utama dari semua berita bearish, kenaikan
uang muka KPR dak Kredit Kendaraan Bermotor, harga batubara yang terus
turun (meski di awal minggu kemarin, harga batubara terlihat mulai
mengalami rebound), hingga tekanan jual yang terus berlangsung pada
saham-saham kelompok Bakrie. Semua menjadi rangkaian sentimen negatif
yang terus mengendap di otak saya.
Di akhir minggu lalu, kartu mati ini masih ditambah lagi: Pemerintah (Menko
Ekonomi, Hatta Rajasa) yang mematok bahwa pertumbuhan Ekonomi untuk
tahun 2013 bakal berkisar pada angka 6,8 7,2 persen, suatu angka yang
tergolong agresif, karena belakangan, rata-rata konsensus pertumbuhan
ekonomi malah sedang cenderung turun. Berita ini sebenarnya positif. Tapi
karena terdengar seperti melawan arus, maka bukannya tidak mungkin,
sentiment yang dihasilkan malah sentiment negatif. Berasa bluffing.
Terlalu banyaknya berita jelek tersebut, terlalu seringnya saya menunggu
berita bagus ternyata yang keluar malah berita jelek, menjadikan saya
skeptis dalam membaca berita. Belakangan, koran dan website berita, hanya
saya baca halaman sepak bolanya doang. Saya hanya tertarik akan aksi
transfer dari kesebelasan kesayangan saya, Chelsea, dan juga aksi transfer

62

dari kesebelasan-kesebelasan besar lain di benua Eropa. Atau, saya malah


mensibukkan diri dengan Futures Indeks MSCI Indonesia, produk baru dari PT
Universal Broker Indonesia. Produk beresiko tinggi, khusus untuk para trader
dan hedger.
Perkara pergerakan harga saham dan IHSG, belakangan saya cenderung
kembali ke konsep dasar dari trend. Seorang yang menggunakan analisis
teknikal seperti saya, percaya bahwa pergerakan harga itu memiliki arah.
Pergerakan harga itu tidak bergerak secara random, tapi memiliki arah. Arah
dari pergerakan harga itu, dinamakan Trend. Trend adalah arah pergerakan
harga. Arah pergerakan harga itu ada tiga: naik, turun, ataupun flat
(mendatar), sama seperti ketika kita menghadapi perempatan, pilihannya
adalah kiri, kanan, ataupun lurus. Tapi, bentuk dasarnya hanya ada dua: naik
atau turun, karena trend mendatar terdiri dari trend naik dan trend turun
dalam periode yang lebih pendek, tapi memiliki kisaran harga tertentu dalam
suatu jangka waktu tertentu.
Definisi dari sebuah trend naik seperti ini:
Trend naik adalah kondisi dimana pergerakan harga terus mencetak
higher low (titik terendah yang lebih tinggi) dan higher high (titik
tertinggi yang lebih tinggi).
Jadi, ketika trend naik, syarat utama yang harus dipenuhi adalah level
terendah dari hari ini, lebih tinggi dari level terendah kemarin. Sedangkan
level tertingginya, bisa saja lebih rendah, tapi alangkah baiknya jika level
tertingginya lebih tinggi dari kemarin.
Dengan kata lain: Ketika trend sedang naik, maka harga penutupan
pada hari ini, harus lebih tinggi dari level terendah kemarin. KETIKA
TREND NAIK, JIKA POSISI HARGA PENUTUPAN PADA HARI INI LEBIH
RENDAH DARI LEVEL TERENDAH KEMARIN, MAKA KITA HARUS SUDAH
CURIGA BAHWA TREND NAIK SUDAH BERAKHIR. Ketika trend naik dan
harga hari ini bakal ditutup dibawah harga terendah kemarin, pasti ada yang
salah. Kemungkinan besar, trend sudah berubah dari naik menjadi turun.
Kondisi tersebut, berlaku vice versa (kebalikannya) ketika kita mengamati
sebuah trend turun.
Definisi dari sebuah trend turun adalah sebagai berikut:
Trend turun adalah kondisi dimana pergerakan harga terus
mencetak lower high (titik tertinggi yang lebih rendah) dan lower
low (titik terendah yang lebih rendah).
Dengan kata lain: ketika trend harga sedang turun, tapi harga kemudian
membuka peluang untuk ditutup diatas level tertinggi sehari sebelumnya,
maka kita juga harus sudah curiga, bahwa trend turun tersebut sudah
berakhir. Ketika trend turun dan harga hari ini bakal ditutup lebih tinggi
diatas harga terendah kemarin, pasti ada yang salah. Kemungkinan besar,
trend sudah berubah dari turun menjadi naik.
Pengaruhnya bagi seorang trader
Trader adalah mereka yang berusaha mengambil keuntungan dari
pergerakan harga jangka pendek. Rule of the game-nya sebenarnya sangat
sederhana: Beli ketika mau naik, dan jual ketika mau turun. Ketika terdapat
tanda bahwa trend berubah menjadi naik, anda harus melakukan posisi beli,
dan ketika trend berubah menjadi turun, anda harus sedapat mungkin keluar

63

dari posisi, dan melakukan posisi jual. Itulah sebabnya, saya kemudian
menyarankan agar rekan-rekan menggunakan rules yang sederhana:
Ketika anda memiliki posisi beli sedangkan harga berpotensi untuk
ditutup dibawah level terendah sehari sebelumnya, itu berarti anda
harus menyadari bahwa pasti ada sesuatu yang salah, dan disitu
anda harus melakukan posisi jual, atau setidaknya mulai
mengurangi posisi, melihat akan kemungkinan terjadinya
pembalikan arah trend, dari trend naik menjadi trend turun.
Ini juga berlaku kebalikannya:
Ketika trend harga sedang turun dan anda tidak memiliki posisi,
kemudian harga berpotensi untuk ditutup diatas titik tertinggi dari
pergerakan harga sehari sebelumnya, maka itu berarti sudah
waktunya anda melakukan posisi beli, karena bisa jadi, trend harga
selanjutnya akan berubah dari trend turun menjadi trend naik.
Yah anda mungkin tidak langsung beli disitu. Anda melihat suport saat itu,
dan anda melakukan posisi beli disitu. Tapi minimal: anda harus beli, karena
trend jangka pendek, sudah bukan trend turun lagi.
Dalam trading, ketika membeli saham, yang dicari oleh seorang pemodal
adalah keuntungan, bukan tambahan stress. Menyesuaikan posisi dengan
trend harga jangka pendek, adalah cara paling efektif untuk trading tanpa
stress. Beli ketika mau naik, jual ketika mau turun. Cuman ada sisi
negatifnya yang membuat orang sekuritas seperti saya menjadi senang:
cara seperti ini, akan membuat anda bertransaksi secara massif, relatif lebih
besar jika dibandingkan cara sebelumnya. Bagaimana tidak, anda bakal
bertransaksi beli jual lebih sering dibandingkan sebelumnya, karena anda
tidak bakal memiliki posisi nyangkut.
Tapi sekali lagi: ketika anda trading, ketika anda mulai melakukan transaksi
saham, apa sih yang anda cari? Keuntungan? atau tambahan stress? Kalau
anda tidak mau stress, gunakan trading rules yang sederhana, disiplin, dan
tawakal (berserah diri) dalam memperoleh hasilnya.
Trend: Jangka Panjang, Jangka Pendek, dan Jangka Menengah*
Posted by Satrio Utomo on September 8, 2011 6 Comments
Kemarin ada orang protes di FB saya mengenai kualitas prediksi saya:
Pas apanya? Selasa IHSG berapa dibanding Senin?, lha hari ini Rabu 9 sept
2011 IHSG malah naik 111,46 atau + 2,87 %, di 4.001,43. No body perpect.
Itu adalah protes dari tweet yang saya kirim di hari Senin yang bunyinya:
posisi asing pada #saham masih net buy tapi yang jualan semakin galak
saya sudah exit posisi.. duduk manis dulu di pinggiran
hm., dalam melakukan prediksi, membaca arah pergerakan harga
seorang trader (dan juga seorang analis), harus melihat 3 macam trend:
Jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Rentang waktunya
memang berbeda-beda untuk setiap orang. kalau menurut standar saya
sih

Trend jangka pendek: 1 hari 1 minggu

Trend jangka menengah: 1 minggu 3 bulan

64

Trend jangka panjang: diatas 3 bulan

atau karena saya menggunakan Elliot Wave, berarti:

Trend jangka pendek: Minute (harian) atau lebih pendek dari itu

Trend jangka menengah: Minor (weeks) hingga Intermediate (weeks to


months)

Trend jangka panjang: Primary (a few months to a couple of years).

So kalau anda menanyakan prediksi saya untuk saat ini silakan


melihat

Prediksi jangka panjang: IHSG 5000 di 2012 (Skenario Naga)

Prediksi jangka menengah: IHSG 5000 di 2012 (Hello 5000)

Prediksi jangka pendek well kalau yang ini.. anda memang harus
mengikuti setiap hari ulasan saya di Selamat Pagi dan 15.45..
(pokoknya yang di kategori Market Outlook deh)

Saya manusia. Karena manusia, saya bisa saja salah. Keterbatasan saya
yang membuat saya selalu sadar bahwa ada dzat yang selalu benar, selalu
sempurna, yaitu Alloh SWT. Tapi kalau anda menyalahkan saya karena anda
tidak mengikuti update saya hehehe itu namanya anda cari musuh cari
berantem.
So Ikuti terus update dari saya. Semoga saya bisa terus menemani anda
sebagai referensi terpercaya di pasar modal Indonesia.
Ketika Mengendalikan Supertanker Berbeda dengan Menyetir Becak*
Posted by Satrio Utomo on June 17, 2013 4 Comments

Kalau Anda adalah orang yang sempat membaca beberapa peringatan


yang ada pada tulisan Wake Up Call Saya tiga minggu yang lalu, tanggal 27
Mei 2013, mungkin Anda orang yang beruntung. Terlebih lagi jika Anda
sempat membaca tulisan Market Outlook untuk Bulan Juni yang saya sebar
luaskan pada sekitar tanggal 3 Juni 2013 kemarin lewat account twitter Saya:
@rencanatrading, bisa jadi anda sudah melihat bahwa koreksi hingga kisaran
4721 4904 adalah sebuah koreksi yang wajar. Ketika market bergerak naik
terlalu tinggi, atau turun terlalu dalam, kita harus selalu ingat:
Market memiliki kebiasaan untuk ngerjain orang-orang yang lupa diri.

65

IHSG kemudian terkoreksi. Agak kebablasan memang. Suport di 4721


4904 tidak mampu menghentikan koreksi. IHSG sempat mencapai titi
terendah di 4510 sebelum rebound, kembali diatas support 4721 pada hari
Jumat kemarin.
Sebagian besar orang panik. Haru biru karena portfolio minus, merah
membara mengikuti koreksi harga. Alhamdulillah, Saya tidak termasuk yang
panik. Pasar naik atau turun, itu adalah hal yang biasa. Terutama karena
sejak awal bulan saya sudah mengantisipasi adanya koreksi.
Satu hal yang membuat saya gak percaya sampai geleng-geleng kepala dan
bahkan menepok jidat adalah: ketika pada pertengahan minggu kemarin,
ketika IHSG sudah dibawah 4700, adanya orang-orang (baca: analis) yang
kemudian membuat prediksi bahwa IHSG masih bisa turun 10 persen, 15
persen, atau bahkan lebih lagi, jika dibandingkan dengan posisi IHSG di harihari itu. Benar-benar GILA!!! Coba anda bayangkan deh: ketika IHSG sudah
turun 10% dari titik tertingginya, ketika harga saham sudah turun 12 persen
15 persen dari titik tertingginya, ada orang yang biang: Hey ini IHSG
masih mau turun lagi 15 persen!!! Anda sebaiknya jual!. Pernyataan ini
berasa seperti mendorong orang putus asa yang sedang berada di bibir
jurang ke dalam jurang yang lebih dalam!
Saya jadi teringat pada hari-hari pertama ketika saya memutuskan untuk
melakukan come back ke pasar modal. Ketika itu, awal tahun 2005.
Setelah kecelakaan mobil yang menimpa saya pada tahun 2004, yang
membuat saya kehabisan uang untuk meneruskan kuliah S2 saya di UGM, PT.
Trimegah akhirnya menerima saya sebagai analis teknikal. Nasehat pertama
yang saya terima dari Bapak Fajar Hidayat (ketika itu menjabat sebagai Head
of Research) dan Bapak Rosinu (ketika itu menjabat sebagai Direktur) kurang
lebih adalah sebagai berikut:
Tom Kamu bukan lagi analis jalanan. Kamu bukan lagi analis dari sebuah
sekuritas kecil. Kamu sekarang bekerja di sebuah perusahaan besar.
Omongan Kamu bakal didengar oleh semua orang. Jangan bikin orang panik,
jangan bikin perusahaan malu.
Setelah itu, masa ospek saya tidak berlangsung lama. Setelah berinteraksi
dengan teman-teman: Kepala Cabang, Account Officer dan beberapa
nasabah (ceritanya menjajaki keingingan dari pasar niy..), saya mengambil
falsafah rekomendasi (yang sampai sekarang masih saya anut), seperti ini:

Rekomendasi itu harus dilakukan pada saham-saham yang aman.


Saham-saham yang fundamentalnya bagus. Biar kalau yang ngikut
nyangkut, mereka nantinya bisa lepas sendiri nyangkutnya ketika
market naik (hehehe).

Jangan sampai keliru dalam memprediksi trend jangka menengah,


karena itu akan menentukan reaksi beli atau jual dari para nasabah.
Nasabah kecil, mungkin tidak masalah karena posisi mereka bisa
masuk-keluar, beli jual dengan cepat. Tapi, kalau nasabah besar,
posisi beli atau posisi jual yang mereka lakukan, kadang perlu waktu
beberapa harga atau beberapa hari untuk melakukan eksekusi.

Saham-saham tersebut juga harus memiliki likuditas yang cukup.


Ketika anda memiliki pengikut yang bejibun,banyak sekali, anda harus
yakin bahwa likuditas dari saham itu cukup untuk menampung apabila
seluruh rombongan anda masuk ke saham itu, dan kemudian bisa
keluar lagi. Ketika itu, saya ibarat mengendarai sebuah truk container.
Besar, berat, manuvernya juga sulit, jalan yang dilalui juga hanya

66

jalan-jalan tertentu saja. Tidak seperti mengendarai sebuah motor


yang bisa lincah, sliat-sliut dimana-mana, masuk ke semua gang.

Cara prediksi, untuk saham besar, saham kecil, saham likuid, atau
saham tidak likuid, sebenarnya sama. Untuk ngomong prediksi pada
publik, fokus hanya pada saham-saham yang kapitalisasi besar yang
likuid. Untuk saham-saham yang kecil, jawablah hanya jika ada orang
yang bertanya.

Sekarang, Saya memang bekerja pada sebuah sekuritas yang lebih kecil.
Tapi, karena saya eksis di berbagai media, entah itu melalui blog Rencana
Trading atau blog di Kontan Online, Facebook, Twitter, media online, Koran,
radio, bahkan televisi, tetap saja: Saya saat ini serasa sedang mengendarai
sebuah Supertanker. Manuvernya tidak bisa cepat dan lincah. Rekomendasi
tidak bisa lantas sehari bilang beli, besoknya bilang jual. Tidak bisa juga
hari ini rekomen, besok kemudian menghilang ketika rekomendasi saya salah
arah. Untuk belok saja, untuk menghadapi perubahan arah trend jangka
menengah, saya harus bisa mengantisipasi beberapa hari sebelumnya.
Maklum, dengan masa pengikut yang sudah semakin mendekati angka
10.000 orang, saya tetap harus mampu memberikan gambaran yang
obyektif terhadap kondisi pasar, memperlihatkan peluang, tapi tetap
menjaga agar mereka tetap bertransaksi dengan rasional.
So Saya masih gak habis pikir dengan kelakuan analis jaman sekarang.
Sudah rekomendasinya telat, ngomongnya keras, bikin panik orang. Iya
kalau rekomendasinya betul kalau ternyata IHSG nanti ke 5000 dulu
sebelum ke 4000 apa nggak berabe? Terutama dengan stakeholder
terpentingnya, yaitu Menteri BUMN sudah menginstruksikan BUMN dan Dana
Pensiun untuk melakukan pembelian saham. Apa nggak menantang maut
tuh?
Ini adalah beberapa point yang perlu diingat:

Saya masih tetap bullish.

Meski saya melihat bahwa kondisi saat ini memang jelek karena
Pemerintah terlalu galau dalam menghadapi masalah BBM Subsidi,
omongan pejabat yang tidak kondusif sebagai akibat dari kurangnya
kualitas dari orang-orang yang ada di belakangnya, serta The Fed yang
akan mengurangi besaran QE. Tapi, saya tetap percaya bahwa
seburuk-buruknya keadaan, kondisi fundamental emiten dan
fundamental ekonomi, masih terlalu baik untuk menjustifikasi
sebuah koreksi sebesar 15% atau bahkan 20%.

Kalau dari hitungan teknikal saya sih (Anda bisa membaca posting
saya pada hari minggu kemarin, mengenai arah pergerakan IHSG
hingga akhir tahun), saya tetap berpegang pada prediksi bahwa IHSG
tahun ini masih memiliki peluang untuk kembali mencetak rekor baru
diatas level 5251 yang diukir bulan lalu.

Level tertingi IHSG hingga akhir tahun, sangat tegantung dari level
terendah yang akan dicapai dalam trend turun kali ini.

Dalam kondisi terburuk, hanya akan terkoreksi menuju kisaran


support 4200-4400. Dan setelah itu, IHSG masih bisa mencapai
kisaran 5200-5500 sekali lagi, atau setidaknya

IHSG di akhir tahun, masih memiliki peluang yang sangat


besar untuk ditutup diatas level psikologis 5000.

67

Koreksi adalah kesempatan untuk melakukan akumulasi pada


harga yang lebih murah. Kita hanya perlu memandang koreksi
sebagai hal yang biasa, sama seperti kita memandang rally
sebagai hal yang biasa juga.

Point terakhir yang ingin saya sampaikan:


Mengendalikan Supertanker itu berbeda dengan menyetir becak.
Kalau Anda adalah juru mudi dari sebuah Supertanker tapi kelakuan
anda seperti tukang becak, bisa jadi tempat anda memang bukan di
anjungan dari Supertanker. Malah, bisa jadi Jakarta bukanlah
tempat untuk Anda. Mungkin Anda harus pergi ke Tangerang. Becak
sudah dilarang di Jakarta, tapi masih boleh beroperasi di Tangerang.
(Oh iya bagi anda pengendara supertanker yang ingin belajar mengemudi
becak.. silakan mencari program terbaru dari Microsof: Becak Simulator.
Hehehe..)

Menjadi seorang analis, kita harus bijaksana dalam menceritakan masa


depan yang kita lihat kepada stakeholder kita. Prediksi itu untuk
memberikan gambaran yang seimbang dan obyektif, bukan sebagai ajang
untuk mencari popularitas, apalagi untuk menakut-nakuti.
Back to The Basic Concepts of Trends*
Posted by Satrio Utomo on July 17, 2012 5 Comments Belakangan ini, saya
sudah bosan kecewa. Kalau anda adalah pembaca setia dari tulisan saya
pada kolom ini, anda pasti sudah sempat membaca bahwa semenjak awal
April lalu, banyak sekali berita negatif, yang kemudian saya sebut sebagai
rangkaian kartu mati, yang terus mengalir ke lantai bursa. Semenjak BBM
Subsidi tidak jadi naik, Krisis Eropa yang kembali menjadi bintang utama di
panggung utama dari semua berita bearish, kenaikan uang muka KPR dak
Kredit Kendaraan Bermotor, harga batubara yang terus turun (meski di awal
minggu kemarin, harga batubara terlihat mulai mengalami rebound), hingga
tekanan jual yang terus berlangsung pada
saham-saham kelompok Bakrie. Semua
menjadi rangkaian sentimen negatif yang
terus mengendap di otak saya.
Di akhir minggu lalu, kartu mati ini masih
ditambah lagi: Pemerintah (Menko Ekonomi,
Hatta Rajasa) yang mematok bahwa
pertumbuhan Ekonomi untuk tahun 2013
bakal berkisar pada angka 6,8 7,2 persen,
suatu angka yang tergolong agresif, karena
belakangan, rata-rata konsensus
pertumbuhan ekonomi malah sedang
cenderung turun. Berita ini sebenarnya
positif. Tapi karena terdengar seperti
melawan arus, maka bukannya tidak
mungkin, sentiment yang dihasilkan malah
sentiment negatif. Berasa bluffing.
Terlalu banyaknya berita jelek tersebut, terlalu seringnya saya menunggu
berita bagus ternyata yang keluar malah berita jelek, menjadikan saya
skeptis dalam membaca berita. Belakangan, koran dan website berita, hanya
saya baca halaman sepak bolanya doang. Saya hanya tertarik akan aksi
transfer dari kesebelasan kesayangan saya, Chelsea, dan juga aksi transfer

68

dari kesebelasan-kesebelasan besar lain di benua Eropa. Atau, saya malah


mensibukkan diri dengan Futures Indeks MSCI Indonesia, produk baru dari PT
Universal Broker Indonesia. Produk beresiko tinggi, khusus untuk para trader
dan hedger.
Perkara pergerakan harga saham dan IHSG, belakangan saya cenderung
kembali ke konsep dasar dari trend. Seorang yang menggunakan analisis
teknikal seperti saya, percaya bahwa pergerakan harga itu memiliki arah.
Pergerakan harga itu tidak bergerak secara random, tapi memiliki arah. Arah
dari pergerakan harga itu, dinamakan Trend. Trend adalah arah pergerakan
harga. Arah pergerakan harga itu ada tiga: naik, turun, ataupun flat
(mendatar), sama seperti ketika kita menghadapi perempatan, pilihannya
adalah kiri, kanan, ataupun lurus. Tapi, bentuk dasarnya hanya ada dua: naik
atau turun, karena trend mendatar terdiri dari trend naik dan trend turun
dalam periode yang lebih pendek, tapi memiliki kisaran harga tertentu dalam
suatu jangka waktu tertentu.
Definisi dari sebuah trend naik seperti ini:
Trend naik adalah kondisi dimana pergerakan harga terus mencetak
higher low (titik terendah yang lebih tinggi) dan higher high (titik
tertinggi yang lebih tinggi).
Jadi, ketika trend naik, syarat utama yang harus dipenuhi adalah level
terendah dari hari ini, lebih tinggi dari level terendah kemarin. Sedangkan
level tertingginya, bisa saja lebih rendah, tapi alangkah baiknya jika level
tertingginya lebih tinggi dari kemarin.
Dengan kata lain: Ketika trend sedang naik, maka harga penutupan
pada hari ini, harus lebih tinggi dari level terendah kemarin. KETIKA
TREND NAIK, JIKA POSISI HARGA PENUTUPAN PADA HARI INI LEBIH
RENDAH DARI LEVEL TERENDAH KEMARIN, MAKA KITA HARUS SUDAH
CURIGA BAHWA TREND NAIK SUDAH BERAKHIR. Ketika trend naik dan
harga hari ini bakal ditutup dibawah harga terendah kemarin, pasti ada yang
salah. Kemungkinan besar, trend sudah berubah dari naik menjadi turun.
Kondisi tersebut, berlaku vice versa (kebalikannya) ketika kita mengamati
sebuah trend turun.
Definisi dari sebuah trend turun adalah sebagai berikut:
Trend turun adalah kondisi dimana pergerakan harga terus
mencetak lower high (titik tertinggi yang lebih rendah) dan lower
low (titik terendah yang lebih rendah).
Dengan kata lain: ketika trend harga sedang turun, tapi harga kemudian
membuka peluang untuk ditutup diatas level tertinggi sehari sebelumnya,
maka kita juga harus sudah curiga, bahwa trend turun tersebut sudah
berakhir. Ketika trend turun dan harga hari ini bakal ditutup lebih tinggi
diatas harga terendah kemarin, pasti ada yang salah. Kemungkinan besar,
trend sudah berubah dari turun menjadi naik.
Pengaruhnya bagi seorang trader
Trader adalah mereka yang berusaha mengambil keuntungan dari
pergerakan harga jangka pendek. Rule of the game-nya sebenarnya sangat
sederhana: Beli ketika mau naik, dan jual ketika mau turun. Ketika terdapat
tanda bahwa trend berubah menjadi naik, anda harus melakukan posisi beli,
dan ketika trend berubah menjadi turun, anda harus sedapat mungkin keluar

69

dari posisi, dan melakukan posisi jual. Itulah sebabnya, saya kemudian
menyarankan agar rekan-rekan menggunakan rules yang sederhana:
Ketika anda memiliki posisi beli sedangkan harga berpotensi untuk
ditutup dibawah level terendah sehari sebelumnya, itu berarti anda
harus menyadari bahwa pasti ada sesuatu yang salah, dan disitu
anda harus melakukan posisi jual, atau setidaknya mulai
mengurangi posisi, melihat akan kemungkinan terjadinya
pembalikan arah trend, dari trend naik menjadi trend turun.
Ini juga berlaku kebalikannya:
Ketika trend harga sedang turun dan anda tidak memiliki posisi,
kemudian harga berpotensi untuk ditutup diatas titik tertinggi dari
pergerakan harga sehari sebelumnya, maka itu berarti sudah
waktunya anda melakukan posisi beli, karena bisa jadi, trend harga
selanjutnya akan berubah dari trend turun menjadi trend naik.
Yah anda mungkin tidak langsung beli disitu. Anda melihat suport saat itu,
dan anda melakukan posisi beli disitu. Tapi minimal: anda harus beli, karena
trend jangka pendek, sudah bukan trend turun lagi.
Dalam trading, ketika membeli saham, yang dicari oleh seorang pemodal
adalah keuntungan, bukan tambahan stress. Menyesuaikan posisi dengan
trend harga jangka pendek, adalah cara paling efektif untuk trading tanpa
stress. Beli ketika mau naik, jual ketika mau turun. Cuman ada sisi
negatifnya yang membuat orang sekuritas seperti saya menjadi senang:
cara seperti ini, akan membuat anda bertransaksi secara massif, relatif lebih
besar jika dibandingkan cara sebelumnya. Bagaimana tidak, anda bakal
bertransaksi beli jual lebih sering dibandingkan sebelumnya, karena anda
tidak bakal memiliki posisi nyangkut.
Tapi sekali lagi: ketika anda trading, ketika anda mulai melakukan transaksi
saham, apa sih yang anda cari? Keuntungan? atau tambahan stress? Kalau
anda tidak mau stress, gunakan trading rules yang sederhana, disiplin, dan
tawakal (berserah diri) dalam memperoleh hasilnya.
KARENA SAYA TIDAK LEBIH PINTAR DARI SELURUH TRADER DI HONGKONG
Posted by Satrio Utomo on February 12, 2010 6 Comments

7 Votes

Selamat malam
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Anda mungkin bertanya-tanya kenapa sih saya sering kali melakukan
action berdasarkan posisi closing indeks Hangseng? atau indeks-indeks lain
yang ada di seluruh dunia?

70

Kalau jawaban saya siy sederhana: karena saya tidak lebih pintar dari
seluruh trader yang ada di Hongkong!!!
Begini bagi seorang trader yang mendasarkan cara pandangnya melalui
analisis teknikal, posisi harga penutupan (closing) adalah posisi yang paling
penting. Posisi ini akan menentukan signal teknikal, tembus tidaknya suatu
resisten/suport, dan masih banyak lagi. Posisi closing ini akan mendasari
reaksi dari pelaku pasar pada hari berikutnya apakah dia akan beli, jual,
bullish, bearish, dsb.
Posisi closing dari indeks HSI, mencerminkan ekspektasi dari seluruh pelaku
pasar di bursa Hongkong terhadap pergerakan harga untuk keesokan
harinya. Pelaku pasar yang pintar-pintar itu. Analis dari HSBC, ML, DBS, JP
Morgan, dll.. you name it lah Dan didalamnya, termasuk diantaranya
ekspektasi pergerakan indeks Dow Jones. Jadi di dalam penutupan HSI, ada
prediksi pergerakan DJI yang dibuat oleh pintar-pintar itu!!!
Saya kan hanya mengikuti. buat apa saya perpendapat lain. Saya tidak
lebih pintar dari mereka.
Anda mau ikutan juga? Belum tentu 100% benar juga. Tapi kalau kita salah,
berarti kita salah bersama-sama seluruh pelaku pasar Hongkong yang pintarpintar itu.
BERMAIN IHSG*
Posted by Satrio Utomo on March 1, 2011 2 Comments

Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Seorang Conthongers (lihat definisi conthongers pada tulisan saya
sebelumnya) pernah bilang kepada saya:
Pak ngapain sih anda bangga dengan presisi prediksi IHSG anda yang
tinggi? Nggak ada gunanya. Main saham itu kan tinggal beli ini atau beli itu,
kemudian tinggal ditunggu: untung atau rugi. Ngapain juga perhatikan IHSG,
gak ngaruh kalee

71

IHSG bergerak naik dan turun setiap hari bursa. Pelaku pasar dan media
selalu menggunakan IHSG sebagai barometer arah pergerakan harga saham.
Penentu pasar bergerak naik atau turun, penentu pasar bullish atau bearish.
Seorang traders atau investor kemudian melakukan positioning berdasarkan
arah dari pasar tersebut. Kalau market lagi bullish, pokoknya harus beli.
Harus main. Harus punya posisi. Sahamnya bisa apa ajah. Asal ada entry
signal yang bagus, asal ada yang rekomendasi, asal ada yang suruhan beli.
Tapi kalau market bearish, yah terserah deh. Ada yang diem ajah dengan
posisi cash, ada yang diem saja karena nyangkut, ada yang dugem (duduk
gemetaran) karena posisinya sudah hampir kena margin call/forced sell.
Padahal seharusnya tidak seperti itu!
Bermain IHSG itu berbeda dengan bermain saham yang dikenal oleh
kebanyakan. Ketika seorang trader memutuskan untuk Bermain IHSG':
trader tersebut harus fokus pada saham-saham yang menjadi penggerak dari
IHSG. Saham apa sajakah itu?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah rata-rata tertimbang
berdasarkan kapitalisasi pasar dari saham-saham yang membentuk IHSG.
Karena rata-rata tertimbang ini, maka saham dengan kapitalisasi yang besar,
akan memberikan pengaruh kepada IHSG atau lebih menentukan pergerakan
dari IHSG, dibandingkan dengan saham dengan kapitalisasi pasar yang lebih
kecil.
IHSG ini berfungsi sebagai barometer dari bursa. Meski IHSG sebenarnya
dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang, akan tetapi pelaku
pasar (dan juga kalangan media) sering kali lupa dengan kata tertimbangnya dan lebih fokus pada kata: rata-rata. Hasilnya: jika IHSG naik. maka
dianggap bahwa sebagian besar harga saham mengalami kenaikan, demikian
juga ketika IHSG turun, maka dianggap harga saham sebagian besar
mengalami penurunan. Padahal kenyataannya: kenaikan IHSG sering kali
hanya menunjukkan bahwa saham-saham yang berkapitalisasi besar
cenderung untuk bergerak naik, sedangkan saham yang kapitalisasinya kecil
entah kemana, dan demikian juga sebaliknya.
Grafik dibawah ini memperlihatkan bagaimana saham-saham berkapitalisasi
besar lebih menguasai IHSG dibandingkan dengan saham-saham yang
kapitalisasinya kecil.

Ada beberapa fakta yang bisa kita tarik dari gambar diatas:

72

10 emiten (setara 2.3% dari seluruh emiten tercatat) dengan


kapitalisasi terbesar menguasai 39.5% kapitalisasi dari IHSG.
50 emiten (setara dengan 11.8% dari seluruh emiten tercatat) dengan
kapitalisasi terbesar menguasai 80% kapitalisasi dari IHSG
90 emiten (setara dengan 21.3% dari seluruh emiten tercatat) dengan
kapitalisasi terbesar menguasai 90% kapitalisasi IHSG
333 emiten (setara dengan 78.7% dari seluruh emiten tercatat) hanya
memiliki 10% dari kapitalisasi IHSG.
Ini artinya:
Jika anda membuat IHSG sebagai benchmark investasi atau
barometer dari bursa, anda tidak perlu bermain pada semua saham
yang ada di Bursa Efek Indonesia. Anda cukup memperhatikan
sebagian dari saham-saham tersebut, terutama saham-saham yang
kapitalisasinya besar.
Sekarang, marilah kita melihat 20 emiten dengan kapitalisasi terbesar yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia:

Kita dapat melihat pada tabel diatas, bahwa 95% dari saham yang masuk
dalam kategori berkapitalisasi terbesar pada IHSG, dianalisis oleh
lebih dari 10 orang analis fundamental. Bahkan, jika kita menaikkan
standarnya menjadi 15 orang analis fundamental, tetap saja kita menemukan
angka yang sangat tinggi 90%.
Trading di saham-saham ini (terutama yang diamati oleh setidaknya 15 orang
analis fundamental) sebenarnya lebih enak, lebih aman, dan lebih mudah
untuk diprediksi. Saya sering menyebutnya sebagai Berburu Gajah di
Padang Rumput. Maklum.. dengan jumlah analis fundamental sebanyak itu,
perubahan sedikit saja pada emiten tersebut akan membuat harga sahamnya
bergerak. Selain itu, banyaknya analis juga membuat volume perdagangan
hariannya akan menjadi selalu besar. Volume transaksi pemodal asing atau
institusi lokal ini membuat perdagangan menjadi likuid menjadi likuid.

73

Seperti gajah yang bergerak ke kiri atau kekanan. Kita tinggal tembak kapan
saja, sesuai dengan kemauan kita. Posisi beli atau posisi jual bisa dilakukan
kapan saja kita mau. Tergantung posisi teknikalnya sekarang. Kita tinggal
melakukan positioning berdasarkan prediksi teknikal yang kita lakukan
karena fundamental dari saham-saham tersebut sudah pasti jelas.
Bermain IHSG dengan Cara Lainnya
Prediksi IHSG itu bukan sesuatu yang sulit. IHSG sering kali mengalami
kenaikan atau penurunan sebesar 5 persen 10 persen dalam waktu singkat,
dengan tanda-tanda yang sudah bisa dilihat sebelumnya. Dari sini
sebenarnya ada kesempatan untuk mengambil keuntungan-keuntungan
untuk jangka pendek. Akan tetapi, stock picking sering kali juga bukan
urusan yang mudah. Kadang masih suka salah. Dibeli ini, nanti yang naik
yang lainnya. dst.. dst.
Ada dua alternatif yang bisa kita lakukan:
1.

Trading Future Index LQ-45. Dulu sih ada. Cuman karena aturan
perdagangannya aneh dan likuiditasnya rendah, maka produk ini jadi
nggak laku. Semoga BEI kedepan segera kembali mengaktifkan
instrumen ini
2. Membeli reksadana saham. Reksadana saham ini tentu saja tidak
sembarang reksadana saham. Kita harus mencari reksadana saham
yang berisikan saham-saham blue chips atau big caps, yang memiliki
beta sekitar 0.9 hingga 1.2 terhadap pergerakan IHSG. Artinya, jika
IHSG naik 1%, maka reksadana tersebut akan memberi keuntungan
sebesar 0.9% 1.2%. Cukup lumayan bukan? Akan tetapi, kalau anda
mau mencoba cara ini, tolong perhatikan juga subscription fee (biaya
pembelian) dan redemtion fee (biaya pencairan) reksadana tersebut.
Total dari biaya ini adalah sebesar 1.5% 2.5%. Jadi kalau anda tidak
yakin bahwa trend naik ini akan memberikan keuntungan sebesar 10%,
sebaiknya anda tidak melakukan strategi ini karena akan sangat
berbahaya.
Dan sebaliknya.
Sekarang begini Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa 78.8% saham
yang diperdagangkan di bursa, pergerakannya hanya berpengaruh yang
sangat kecil pada IHSG. Saham-saham small cap (atau bahkan mid cap) ini
mau bergerak kemana, juga tidak ada pengaruhnya terhadap IHSG. Atau
dengan kata lain:
Kalau maen saham gorengan, mendingan jangan lihatin IHSG
sekalian!!!
Pada beberapa saham (kebanyakan kapitalisasi pasarnya memang kecil),
market maker sering kali berkuasa. Market maker ini sering memanfaatkan
kepercayaan orang akan Harga saham harus bergerak sejalan dengan IHSG
untuk memperoleh keuntungan. Mereka melakukan posisi distribusi
(cenderung melakukan posisi jual) ketika IHSG bergerak naik adalah strategi
yang sangat standar. Kapan mereka beli? Biasanya ketika orang sudah
bosan, market maker akan mengumpulkan sahamnya pelan-pelan. Jadi..
kalau anda maen saham gorengan dan menggunakan IHSG sebagai bahan
pertimbangan untuk entry atau exit (posisi beli atau posisi jual, vice versa),
anda akan lebih mudah untuk rugi.

74

So kembali ke conthongers yang saya sebut di awal tadi. Kesalahan


pertama yang dia lakukan adalah: dia tidak sadar bahwa sebagai
conthongers, dia harusnya sadar bahwa saham yang dia rekomendasikan,
sebagian besar adalah saham-saham gorengan. Jadi sebenarnya, untuk
apa dia melihat pada IHSG? Kalau dia memang masih memprediksikan IHSG,
perhatikan saja, apakah itu memang kewajiban dari pekerjaan dia yang
memang adalah seorang analis. Atau bisa juga karena itu untuk menarik
korban-korban baru: ketika rekomendasi benar di saham-saham blue chips
(karena marketnya memang lagi naik), mereka kemudian membayar kepada
sponsornya dalam bentuk: nyangkuters-nyangkuters pada saham-saham
gorengan. Semoga anda bukan termasuk korban berikutnya dari orangorang ini.
Anda berminat untuk Bermain IHSG? berarti anda harus fokus pada sahamsaham dengan kapitalisasi yang besar, blue chips,.. atau minimal, kalau mau
trading saham, perhatikan juga kapitalisasinya agar anda tidak terjebak pada
saham-saham yang tidak anda kehendaki. Perhatikan juga jumlah analis
asing yang menganalisis saham tersebut karena disitulah keberadaan dari
volume pasar yang sebenarnya. Perhatikan juga Gerbong mana yang sedang
bergerak, perhatikan Teori Gerbong-nya karena saham-saham di Bursa Efek
Indonesia memiliki sector rotation yang agak berbeda dengan bursa-bursa
yang lainnya (ulasan selengkapnya mengenai Teori Gerbong bisa anda lihat
pada member area).
TEORI GERBONG (SECTOR ROTATION) DALAM TRADING SAHAM*
Posted by Satrio Utomo on July 18, 2013 12 Comments

8 Votes

Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
(Pengantar: Tulisan ini sebenarnya tulisan lama Kalau di Member
Area, tulisan ini sudah Saya release Maret 2011. Berhubung Saya sedang
baik hati Hehehe Berhubung bulan Ramadhan juga Saya share disini
deh Semoga berguna buat anda semua. Untuk penggolongan sahamnya,
sebenarnya bersifat fleksibel, tidak kaku. Selain itu, penggolongannya juga
bisa berubah sesuai dengan selera dari Market. Jadi Anda bisa atur sendiri
sesuai selera Anda. Apa yang ada pada tulisan ini hanyalah sebagai
panduan. Terima kasih)
Sector rotation (rotasi sektor) sebenarnya bukan teori baru. Sam Stovall
dalam bukunya, Standard & Poors Sector Investing: How to Buy The Right
Stock in The Right Industry at The Right Time sudah menjelaskan secara
gamblang bagaimana atau mengapa terjadinya rotasi sektor ini. Teori
Gerbong Kereta Api yang akan saya bahas disini, ide dasarnya sebenarnya
kurang lebih sama:

75

harga saham bergerak dalam suatu kelompok/gerbong,


harga saham-saham yang ada dalam satu kelompok/gerbong akan
bergerak naik atau bergerak turun bersama-sama,
kelompok-kelompok/gerbong-gerbong ini akan bergerak bergantian,
dimana kelompok/gerbong yang bergerak akan menjadi penggerak IHSG,
atau setidaknya menjadi sentimen utama dari pergerakan IHSG.
Perbedaan antara sector rotation dengan teori gerbong, terletak pada kriteria
pembagian dari kelompok saham-saham tersebut. Jika pada sector rotation
saham-saham dikelompokkan berdasarkan sektor industrinya, dalam teori
gerbong, terdapat saham-saham dikelompokkan berdasarkan dua
variabel: sektor dan kapitalisasi. Kapitalisasi menjadi penting karena di
Bursa Efek Indonesia, fund manager sebagai pemain utama dari pergerakan
pasar, memang lebih memperhatikan saham-saham dengan kapitalisasi
besar dibandingkan dengan saham-saham berkapitalisasi kecil. Ini karena
benchmark dari performance mereka adalah IHSG. Jadi mereka memang
lebih fokus pada saham-saham yang kapitalisasinya besar dibandingkan
dengan yang kapitalisasinya kecil.
Berdasarkan kedua faktor tersebut, saham-saham yang diperdagangkan
pada IHSG kemudian terbagi menjadi beberapa gerbong:
Gerbong Executive: Saham-saham Big Caps
Meliputi saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang paling besar yang
dengan mudah mengontrol pergerakan IHSG. Saham-saham ini juga harus
berasal dari sektor yang sedang naik daun. Bisa juga, saham dengan
kapitalisasi terbesar di dalam sektor yang sedang menjadi fokus dari pelaku
pasar. Saham yang termasuk dalam golongan ini adalah: ASII, BMRI, BBRI,
BBCA, UNVR, TLKM, UNTR, ITMG, GGRM, PTBA, AALI, INTP, SMGR
Gerbong Kelas Bisnis: Saham-saham Blue Chip Kelas Atas
Meliputi saham-saham dengan fundamental yang kuat, dianalisis oleh banyak
analis fundamental, tapi bukan menjadi pilihan utama karena masalah
kapitalisasi. Contohnya:

Perbankan: BDMN, BBNI

Komoditas: LSIP, INCO, ANTM, ADRO, HRUM

Infrastruktur/Konstruksi: PGAS, JSMR, ADHI, WIKA

Konsumsi: INDF, ICBP

Properti: BSDE, ASRI


Gerbong Kelas Dua: Saham-saham Blue Chip lainnya
Saham-saham dengan fundamental jelas, dianalisis oleh cukup banyak analis
fundamental, tapi kapitalisasinya tergolong menengah. Contohnya:

Perbankan: BBTN, BNGA, BJBR

Komoditas: TINS, SGRO, HRUM

Konsumsi/Retail: KLBF, MPPA, ICBP

Infrastruktur/Konstruksi: ISAT, SMCB, PTPP, WSKT,

Properti: ELTY, CTRA, CTRS, SMRA, MDLN


Gerbong Kelas Tiga

76

Saham yang termasuk golongan ini, analis fundamental memang masih


tertarik. Akan tetapi, ketertarikannya sangat tergantung dari kekuatan
market. Biasanya, fund manager baru tertarik oleh saham-saham ini setelah
saham- saham gerbong diatasnya sudah dirasakan agak kemahalan. Jadi,
saham-saham ini biasanya hanya likuid jika saham-saham yang lain
dirasakan sudah tidak menarik lagi. Penggolongannya bukan karena
sektornya, tapi lebih karena ide-ide yang membuat saham itu menjadi
menarik. Contohnya adalah:
Low P/E stocks: CPIN, JPFA, GJTL, dll

Kereta Makan
Anda tidak menemukan saham-saham kesayangan anda di gerbong-gerbong
yang awal tadi? Jangan kuatir. Jangan-jangan saham anda termasuk dalam
golongan saham Kereta Makan (alias Gorengan). Saham-saham ini adalah
saham yang kapitalisasinya relatif kecil, analis kurang begitu berminat (atau
malah tidak berminat), fundamentalnya tidak terlalu jelas (karena analis
fundamental juga malas untuk mengamati), penggeraknya lebih karena
market maker, dan fund manager asing tidak terlalu berminat karena
mereka tidak cukup bodoh untuk masuk ke dalam perangkap market maker.
Pembagian dari kelompok ini, biasanya tergantung dari grup market
makernya. Sebagai contoh:

Grup Bakrie (BTEL, DEWA, ENRG, dll)

Grup Lippo (MLPL, LPLI, LPIN, LPKR, dll)

Grup Sinar Mas (INKP, TKIM, BSIM, BSDE, dll)

Grup Medco (MEDC, SDRA, dll)

Grup Cokro (MYRX, dll)

Saham-saham properti (KIJA, DART, DILD, dll)

dan masih banyak juga grup-grup yang saya tidak bisa sebutkan satu.
_________________
Bagaimana hukum pergerakan harga sahamnya?
Pada prinsipnya, hukum pergerakan harga saham dari Teori Gerbong ini,
kurang lebih sama dengan hukum dari sector rotation:
Harga saham akan bergerak bersama-sama dalam satu Gerbong
Gerbong-gerbong tersebut akan bergerak bergantian sejalan dengan siklus
IHSG
Pada suatu fase awal dari pergerakan trend, saham yang bergerak pada
umumnya adalah saham-saham Gerbong Executive.
Pergerakan Gerbong Executive ini akan diikuti oleh pergerakan pada
Gerbong Bisnis, Gerbong Kelas Dua, dan Gerbong Kelas Tiga.
Pergerakan saham Gerbong Kelas Dua, atau Gerbong Kelas Tiga sering kali
menandai bahwa kondisi pasar sudah kemahalan, atau trend naik sudah

77

berlangsung terlalu panjang. Pergerakan Gerbong Kelas Tiga sering diikuti


dengan berakhirnya trend naik jangka panjang.
Saham yang termasuk dalam Gerbong Kereta Makan, pergerakannya
tergantung pada ketat atau tidaknya pihak bursa dalam menjaga pasar.
Dulu, pada jaman Pak Erry Firmansyah, Gerbong Kereta Makan ini bergerak
bersama-sama dengan Gerbong Kelas Dua, atau Kelas Tiga. Akan tetapi,
pergantian Direksi BEI ternyata mengubah suasana. Direksi BEI yang
sekarang terlihat lebih permisif terhadap saham-saham yang tergabung
dalam Gerbong Kereta Makan. Wal hasil: Gerbong Kereta Makan ini bergerak
kapan saja, semaunya.
Rotasi antar Gerbong ini berlangsung terus menerus sesuai dengan siklus
trend dari pasar.
Teori Gerbong ini akan menentukan saham-saham yang akan kita mainkan.
Teori Gerbong ini akan menentukan saham-saham mana yang sebaiknya ada
dalam portfolio kita terkait kondisi market yang tengah kita hadapi. Dalam
fase-fase awal sebuah trend, biasanya saham-saham Kelas Executive akan
menjadi pilihan. Setelah saham-saham executive ini bergerak terlalu mahal
(berarti kita biasanya sudah profit taking), baru perhatian kita bisa terarah
pada saham-saham yang ada di gerbong lainnya, terutama Gerbong Bisnis,
dan Gerbong Kedua.
So Jika anda bertanya-tanya, kenapa saya hanya mau main Saham Kelas
Executive? hehehe jawabannya sederhana: saham-saham ini kapan saja
akan bergerak. Sehingga saya tinggal menentukan strategi positioning (belijual) yang benar, agar saya bisa memperoleh keuntungan.
FOREIGN FUND FLOW: SEBUAH SPEEDOMETER YANG BERKARAT
Posted by Satrio Utomo on February 22, 2011 3 Comments

6 Votes

Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Jika anda adalah penggemar saham-saham big caps (atau setidaknya blue
chips) seperti saya, maka besarnya aliran dana asing sepertinya adalah
variabel yang wajib untuk selalu diamati. Aliran dana asing untuk seluruh
pasar, maupun aliran dana asing untuk saham per saham. Ketika investor
asing cenderung beli, maka harga bergerak naik. Sebaliknya, jika investor

78

asing cenderung untuk melakukan posisi jual, maka harga akan cenderung
bergerak turun.
Trend dari aliran dana asing ini sangatlah penting. Investor asing itu kalau
bertransaksi, jarang sekali bisa sehari beli sehari jual. Karena volume
mereka seringkali sangat besar (terlalu besar untuk dihabiskan dalam satu
hari perdagangan), mereka bisa terus menerus beli dalam beberapa hari,
beberapa minggu, atau bahkan beberapa bulan. Tapi kalau mereka lagi
dalam posisi jual, posisi jual ini bisa berlangsung selama beberapa hari,
beberapa minggu atau beberapa bulan. Inilah yang kemudian menciptakan
trend jangka pendek, trend jangka menengah, ataupun trend jangka panjang.
Karena investor asing ini adalah investor yang rasional (sebagian besar dari
mereka adalah investor institusi), maka pergerakan volume pasarnya akan
lebih mengikuti banyaknya analis fundamental yang mengamati sahamsaham tersebut. Maklum, investor asing itu sebenarnya tetap saja
memerlukan penunjuk jalan untuk memberitahu: mana saham yang bagus,
mana yang tidak, bagaimana kinerja finansial dari perseroan, dan masih
banyak lagi. Itulah sebabnya, investor asing ini sering hanya bergerombol
pada saham-saham yang diamati oleh banyak analis fundamental. Dari
pengalaman saya sih, minimal 10 orang analis fundamental sudah cukup
untuk membuat saham tersebut digolongkan sebagai saham mainan asing.
Akan tetapi lebih baik jika kita lebih fokus pada saham yang diamati oleh 15
orang analis fundamental atau lebih.
Besarnya dana yang masuk atau keluar, bagaimana cara mereka melakukan

strategi beli atau strategi jual,


serta
banyaknya pihak-pihak yang ikut campur disini, sering kali membuat trading
pada saham-saham mainan asing ini berasa seperti berburu gajah di padang
rumput. Besar, jelas dilihat, dan tidak mudah untuk berubah arah.
Bandingkan deh dengan bermain saham gorengan: kita akan berasa
seperti . berburu ular di padang rumput. Berita atau rumor dimana mana,

katanya positif, ternyata harga malah turun.


Sudah begitu, dengan mudahnya emiten bilang: oh kami tidak ada
corporate action seperti itu. Berita itu tidak benar. Meninggalkan kita semua
dengan posisi floating loss pada portfolio.
Akan tetapi, realitanya tentu saja tidak semudah itu. Data mengenai foreign
fund flow yang berasal dari Website PT Bursa Efek Indonesia (yang juga

79

dikutip oleh penyedia informasi seperti Bloomberg) ternyata tidaklah


bersih. Kalau menurut hemat saya sih, harusnya fund flow dari investor
asing yang murni, adalah fund flow dari investor asing yang melakukan
posisi beli atau posisi jual di pasar reguler. Aksi investor asing di pasar
negosiasi, sering kali adalah transaksi block sale (transaksi dalam jumlah
besar dari hasil corporate action), malah jadi pengganggu netralitas dari
arus dana asing tersebut. Saya sering kali curiga: eh.. jangan-jangan data ini
sengaja dibuat agar asing kelihatan net sell atau net buy, sekedar
merangsang pemodal lokal untuk bereaksi. Data yang dipublikasikan ini
berisi transaksi yang ada dari seluruh pasar, baik transaksi di pasar reguler
dan transaksi di pasar negosiasi. Harusnya sih.. kalau kita mau lihat data
investor asing yang riil, kita cuman perlu melihat dari data di pasar riil.. yang
dibeli dari open market (secara langsung dari pasar) di pasar reguler.
So Data aliran dana asing ini berasa seperti Speedometer yang berkarat.
Mau dibuang atau tidak dilihat kok penting sekali. Tapi mau kita percaya
100%, sulit juga karena datanya sering kali dicemari. Alternatifnya, kita bisa
melihat data tersebut dari hari per hari yang saat ini banyak disediakan oleh
online trading. Cuman ya gitu.. data ini tidak ada data historisnya. Susah
juga kalau kita mau melakukan analisis.
Yah minimal ada panduan biar kadang suka melenceng. Karena di dunia ini
tidak ada sempurna, dan kita sebagai manusia memang harus membiasakan
diri memanfaatkan dengan sebaik-baiknya apa yang terbaik yang bisa kite
peroleh. Maka: Tidak ada rotan, akar pun jadi. Kita pake aja deh yang
penting ada panduannya.
PO: TRADING ATAU INVESTASI?*
Posted by Satrio Utomo on February 19, 2011 2 Comments

4 Votes

Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Seorang teman pernah mencoba meyakinkan saya:
Ikutan IPO yuk keuntungan di hari pertama perdagangan, bisa 10% 30%
atau bahkan lebih. Jadi.. meskipun pesanan kita nanti hanya dapet 3% dari
jumlah yang kita pesan, tapi dengan kenaikan harga seperti itu.. berarti kita
bisa untung 3% 5% sebulan. Kita ikut IPO, terus kita jual di hari pertama.
Mana ada kesempatan untuk cari duit semudah itu?
Teman saya yang lain juga pernah mencoba untuk sharing ide IPO kepada
saya:
Pak Tommy kalau ikutan IPO itu, jangan takut untuk pesan banyak-banyak.
Paling-paling nanti juga dikasinya cuman 1% 3%. Maksimal 5% lah Jadi..

80

Pak Tommy mau beli berapa, pesan aja 10 20 kalinya. Jangan kuatir lah
pasti nanti juga dapetnya hanya sedikit.
Kedua pendapat diatas adalah pendapat yang umum bagi mereka yang
memiliki hobby atau spesialisasi saham IPO. Seringnya terjadi lonjakan harga
pada hari pertama perdagangan memang menjadi daya tarik tersendiri bagi
seorang pemodal untuk mengikuti proses IPO. Hanya saja sialnya
pendapat-pendapat tersebut sepertinya benar-benar berbalik ketika kita
melihat kenyataan dari mereka yang mengikuti IPO EMDE, MBTO, dan GIAA.
Trading itu berbeda dengan investasi
Jika anda sering mengikuti tulisan-tulisan saya, anda pasti sudah hafal akan
pernyataan ini: Trading berbeda dengan investasi. Anda mungkin juga sudah
hafal akan isi dari tabel disamping ini. Saya juga selalu menekankan: Orang
harus bisa memilih, mau investasi atau mau trading. Kita tidak bisa
melakukan keduanya dalam pada saat yang bersamaan, karena market
memiliki kebiasaan untuk menelan atau menghabisi orang-orang yang tidak
disiplin.

IPO: Trading vs Investasi


IPO sebenarnya adalah sebuah transaksi investasi. Sebuah perusahaan
menjual sahamnya kepada pemodal melalui bursa, sebenarnya berharap
untuk mendapatkan pendanaan untuk operasional jangka panjang
perusahaan. Pemodal juga melakukan pembelian berdasarkan prospek
jangka panjang perseoran. Akan tetapi, seringnya kejadian dimana harga
saham bergerak naik cukup tinggi pada pergerakan hari pertama (terlebih
lagi return ketika hari pertama IPO sudah terbukti secara empiris), kemudian
mengundang pada trader, yang tidak lain adalah orang-orang yang memiliki
investment time horizon dengan jangka yang lebih pendek. Disini kemudian
masalah dimulai. Pemodal banyak yang memesan saham GIAA diluar
kemampuannya. Biasalah, mungkin ini mereka yang yakin bahwa ketika IPO,
penjamin emisi pasti hanya memberi bagian sedikit, sehingga pemodal
memesan 5 kali atau bahkan 10 kali dari kemampuannya. Akan tetapi,
karena saham ini rupanya kurang begitu diserap oleh pasar, maka banyak
orang mendapat bagian sebesar 55%, atau bahkan 100% dari
pemesanannya. Masalah ini kemudian diperburuk oleh keputusan dari
pemodal tersebut, untuk menahan posisi tersebut dengan menggunakan
dana hutangan dari sekuritas (fasilitas margin). Ya sudah Orang niatnya
ikutan IPO trading, memaksakan posisi tersebut menjadi posisi investasi.
Sudah begitu pake fasilitas margin lagi. Ditengah market yang lagi turun.
Jangan heran kalau banyak orang kemudian curhat di beberapa milis.
Mengubah posisi trading menjadi posisi investasi adalah sebuah keputusan
yang sangat mematikan.

81

Saya tidak bisa melarang anda yang merasa dirinya adalah seorang traders
untuk trading pada saham-saham IPO. Saya juga tidak bisa melarang seorang
investor untuk memesan terlalu banyak. Saya hanya ingin berpesan: apabila
anda mengikuti suatu proses IPO, perhatikanlah beberapa hal berikut ini:
1. Perhatikan P/E Ratio dari saham-saham tersebut. Saham yang murah akan
lebih mudah untuk bergerak naik, dan saham yang mahal akan cenderung
sulit untuk bertahan. Saham dengan P/E yang rendah (biasanya dibawah 10)
memiliki peluang yang lebih besar untuk bergerak naik pada hari pertama
perdagangan, atau bahkan terus bergerak naik hingga beberapa hari
perdangangan berikutnya
2. Perhatikan Industri dimana emiten itu berada. Emiten yang industrinya
sedang disukai oleh pelaku pasar (terutama investor institusi), akan lebih
mudah untuk bergerak naik dibandingkan dengan saham dari emiten yang
berada pada sektor yang lain. Misalnya, karena tahun ini harga komoditas
masih bagus, maka saham-saham yang terkait dengan komoditas (terutama
yang terkait dengan batubara) terlihat lebih mudah untuk bergerak naik.
3. Perhatikan kapitalisasi dari emiten tersebut. Saham dengan kapitalisasi
yang tinggi biasanya akan lebih mudah untuk menarik investor institusi jika
dibandingkan saham dengan kapitalisasi yang rendah.
4. Perhatikan grup atau kelompok usaha dari emiten tersebut. Saham-saham
yang terkait dengan kelompok Bakrie misalnya, adalah saham-saham yang
jarang sekali dipermalukan pada perdagangan hari pertama.
5. Perhatikan juga reputasi penjamin emisi dalam melaksanakan IPO. Ada
penjamin emisi yang sering kali berhasil menjaga pergerakan harga agar
bergerak naik pada hari pertama (bahkan hingga beberapa hari)
perdagangan. Dilain sisi, ada penjamin emisi yang saham-saham IPO-nya
sering kali langsung longsor pada pada hari pertama. Hindari untuk membeli
IPO dari penjamin emisi jenis kedua. Posisi spekulatif memang lebih enak jika
penjamin emisinya terpercaya.
6. Perhatikan likuiditas dari market. Ketika rata-rata transaksi harian
cenderung tinggi, selain itu, rata-rata net buying asing juga terus meningkat,
harga saham secara umum akan lebih mudah untuk bergerak naik.
Setidaknya, perusahaan yang baru saja IPO akan lebih sulit untuk turun pada
saat market berada dalam kondisi seperti ini.
7. Perhatikan trend pergerakan IHSG dan harga saham secara umum. Ketika
IHSG berada dalam trend naik, maka harga saham (termasuk didalamnya
saham-saham IPO) akan lebih mudah bergerak naik. Vice versa. Sehingga,
melakukan posisi spekulatif pada saham-saham IPO, sebenarnya lebih
menarik untuk dilakukan ketika trend IHSG sedang bergerak naik, jika
dibandingkan ketika trend bergerak turun.
Pelajaran dari IPO Garuda
Garuda Indonesia itu sebuah perusahaan bagus. Saya males membahas
laporan keuangannya lah. Tapi saya hanya melihat satu fakta ini: kalau naik
Garuda, pesawat jarang sekali kosong. Paling-paling yang tidak terisi hanya
sekitar 10% tempat duduk. Garuda juga sudah punya brand tersendiri: kalau
mau terbang tepat waktu dan selamat sampai di tujuan, naik saja Garuda.
Yang lain (sejauh ini) masih lewaaaat.

82

Akan tetapi, IPO-nya ternyata tidak berjalan dengan mulus. Harga IPO-nya
ketinggian. Itu yang membuat orang males beli. Dengan EPS 40 45 per
lembar saham, saham ini sebenarnya hanya layak beli (secara fundamental)
kalau sedang berada pada harga Rp 400 Rp 585 (PE 10x 13x). Tapi apa
mau dikata: karena tertipu oleh IPO KRAS, pak Menteri rupanya keukeuh IPO
di PE 17x. Yah.. apa mau dikata
Jika dilihat dari harga penutupan terakhir 18 Februari 2010 lalu, harga GIAA
sebenarnya sudah mulai masuk di kisaran harga yang rasional. Apakah
saham ini akan bergerak mengikuti IHSG yang saat ini sedang rebound
(masih harus menunggu penembusan atas resisten di 3525 3550 juga sih
tapi kalau resisten ini tembus, IHSG masih bisa terus bergerak naik hingga
kisaran 3600 3750)? Saya juga masih belum bisa memastikan karena
hingga posisi terakhir hari Jumat lalu, GIAA masih berada dalam trend turun.
Akan tetapi, jika GIAA rebound dan bisa menembus level580, harga saham ini
bisa mencapai level 620 630 dengan mudah. Kisaran 750 800?
Tergantung kekuatan dari trendnya juga sih tapi itu bukan hal yang
mustahil.
Oh iya beberapa waktu yang lalu, di sebuah milis, saya melihat ada orang
yang complain mengenai posisi forced sell yang dilakukan oleh sebuah
sekuritas terhadap posisinya. Apakah ini terkait dengan posisi pemodal
tersebut pada saham GIAA? Ataukah ini berarti saham ini telah
mencapai bottom-nya? Saya juga tidak mau terlalu berspekulasi. Yang saya
tahu hanya sebuah kata-kata bijak:
when street get bloody.. its time to enter the market!
Penutup
Bullish market selalu memunculkan orang yang aneh-aneh dan bermacammacam. Ketika market bullish, semua orang bisa meraup keuntungan. Karena
market itu random, maka memperoleh keuntungan dari Bursa Efek Indonesia
itu suatu yang secara teoritis sulit. Meraup keuntungan sering di identikkan
dengan pintar, maka semua orang pintar itu kemudian merasa dirinya
bebas berteori. Saya untung kok.. saya menang.. boleh dong saya berbagi
kepintaran saya kepada semua orang? Problemnya memang selalu begitu.
Ketika kondisi market sedang bullish, orang cenderung menurunkan
kewaspadaan. Dan ketika market bearish datang dengan cepatnya ayunan
tangan beruang menghabisi orang-orang yang lupa dan lalai. Seorang trader
teknikal (trader yang melakukan prediksi dengan berdasarkan pada analisis
teknikal) sebaiknya memang menjauhi IPO karena tidak ada alat analisis
teknikal yang bisa digunakan untuk mempredksi pergerakan harga di hari
pertama. Seorang investor fundamental juga sebaiknya tidak overtrading
ketika melakukan pemesanan IPO. Karena overtrading itu adalah perilaku dari
seorang trader. Bukan seorang investor. Seorang investor harus lebih yakin
terhadap kinerja investasi jangka panjangnya, dibandingkan sekedar mencari
keuntungan-keuntungan jangka pendek.
Apa yang kita lihat dari MBTO, EMDE, dan terakhir GIAA, sebaiknya menjadi
pelajaran bagi kita semua bahwa trading pada saham-saham IPO, tidak bisa
dilakukan dengan asal-asalan seperti saran dari kedua teman saya diatas.
Menghadapi IPO, kita tidak harus selalu ikut dan pesan sebanyakbanyaknya. Akan tetapi, kita memang harus tetap melakukan penghitunganpenghitungan yang rasional agar bisa selamat dari marabahaya yang selalu
mengancam.

83

Happy trading, semoga untung!!!


MENGAPA SIH KALAU TRADING KITA HARUS DISIPLIN?
Posted by Satrio Utomo on June 15, 2012 4 Comments

7 Votes

Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Belakangan market sedang plin-plan. Galau. Bullish enggak, bearish juga
enggak. Flat. Berita juga simpang siur. Dow Futs dan regional nekad. Ada
signal positif, besoknya turun, ada signal negatif, malah besoknya naik.
Tadi pagi, anda mungkin sudah baca dalam tulisan saya, bahwa dalam
kondisi penuh ketidakpastian seperti ini, pilihan kita hanya ada dua:
1.

Menunggu di pinggiran. Artinya: tetap tidak ada posisi, menunggu


sampai ada signal yang jelas.
2. Disiplin. Artinya: karena market lagi flat, berarti kalau harga sedang di
suport ya beli. Kalau sedang di resisten, ya jangan dilihatin (atau malah
jualan untuk take profit atau cut loss). Posisi beli simpan, harus melihat
perkembangan, dan kemudian melakukan posisi beli hanya jika melihat
adanya signal positif (penembusan resisten).
Dari dua pilihan itu, saya pilih untuk disiplin. Mengapa?

84

Saya memilih untuk disiplin karena kita sebenarnya tidak pernah tahu, hasil
apa yang diberikan oleh Alloh, atas setiap posisi beli yang kita lakukan.
Saya hanya berusaha untuk bertransaksi berdasarkan trading plan, dimana
setiap trading plan itu berisi satu entry beli, dan dua posisi jual, jual ketika
untung, dan jual ketika cut loss. Kalau semua sesuai dengan harapan,
berarti saya akan jual di harga untung. Tapi kalau tidak sesuai harapan,
berarti saya jual di harga cut loss. Mana yang kena? Saya tidak pernah tahu.
Sebagai ilustrasi mengapa seorang trader harus disiplin, anda bisa melihat
model dibawah ini:

Ceritanya begini: seorang pemodal, diberi tahu sebuah sistem trading.


Sistem trading ini adalah system trading yang baik karena hasinya adalah
positif. Tapi, dalam simulasinya, ternyata hasilnya adalah seperti diatas.
Hasilnya adalah positif 1%. Tapi, dari 10 posisi trading yang dilakukan,
hanya 3 yang mendapatkan kemenangan, mendapatkan keuntungan.
Bayangkan sekarang, anda berada menjelang posisi Trade 8. Anda sudah
tiga kali kalah, yaitu pada posisi trade 5, trade 6, dan trade 7. Dari Trade 1
hingga Trade 7, Anda juga sudah tahu, bahwa sistem ini, kalau rugi, selalu
dibawah 2.1%, tapi kalau untung, anda paling rendah, dapat 4.8%. Anda
sudah tiga kali kalah. Beranikah anda melakukan posisi beli setelah tiga kali
kalah?

Ketika kita tidak disiplin, kita tidak tahu kualitas yang sebenarnya dari
sistem trading yang anda gunakan.

Ketika kita tidak disiplin, kita tidak tahu apakah kekalahan kita itu,
karena sistem trading yang jelek, atau karena eksekusi kita yang jelek.
Faktor sistem, atau faktor manusia.

Ketika tidak disiplin, kita malah berada dalam ketidakpastian yang


lebih besar dibandingkan ketika kita disiplin.

85

Manusia berusaha, Alloh yang menentukan. Manusia berencana, Alloh yang


memberikan hasilnya. Yang bisa kita lakukan hanya mencoba, mencoba, dan
mencoba. Disiplin, disiplin, dan Disiplin. Karena dengan disiplin, kita bisa
tahu kualitas kita yang sebenarnya.
BANDAR KELILING*
Posted by Satrio Utomo on May 13, 2011 1 Comment

7 Votes

Selamat siang
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Kemarin, salah seorang teman memperingatkan saya:
Bro belakangan ada bandar keliling. Mereka ini menggerakkan sahamsaham yang lama gak aktif. Tapi karena duitnya dikit, tarikannya cuman
bentar ajah. Satu-dua hari hari paling kelar. Gak sampe seminggu lah Atiati kalau masuk saham begituan kalau elu pas dapet distribusinya duit
elu bisa amsyong (mati) berkepanjangan
Saya sebenarnya agak bingung dengan apa yang dikatakan teman saya ini.
Maklum, mata saya memang hanya terbiasa melihat saham-saham blue chip
yang itu-itu saja. Hehehe maklum itu resiko kalautrading pake
kacamata kuda. Saham diluar saham pilihan tidak masuk ke dalam radar.
Tapi ketika saya melihat saham-saham diluar saham-saham yang menjadi
pilihan saya, ternyata saya baru sadar bahwa belakangan banyak sahamsaham lapis tiga atau empat yang bergerak naik cukup banyak, tapi hanya
beberapa hari saja. Setelah itu kembali turun, dan volume kemudian hilang.
Saya sih lebih suka menyebut ini sebagai fenomena Cramer bounce, harga
yang bergerak tinggi karena rekomendasi beramai-ramai atas saham lapis
ketiga-keempat.
Bagi anda yang suka saham lapis ketiga atau lapis keempat, saya tidak
bosan-bosannya mengingatkan:

Saham-saham itu, kalau sudah diam, diamnya bisa lamaaaaaaa sekali.

Saham-saham itu hanya bagus untuk trading. Kalau untuk investasi.


pendapatan mereka biasanya bukan dari pendapatan operasional. Untuk
investasi? Mendingan yang laen kali ye?
So Hidup adalah pilihan. Saya memilih untuk disiplin untuk trading hanya
pada saham-saham yang fundamentalnya jelas. Saham-saham seperti itu
saya memang kadang rekomendasi maklum prediksi atas saham-saham
seperti itu kan tetap sama saja dengan saham-saham bluechip lainnya.
Tapi saya tidak tertarik untuk melakukan posisi beli atas saham-saham yang
diluar trading plan saya. Biar orang lain untung, saya percaya bahwa setiap
olang punya mangkoknya sendiri-sendiri.

86

Terakhir pergerakan saham-saham lapis ketiga dan lapis keempat ini,


sering kali mengakhiri sebuah siklus trend jangka menengah. Kedepan, kita
tinggal memperhatikan: apakah saham-saham lapis pertama (big caps)
sudah mulai terkoreksi sehingga mengakhiri trend naik jangka menengah?
Atau malah saham-saham big caps kembali menguat sebagai tanda bahwa
IHSG sudah keluar dari kisaran konsolidasi dan trend naik jangka menengah
yang baru sudah kembali dimulai?
TRADER PENGEJAR RUMOR
Posted by Satrio Utomo on February 13, 2012 4 Comments

11 Votes

Selamat siang
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Pada tanggal 31 Januari lalu, teman lama saya mengirim Blackberry Message
(BBM) kepada saya dengan isi sebagai berikut:

Kesan pertama saya adalah: Eh kok nggak biasanya ini orang kirim BBM
rekomendasi kepada saya. Saya sih sudah lebih dari 10 tahun tidak pernah
tertarik oleh rumor. Tapi kemudian saya melihat chart dari saham GEMA,
harga sudah naik 55,6% (penutupan ke penutupan) dalam 8 hari
perdagangan. Melakukan posisi beli ketika harga sudah naik terlalu tinggi
dalam waktu yang terlalu cepat seperti ini adalah sebuah perbuatan yang
tidak bijaksana. Bener nih harga masih mau naik?
Saya kemudian memperhatikan pergerakan harga dari saham tersebut di hari
itu. Harga penutupan sebelumnya, di Rp420. Pada pagi hari, harga dibuka
tidak berubah di Rp420. Kemudian, harga bergerak naik ke Rp 425 dulu.
Kemudian tidak lama kemudian, harga turun hingga titik terendahnya di Rp
335, turun 21,2% dari titik tertingginya, sebelum ditutup di Rp 340. Loh? Apa
maunya ini? Dengan rumor seperti itu, harga malah turun dengan pergerakan
pagi naik dulu. Apa orang yang beli pagi berdasarkan rumor, apa nggak
nyangkut itu? Bagaimana nasib dari orang yang dengan lugu melakukan
posisi beli setelah harga pembukaan? Apakah tidak terjebak? Apakah rumor
ini tujuannya memang menjebak?

87

Saya kemudian berpikir, dari mana teman saya dapet berita atau rumor ini.
Sepertinya rumor ini bukan dia yang bikin. Dari temannya sesama broker?
Dari analisnya? Atau dari mana? Saya kemudian bertanya kepada Mbah
Google. Saya memasukkan keyword diminati asing GEMA melesat 750.
Saya kemudian, tertarik kepada halaman rumor yang terdapat di salah satu
portal online. Pikir saya ketika itu: duh kelakuan siapaaa ini
Saya kemudian teringat, loh beberapa waktu yang lalu, saham LTLS
memiliki pergerakan saham seperti itu. Pagi naik dulu, sore kemudian turun.
Saya cek chart LTLS, ternyata pergerakan itu terjadi tanggal 25 Januari. Dan,
saya cek halaman rumor tersebut, ternyata tanggal 25 Januari juga terdapat
rumor LTLS dengan bunyi: Di Incar Asing, LTLS tender offer Rp 2000. Lah?
Kok? Masa sih kebetulan?
Kemarin, hari Kamis, saya kebetulan melihat kolom rumor tersebut
merekomendasikan saham TELE. Mau dibeli ZTE katanya. Saya sampai
ngetweet melalui akun tweeter saya, @satriopakrt kurang lebih seperti ini:
KALAU TELE HARI INI TURUN, KEBANGETAAAN!!! Well TELE hari itu tidak
turun. Tapi tetap saja, harga saham naik dulu di pagi hari, kemudian turun,
Tetap saja. Orang yang beli pagi setelah melihat kolom rumor tersebut,
kemungkinan besar sudah berada didalam masalah.
Saya terus penasaranan. Sebenarnya, kualitas rekomendasi dari kolom
rumor media tersebut, seperti apa sih? Saya kemudian melihat 10
rekomendasi terakhir dari kolom rumor tersebut:

Hm benar-benar menarik. Kita bisa melihat bagaimana cara sebuah


rumor memancing korbannya. Yang pertama, adalah dengan
menggunakan potensi keuntungan yang luar biasa tinggi. Ini dapat dilihat
dari rata-rata potensi keuntungan yang dijanjikan oleh rumor
tersebut, adalah sebesar 68,5%. Trader seperti didorong untuk
melakukan posisi beli dengan umpan yang mereka inginkan: potensi
keuntungan yang sangat besar untuk jangka waktu pendek. Potensi
keuntungan 68,5% untuk jangka pendek, itu jelas sangat jauh dibandingkan
dengan suku bunga deposito yang saat ini hanya berkisar pada level 3,8%
4,5%.
Selain itu bumbu penyedap rumor yang paling sering digunakan
adalah kata-kata ASING. Mulai dari ditawar asing, diincar asing,
disedot asing (oh.. emang asing bisa nyedooooot sekarang hehehe).
Adanya kata-kata asing ini membuat rumor tersebut menjadi lebih menarik.
Tapi apakah benar memang asing???? ah mosok sehhh???

88

Terus bagaimana hasilnya? Apakah transaksi jangka pendek ini


menguntungkan seperti yang diiklankan?
Ternyata yang didapat adalah kondisi yang sebaliknya. Saya mencoba
menggambarkan hasil ini dengan beberapa buah model transaksi yang bisa
dilakukan oleh seorang trader. Bicara mengenai trader ini tentu saja artinya
bisa luas karena strategi trader itu bisa bermacam-macam. Untuk
mempersempit pilihan, saya mencoba membuat tiga buah model.
1.

Model pertama adalah One Day Trader (ODT) yang memiliki strategi
beli pada harga 1 poin diatas harga pembukaan, dan jual pada harga 1
poin dibawah harga penutupan. Yang dimaksud dengan 1 poin dibawah
penutupan ini karena pada penutupan harga lebih sering ditutup di
posisi offer, sehingga posisi jual dilakukan di harga bid, kecuali jika
harga ditutup di harga terendah, maka berarti posisi dijual pada harga
penutupan.
2. Model kedua adalah Trader Terima Seminggu (TTS) yang memiliki
strategi beli pada harga 1 poin diatas harga pembukaan, dan jual pada
harga 1 poin dibawah harga penutupan ketika T+2 (kalah menang
diterima/dibayar seminggu kemudian).
3. Model ketiga adalah Trader Nyangkuter (NYANGKUTERS) dimana
trader ini beli pada harga 1 poin diatas harga pembukaan ketika T+0
rekomendasi, tapi karena nyangkut, ditahan terus hingga sekarang
(penutupan hari Jumat kemarin).
Hasilnya bisa dilihat dibawah ini:

Hebat ya? Anda bisa melihat. Seorang pemodal, dipancing untuk melakukan
posisi beli, dengan janji potensi keuntungan yang luar biasa tinggi. Akan
tetapi, yang didapat untuk jangka pendek, adalah kerugian yang cukup
signifikan dengan probabilitas yang sangat tinggi. Dari sisi probabilitas, anda
bisa melihat bahwa One day trader (ODT) memiliki probabilitas untuk
mengalami kerugian sebesar 100%, dengan rata-rata kerugian untuk
setiap sahamnya adalah sebesar 7,5%. Hasil dari Trading Terima
Seminggu (TTS) ternyata lebih mengenaskan lagi. Ketika trader
tersebut memutuskan untuk tidak cut loss dan menahan posisi hingga dua
hari, (berubah menjadi TTS) , probabilitas untuk mengalami kerugian
memang kemudian turun menjadi 80%, akan tetapi dengan kerugian
yang lebih besar, yaitu sebesar 8,1%. Bagi trader yang memutuskan
untuk terus menahan posisi, menyangkutkan diri (Nyangkuters) maka
probabilitas untuk mengalami kerugian tetap sama yaitu sebesar 80%, tapi
dengan kerugian yang relatif tidak berubah, yaitu sebesar 7,9%.

89

Semua itu adalah potret dari seorang pengejar rumor. Orang yang
melakukan posisi beli dengan didorong perasaan serakah, keinginan untuk
memperoleh keuntungan, atau greed yang dimilikinya. Karena keyakinan
akan rumor tersebut, dia melakukan posisi beli, 1 poin lebih mahal dari harga
pembukaan. Hasilnya? Kalau dia adalah seorang yang beli pagi jual sore,
rata-rata kerugian yang dialaminya adalah sebesar 7,5%. Kalau dia seorang
yang plin-plan dan kemudian bilang kalau: ah ditahan ajah deh dilepas
nanti ajah kita lihat 1 2 hari deh. Hasilnya, anda akan memiliki
kerugian yang lebih dalam, kerugian yang lebih besar, dengan rata-rata
kerugian sebesar 8,1%. Terus, kalau anda adalah seorang trader nyangkuter,
yang sayang cut loss, tidak mau rugi, menahan posisi, dan berharap harga
nanti naik di kemudian hari? Well berarti sampai penutupan hari Jumat
kemarin (10 Februari 2012), anda sudah memilki kerugian potensial dengan
rata-rata sebesar 7,9%.
Loh? Kok rugi? Katanya mau untung?
Kalau anda merasa bahwa keanehan seperti ini adalah absurd dan harus
dihentikan. anda seakan berhadapan dengan The Great Wall of China.
Dari apa yang saya pernah tanyakan kepada teman yang lebih mengerti
mengenai hukum pasar modal, jawaban mereka biasanya klasik. Pemberi
rekomendasi akan berlindung pada disclaimer. BEI akan berkata bahwa
tugas mereka adalah melaksanakan perdagangan yang wajar. BEI tidak
memandang rumor seperti ini sebagai sesuatu yang diluar kewajaran. BEI
sering kali hanya bertanya kepada Emiten, kebenaran dari berita tersebut,
dan ketika emiten bilang bahwa berita itu tidak benar, BEI juga tidak bisa
berbuat apa-apa. Bapepam? Well Bapepam merasa bahwa mereka tidak
memiliki juridiksi untuk mengatur media, karena yang mengatur media itu
kan dewan pers. Dan apakah hal seperti ini akan menjadi perhatian dari
Dewan Pers? hm. belum pernah saya dengar Dewan Pers mengatur tentang
rumor pasar modal. Jadi karena masalah ini berada dalam no mans land
rumor tetap mengalir, pemodal retail tetap menjadi korban, dan tidak pernah
ada pihak yang dihukum. Yang bersalah ada di penjara. Mengenai masalah
rumor, tidak ada pihak yang bisa dipersalahkan.
Saya hanya bisa mengucapkan: Selamat datang di Indonesia, negara hukum
yang kita cintai ini.
So
Anda masih berminat menjadi Trader Pengejar Rumor? Anda masih merasa
perlu mendegarkan rumor? Sejak lebih dari 10 tahun yang lalu, saya sudah
memutuskan untuk berhenti mendengarkan rumor, dan kemudian belajar
memprediksi sendiri pergerakan harga. Semoga saja anda memiliki
kesimpulan yang sama, setelah anda membaca tulisan ini.
RUMOR = TADLIS MODERN?*
Posted by Satrio Utomo on February 28, 2012 11 Comments

90

6 Votes

(Catatan: Tulisan ini lebih cocok dibaca oleh mereka yang Muslim. Terima
kasih).
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Saya tidak pernah menyukai saham-saham yang penggeraknya bukan faktor
fundamental. Benci.. mungkin adalah kata yang lebih tepat. Nonfundamental stocks begitu saya biasa menyebutnya. Saham yang analis
fundamental tidak mau melirik karena penggeraknya bukan faktor-faktor
fundamental yang jelas. Rumor, kabar angin, berita yang sering kali
emitennya kemudian menolak bahwa berita itu benar. Kalau anda
mungkin sudah terbiasa menyebutnya sebagai Saham Gorengan.
Bagi orang yang tahu bahwa saya adalah seorang analis teknikal, itu
sebenarnya terdengar aneh. Aneh, karena seorang analis
teknikal, seharusnya bisa memprediksi semua macam saham. Tidak ada
bedanya antara saham non-fundamental dan saham fundamental. Well
memang begitu seharusnya prediksinya sama saja. Nggak susah juga
kok banyak saham-saham non-fundamental yang arah pergerakan
harganya masih bisa diprediksi dengan retracement 50%. Harga turun,
retracement 50% kena terus rebound harga naik terus kena retracement
50% terus turun, masih banyak lagi. Prediksinya memang sama, tapi
karena saham-saham ini telah banyak memakan korban, maka saya jadi
cenderung menghindar jika orang bertanya kepada saya mengenai sahamsaham tersebut.

91

Ada beberapa masalah yang membuat saya membenci saham-saham nonfundamental ini. Masalah pertama bagi saya adalah: saya lebih sering
melihat orang jatuh rugi setelah berkenalan dengan saham-saham itu,
dibandingkan ketika mereka mencoba berinvestasi pada saham-saham
tersebut. Jauh lebih sering dibandingkan dengan mereka yang mencoba
untuk membeli saham-saham yang berfundamental jelas. Lebih sial lagi,
karena saham-saham ini seringkali harganya secara nominal murah, maka
korban dari saham-saham ini sebagian besar adalah pemodal retail yang
kecil. Mereka yang sebenarnya tadinya hanya coba-coba masuk ke bursa.
Coba-coba membeli saham. Orang coba-coba malah kemudian dihabisi oleh
pasar. Jadi kalau anda melihat ada orang bursa yang terheran-heran,
mengapa jumlah angka pemodal retail kita tidak pernah bertambah, itu
sebenarnya hanyalah sebuah lelucon. Gak heran kalau jumlah pemodal retail
kita dari dulu cuman segitu-segitu saja. Orang kelakuan orang bursanya
seperti ini
Masalah yang kedua, pasti sudah anda baca pada tulisan saya yang
sebelumnya, yaitu mengenai Trader Pengejar Rumor: Di bursa, orang itu rela
dengan tidak sengaja tapi konsisten memberikan rumor yang tidak benar.
Saya sebut tidak sengaja tapi konsisten itu dengan alasan sebagai berikut:
Rumor itu, sumbernya biasanya dari analsis sebuah berita atau realita yang
dihadapi oleh perseroan. Kalau analisis, berarti ada kualitasnya. Kalau
orang yang memberikan ini adalah orang yang nalar, yang niatannya baik,
pasti dia akan menjaga kualitas analisisnya. Berusaha memberikan analisis
yang sebaik-baiknya, analisis yang benar. Lebih sering yang benar daripada
yang salah.
Tapi tetap saja, tidak ada analisis yang 100% benar. Sejelek-jeleknya orang,
seperti apa sih kualitasnya? Saya kira, sejelek-jeleknya orang, asal mau
berusaha, pasti mau benar 3 dari 10, pasti tidak akan sulit. Benar 2 dari 10
deh masa sulit sih? Tapi dalam tulisan saya tersebut jelas: 10 prediksi
salah dari 10 prediksi. Masa sih bisa dilakukan dengan tidak sengaja?
Terutama jika dilakukan ketika IHSG berada di daerah resisten? Daerah
dimana harga memiliki probabilitas untuk bergerak turun dibandingkan
bergerak naik?
Beberapa bulan yang lalu, saya membaca mengenai tadlis. Secara harfiah,
arti kata dari tadlis adalah penipuan. Definisi lengkap dari tadlis (yang saya
dapat dari weblog Belajar Ekonomi Islam) ini adalah sebagai berikut: tadlis
adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah
satu pihak ( unknown to one party). Setiap transaksi dalam Islam harus
didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak, mereka harus
mempunyai informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada
pihak yang merasa ditipu/dicurangi karena ada sesuatu yang unknown to one
party.
Ada 4 (empat) hal dalam transaksi Tadlis, yaitu :

Kuantitas, mengurangi takaran

Kualitas, menyembunyikan kecacatan barang

Harga, memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasar

Waktu, menyanggupi delivery time yang disadari tidak akan sanggup


memenuhinya
Dalam ke empat bentuk tadlis tadi, semuanya bersifat melanggar prinsip rela
sama rela (An Taradin Minkum). Keadaan rela sama rela yang dicapai bersifat

92

sementara yakni sementara pihak yang ditipu belum sadar. Disaat yang
ditipu telah sadar bahwa dirinya tertipu, maka ia pasti tidak merasa rela.
Istilah tadlis ini, berasal dari jaman Rasulullah, Muhammad SAW dalam
sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Hadist tersebut
menyatakan bahwa Rasulullah pada suatu hari berjalan ke pasar, kemudian
beliau melihat pedagang menjualsetumpuk kurma yang bagus, Rasulullah
tertarik dengan kurma tersebut, tetapi ketika beliau memasukkan tangan ke
dalam tumpukan kurma itu ternyata di bagian bawahnya busuk, kemudian
Rasulullah menanyakan kepada pedagangnya mengapa kurma yang
dibawahnya basah. Pedagang menjawab bahwa kurma yang basah tersebut
karena hujan. Kemudian Rasulullah bertanya lagi mengapa kurma yang
basah tersebut tidak diletakkan di atas supaya orang bisa melihatnya.
Rasulullah menyatakan bahwa orang yang menipu dalam berdagang bukan
umatnya.
Perbuatan dimana seseorang meletakkan barang yang bagus sebagai
display sedangkan dibawahnya adalah barang yang busuk, sebenarnya
mengingatkan saya kepada apa yang biasa kita sebut sebagai window
dressing. Akan tetapi kalau kita kemudian melihat pada proses pemberian
informasi yang sesat yang esensinya sering kita lihat dalam sebuah rumor.
Bukankah itu mirip dengan definisi tadlis yang ada pada hadist tersebut
diatas?
Apakah pemberian dengan sengaja dan sistematis, informasi atau rumor
yang sesat, adalah suatu bentuk perdagangan yang bisa digolongkan
sebagai tadlis?
Saya bukan pakar ekonomi syariah. Saya hanya salah satu pelajar yang
kebetulan tengah menekuni ekonomi syariah. Dari sedikit ilmu yang saya
dapat, saya sih merasa bahwa penyesatan informasi secara sistematis
seperti ini bisa digolongkan sebagai tadlis. Tapi benarkah?
Keraguan inilah yang membuat saya lebih cenderung untuk berkutat pada
saham-saham yang berfundamental jelas. Memang, karena saya masih
belum mengibarkan bendera syariah dalam weblog ini, saya masih
melakukan rekomendasi atau analisis pada saham-saham perbankan. Akan
tetapi, saya berusaha sedapat mungkin untuk tidak merekomendasikan
saham-saham dengan fundamental tidak jelas. Terutama saham-saham yang
hanya di drive oleh rumor, tidak oleh kinerja perusahaan.
Terkadang hati saya masih saja kecewa, melihat mereka yang mengaku
muslim, tapi tetap merekomendasikan saham gorengan, atau mereka yang
mengaku muslim, tapi masih terlibat dengan penggorengan saham. Tapi
mau gimana lagi?
KARENA ORANG CENDERUNG PAKE MARGIN DAN PEGANG PORTFOLIO*
Posted by Satrio Utomo on April 4, 2013 2 Comments

93

7 Votes

Selamat sore
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Saya masih suka ketawa kalau denger orang bilang gini:
udah.. tenang aja saham yang elu pegang itu, kan saham gorengan. Gak
ngaruh gak.. dengan pergerakan IHSG Kalau Big Caps atau Blue Chip
turun saham itu gak akan ikutan turun.
Well Penjelasannya itu gini loh.. Bandar or Big Player utama dari saham
gorengan itu.. mungkin memang tidak akan pegang BC.. tapi.. banyak
pemain lain yang pegang. Kalau BC turunnya terlalu dalam pemain lain
(terutama pemain supermarket pegang banyak barang) yang biasanya
pake margin ini, bakal terpaksa kena forced sell. Nah.. FSnya ini yang
kemudian memaksa dia buang barang gorengan juga.
So kalau ada orang bilang kalau saham gorengan yang sedang anda
pegang bisa bullet proof hehheehe gak ada jaminan.. Belum tentu juga
bro Mending anda minta jaminan aset sama dia ajah untuk membuktikan
omongan dia itu. Hehehe.
Alasannya juga sederhana: karena pemain margin yang kedodoran
cenderung untuk pegang portfolio
KARENA KESOMBONGAN BUKANLAH MILIK MANUSIA (REVISED)*

94

Posted by Satrio Utomo on March 16, 2013 9 Comments

9 Votes

(Maaf alinea pembukanya ketinggalan Semoga anda tidak bosan untuk


membacanya sekali lagi. Terima kasih.)
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Hare gene ketika trend naik sudah mulai melengkung turun, banyak orang
yang masih semangat berteriak beli. Kalau yang analis fundamental,
mungkin tidak masalah. Tapi paling aneh kalau ada orang sudah nempel
padanya brand analis teknikal.. bahkan namanyapun sudah pake analis
teknikal, masih terus bilang beli dengan mulut berbuih merapalkan faktafakta fundamental.
Saya selalu teringat sebuah kata-kata mutiara yang pernah saya baca:
Pride of prediction has led to so many falls in Wall Street
Saya sudah lupa siapa yang bilang begini. Tapi yang saya ingat, itu adalah
salah satu kata-kata bijak yang ada pada buku Investment Psychology
Explained karya Martin Pring.
Hm Sombong
Kalau dalam agama saya (Islam), ada penekanan yang agar kita tidak boleh
sombong. Salah satu diantaranya ada pada QS An Nahl 23:
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
menyombongkan diri.
Sombong itu adalah sebuah sikap yang jelek deh. intinya seperti itu.
Itulah sebabnya ketika berkaitan dengan pergerakan harga, saya tidak
pernah mau sombong. Trend harga jangka pendek sudah berubah menjadi
turun, saya bukan orang yang terus bilang: tenang aja percaya saya
nanti kan harga akan naik lagi tahan aja posisinya fundamentalnya bagus
ini. dll.. dst.
Hehehe
Saya memilih untuk terus mengikuti arah pergerakan harga jangka pendek
(trend jangka pendek). Beli ketika mau naik, jual ketika mau turun. Kalau
harga saham yang kita pegang sudah berubah trend dari naik menjadi turun,
saya lebih suka untuk melakukan posisi jual, kemudian menunggu sampai
trend harga kembali bergerak naik, atau setidaknya ketika harga saham
mencapai suport level yang kuat (biasanya retracement 50%) baru kemudian

95

saya mulai berpikir untuk kembali melakukan posisi beli. Minimal posisi
saya berubah menjadi posisi trading jangka pendek, hit and run, tidak ada
posisi beli simpan yang terlalu panjang.
Disiplin.
Saya belum tentu benar juga. Tapi semua saya lakukan agar hidup saya lebih
tenang. Semua agar saya tidak perlu bersombong-sombong menentang
realita bahwa trend harga sudah turun.
Valuasi memang masih diatas, diatas harga saat ini. Hitungan teknikal juga
bisa jadi masih diatas, diatas harga saat ini. IHSG juga masih bisa 5000 di
tahun ini. Tapi ketika trend harga sudah berubah menjadi turun
Ngapain juga ditahan siy?
Dalam 15 tahun perjalanan saya di bursa, sudah terlalu sering saya melihat
orang kehilangan seluruh kekayaannya dan bahkan kebahagiaan
keluarganya, cuman gara-gara terlalu sombong menantang pergerakan
harga.

Anda mungkin juga menyukai