Pendahuluan
Keindahan itu terkadang hanya akan bisa anda dapatkan atau anda
lihat, apabila anda bisa melihatnya dari sudut pandang yang tepat
Itu yang saya dapat ketika saya mempelajari cara untuk memperoleh
keuntungan, memenangkan pertarungan dari lantai Bursa Efek Indonesia.
Mencari profit di Bursa Efek, itu memang sangat sulit. Banyak orang yang
mencoba, lebih banyak lagi yang gagal. Karena saya memulai karir saya
sebagai broker, kemudian floor trader, dan belakangan (hampir 10 tahun
terakhir) saya menekuni riset, saya sudah benar-benar melihat di grass root,
bagaimana rasanya menjadi orang yang rugi. Kalau cuman kehilangan
hampir seluruh investasi awalnya, itu adalah sebuah hal yang lumrah. Yang
sering membuat hati saya sesak, adalah ketika melihat orang yang
kehilangan seluruh aset, kehilangan kebahagiaan keluarga (harus berpisah
dari anak dan istrinya karena keluarganya goncang atau bahkan terpecah),
dan bahkan dibenci oleh anak, istri, dan seluruh keluarganya, sebagai akibat
dari kerugian yang dilakukannya di Pasar Modal.
Saya juga memulai karir di pasar modal ini bukan dari sebuah cerita yang
enak. Kalau anda sudah membaca Kata Pengantar di buku yang saya tulis,
anda pasti juga sudah tahu bahwa saya memulainya dari posisi cut loss
sebesar Rp 2 miliar (duit nasabah siy.. bukan duit saya sendiri), ketika saat
itu gaji pokok saya masih sebesar Rp 200 ribu. Lecutan semangat dari
kerugian yang tidak akan terbayar ini, yang membuat saya giat untuk
belajar, mencari cara untuk memperoleh profit di bursa saham ini.
Memang.. saya harus mengakui bahwa apa yang saya dapat, memang belum
tentu juga merupakan cara yang paling menguntungkan. Akan tetapi, bisa
mendapatkan keuntungan yang cukup dan stabil, meski dalam kondisi
market yang bearish, saya kira adalah apa yang saya cari, ketika saya
pertama kali memutuskan untuk mencari jalan untuk memperoleh
keuntungan.
Menjadi seorang Pemula di pasar modal kita ini, tidaklah mudah. Selain
resiko pasar, minimnya perlindungan dari otoritas terhadap pemodal pemula,
ditambah banyaknya orang yang berusaha dengan sangat keras dan
menggunakan segala macam cara untuk mengambil uang dari para
pemodal, telah menjadikan banyak pemula terpaksa gulung tikar hanya
setelah beberapa bulan mencoba untuk melakukan investasi atau trading
saham. Selain itu, tidak adanya batas standar pengetahuan yang layak
bagi seorang pemodal pemula, disamping juga pemodalnya males untuk
belajar atau melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum melakukan
transaksi juga merupakan sumber dari kekalahan, awal dari kerugian yang
akan mereka dapatkan.
Oleh sebab itu, ketika salah satu sepupu saya menanyakan kepada saya
mengenai bagaimana cara seorang pemula bisa mempelajari prediksi dan
trading saham, saya kemudian terpikir, untuk membuat sebuah sumber
pengetahuan dasar bagi seorang pemodal pemula dengan menggabungkan
tulisan-tulisan yang sudah ada sebelumnya pada blog saya ini.
Dalam benak saya, dari pada membuat buku yang sepertinya butuh sebuah
effort yang sangat besar, merangkai potongan-potongan pengetahuan yang
telah saya share pada blog ini semenjak 9-9-9 (9 September 2009), menjadi
sebuah bangunan fondasi bagi seorang pemodal pemula, adalah sesuatu
yang lebih feasible, mudah, dan cepat untuk dilakukan. Disini kemudian saya
memulai program Wakaf Ilmu Trading bagi Pemula yang tidak lain adalah
usaha saya untuk membuat sebuah rangkaian panduan trading to win, bagi
seorang newbies. Well.. beberapa orang kemudian berkata.. bahwa
produktifitas saya kali ini.. adalah pelarian saya untuk tidak mengerjakan
thesis (hihihi).
Tapi.. terserah deh saya berharap agar teman-teman yang merasa bahwa
apa yang saya sharing ini berguna, mau mendoakan agar saya diberi
kemudahan dalam mengerjakan Thesis. Hehehe.
Pengetahuan Dasar Trading Saham bagi Seorang Pemodal Pemula
Sekarang.. marilah kita berbicara tentang isi dari Pengetahuan Dasar Trading
Saham bagi Seorang Pemodal Pemula. Pada prinsipnya, apa yang sudah saya
sharing semenjak awal bulan Ramadhan yang lalu, sebenarnya sudah sangat
mencukupi. Akan tetapi, saya kemudian memutuskan untuk membuat dua
buah tulisan lagi, tentang definisi saya mengenai bagaimana cara
memperoleh profit dan apa itu pergerakan harga saham yang tidak lain
adalah nyawa dari pengetahuan dasar pasar modal bagi pemula. Dari sini,
kita bisa mempersiapkan pengetahuan awal bagi seorang pemodal pemula
ketika dia pertama kali mencoba untuk memperoleh keuntungan di bursa
saham.
1. Persiapan diri: Mencari Sudut Pandang
Bagian ini diawali dari falsafah dasar dari seorang trader, dimana trader
harus bisa membedakan diri dari investasi. Trader tidak bisa melakukan
keduanya secara bersamaan karena
2. Persiapan pengetahuan
Pada dasarnya, seorang trader harus memiliki pengetahuan mengenai
analisis harga saham. Analisis harga saham baik dari sisi nilai (harga) dari
perusahaan itu (secara fundamental) maupun analisis pergerakan harga
(secara teknikal). Itu sebabnya, saya memulai bagian ini dengan membahas
mengenai sudut pandang saya tentang bagaimana harga bisa bergerak,
dengan melihat dari model-model pergerakan harga yang menurut saya
perlu dipahami oleh seorang pemodal pemula. Ini untuk membuat pemodal
pemula sadar, bahwa untuk memprediksi, untuk membaca pergerakan harga
saham, kita harus mengetahui apa dan siapa yang menggerakkan pasar.
Sehingga kita bisa memperoleh pola pikir yang benar dalam melihat
pergerakan harga.
Setelah itu, baru saya masuk ke bahasan mengenai cara untuk menganalisis,
baik secara fundamental atau teknikal. Bagusnya kalau trader tersebut
mau melihat sendiri, menganalisis sendiri kondisi fundamental perseroan.
Tapi, karena (biasanya) trader tidak memiliki waktu untuk belajar yang
mendalam tentang fundamental perseroan (hehehe saya sendiri juga
males untuk belajar FA terlalu dalam karena pasti kalah pintar sama analisanalis fundamental yang diluar sono..), maka disini saya mencoba untuk
mengajarkan tentang cara read between the line atas analisis fundamental
yang dibuat oleh orang (konsensus analisis), maupun terhadap variabel-
#20: Memahami Harga Open, High, Low, dan Close pada Analisis
Teknikal
resisten, dan trend, plus bagaimana cara kita melakukan posisi beli atau
posisi jual dengan memanfaatkan suport, resisten, dan trend tersebut.
Sisanya nanti bisa anda pelajari sendiri lah.. baik dari buku-buku analisis
teknikal yang ada, maupun pada bagian charting skills yang merupakan
bagian lain yang ada pada weblog ini.
3. Membaca market (Regional Lokal)
Pada dasarnya, anda tidak boleh lupa bahwa basic saya adalah seorang
analis pasar. Seorang analis yang kemudian berusaha untuk mengaplikasikan
pengetahuannya untuk memperoleh profit. Itu sebabnya, saya membaca
pasar sering kali dengan cara top to bottom. Dari regional, IHSG, baru
setelah itu saya mencari saham yang kemungkinan akan bergerak. Itu
sebabnya, dalam bagian dimana saya menjelaskan mengenai bagaimana
kita membaca pasar ini, anda akan menemukan bagaimana kita bisa
menterjemahkan prediksi kita terhadap pasar (dari Indeks Dow Jones, Hang
Seng, hingga IHSG) , menjadi sebuah posisi trading, melalui Teori Gerbong
(sector rotation).
Penutup
Kurangnya pemahaman mengenai perbedaan antara trading dan investasi
inilah yang kemudian membuat banyak pemodal yang berguguran (rugi
habis-habisan) selama koreksi market yang terjadi selama 2008 lalu.
Pemodal sering kali terjebak untuk menjadi seorang trader dadakan
(rencananya investasi, tapi kemudian melakukan posisi trading dengan
menggunakan account margin), atau menjadi investor dadakan (rencana
awalnya menjadi seorang trader, tapi karena tidak disiplin dalam melakukan
posisi cut loss, maka posisi tradingnya berubah menjadi posisi investasi).
Fakta ini juga yang membuat saya tergugah untuk memulai weblog
www.rencanatrading.com, weblog yang saya fokuskan untuk membantu para
trader dalam memahami pasar, terutama melalui kaca mata analisis
teknikal. Harapan saya, semoga pasar modal kita bisa semakin kuat, dengan
kualitas pemodal lokal yang semakin tangguh. Agar pasar modal kita, tidak
melulu dalam penguasaan pemodal asing.
Perencana Trading
Saya masih ingat benar masa-masa itu. Saat itu di sekitar tahun 1990
1995. Trek-trekan Bonek (balapan jalan raya) adalah hiburan rakyat yang
cukup digemari di daerah tempat saya tinggal. Lihat saja ilustrasi
disamping.. seorang yang tinggi kurus, pake Astrea Prima 100 cc, tiduran
diatas motor, ngebut, tangan kanan pegang gas.. tangan kiri pegang
pemindah gigi (waduuhh.. gue bangeet niy.. ehehe). Terus ngebut.
Masalah kemudian timbul.. ketika aparat Kepolisian mulai mendatangi lokasi.
Biasanya sih.. yang datang duluan adalah petugas PJR (Patroli Jalan Raya).
Satu atau dua petugas.. langsung ikut masuk ke arena. Saya masih ingat
perkataan teman saya yang barusan masuk selokan: Rek.. mosok pas
banter-bantere aku nancap sampek turu-turu, iku PJR moro-moro mecungul
neng sebelahku.. ngomonge ngene: Wis Banter tah dik? Terus.. DUARR!!!
PJR-e nendang sepeda motorku Lha sepeda motore dekke gedhe.. menter
ae.. sepedaku cilik.. yo langsung ae nyungsep neng got (terjemahan: Pren,
ketika saya ngebut dalam kecepatan maksimal, PJR itu tiba-tiba muncul di
sebelah saya.. kemudian bilang: Cuman bisa segitu kecepatan anda dik?
Kemudian.. DUARR!!! PJR itu menendang motor saya. Motor dia tidak
bergerak sedikitpun karena besar. Motor saya langsung masuk selokan
karena kecil).
Anda bisa bayangkan deh.. sebuah Astrea Prima.. yang didesain sebagai alat
transportasi jalan raya, dioprek oleh anak-anak SMA/STM, kemudian harus
melawan sebuah sepeda motor dengan tenaga yang jauh lebih besar, yang
memang didesain untuk kecepatan oleh engineer-engineer kenamaan
(meskipun kualitas yang ngoprek motor ini juga saya gak tau.. hehehe).
Kondisi ini sebenarnya serupa dengan apa yang sering kita temui belakangan
ini. Market memang lagi naik. Mau bilang (rekomendasi) beli saham apa
aja.. (kemungkinan besar) harga akan naik. Nah, sekarang kalau ada orang
niy belajar teknikal seadanya (sekedar hanya untuk bisa menunjukkan
gambar yang punya technical looks) kemudian dia melakukan modifikasi
seenaknya (seperti apa yang dilakukan oleh para engineer jalanan pada
sebuah Astrea Prima pada cerita diatas) pada techical tools tersebut, agar
hasil prediksinya bisa sesuai dengan kemauan dia. Kemudian dia
mengumpulkan dan berbicara didepan massa yang terdiri dari trader
newbies (yang kurang begitu paham akan teori teknikal). Bilang beli ini..
beli itu.. beli anu. Karena marketnya naik.. yah.. dia pasti betul lah..
Apalagi jika dia beroperasi pada saham-saham small cap atau mid cap
(terutama yang tidak ada player asingnya) wih.. pasti harganya melejit.
Akan tetapi.. kondisinya bisa berbeda ketika kita harus memprediksi
dengan presisi tinggi atas saham-saham big caps, IHSG, indeksindeks dari bursa di berbagai belahan dunia, pergerakan kurs, atau
bahkan harga komoditas. Disini kita harus bersaing dengan mereka yang
terbaik diseluruh belahan dunia. Bayangin aja deh Valentino Rossi lawan
Road Racer Jalanan berlomba di Sirkuit kelas dunia? Bagaimana sih
sebenarnya probabilitas dari Pembalap Jalan itu untuk memperoleh
kemenangan?
Ini negara bebas.. terserah deh mau bilang apa. Ini market masih akan naik..
siapapun juga yang bilang Beli.. pasti akan betul. Tapi ketika anda
memperkosa analisis teknikal untuk kepentingan atau apapun agenda anda.
Aduuuh kok sayang sekali ya? Hati saya jadi teriris-iris dibuatnya.
Happy trading semoga untung!!!
elamat pagi
10
11
Untuk prediksi.. Saya tidak boleh keliru untuk trend jangka menengah
Prediksi jangka menengah ini nantinya menentukan: apakah harga turun ini
untuk beli, atau harga turun ini untuk jualan (take profit atau cut loss). Vice
versa. Tapi untuk posisi trading Saya harus mengikuti trend jangka
pendek. Trend jangka paling pendek (intraday trend) kalau perlu!! Karena
Saya benar-benar gak mau rugi!!!
So Demi ketenangan jiwa.. sesuaikanlah strategi beli-jual Anda
dengan arah dari trend jangka pendek!
Hehehe.. tapi ada resikonya juga siy.. kalau anda melakukan ini.. transaksi
anda akan sangat massive.. beli-jual Anda akan menjadi sangat sering. Fee
yang Anda bayar.. bakal sangat besar. Apakah itu jumlah sesuai untuk
ketenangan jiwa yang bisa Anda peroleh?
Happy trading semoga barokah!!!
Satrio Utomo
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
*penulis adalah seorang pekerja pasar modal yang akan sangat diuntungkan
apabila Anda selaku pemodal, melakukan transaksi secara massive.
Hehehehe. Mohon maaf untuk keterusterangan Saya.
Selamat pagi
Pak Tommy Bagaimana sih caranya agar saya bisa profit?
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan mendasar yang sering kali harus
saya hadapi, ketika saya berhadapan dengan pemodal (pelaku pasar modal).
Baik trader maupun Investor. Untuk menjelaskannya, sering kali saya
melakukannya dengan menggunakan sebuah model yang saya sebut sebagai
profit model atau profit probability model.
Profit probability model ini bentuknya adalah sebagai berikut:
Profit adalah tujuan dari pemodal ketika melakukan komitmen dana di pasar
modal, baik dalam kerangka investasi atau trading saham. Profit ini adalah
the ultimate goal (tujuan utama) bagi setiap pemodal. Untuk memperoleh
profit, seorang pemodal harus melakukan transaksi. Transaksi beli dan/atau
transaksi jual. Di pasar modal Indonesia, kita hanya mengenal satu arah
transaksi untuk memperoleh profit: Beli harga naik Jual. Kalau Beli
harga turun.. Jual, itu namanya rugi atau loss. Bukan profit. Transaksi ini
juga yang membedakan antara seorang trader atau investor, dengan seorang
12
Trader Dugem
Alkisah ada 3 orang trader. Trader pertama adalah Trader Dugem. Trader
Dugem ini adalah seorang trader yang pemalas, galau, dan tidak disiplin
dalam melakukan transaksi. Tapi trader ini adalah trader yang berduit dan
hobbynya dugem. Dia baru saja mengikuti sebuah kursus saham (kursus?
emang kursus menjahit? hehehe) dan memperoleh sebuah indikator teknikal
yang katanya bakal memberikan profit yang luar biasa besar. Dia
memberikan mahar (kaya dukun ye? hehehe) sebesar Rp 50 juta untuk
indikator tersebut. Kita sebut pengajarnya sebagai Dosen Saham (semoga
belum ada yang pake nick name itu deh. hehehe). Menurut Dosen ini..
indikator itu bakal memberikan signal dengan akurasi prediksi sebesar 40%.
Artinya.. dari 10 signal yang diberikan, 4 signal adalah signal yang benar dan
menghasilkan profit. Sisanya yang 6 signal, akan berakhir dengan kerugian.
Problemnya Karena ada keperluan dia langsung cabut sebelum Dosen
Saham itu menyampaikan petuahnya secara lengkap. Yang penting kan
sudah dapat indikatornya.. begitu pikir si Trader Dugem
13
Ternyata Trader Dugem ini bukanlah seorang yang disiplin. Dia itu orang
yang plin-plan angot-angotan galau. Maklum kalau malem hang out
sampai pagi. Setiap indikator tersebut memberikan signal beli, Trader
Dugem tidak selalu mengikuti signal yang diberikan. Kadang iya.. kadang
enggak. Kalau orang bilang.. 50:50 (fifty-fifty) deh
Nah.. dengan kelakuan seperti itu (indikator dengan kualitas 40% dan
kemampuan untuk mengikuti signal yang hanya 50:50), hasilnya sudah jelas:
Probabilitas dari Trader Dugem untuk memperoleh posisi yang
menguntungkan.. hanya menjadi 20%. Artinya.. dari 10 posisi trading..
hanya 2 posisi yang akan memperoleh keuntungan.
Trader ABRI
Trader yang kedua adalah Trader ABRI. Namanya juga ABRI.. (mungkin ini
adalah polisi cantik yang habis desersi kemarin itu.. hehehe).. mereka kan
terbiasa untuk disiplin. Tapi.. duitnya agak cepak. Maklum.. namanya juga
pegawai negeri. Trader ABRI ini kemudian juga membeli indikator dari Dosen
Saham. Indikator yang lebih murah. Maharnya adalah sebesar Rp 25 juta.
Trader ABRI ini memperoleh indikator yang katanya memiliki akurasi sebesar
30 persen. Artinya: dari 10 signal yang muncul.. hanya 3 yang bakal
memperoleh profit.
Nah.. dalam aplikasinya Trader ABRI disiplin dalam melakukan transaksi.
Dari 10 Signal yang muncul dia bisa mengeksekusi atau mengkonversikan
9 signal menjadi posisi beli. Hanya 1 yang terlewat karena dia harus ke
kamar mandi untuk buang air.
Indikator dengan kualitas yang lebih jelek, tapi disiplin. Hasil yang diperoleh
adalah sebuah probabilitas keuntungan yang lebih tinggi, 27 persen. Hampir
3 kali posisi menang, dari 10 kali transaksi. Probabilitas seorang trader untuk
memperoleh keuntungan bisa meningkat, selama trader tersebut disiplin.
Trader Yeah
Well.. namanya saya Trader Yeah Metal Man.. gitu katanya. Trader Yeah ini
adalah seorang mahasiswa yang rajin ke toko buku. Dari sebuah buku
berwarna hijau yang dibacanya di toko itu (boro-boro beli baca doang gak
perlu beli.. hehehe). Tapi dalam buku itu, ada sesuatu yang menarik.
Katanya, dengan menggunakan Fibonacci retracment 50%, seorang trader
bisa memperoleh akurasi prediksi hingga 70% atau lebih. Trader Yeah
mencoba cara ini.
Trader Yeah ini adalah seorang yang disiplin dan organized. Maklum.. calon
mantu tentara.
Hasilnya ternyata jauh lebih baik. Dengan kedisiplinannya, Trader Yeah
mengeksekusi 90% dari setiap reversal yang muncul, dan melakukan posisi
jual ketika harga mencapai Retracment 50%. Hasilnya ternyata
menakjubkan. Dari 10 kali posisi trading yang dilakukan, sekitar 6-7 posisi
trading ternyata bisa menghasilkan keuntungan.
Probabilitas keuntungan memang bisa meningkat pesat ketika
seorang trader memiliki cara prediksi dengan akurasi tinggi, plus
kemampuan melakukan eksekusi secara disiplin.
So Kalau anda ingin untung anda memang harus memiliki prediksi yang
bagus. Anda juga harus disiplin dalam mengeksekusi transaksi.
Mampukah kita melakukan hal itu?
14
*bacalah halaman disclaimer sebelum anda melakukan posisi beli atau posisi
jual
Ketika acara Market Outlook Bulanan di Universal Broker hari Sabtu lalu,
seorang peserta mendatangi saya dan bertanya:
Pak saya seorang newbies (pemodal pemula) yang baru saja
melakukan transaksi (beli/jual) saham dalam beberapa bulan terakhir.
Karena tidak tahu dimana harus memulai, saya hanya melihat running
trade, mencari saham yang menarik, terus masuk (beli) berdasarkan
dengan feeling. Ada yang untung sih pak tapi lebih banyak yang
nyangkut. Sebenarnya apa sih yang harus dilakukan oleh pemodal
pemula seperti saya?
Bullish market selalu mengundang pemodal-pemodal baru untuk ikut
berpesta didalamnya. Ketika bullish market, kabar-kabar mengenai
mudahnya mencari duit di pasar modal memang membuat semua orang
ingin nimbrung didalamnya. Mau yang pedagang, karyawan, ibu rumah
tangga, bahkan pelajar, semua mencoba untuk meraih kentungan dengan
bertransaksi saham. Sebagian memang cukup beruntung untuk bisa meraup
keuntungan. Sebagian pulang dengan impas atau hanya rugi sedikit,
sebagian lagi pulang dengan kerugian habis-habisan. Sudah rugi, ada
hutang pula. Itu kondisi terburuk yang bisa terjadi pada seorang pemodal.
Kembali ke pertanyaan yang tadi deh. Setelah memutuskan untuk
melakukan keputusan untuk transaksi saham, setelah kita memutuskan
untuk transaksi online atau melalui broker, setelah kita memutuskan untuk
melakukan transaksi melalui broker yang mana. Keputusan penting apa lagi
yang harus dilakukan oleh seorang pemodal pemula agar bisa selamat dari
hingar bingar bursa saham ini? Menurut saya, ada tiga buah keputusan
penting yang harus diambil oleh seorang pemodal pemula:
Trading itu berbeda dengan investasi. Investasi itu berbeda dengan trading.
Maafkan saya karena saya mungkin terlalu sering mengingatkan anda
mengenai hal ini. Tapi bener kok
kesalahan dasar karena tidak tahu perbedaan antara trading
dengan investasi ini adalah predator atau pembunuh
pemodal pemula yang paling banyak memakan korban.
Contoh klasiknya adalah masalah investasi emas yang beberapa waktu lalu
sempat marak dibicarakan orang. Bagi anda yang tertarik dan kemudian
langsung membeli emas lantakan, mungkin anda tidak banyak mengalami
masalah. Akan tetapi, jika anda kemudian melakukan investasi dengan
membeli emas di bursa berjangka. Bisa jadi anda sempat mengalami
masalah. Membeli emas di bursa berjangka adalah sebuah posisi margin.
Kalau anda membeli emas ketika harga berada di titik tertinggi dan
kemudian harga emas kemudian turun hingga titik terendahnya beberapa
minggu lalu. Anda mungkin bisa merasakan debaran jantung karena
melakukan posisi yang sebenarnya diluar kemampuan anda. Kondisi serupa
juga akan anda alami jika anda membeli saham dengan posisi margin (dana
yang dipinjamkan oleh perusahaan sekuritas). Bukannya saya melarang,
tapi anda harus selalu ingat:
Setiap posisi margin adalah posisi trading
15
kecuali jika anda memang memiliki dana yang cukup untuk menebus
(membayar penuh) atas posisi beli yang sudah anda buat.
Anda juga bisa menemukan dalam tulisan saya tadi, bahwa dengan
mengetahui perbedaan antara trading dengan investasi, maka anda sudah
memiliki perbedaan dalam hal:
16
Ketika melakukan transaksi beli dan jual saham, semua resiko ada ditangan
anda. Tidak ada satu orang lainpun yang bersedia menanggung kerugian
atas keputusan transaksi yang anda lakukan. Itulah sebabnya, setiap
keputusan bertransaksi harus dibuat berdasarkan prediksi dan pertimbangan
anda sendiri. ketika anda melakukan positioning berdasarkan prediksi orang
lain, anda terekspos terhadap resiko-resiko yang tidak anda inginkan, seperti
misalnya, resiko subyektifitas pemberi rekomendasi dan masih banyak lagi
yang lainnya.
Intinya:
Bertransaksilah dengan menggunakan pendapat dan prediksi
anda sendiri. Gunakan pendapat / prediksi orang lain sabagai
pertimbangan.
Its less complicated I tell you laah..
Bursa itu seperti sebuah api unggun yang sangat besar, yang menyala
ditengah kegelapan malam. Api unggun yang selalu membutuhkan kayu
bakar untuk tetap menyala. Api unggun yang selalu memancing minat dari
semua yang melihatnya untuk mendekat. Manusia, serangga, binatang
pemangsa, untuk selalu mendekat. Apakah anda adalah sepotong kayu
bakar yang menjadi bara didalamnya? Apakah anda adalah serangga yang
terbakar oleh nyala api ketika anda mendekat? Apakah anda adalah binatang
kecil mendekat dan kemudian dimangsa oleh binatang pemangsa yang
tengah menunggu kedatangan anda di sekitar api unggun tersebut?
Apakah anda adalah seorang manusia ceroboh yang kemudian juga ikut
dimangsa oleh binatang pemangsa yang tengah menunggu? Apakah anda
adalah seorang manusia rasional yang mendekati api unggun tersebut
dengan kewaspadaan? Semua adalah pilihan yang tersedia untuk anda.
Yang tidak boleh anda lupa adalah: The name of the game is survival.
Menjadi seorang pemenang dengan menjadi predator yang berada di tingkat
teratas dari rantai makanan, yang bisa menikmati keuntungan luar biasa dari
bertransaksi saham, memang sangat nikmat. Akan tetapi, menjadi seorang,
survivor yang bisa keluar dari pertarungan dalam kondisi hidup, menjadi
seorang pemodal yang bisa memperoleh keuntungan dari bertransaksi
saham, sebenarnya juga sudah cukup. Karena jumlah mereka yang hangus,
keluar dari bursa dalam kondisi rugi, jumlahnya jauh lebih banyak.
Trading itu, sebaiknya memang dilakukan berdasarkan sebuah trading plan
yang jelas. Sehingga semua potensi keuntungan dan kerugian, bisa terlihat
jelas sebelum posisi tersebut diambil. Keberadaan dari sebuah trading plan
juga membuat proses evaluasi kita menjadi lebih mudah. Kita bisa melihat,
apakah sebuah keuntungan (kerugian) itu berasal dari prediksi yang benar
(salah), bukan sekedar karena untung-untungan. Selain itu, yang paling
penting, kita juga bisa melihat kualitas eksekusi dari prediksi tersebut.
Misalnya nih.. Kalau seorang trader melihat resisten di 14.700 di sebuah
saham X. Jika resisten tersebut ditembus, maka akan terbuka potensi
kenaikan menuju ke level 16.000.
Planning: beli ketika resisten tersebut ditembus dengan harapan untuk take
profit di harga 16.000.
Kenyataannya: trader tersebut melakukan posisi beli ketika harga sudah
berada di level 15.300, dan take profit ketika harga sudah berada di level
15.800. Pergerakan harganya ternyata hanya mencapai titik tertinggi di
level 15.900, sebelum akhirnya harga turun lagi, kembali ke level 15.500.
Dari contoh tersebut dapat kita lihat bahwa:
17
18
yang harus dilakukan oleh seorang pemodal pemula agar bisa selamat dari
hingar bingar bursa saham ini? Menurut saya, ada tiga buah keputusan
penting yang harus diambil oleh seorang pemodal pemula:
Trading itu berbeda dengan investasi. Investasi itu berbeda dengan trading.
Maafkan saya karena saya mungkin terlalu sering mengingatkan anda
mengenai hal ini. Tapi bener kok
kesalahan dasar karena tidak tahu perbedaan antara trading
dengan investasi ini adalah predator atau pembunuh
pemodal pemula yang paling banyak memakan korban.
Contoh klasiknya adalah masalah investasi emas yang beberapa waktu lalu
sempat marak dibicarakan orang. Bagi anda yang tertarik dan kemudian
langsung membeli emas lantakan, mungkin anda tidak banyak mengalami
masalah. Akan tetapi, jika anda kemudian melakukan investasi dengan
membeli emas di bursa berjangka. Bisa jadi anda sempat mengalami
masalah. Membeli emas di bursa berjangka adalah sebuah posisi margin.
Kalau anda membeli emas ketika harga berada di titik tertinggi dan
kemudian harga emas kemudian turun hingga titik terendahnya beberapa
minggu lalu. Anda mungkin bisa merasakan debaran jantung karena
melakukan posisi yang sebenarnya diluar kemampuan anda. Kondisi serupa
juga akan anda alami jika anda membeli saham dengan posisi margin (dana
yang dipinjamkan oleh perusahaan sekuritas). Bukannya saya melarang,
tapi anda harus selalu ingat:
Setiap posisi margin adalah posisi trading
kecuali jika anda memang memiliki dana yang cukup untuk menebus
(membayar penuh) atas posisi beli yang sudah anda buat.
Anda juga bisa menemukan dalam tulisan saya tadi, bahwa dengan
mengetahui perbedaan antara trading dengan investasi, maka anda sudah
memiliki perbedaan dalam hal:
19
It will saves a lot of life. I tell you lah (pake logat Indihe.. hehehe)
20
21
memang masih belum jelas. Arah regional juga masih belum jelas karena
indeks Dow Jones Industrial masih belum lepas dari konsolidasi. Tapi semoga
saja suport di 3520 3530 tetap bertahan agar potensi kenaikan IHSG ke
3700 3750 masih tetap terbuka.
Ketika kita sudah 'Obyektif'...
In "Headline"
Suport Fundamental
Selamat siang.... Bagi rekan-rekan yang ingin mengetahui terlebih dahulu
tulisan yang saya kirim ke harian Kontan (untuk dimuat Senin), anda bisa
melihatnya pada member area atau dengan mengikuti link berikut
In "Knowledge from The Street"
Tembus atau tidak tembus.. that is the question!*
Zelamat PaGee dari PT Universal Broker Indonesia, 26 Mei 2014. Selamat
pagi.... Hingga akhir minggu lalu, sentimen dari pemilu tetap mengangkat
IHSG hingga ditutup tipis dibawah resisten 4975. IHSG kembali
Pada tulisan sebelumnya, saya sudah menyampaikan mengenai pentingnya
obyektifitas dalam mencerna semua informasi yang datang. Berpikir
obyektif ini membuat kita bereaksi yang benar terhadap suatu event atau
informasi. Berpikir obyektif ini membuat kita memberikan reaksi yang benar
terhadap pergerakan harga.
Manfaat lain dari berpikir obyektif adalah:
kita bisa melihat subyektifitas dari orang-orang yang ada di sekitar
kita.
Dalam teknikal analisis, memang terdapat banyak sekali teori yang bisa
diterapkan untuk melihat pergerakan harga saham. Akan tetapi, terdapat
teori-teori dasar yang digunakan oleh sebagian besar dari pelaku analisis
teknikal, orang-orang yang menggunakan analisis teknikal sebagai alat
prediksinya. Alat-alat prediksi yang standar ini diantaranya:
Trend
Candlestick Charting
Dengan alat prediksi yang standar ini, kita kemudian melihat prediksi atau
rekomendasi dari orang-orang yang ada di sekitar kita (saya sebut sebagai
Sang Analis sekedar untuk memudahkan):
22
Saya tidak pernah kuatir dengan tiga golongan yang pertama. Saya sangat
perduli dengan golongan yang terakhir. Rekomendasi yang salah, yang
dihasilkan dari teori yang salah, sebenarnya adalah hal yang wajar.
Bagaimana kebenaran bisa diperoleh kalau pendekatannya salah? Akan
tetapi, kalau orang sengaja memberikan rekomendasi yang salah untuk
menyesatkan orang lain, itu sebenarnya yang merupakan permasalahan
terbesar. Saya kemudian sering kali melihat: sebenarnya maunya Sang
Analis ini apa? Kalau semua itu karena pengetahuan dia yang terbatas,
mungkin tidak menjadi masalah. Akan tetapi, kalau itu karena agendaagenda tersembunyi yang ada di kepala Sang Analis itu? hehehe
Saya sih yakin, kalau saya ngomong, sebagian kecil orang akan menelan
bulat-bulat apa yang saya omongkan. Tapi, sebagian besar yang lain, pasti
juga berpikir: ini Pak Tommy maunya apa sih? Mengapa Pak Tommy
rekomendasi itu? Jangan-jangan karena dia dan teman-temannya ada
posisi? Pikiran-pikiran seperti itu adalah hal yang wajar. Saya juga sering
berhati-hati pada orang yang tengah memberikan rekomendasi pada saham
yang penggeraknya bukanlah pasar murni (baca tulisan saya sebelumnya
mengenai Saham yang penggeraknya pasar). Benarkah rekomendasi itu
benar-benar dibuat karena pertimbangan yang obyektif? Atau karena
subyektifitas dari analis tersebut? Kalau benar sih tidak masalah. Tapi kalau
ternyata salah?
Saya juga suka iseng dalam memilih sudut pandang dari suatu
permasalahan. Contohnya: Semalam Warren Buffet bilang kalau koreksi
yang terjadi di Jepang, adalah kesempatan untuk melakukan posisi beli.
Nggak ada yang salah sih dari pernyataan ini. Dia sebagai seorang investor,
23
memang harus melihat untuk jangka waktu yang lebih panjang. Akan tetapi,
kalau kita melihatnya dalam kacamata seorang trader: kalau dia ngomong
beberapa hari setelah gempa ketika Indeks Nikkei masih dibawah 8000, itu
masih bisa dibilang bagus. Kalau kita melihat dalam sudut pandang bahwa
seorang Warren Buffet baru saja membeli Lubrizol (sebuah perusahaan
pelumas yang hampir 30% pasarnya ada di Asia)?
Saya sih percaya akan obyektifitas dari seorang Warren Buffet. Saya juga
percaya bahwa trend jangka panjang dari bursa Amerika dan juga Bursa Efek
Indonesia memang masih tetap bullish. Akan tetapi, dengan trend jangka
menengah dari indeks regional (terutama indeks Dow Jones Industrial), saya
memutusan untuk tetap berhati-hati. Kalau nanti ada koreksi lagi, saya
percaya bahwa itu adalah kesempatan untuk beli. Akan tetapi, kalau Warren
Buffet bilang beli, saya akan bilang: yah saya juga beli tapi nanti kalau
harga sudah lebih murah.
Jika kita obyektif dalam melihat suatu permasalahan, maka kita bisa
melihat subyektifitas dari orang-orang di sekitar kita.
Happy trading semoga untung!!!
Mengenal Beberapa Model Pergerakan Harga Saham*
Posted by Satrio Utomo on August 3, 2013 12 Comments
Bagaimana sih cara harga bisa bergerak? Ada orang yang bilang.. bahwa
pergerakan harga tergantung dari supply and demand. Ada yang bilang
kalau bandar yang gerakin. Ada yang bilang bahwa big player, asing, aseng
atau banyak lagi yang lainnya.
Pada model yang pertama ini, harga bergerak sebagai akibat dari minat dari
pelaku pasar terhadap prospek perekonomian Indonesia ditengah percaturan
ekonomi dunia dan/atau ekonomi regional Asia. Mereka kemudian masuk
ke pasar (baca: beli saham di Indonesia) dengan menggunakan IHSG sebagai
benchmark. Karena IHSG adalah sebuah angka indeks yang dihitung dengan
menggunakan metode rata-rata tertimbang, maka saham dengan
kapitalisasi yang besar akan berpengaruh lebih besar terhadap pergerakan
IHSG. Itu sebabnya, mereka melakukan posisi beli, semata-mata hanya
melihat kapitalisasi. Sebagai contoh, bisa dilihat apa yang terjadi dalam
bulan Juli 2013 kemarin: BI Rate naik, Inflasi tinggi, tapi asing malah beli
saham perbankan (BMRI dan BBRI). Mereka beli saham perbankan bukan
karena prospeknya bagus, tapi karena saham-saham itu adalah sahamsaham dengan kapitalisasi terbesar.
24
Exotic Stock
Exotic stock ini adalah saham dengan kapitalisasi kecil hingga menengah,
sering kali berasal dari industri yang kurang begitu mendapatkan perhatian
pasar, tapi memiliki model bisnis dan/atau prospek fundamental yang bagus.
25
Saya sebut sebagai Exotic karena dengan fundamental yang bagus, saham
ini sering kali harus ditemukan oleh para investor/trader fundamental yang
retail, sebelum akhirnya pemodal institusi tertarik untuk turun nyebur,
membeli saham ini. Daya tarik utamanya adalah cerita/story yang menarik,
sehingga menjadikan para fund manager tertarik untuk memburu saham ini.
Yang disebut story disini, bisa saja model bisnisnya yang baru, kinerjanya,
rasio-rasio yang menarik (PE atau PBV yang rendah), atau bisa juga saham
dengan fundamental kecil, tapi dari industri yang sedang on play (menjadi
daya tarik utama pasar).
Satu hal yang perlu dicermati disini adalah: karena rekomendasinya berasal
dari sesama trader atau investor, mereka ini juga memiliki posisi. Mereka
bisa saja sudah beli dulu di harga yang lebih murah, kemudian memberikan
rekomendasi kepada anda untuk melakukan posisi beli, diatas harga mereka
melakukan posisi beli. Rekomendasi pada saham-saham seperti ini,
biasanya subyektif. Bisa berlebihan.. bisa juga tidak tapi tetap saja:
subyektif. Jadi.. bisa saja anda masuk ke dalam perangkap mereka: anda
beli, ketika mereka
jualan. Bisa saja anda
masuk ke dalam
perangkap mereka.
Pelaku Utama:
Investor/Trader
fundamental kakap yang
rasional dan/atau Private
Fund Ekuitas sebagai
pelaku awal, kemudian
diikuti oleh fund
manager reksadana dan
institusi.
Sumber rekomendasi:
Investor/Trader
Fundamental, sebelum
di ikuti oleh analis
sekuritas.
Prediksi pergerakan harga: ketika masih dalam fase awal, prediksi
teknikalnya relatif sulit. Tapi, ketika volume sudah mulai masuk ke pasar,
trend mulai terbentuk, suport resisten mulai bisa terbaca, disitu baru prediksi
mulai terasa mudah.
Contoh dari saham-saham yang termasuk golongan ini yang pada tahun
2012-2013 ini menjadi sorotan dari pemodal adalah: ULTJ (perusahaan
kapitalisasi kecil dengan strong brand), ADES (mendapatkan job untuk
membuat air mineral dari Nestley), PNLF (PE rendah), ASRI (peningkatan nilai
landbank sebagai akibat dari pembuatan jembatan layang masuk ke
kawasan tersebut), dan masih banyak lagi.
26
Ketika signal teknikal mulai muncul, trader teknikal mulai masuk. Pada
saham ini, peran dari kompor bandar, sangatlah penting. Kompor bandar ini
adalah orang-orang yang bekerja sama dengan pelaku utama. Tugasnya
adalah memastikan pemodal-pemodal retail yang berpengetahuan rendah,
untuk membeli saham itu. Running trade adalah display utama papan dari
saham ini. Dengan pergerakan harga yang atraktif mereka memikat minat
pada laron-laron pasar modal yang berkeliaran. Terus, setelah pemodal
retail ini melakukan posisi beli, mereka juga bertugas agar para pemodal
retail ini nyangkut, tetap bertahan pada saham tersebut, ketika bandar atau
trader besar yang menjadi penggerak harga.
Perilaku kompor bandar ini, sering kali terlihat sangat jelas sehingga saya
sering merasa risi. Beberapa trick standar yang sering dilakukan
diantaranya adalah:
1. memberikan rekomendasi beli dengan alasan fundamental ketika trend
harga jangka menengah sudah mulai patah
2. berteriak oversold ketika orang mulai berpikir untuk cut loss
3. awalnya ngomong teknikal, tapi ketika trend harga mulai berubah
menjadi turun, mereka ngomong alasan-alasan fundamental agar para
pemodal pemula mau menahan posisi beli dan tidak melakukan cut
loss.
Kompor bandar akan terus membantu bandar utama agar volume terus
masuk ke pasar. Kalau perlu, mereka akan turut mendesain rumor-rumor
akan cerita semakin panas. Emiten terkadang juga membantu dengan
mengeluarkan bantahan atas rumor tersebut hanya setelah harganya
bergerak cukup. Demikian hot-nya cerita ini, terkadang sampai berasa
bahwa harga saham ini mulai memasuki pergerakan harga saham tipe
kedua. Benar.. beberapa analis fundamental yang tolol, terkadang juga
termakan akan skenario ini, dan berpikir bahwa oh.. ada value di saham
tersebut, dimana mereka kemudian membuat research report. Padahal..
semuanya sering kali adalah pepesan kosong. Seperti tragedi perusahaan
batubara yang baru saja backdoor listing kemarin itu.
27
korban dari proses ini. Aktornya tetap saja melengang dan menjadi orang
yang disegani dikalangan pelaku pasar. Aneh.. Tapi.. bukankah penegakan
hukum di negara kita juga aneh?
So Saham apa yang akan anda mainkan? Sudahkah anda bisa
menggolongkan saham tersebut termasuk tipe pergerakan harga yang
mana?
Saya sih.. sering kali hanya bermain pada saham dengan model pergerakan
harga yang pertama atau kedua. Kalaupun kemudian ada sector rotation,
saya biasanya hanya berkutat pada saham-saham dengan kapitalisasi
terbesar atau setidaknya nomor dua yang ada pada sektor tersebut. Seperti
misalnya: kalau yang bergerak adalah cerita properti, saya hanya berani
beli di BSDE atau ASRI, kalau konstruksi hanya di ADHI atau WIKA, kalau
pakan ternak hanya CPIN, dll. Kalaupun saya tertarik pada saham jenis
ketiga, saya hanya akan main dalam volume kecil. Itupun.. saya akan diamdiam saja waktu beli. Tapi ketika jual, saya juga tidak mau bilang terlalu
keras atau tulis di blog. Saya takut kalau ada pemodal menganggap bahwa
itu adalah rekomendasi dan kemudian mereka masuk. Resikonya terlalu
tinggi buat seorang pemodal pemula. Saham tipe pergerakan jenis
keempat? Saya sudah memandangnya seperti saham yang haram: saya gak
mau menyebutkan namanya, apalagi memainkannya (meskipun terkadang
saya juga masih berteman dengan bandar-bandar, kompor bandar, bahkan
emitennya hehehe).
Jika anda adalah pemodal pemula yang nyangkut..
Terus kalau anda sekarang adalah pemodal pemula yang sudah nyangkut.
Cobalah anda periksa deh portfolio anda. Isinya cenderung saham yang
mana? Kalau saham dengan pergerakan harga tipe pertama atau kedua,
mungkin anda masih ada harapan bahwa harga dari saham tersebut, akan
kembali ke harga beli anda.. pada suatu hari nanti.. meski itu mungkin waktu
yang agak lumayan lama. Kalau posisi nyangkut anda ada pada saham
dengan tipe pergerakan harga yang ketiga, anda harus cek dulu ceritanya.
Apakah cerita tersebut masih tetap sama, atau sudah berubah? atau malah
ada cerita baru? Kalau cerita sudah berubah atau ada cerita lagi yang baru,
bisa saja kondisinya berbeda: bisa kembali lebih cepat (kalau cerita barunya
lebih bagus), atau malah jadi gak bakal balik ke harga lama karena
ceritanya sudah hilang. Kalau saham nyangkut anda termasuk tipe
keempat.. well.. anda cek dulu orang-orang yang berkepentingan terhadap
saham ini: bandarnya, emitennya, dan juga kompornya masih hidup atau
sudah mati?? Kalau ternyata masih hidup.. terus terang.. karena mereka
sebenarnya telah berbuat jahat kepada orang banyak.. kita sebaiknya
membaca doa embah seperti berikut ini:
28
Hehehehe.
Prinsipnya sebenarnya
begini:
Pergerakan harga
saham itu, pada
prinsipnya hanya
terdiri dari dua
golongan: bisa
diprediksi, atau
tidak bisa
diprediksi.
Tradinglah hanya
pada saham yang
pergerakan harga
sahamnya bisa
anda prediksi,
karena itu akan
mempermudah
anda untuk
mencapai kemenangan, memperoleh profit.
Saham Fundamental vs Saham Non-Fundamental
Posted by Satrio Utomo on June 14, 2011 9 Comments
Dalam beberapa tulisan saya sebelumnya anda mungkin sudah sering
membaca dikotomi ini: saham fundamental dan saham non-fundamental.
Kok kayanya serem ya: Non-Fundamental Stocks.. saham tanpa
fundamental kok kesannya seperti PT yang ada isinya vs PT yang tidak ada
isinya atau yang satu PT yang jelas sedang satunya PT yang gak jelas
(hehehe sadis banget yak?).. tapi sebenarnya bukan seperti itu.
Beberapa waktu yang lalu, saya sudah menjelaskan mengenai betapa
pentingnya kita melihat pendapat konsensus dari analis. Konsensus analis
ini sebenarnya adalah rata-rata pendapat dari analis fundamental yang
melakukan analis atas saham tersebut. Karena itu adalah sebuah angka
rata-rata, maka perlu adanya suatu jumlah minimal dari analis agar
pendapat yang disampaikan bisa bebas dari subjektifitias. Seperti misalnya,
kalau anda sudah membaca buku yang saya tulis, disitu saya menyebutkan
bahwa saham yang penggeraknya adalah murni pasar, harus dianalisis oleh
minimal 15 orang analis fundamental. Atau anda bisa menggunakan
jumlah yang lain. Tapi tetap saja tidak bisa terlalu sedikit. Ini karena
sebuah saham yang hanya dianalisis oleh kurang dari 5 orang analis
misalnya, sering kali unsur subjektifitas bisa jadi bisa terlihat.
Jadi disini sebenarnya asal mula dari istilah saham fundamental dan
saham non-fundamental yang sering saya sebutkan.
Saham fundamental adalah saham yang dianalisis oleh sejumlah analis
fundamental sehingga pergerakan harga sahamnya lebih merupakan
pencerminan rekomendasi-rekomendasi yang dilakukan oleh analis
fundamental tersebut.
Sebuah saham fundamental yang bagus, biasanya dianalisis oleh minimal
15 orang analis fundamental. Akan tetapi, jika kita mempertimbangkan
unsur masuknya saham-saham berkapitalisasi besar (terutama GGRM
sebagai saham big caps yang paling sedikit menarik analis fundamental),
29
30
Penutup
Setiap saham sebenarnya memerlukan pendekatan yang berbeda dalam
memahami pergerakan harga sahamnya. Ketika kita sudah memisahkan
antara saham fundamental dan saham non-fundamental, minimal kita bisa
mengetahui apa yang kita hadapi. Bagaimana kita harus bereaksi terhadap
laporan keuangan, bagaimana kita harus bereaksi terhadap data konsensus,
bagaimana kita harus bereaksi terhadap berita. Atau. apakah kita bisa
menggunakan cara-cara normal untuk bereaksi terhadap pergerakan
harga(seperti melakukan posisi beli dan jual berdasarkan suport atau
resisten), ataukah kita harus menggunakan cara-cara kontrarian.
Selain itu, bagi anda yang masih dalam taraf pemula, transaksi sebaiknya
memang lebih difokuskan pada saham-saham fundamental karena
pergerakan harganya lebih mudah untuk diprediksi dibandingkan dengan
pergerakan dari saham-saham non-fundamental.
Happy trading semoga untung!!!
Valuasi: sebuah sudut pandang dari sisi stick and carrot
Posted by Satrio Utomo on May 31, 2012 6 Comments
31
Perhatikanlah
gambar ini baikbaik. Gambar ini
adalah sebuah
permainan yang
disebut sebagai
stick and carrot.
Keledai katanya
niy, adalah
sebuah mahluk
yang paling
bodoh. Paling
sulit untuk
dimotivasi. Jika seorang penunggang (Sang Sutradara) ingin membuat
seekor keledai bergerak maju,
32
33
34
35
Melakukan posisi beli karena berita bagus, adalah suatu hal yang wajar. Hal
yang rutin bagi seorang investor retail. Terutama kalau sudah mendengar
laba bersih yang naik luar biasa. Data yang dimiliki oleh pelaku pasar
tersebut tidak sepenuhnya salah. Data yang saya miliki untuk saham-saham
perbankan yang saya amati, bisa anda lihat pada tabel berikut ini:
36
Paling enak dan paling cepet sih lihat di terminal Bloomberg. Sebagian
besar sekuritas yang besar, memiliki fasilitas ini. Akan tetapi, buat investor
retail, tentu akan susah untuk ikutan mendapatkannya karena tidak semua
orang memiliki akses ke sebuah terminal Bloomberg. Lagian, kalau
langganan sendiri, biaya langganan sebesar US$1700 per bulan jelas tidak
ekonomis.
Solusinya: anda bisa menggunakan data konsensus yang didapat dari
http://www.reuters.com.
Caranya begini:
1. Kita masuk ke menu pencarian saham yang ada pada website Reuters.
2. Masukkan kode saham yang ingin kita cari ke kolom pencarian. Dalam
contoh dibawah, saya mencoba mencari angka konsensus Net Income untuk
BMRI. Ingat! Reuters menggunakan penandaan yang agak berbeda untuk
kode saham di Bursa Saham Indonesia, yaitu dengan menambahkan kode
.JK pada setiap saham. Jika kita ingin mencari saham BMRI, berarti kita
memasukkan kode sahamnya sebagai BMRI.JK
3. Pencarian kita sudah menemukan halaman BMRI. Klik kode saham yang
tadi anda cari untuk masuk ke halaman detail.
37
4. Halaman Analyst ini berisi analisis yang lebih dalam mengenai saham
BMRI. Kita bisa scroll ke bawah sedikit, untuk menemukan angka EPS
(earning per share/laba per saham).
38
39
analis lain. Tapi kalau anda tidak sabar, anda bisa memperolehnya sendiri
berdasarkan cara-cara diatas.
Selamat mencoba.
Arti Deviden bagi seorang Pemodal
Posted by Satrio Utomo on July 19, 2011 3 Comments
Seorang traders beberapa waktu yang lalu bertanya kepada saya:
Pak saya beli saham XXXX karena sebentar lagi saham itu akan
membagikan devidennya. Setelah cum dividen, ternyata harga saham turun,
dan penurunannya ternyata lebih besar dari pada jumlah dividen yang saya
peroleh (udah gitu masih dikurangi pajak lagi). Memang salah ya Pak kalau
beli saham itu karena kita ngejar devidennya?
Ketika musim pembagian deviden (dividen season) seperti sekarang ini,
fenomena seperti ini adalah fenomena yang standar. Seorang traders, yang
harusnya cenderung untuk mengambil untung berdasarkan pergerakan harga
jangka pendek, mencoba peruntungan dengan melakukan posisi beli
berdasarkan informasi dividen (sebuah informasi yang seharusnya lebih
bermanfaat bagi seorang investor jangka panjang, yang sudah melakukan
hold atas saham itu pada jangka waktu yang lama). Memang sih kalau
dilihat dari dividen yield-nya, sering kali memang menarik 3% 5%, atah
bahkan hampir 10%. Kalau dipikir memang menarik. Beli, simpan beberapa
hari, terus kita bisa bisa mendapatkan return sebesar itu. Tapi ingat juga: kita
cuman bisa untung sebesar itu JIKA BISA MELAKUKAN POSISI JUAL PADA
HARGA YANG SAMA DENGAN KETIKA KITA MELAKUKAN POSISI BELI
(psst.. inget juga.. kita harus bayar pajak dividen juga loh belum lagi ada
biaya komisi beli dan komisi jualjadi dividen yield riilnya tentu saja tidak
sebanyak itu). Dengan kata lain: kalau gagal jual di harga yang sama
dengan ketika kita melakukan posisi beli, posisinya tetap saja sama: RUGI.
Sekarang begini sebagian dari emiten yang ada di bursa, masih berpikir
bahwa saham itu hanya lah selembar kertas. Selembar kertas yang diberi
tanda sehinga bisa disebut sebagai saham. Saham itu kemudian ditukarkan
oleh uang yang dipegang oleh pemodal publik (baca: anda). Kertas ditukar
dengan uang. Enaknya bagaimana itu? (Itu sebabnya saya suka nyinyir
kalau ada pre-emptive right issue kalau perusahaannya bagus, mungkin
gpp kalau perusahaannya jelek apa nggak cuman usaha pencetakan
uang palsu itu?).
Contoh: Sebuah saham, katakan lah PT XXXX Tbk. Harga sahamnya Rp
100.000 per lembar. Membagikan dividen sebanyak Rp 5000. Dividen
yieldnya menarik bukan? 5%! Seorang trader kemudian melakukan posisi beli
atas saham xxxx tersebut di harga Rp 100.000 pada hari cum-date. Ketika
ex-date, harga kemudian dibuka pada level Rp 93.000. Posisi trader itu
berarti sudah mengalami potentioal loss sebesar Rp 2000. Harga kemudian
turun ke Rp 75.000. Trader itu cut loss.
Sekarang, mari kita melihat kejadian itu dari dua sisi:
Dari sisi emiten: Dengan umpan Rp 5000, saya bisa membuat trader
itu (anda) membeli saham dari emiten itu. Ketika trader tersebut
melakukan cut loss di harga Rp 75.000, berarti saya tersebut telah
untung Rp 20.000. Keuntungan saya adalah sebesar 400%! Hebat
bukan?
40
Saya lupa ini perkataan siapa, tapi saya pernah baca sebuah ide yang sampai
saat ini selalu saya ingat:
Never trade based on dividen news!!!
Trading itu berbeda dengan investasi. Investasi itu berbeda dengan trading.
Dividen itu, hanya berguna bagi para investor. Orang yang sudah menyimpan
saham tersebut untuk waktu yang sangat lama. Jika investor itu belinya di
harga atas, berarti itu bisa menjadi pengurang bagi kerugiannya. Tapi jika
belinya di harga bawah, berarti itu bisa menjadi penambah bagi
keuntungannya. Bagi anda yang memilih trading sebagai jalan, dividen itu
bukanlah sesuatu yang perlu anda kejar. Dalam melakukan trading, sumber
dari keuntungan adalah pergerakan harga. Oleh karena itu, perhatikan terus
arah pergerakan harga, mau lari kemana. Terus lakukan strategi dasar: beli
ketika mau naik, jual ketika mau turun. Kalau ada dividen diantaranya,
perlakukan itu sebagai bonus. Dapet sukur, gak dapet ya sudah. Sapa tau
target harga kita sudah tercapai pada saat hari cum, ya silakan saja kalau
mau profit taking. Tapi kalau pada hari ex harga saham ternyata turun
dibawah stoploss, ya sudah mungkin anda memang harus disiplin harus
melakukan cut loss. Dividen? Yah itu kan bisa digunakan untuk mengurangi
kerugian.
Bagi seorang investor, deviden adalah tujuan utama dalam
melakukan investasi. Bagi seorang trader, deviden hanyalah sekedar
pemanis, karena tujuan utamanya adalah capital gain untuk jangka
pendek
So anda seorang trader yang masih mengejar keuntungan dengan
berharap berkah dari dividen? Atau anda saat ini tengah dalam posisi
nyangkut karena adanya ide dividen? Atau anda mendengarkan saran dari
seorang yang mengaku sebagai seorang trader untuk melakukan posisi beli
dengan berdasarkan berita dividen dan sekarang anda berada dalam posisi
nyangkut? Ataukah anda sekarang sudah merasa bahwa anda sebenarnya
hanyalah korban dari strategi jangka pendek yang anda lakukan dengan
kesadaran sendiri maupun dengan dorongan dari orang lain? hehehe
pikirkanlah kembali apakah anda sudah melakukan hal yang terbaik bagi
diri anda sendiri dalam melakukan pengelolaan investasi anda di pasar modal
yang ganas ini.
Ketika Investasi berbeda dengan Trading*
Posted by Satrio Utomo on March 7, 2011 8 Comments
3 Votes
Selamat pagi
Berikut ini adalah percakapan antara saya dan istri saya (saya memanggil
istri saya dengan nama Mbak Mia) di sekitar bulan Oktober 2010:
Mia (M): Mas saya ada lebih sedikit uang untuk di tabung. Saya beli emas
ya?
Tommy (T): Kamu maunya untuk jangka pendek atau untuk jangka panjang?
[1]
41
42
43
3 Votes
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Pada beberapa kesempatan di milis AATI (Asosiasi Analis Teknikal Indonesia),
saya selalu ngomong: belajar analis teknikal itu yang terstruktur.
Belajar yang terstruktur itu apa sih? Seperti apa sih? Mengapa kita harus
belajar analisis teknikal secara terstruktur? Bagaimana struktur belajar
teknikal analisis yang benar? Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan
ini, marilah kita mengikuti jawaban saya atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Mengapa belajar terstruktur itu penting?
Masih ingatkah anda mengenai bagaimana cara anda mempelajari ilmu yang
bernama Matematika? Apakah anda belajar mempelajari kalkulus, integral,
atau geometri? atau anda memulainya dari yang basic-basic dulu:
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian?? Belajar secara
terstruktur itu penting karena dengan pembelajaran yang
tertruktur, anda bisa memperoleh gambaran yang lengkap mengenai
44
45
sebuah pedati yang lewat didepan sekelompok orang yang ada ditengah
sawah, gambar yang di sebelah kanan adalah gambar orang yang lagi
ngadem di sungai, ditengah matahari yang bersinar terik, dan gambar yang
di kiri tengah adalah gambar dari sekelompok orang yang tengah melakukan
panen. Ok lah.. gambar-gambar tersebut adalah sebuah gambar yang indah.
Akan tetapi, jika kita bisa melihat gambar tersebut secara lengkap (gambar
yang dibawah), maka kita bisa melihat keindahan tersebut secara lengkap.
Mempelajari analis teknikal secara terstruktur akan membuat kita
bisa menikmati gambaran teknikal tersebut secara utuh. Kita bisa
menikmati ilmu teknikal analisis tersebut secara utuh sehingga
prediksi yang kita lakukan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan. Tidak hanya sekedar prediksi yang benar
karena marketnya memang sedang naik.
Pertanyaan selanjutnya adalah: Bagaimanakah struktur pembelajaran
dari analisis teknikal itu?
Terus terang, saya adalah seorang yang bodoh. Terlalu bodoh sehingga saya
hanya mau menggunakan struktur pembelajaran analisis teknikal yang
digunakan oleh organisasi teknikal dunia, yang berisi pakar-pakar analisis
teknikal dunia, dalam mempelajari analisis teknikal. Saya menggunakan
struktur yang didesain oleh para pakar. Tidak membuat sendiri, tidak
mengarang sendiri.
Sebagai informasi, saat ini ada dua organisasi analisis teknikal di dunia. Yang
pertama adalah Market Technicial Associsation(MTA) dan International
Federation of Technical Analysis(IFTA). Keduanya adalah organisasi yang saat
ini menjadi penyelenggara ujian standar bagi analis teknikal di seluruh
dunia. Mana organisasi yang lebih bagus? Saya juga tidak tahu. Yang saya
lihat: MTA lebih ke Amerika, sedangkan IFTA lebih ke Eropa&Asia/Pacific.
Struktur pembelajaran ini sesuai dengan yang digunakan bagi mereka yang
ingin menempuh ujian standar profesi Analis Teknikal. Kalau versi IFTA,
disebut sebagai ujian untuk mendapatkan gelar CFTe (Certified Financial
Technical) yang terdiri dari dua level: CFTe level pertama, dan CFTe level
kedua. Disisi lain, kalau versi MTA, ujiannya disebut sebagai ujian untuk
mendapatkan gelar CMT (Chartered Market Technicial), yang terdiri dari tiga
level: CMT level pertama, CMT level kedua, dan CMT level ketiga. Anda bila
melakukan click atas link-link tersebut untuk mengetahui bagaimana struktur
pembelajaran dari badan-badan analisis teknikal dunia tersebut.
Singkatnya, pembelajaran analisis teknikal itu terdiri dari dua level:
Level Pemula dan Level Mahir.
Untuk level pemula, pengetahuan analisis teknikal yang harus dikuasai
adalah:
Dow Theory
Price Pattern
46
Gap
Candlestick
(Singkatnya.. anda bisa melihat deh.. dari bahan bacaan dari setiap level
ujian, baik dari CFTe maupun CMT yang sudah kita bahas sebelumnya. Dan
jika anda masih ingin mengetahui bahan bacaannya.. anda juga bisa melihat
disitu juga)
LHO?? KOK BANYAK SEKALI YANG HARUS DIPELAJARI PAK? NANTI
KAN GAK TRADING-TRADING KASI KITA JALAN SINGKATNYA DONG!!!
Hahaha ini adalah pertanyaan/pernyataan dasar dari orang-orang yang
sering saya jumpai. Indonesia Orde Baru banget gitu loh!!! Maunya
pinter, tapi pake jalan singkat, tidak mau belajar. Maunya kaya/untung, tapi
cuman minta disuapi gak mau kerja keras. Nggak mau tahu jalan untuk
menjadi sukses atau mencari keuntungan gimana. Tahu-tahu nanti cuman
korupsi menipu atau jadi maling. Aduuuuh..
So saya cuman bisa berharap.. anda semua mau untuk mempelajari
analisis teknikal dengan benar. Dengan terstruktur. Lama sih.. dan butuh
kerja keras. Tapi, jika anda berhasil, anda akan bisa melakukan prediksi dan
47
trading dengan benar, baik ketika market sedang naik (bullish), maupun
ketika market sedang turun (bearish).
Mari kita wujudkan Indonesia yang lebih baik dengan terus belajar dan
berbuat kebaikan.
Happy trading Semoga untung!!!
Tahu nggak yang bikin saya lebih menyukai analisis teknikal dibandingkan
dengan analisis yang lain? Analisis teknikal percaya bahwa
Market action discounts everything
Artinya: apa yang terjadi pada pergerakan harga, itu sudah menjelaskan
semua kejadian yang ada. Mau berita bagus atau berita jelek, dan
bagaimana reaksi pasar atas sebuah berita.
Malam ini, kita menunggu hasil dari Pemilu Yunani. Semua orang yakin,
bahwa hasil dari Pemilu ini, bakal menentukan arah dari market jangka
menengah. Siapa yang menang, siapa yang kalah. Orang sih yakin, kalau
New Democracy dan Pasok bisa dapet mayoritas, berarti bail out aman,
Yunani tetap di Euro. Tapi kalau yang menang Syriza, orang pada takut kalau
Yunani bakal keluar dari zona Euro. Untuk analisis lengkapnya, anda
mendingan lihat di situs CNN ini deh.
Nah semua orang akan sibuk menganalisis. Ekonom, politikus, analis
fundamental, bakal berbuih-buih, mengeluarkan analisis terbaiknya.
Saya? Well hehehe saya kembali pada asumsi dasar analisis teknikal
yang tadi saya sampaikan:
Market action discounts everything
Oleh karena itu, saya tinggal lihat regional besok pagi lah Terima bersih
saja. Gak usah pusing bikin analisis sendiri. Cuman buang-buang tenaga
dan energi. Sebuah analisis dari mulut kita, kalaupun betul, juga tidak akan
membuat harga bergerak sesuai dengan analisis kita. Karena
crowd behavior, tetap saja bisa bergerak sesuka mereka sendiri. Mendingan
lihat besok pagi.. market regional bergerak seperti apa. Terima bersih.
Beres.
Sudahlah.. Maree kita tidur, atau nonton Piala Eropa saja
Harga Open, High, Low, dan Close dalam Analisis Teknikal
Posted by Satrio Utomo on January 6, 2013 6 Comments
48
4 Votes
Anda tentu masih ingat definisi dari analisis teknikal:
Analisis teknikal adalah cara untuk menganalisis/memprediksi pergerakan
harga di masa yang akan datang, dengan menggunakan bantuan grafik
harga saham. Grafik harga saham itu adalah sebuah informasi yang
berisikan pergerakan harga saham harian, yang terdiri dari harga open, high,
low, dan close.
Teknikal analisis hanya memerlukan harga open, high, low, dan close.
Harga Open
Harga open atau harga pembukaan adalah harga pertama kali transaksi
dilakukan pada hari itu. Harga open tersebut mencerminkan semua
informasi pasar yang ada, yang terjadi atau muncul diantara harga
penutupan sehari sebelumnya dan ketika saat-saat terakhir pemodal boleh
memasukkan order ke mesin bursa. Misalnya, kalau untuk harga open di
bursa Indonesia, maka faktor yang mempengaruhinya adalah:
1. Pergerakan Indeks regional semalam. Entah itu dari kawasan Amerika
(Dow Jones Industrial, S&P, Bovista, dll), Eropa (DAX, FTSE, dll), Afrika,
dan Asia Timur, bahkan Strait Times yang tutup setelah bursa kita
tutup.
2. Harga komoditas. Termasuk diantaranya harga batubara, minyak,
emas, nickel, dll.
3. Aksi korporasi emiten, seperti misalnya: pengumuman laporan
keuangan , split, dll.
4. Dan masih banyak lagi.
49
Intinya: semua hal yang terjadi diantara close perdagangan terakhir, hingga
saat-saat terakhir orang boleh memasukkan order ke mesin bursa di pagi hari
sebelum opening, itulah yang akan membentuk harga open. Itulah
sebabnya, ketika pembukaan market, harga saham bisa melompat-lompat
kesana kemarin dengan seenaknya. Jika ada informasi yang luar biasa
bagus, seperti misalnya: indeks Dow Jones Industrial naik 5% dalam
semalam, atau harga minyak dan komoditas lain turun 10% dalam semalam,
atau direksi dan pemilik saham pengendali dari perusahaan yang selama ini
sering kali melakukan aksi korporasi yang merugikan publik tiba-tiba mati
bersamaan karena kapal yang mereka naiki tenggelam ditengah lautan
(hahahaha boleh dong orang ini misalnya). Maka harga open akan
melompat ke atas atau ke bawah sebagai reaksi atas berita positif atau
negatif yang mengalir selama perdagangan harga saham terjadi.
Harga High dan Harga Low
Harga high (tertinggi) dan harga low (terendah) merupakan kisaran harga
pergerakan harian dari saham tersebut dimana pemodal memiliki keberanian
atau rasionalitas untuk melakukan posisi beli atau posisi jual. Jika terdapat
sebuah informasi yang bilang bahwa harga saham bisa membumbung
setinggi langit, pemodal bisa saja terus melakukan aksi beli sehingga harga
ditutup pada posisi autorejection atas, dan demikian pula berlaku sebaliknya
(vice versa). Jika tidak terdapat berita apa-apa dan saham kehilangan minat
dari pemodal untuk mentransaksikan saham tersebut, bisa saja harga high
dan low terjadi pada harga yang sama (harga tidak bergerak).
Harga Close
Diantara posisi harga Open, High, Low, dan Close, harga close (penutupan)
adalah harga terpenting dalam melakukan analisis teknikal. Harga Close
merupakan harga terpenting dengan alasan sebagai berikut:
harga close ini mencerminkan semua informasi yang ada pada semua
pelaku pasar (terutama pelaku pasar institusi yang memiliki informasi
yang lebih akurat) pada saat perdagangan saham tersebut berakhir.
(terutama bagi para hedge fund atau pengelola reksadana) harga close
merupakan penentu dari kinerja dan kekayaan pemodal untuk hari itu.
Lebih dari 90% indikator teknikal yang digunakan oleh pelaku analisis
teknikal, menggunakan harga close sebagai input utamanya. Ini
menyebabkan posisi dari harga close, bisa memicu signal beli atau
signal jual.
So demikianlah hehehe
Definisinya dulu ye tulisan saya berikutnya akan membahas mengenai
bagaimana nikmat Post Close Trading Session yang mulai awal tahun ini.
Tapi itu nanti dulu ye Saya mau kondangan dulu.
Naik, turun, flat, atau mixed
Posted by Satrio Utomo on April 4, 2011 1 Comment
Kalau kita membaca berita-berita pergerakan harga di koran atau website,
keempat kata tersebut kemungkinan adalah yang paling sering kita jumpai.
Naik, turun, flat, atau mixed (bervariasi) adalah kata-kata yang paling sering
50
51
Misalnya niy ada berita keluar.. kemudian pasar melihat berita itu sebagai
berita bagus, maka harga akan bergerak naik. Sebaliknya.. jika berita
tersebut dianggap tidak bagus, berarti harga akan bergerak turun.
52
Dimana:
D = Pengharapan atas Dividen yang akan diterima pada masa yang akan
datang
k = Tingkat return yang diinginkan oleh seorang investor
G = Tingkat pertumbuhan deviden
53
54
Awalnya, mungkin emiten memang harus lebih proaktif. Tapi kalau sudah
rutin, biasanya tinggal ditaruh di website perseoran. Maka orang sudah
berebutan untuk mencarinya.
Emiten harus mampu mengkomunikasikan kondisi fundamentalnya
secara benar, agar harga saham bisa mencerminkan valuasi dengan
benar.
Apa untungnya buat emiten?
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mendengar keluhan dari teman yang
dekat dengan emiten: Listing itu tidak menyenangkan. Setelah listing, tiap
tahun kita harus bayar deviden kepada orang yang tidak kita kenal. Masih
harus keluar duit untuk public expose, iklan laporan keuangan di surat kabar,
dan masih banyak tetek-bengek yang laen. Udah gitu, saham yang kita
miliki juga tidak bisa diapa-apakan. Apa enaknya listing?
Waduh salah banget ini. Kalau emiten anda adalah emiten yang
perdagangannya tidak aktif padahal emiten anda adalah emiten yang pintar
mencetak laba, pendapat ini tentu saja salah besar.
Saham itu adalah selembar kertas. Sebuah kertas yang diberi tanda,
sehingga memiliki nilai. Kertas tersebut, kemudian ditukarkan dengan uang
yang dimiliki oleh pemodal. Sebagai emiten, anda bisa mencetak kertas
untuk kemudian ditukarkan dengan uang. Apa yang lebih enak daripada itu?
Mencetak kertas untuk kemudian ditukarkan dengan uang, adalah
kenikmatan utama yang didapatkan oleh sebuah perusahaan, ketika dia
sudah tercatat di lantai bursa. Selama harga di pasar masih memiliki posisi
bid, berarti masih ada orang yang mau membeli saham yang dicetak oleh
emiten. Entah itu melalui right issue, preemptive right issue, private
placement, dan sebagainya. Intinya: mencetak kertas, untuk ditukar dengan
uang. Dengan iming-iming prospek perseroan.
Apakah memang semudah itu? Tentu saja tidak. Pemilik dari perseroan
sering kali akan merasa sangat keberatan untuk kehilangan kontrol akan
perusahaan, kehilangan kepemilikan mayoritas, jika perusahaan tersebut
terus menerus mencetak saham. Selain itu, perusahaan yang terlalu sering
mencetak saham untuk ditukarkan dengan uang, seringkali malah dihindari
oleh pemodal karena dianggap sebagai pencetak uang palsu. Mereka
mencetak saham dari perusahaan yang prospeknya kurang baik, sehingga
berasa seperti menggelontorkan uang palsu (secara legal) ke pasar modal.
Penutup
55
Bagi emiten, harga saham, selain merupakan fungsi kinerja dari perseroan,
adalah juga merupakan fungsi komunikasi yang anda lakukan, dengan publik
pasar modal. Komunikasi ini harus dilakukan dengan benar, agar nilai dari
perusahaan anda, benar-benar tercermin secara benar. Saham yang tidak
tervaluasi dengan benar, belum tentu disebabkan oleh kinerja dari
perusahaan anda yang tidak optimal, tapi bisa juga karena anda gagal
mengkomunikasikan perkembangan fundamental perusahaan anda secara
benar.
Ketika Sejarah Berulang
Bagi saya, jenis saham itu hanya ada dua: saham yang penggeraknya
fundamental, dan saham yang penggeraknya non fundamental. Saham yang
penggeraknya fundamental adalah saham yang fundamental dari
perusahaannya bagus dan jelas, sehingga analis-analis fundamental banyak
tertarik pada saham-saham itu, sehingga analis-analis fundamental tersebut
menganalisis dan kemudian memberikan rekomendasi pada saham tersebut.
Tapi bukan berarti harus asal di analisis untuk menjadi saham fundamental.
Saham tersebut harus dianalisis minimal oleh 10 orang analis fundamental
atau lebih, untuk menjadi sebuah saham fundamental. Disisi lain, saham
Non-Fundamental, adalah saham-saham lain di luar saham itu.
Salah satu yang membuat seorang trader lebih mudah memperoleh
kemenangan, adalah saham-saham fundamental relatif memiliki volume
perdagangan yang lebih stabil sehingga lebih mudah untuk diprediksi.
Banyaknya analis-analis fundamental yang menganalisis saham tersebut,
memang membuat pergerakan harga ke suatu arah bisa berlangsung lebih
lama, dibandingkan dengan pada saham-saham non-fundamental.
Akan tetapi, tolong jangan terus diartikan bahwa asumsi-asumsi dasar dari
analisis teknikal tidak berlaku pada saham-saham non-fundamental. Kali ini
saya mencoba menggoda anda untuk memperhatikan pergerakan saham
PYFA yang terjadi dalam 6 bulan terakhir, yang bisa dilihat pada gambar
berikut ini:
Pada pergerakan saham PYFA diatas, kita bisa melihat bahwa terdapat 4 kali
kejadian, dimana harga bergerak tinggi dalam satu hari dalam volume tinggi,
tapi kemudian diikuti oleh koreksi yang terjadi di hari berikutnya. Koreksi
nggak cuman satu hari. Tapi koreksi ini terjadi beberapa hari atau bahkan
bermiggu-minggu sebelum mulai bergerak lagi. Koreksi ini bisa jadi memang
adalah distribusi.
Pertanyaan saya sebenarnya hanya satu: Kalau cuman terjadi 1 kali. Mungkin
tidak apa-apa. Tapi ini sudah 4 kali. Ceritanya juga kurang lebih sama: ada
media yang memberitakan bahwa PYFA akan diakuisisi, tapi kemudian
dibantah perseroan (dua bantahan diantaranya bisa dilihat pada surat
perseoran pada BEI pada bulan November dan Desember).
56
Memang sedikit berbeda dengan PYFA. Pada kenaikan harga yang pertama
dan kedua, kenaikan harga bisa terjadi 3 hari. Akan tetapi, pada kenaikan
harga yang ke 3 hingga ke 5, kita dapat melihat bahwa kenaikan harga yang
cukup signifikan, hanya terjadi 1 hari. Saya seperti pergerakan harga pada
PYFA. Pertanyaannya sekarang adalah: mana yang akan terjadi pada NIKL.
Apakah seperti pergerakan 1 dan 2? Atau seperti ke 3, ke 4, atau ke 5?
Saya sih juga tidak tahu jawabannya. Yang saya tahu, ada pepatah yang
bilang: Seekor keledai tidak akan pernah masuk dua kali ke dalam
lobang yang sama.
Positioning dengan memanfaatkan suport dan resisten*
Posted by Satrio Utomo on June 8, 2011 2 Comments
57
Dalam kondisi ceteris paribus, pergerakan harga saham diantara satu suport
dan resisten ini berlangsung terus menerus.
Ketika menghadapi pergerakan seperti ini, strategi yang bisa diterapkan
sebenarnya relatif sederhana: beli ketika harga berada di area suport, dan
jual ketika harga berada di area resisten.
Jika stoploss ternyata terpaksa dilakukan, maka posisi stoploss bisa dilakukan
ketika harga menembus suport (untuk stoploss beli), atau ketika harga
menembus resisten, maka posisi yang sudah dijual ketika harga berada di
posisi resisten, kembali dilakukan pembelian kembali (buy back) ketika harga
menembus resisten.
Permasalahan ketika volatilitas market meningkat
Belakangan ini, saya melihat sebuah fenomena menarik: pergerakan harga
yang lebih volatile dibandingkan dengan pergerakan harga yang biasa
terjadi. Fenomena ini sebenarnya relatif normal ketika kita mengamati
pergerakan harga saham di bursa yang sudah maju, seperti bursa Amerika.
Akan tetapi, fenomena ini relatif baru bagi pergerakan harga saham di bursa
kita.
Beberapa orang kemudian bilang: ah suport dan resisten tidak bener lagi
suport dan resisten tidak bisa dipakai lagi. Kalau menurut saya sih Suport
dan resisten sebenarnya tetap bisa digunakan. Kita sebenarnya tinggal
mengubah sudut pandang kita menjadi lebih kreatif, yaitu dengan
melakukan Contrarian Positioning.
Seperti apakah Contrarian Positioning itu? Anda bisa mengikuti penjelasan
selengkapnya mengenai contrarian positioning pada ulasan berikut ini.
ule of Three dalam Suport dan Resisten
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Salah satu bukti bahwa pergerakan harga adalah hasil dari perilaku manusia
adalah adanya peran penting dari angka 3 (tiga) dalam analisis teknikal.
Contohnya: Pergerakan harga memiliki tiga macam jangka waktu: jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang; Arah dari trend itu ada tiga:
naik, turun, dan mendatar, formasi three black crow, three white soldier, atau
three budha dalam candlestick charting, dan masih banyak lagi yang lain.
Yang kita bahas kali ini adalah Rule of Three dalam menentukan berakhirnya
(penembusan) suatu suport atau resisten.
58
Pada gambar diatas, kami membuat IHSG sebagai contoh. Pada gambar
diatas, IHSG memiliki resisten di level 2482 yang merupakan titik tertinggi
dari pergerakan tanggal 24 September 2009. Nah.. dengan menggunakan
kaidah Rule of Three diatas, maka IHSG dikatakan sudah menembus resisten
di 2482 jika:
59
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pergerakan IHSG pada tanggal 1, 2,
dan 5 Oktober, IHSG memang sempat mencatatkan titik tertinggi diatas level
2482. Akan tetapi, karena masih juga gagal ditutup diatas resisten tersebut,
berarti resisten tersebut masih juga bertahan.
Sekarang, kita lihat pergerakan IHSG beberapa hari kemudian (atau hingga
hari Jumat kemarin):
60
Pada tanggal 9 Oktober 2009, IHSG kembali lagi ke bawah suport 2482
(candle ke 8). IHSG bahkan sempat 3 hari berada dibawah level 2482
ini (candle ke 8, 9, dan 10). Penembusan ini sepertinya gagal. Level
2482 sepertinya kembali menjadi resisten. Tapi.. ternyata tidak.
Pada tanggal 14 Oktober 2009 (candle ke 11), atau pada hari keempat
setelah IHSG berubah menjadi resisten, IHSG kembali ditutup diatas
level 2482. Pakai candle panjang lagi. Akan tetapi, posisi kali ini,
indikator RSI(14)-nya tidak mendukung. Volumenya juga dibawah
volume ketika candle 1, dan juga candle ke 6. Artinya, penembusan ini
61
62
63
dari posisi, dan melakukan posisi jual. Itulah sebabnya, saya kemudian
menyarankan agar rekan-rekan menggunakan rules yang sederhana:
Ketika anda memiliki posisi beli sedangkan harga berpotensi untuk
ditutup dibawah level terendah sehari sebelumnya, itu berarti anda
harus menyadari bahwa pasti ada sesuatu yang salah, dan disitu
anda harus melakukan posisi jual, atau setidaknya mulai
mengurangi posisi, melihat akan kemungkinan terjadinya
pembalikan arah trend, dari trend naik menjadi trend turun.
Ini juga berlaku kebalikannya:
Ketika trend harga sedang turun dan anda tidak memiliki posisi,
kemudian harga berpotensi untuk ditutup diatas titik tertinggi dari
pergerakan harga sehari sebelumnya, maka itu berarti sudah
waktunya anda melakukan posisi beli, karena bisa jadi, trend harga
selanjutnya akan berubah dari trend turun menjadi trend naik.
Yah anda mungkin tidak langsung beli disitu. Anda melihat suport saat itu,
dan anda melakukan posisi beli disitu. Tapi minimal: anda harus beli, karena
trend jangka pendek, sudah bukan trend turun lagi.
Dalam trading, ketika membeli saham, yang dicari oleh seorang pemodal
adalah keuntungan, bukan tambahan stress. Menyesuaikan posisi dengan
trend harga jangka pendek, adalah cara paling efektif untuk trading tanpa
stress. Beli ketika mau naik, jual ketika mau turun. Cuman ada sisi
negatifnya yang membuat orang sekuritas seperti saya menjadi senang:
cara seperti ini, akan membuat anda bertransaksi secara massif, relatif lebih
besar jika dibandingkan cara sebelumnya. Bagaimana tidak, anda bakal
bertransaksi beli jual lebih sering dibandingkan sebelumnya, karena anda
tidak bakal memiliki posisi nyangkut.
Tapi sekali lagi: ketika anda trading, ketika anda mulai melakukan transaksi
saham, apa sih yang anda cari? Keuntungan? atau tambahan stress? Kalau
anda tidak mau stress, gunakan trading rules yang sederhana, disiplin, dan
tawakal (berserah diri) dalam memperoleh hasilnya.
Trend: Jangka Panjang, Jangka Pendek, dan Jangka Menengah*
Posted by Satrio Utomo on September 8, 2011 6 Comments
Kemarin ada orang protes di FB saya mengenai kualitas prediksi saya:
Pas apanya? Selasa IHSG berapa dibanding Senin?, lha hari ini Rabu 9 sept
2011 IHSG malah naik 111,46 atau + 2,87 %, di 4.001,43. No body perpect.
Itu adalah protes dari tweet yang saya kirim di hari Senin yang bunyinya:
posisi asing pada #saham masih net buy tapi yang jualan semakin galak
saya sudah exit posisi.. duduk manis dulu di pinggiran
hm., dalam melakukan prediksi, membaca arah pergerakan harga
seorang trader (dan juga seorang analis), harus melihat 3 macam trend:
Jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Rentang waktunya
memang berbeda-beda untuk setiap orang. kalau menurut standar saya
sih
64
Trend jangka pendek: Minute (harian) atau lebih pendek dari itu
Prediksi jangka pendek well kalau yang ini.. anda memang harus
mengikuti setiap hari ulasan saya di Selamat Pagi dan 15.45..
(pokoknya yang di kategori Market Outlook deh)
Saya manusia. Karena manusia, saya bisa saja salah. Keterbatasan saya
yang membuat saya selalu sadar bahwa ada dzat yang selalu benar, selalu
sempurna, yaitu Alloh SWT. Tapi kalau anda menyalahkan saya karena anda
tidak mengikuti update saya hehehe itu namanya anda cari musuh cari
berantem.
So Ikuti terus update dari saya. Semoga saya bisa terus menemani anda
sebagai referensi terpercaya di pasar modal Indonesia.
Ketika Mengendalikan Supertanker Berbeda dengan Menyetir Becak*
Posted by Satrio Utomo on June 17, 2013 4 Comments
65
66
Cara prediksi, untuk saham besar, saham kecil, saham likuid, atau
saham tidak likuid, sebenarnya sama. Untuk ngomong prediksi pada
publik, fokus hanya pada saham-saham yang kapitalisasi besar yang
likuid. Untuk saham-saham yang kecil, jawablah hanya jika ada orang
yang bertanya.
Sekarang, Saya memang bekerja pada sebuah sekuritas yang lebih kecil.
Tapi, karena saya eksis di berbagai media, entah itu melalui blog Rencana
Trading atau blog di Kontan Online, Facebook, Twitter, media online, Koran,
radio, bahkan televisi, tetap saja: Saya saat ini serasa sedang mengendarai
sebuah Supertanker. Manuvernya tidak bisa cepat dan lincah. Rekomendasi
tidak bisa lantas sehari bilang beli, besoknya bilang jual. Tidak bisa juga
hari ini rekomen, besok kemudian menghilang ketika rekomendasi saya salah
arah. Untuk belok saja, untuk menghadapi perubahan arah trend jangka
menengah, saya harus bisa mengantisipasi beberapa hari sebelumnya.
Maklum, dengan masa pengikut yang sudah semakin mendekati angka
10.000 orang, saya tetap harus mampu memberikan gambaran yang
obyektif terhadap kondisi pasar, memperlihatkan peluang, tapi tetap
menjaga agar mereka tetap bertransaksi dengan rasional.
So Saya masih gak habis pikir dengan kelakuan analis jaman sekarang.
Sudah rekomendasinya telat, ngomongnya keras, bikin panik orang. Iya
kalau rekomendasinya betul kalau ternyata IHSG nanti ke 5000 dulu
sebelum ke 4000 apa nggak berabe? Terutama dengan stakeholder
terpentingnya, yaitu Menteri BUMN sudah menginstruksikan BUMN dan Dana
Pensiun untuk melakukan pembelian saham. Apa nggak menantang maut
tuh?
Ini adalah beberapa point yang perlu diingat:
Meski saya melihat bahwa kondisi saat ini memang jelek karena
Pemerintah terlalu galau dalam menghadapi masalah BBM Subsidi,
omongan pejabat yang tidak kondusif sebagai akibat dari kurangnya
kualitas dari orang-orang yang ada di belakangnya, serta The Fed yang
akan mengurangi besaran QE. Tapi, saya tetap percaya bahwa
seburuk-buruknya keadaan, kondisi fundamental emiten dan
fundamental ekonomi, masih terlalu baik untuk menjustifikasi
sebuah koreksi sebesar 15% atau bahkan 20%.
Kalau dari hitungan teknikal saya sih (Anda bisa membaca posting
saya pada hari minggu kemarin, mengenai arah pergerakan IHSG
hingga akhir tahun), saya tetap berpegang pada prediksi bahwa IHSG
tahun ini masih memiliki peluang untuk kembali mencetak rekor baru
diatas level 5251 yang diukir bulan lalu.
Level tertingi IHSG hingga akhir tahun, sangat tegantung dari level
terendah yang akan dicapai dalam trend turun kali ini.
67
68
69
dari posisi, dan melakukan posisi jual. Itulah sebabnya, saya kemudian
menyarankan agar rekan-rekan menggunakan rules yang sederhana:
Ketika anda memiliki posisi beli sedangkan harga berpotensi untuk
ditutup dibawah level terendah sehari sebelumnya, itu berarti anda
harus menyadari bahwa pasti ada sesuatu yang salah, dan disitu
anda harus melakukan posisi jual, atau setidaknya mulai
mengurangi posisi, melihat akan kemungkinan terjadinya
pembalikan arah trend, dari trend naik menjadi trend turun.
Ini juga berlaku kebalikannya:
Ketika trend harga sedang turun dan anda tidak memiliki posisi,
kemudian harga berpotensi untuk ditutup diatas titik tertinggi dari
pergerakan harga sehari sebelumnya, maka itu berarti sudah
waktunya anda melakukan posisi beli, karena bisa jadi, trend harga
selanjutnya akan berubah dari trend turun menjadi trend naik.
Yah anda mungkin tidak langsung beli disitu. Anda melihat suport saat itu,
dan anda melakukan posisi beli disitu. Tapi minimal: anda harus beli, karena
trend jangka pendek, sudah bukan trend turun lagi.
Dalam trading, ketika membeli saham, yang dicari oleh seorang pemodal
adalah keuntungan, bukan tambahan stress. Menyesuaikan posisi dengan
trend harga jangka pendek, adalah cara paling efektif untuk trading tanpa
stress. Beli ketika mau naik, jual ketika mau turun. Cuman ada sisi
negatifnya yang membuat orang sekuritas seperti saya menjadi senang:
cara seperti ini, akan membuat anda bertransaksi secara massif, relatif lebih
besar jika dibandingkan cara sebelumnya. Bagaimana tidak, anda bakal
bertransaksi beli jual lebih sering dibandingkan sebelumnya, karena anda
tidak bakal memiliki posisi nyangkut.
Tapi sekali lagi: ketika anda trading, ketika anda mulai melakukan transaksi
saham, apa sih yang anda cari? Keuntungan? atau tambahan stress? Kalau
anda tidak mau stress, gunakan trading rules yang sederhana, disiplin, dan
tawakal (berserah diri) dalam memperoleh hasilnya.
KARENA SAYA TIDAK LEBIH PINTAR DARI SELURUH TRADER DI HONGKONG
Posted by Satrio Utomo on February 12, 2010 6 Comments
7 Votes
Selamat malam
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Anda mungkin bertanya-tanya kenapa sih saya sering kali melakukan
action berdasarkan posisi closing indeks Hangseng? atau indeks-indeks lain
yang ada di seluruh dunia?
70
Kalau jawaban saya siy sederhana: karena saya tidak lebih pintar dari
seluruh trader yang ada di Hongkong!!!
Begini bagi seorang trader yang mendasarkan cara pandangnya melalui
analisis teknikal, posisi harga penutupan (closing) adalah posisi yang paling
penting. Posisi ini akan menentukan signal teknikal, tembus tidaknya suatu
resisten/suport, dan masih banyak lagi. Posisi closing ini akan mendasari
reaksi dari pelaku pasar pada hari berikutnya apakah dia akan beli, jual,
bullish, bearish, dsb.
Posisi closing dari indeks HSI, mencerminkan ekspektasi dari seluruh pelaku
pasar di bursa Hongkong terhadap pergerakan harga untuk keesokan
harinya. Pelaku pasar yang pintar-pintar itu. Analis dari HSBC, ML, DBS, JP
Morgan, dll.. you name it lah Dan didalamnya, termasuk diantaranya
ekspektasi pergerakan indeks Dow Jones. Jadi di dalam penutupan HSI, ada
prediksi pergerakan DJI yang dibuat oleh pintar-pintar itu!!!
Saya kan hanya mengikuti. buat apa saya perpendapat lain. Saya tidak
lebih pintar dari mereka.
Anda mau ikutan juga? Belum tentu 100% benar juga. Tapi kalau kita salah,
berarti kita salah bersama-sama seluruh pelaku pasar Hongkong yang pintarpintar itu.
BERMAIN IHSG*
Posted by Satrio Utomo on March 1, 2011 2 Comments
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Seorang Conthongers (lihat definisi conthongers pada tulisan saya
sebelumnya) pernah bilang kepada saya:
Pak ngapain sih anda bangga dengan presisi prediksi IHSG anda yang
tinggi? Nggak ada gunanya. Main saham itu kan tinggal beli ini atau beli itu,
kemudian tinggal ditunggu: untung atau rugi. Ngapain juga perhatikan IHSG,
gak ngaruh kalee
71
IHSG bergerak naik dan turun setiap hari bursa. Pelaku pasar dan media
selalu menggunakan IHSG sebagai barometer arah pergerakan harga saham.
Penentu pasar bergerak naik atau turun, penentu pasar bullish atau bearish.
Seorang traders atau investor kemudian melakukan positioning berdasarkan
arah dari pasar tersebut. Kalau market lagi bullish, pokoknya harus beli.
Harus main. Harus punya posisi. Sahamnya bisa apa ajah. Asal ada entry
signal yang bagus, asal ada yang rekomendasi, asal ada yang suruhan beli.
Tapi kalau market bearish, yah terserah deh. Ada yang diem ajah dengan
posisi cash, ada yang diem saja karena nyangkut, ada yang dugem (duduk
gemetaran) karena posisinya sudah hampir kena margin call/forced sell.
Padahal seharusnya tidak seperti itu!
Bermain IHSG itu berbeda dengan bermain saham yang dikenal oleh
kebanyakan. Ketika seorang trader memutuskan untuk Bermain IHSG':
trader tersebut harus fokus pada saham-saham yang menjadi penggerak dari
IHSG. Saham apa sajakah itu?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah rata-rata tertimbang
berdasarkan kapitalisasi pasar dari saham-saham yang membentuk IHSG.
Karena rata-rata tertimbang ini, maka saham dengan kapitalisasi yang besar,
akan memberikan pengaruh kepada IHSG atau lebih menentukan pergerakan
dari IHSG, dibandingkan dengan saham dengan kapitalisasi pasar yang lebih
kecil.
IHSG ini berfungsi sebagai barometer dari bursa. Meski IHSG sebenarnya
dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang, akan tetapi pelaku
pasar (dan juga kalangan media) sering kali lupa dengan kata tertimbangnya dan lebih fokus pada kata: rata-rata. Hasilnya: jika IHSG naik. maka
dianggap bahwa sebagian besar harga saham mengalami kenaikan, demikian
juga ketika IHSG turun, maka dianggap harga saham sebagian besar
mengalami penurunan. Padahal kenyataannya: kenaikan IHSG sering kali
hanya menunjukkan bahwa saham-saham yang berkapitalisasi besar
cenderung untuk bergerak naik, sedangkan saham yang kapitalisasinya kecil
entah kemana, dan demikian juga sebaliknya.
Grafik dibawah ini memperlihatkan bagaimana saham-saham berkapitalisasi
besar lebih menguasai IHSG dibandingkan dengan saham-saham yang
kapitalisasinya kecil.
Ada beberapa fakta yang bisa kita tarik dari gambar diatas:
72
Kita dapat melihat pada tabel diatas, bahwa 95% dari saham yang masuk
dalam kategori berkapitalisasi terbesar pada IHSG, dianalisis oleh
lebih dari 10 orang analis fundamental. Bahkan, jika kita menaikkan
standarnya menjadi 15 orang analis fundamental, tetap saja kita menemukan
angka yang sangat tinggi 90%.
Trading di saham-saham ini (terutama yang diamati oleh setidaknya 15 orang
analis fundamental) sebenarnya lebih enak, lebih aman, dan lebih mudah
untuk diprediksi. Saya sering menyebutnya sebagai Berburu Gajah di
Padang Rumput. Maklum.. dengan jumlah analis fundamental sebanyak itu,
perubahan sedikit saja pada emiten tersebut akan membuat harga sahamnya
bergerak. Selain itu, banyaknya analis juga membuat volume perdagangan
hariannya akan menjadi selalu besar. Volume transaksi pemodal asing atau
institusi lokal ini membuat perdagangan menjadi likuid menjadi likuid.
73
Seperti gajah yang bergerak ke kiri atau kekanan. Kita tinggal tembak kapan
saja, sesuai dengan kemauan kita. Posisi beli atau posisi jual bisa dilakukan
kapan saja kita mau. Tergantung posisi teknikalnya sekarang. Kita tinggal
melakukan positioning berdasarkan prediksi teknikal yang kita lakukan
karena fundamental dari saham-saham tersebut sudah pasti jelas.
Bermain IHSG dengan Cara Lainnya
Prediksi IHSG itu bukan sesuatu yang sulit. IHSG sering kali mengalami
kenaikan atau penurunan sebesar 5 persen 10 persen dalam waktu singkat,
dengan tanda-tanda yang sudah bisa dilihat sebelumnya. Dari sini
sebenarnya ada kesempatan untuk mengambil keuntungan-keuntungan
untuk jangka pendek. Akan tetapi, stock picking sering kali juga bukan
urusan yang mudah. Kadang masih suka salah. Dibeli ini, nanti yang naik
yang lainnya. dst.. dst.
Ada dua alternatif yang bisa kita lakukan:
1.
Trading Future Index LQ-45. Dulu sih ada. Cuman karena aturan
perdagangannya aneh dan likuiditasnya rendah, maka produk ini jadi
nggak laku. Semoga BEI kedepan segera kembali mengaktifkan
instrumen ini
2. Membeli reksadana saham. Reksadana saham ini tentu saja tidak
sembarang reksadana saham. Kita harus mencari reksadana saham
yang berisikan saham-saham blue chips atau big caps, yang memiliki
beta sekitar 0.9 hingga 1.2 terhadap pergerakan IHSG. Artinya, jika
IHSG naik 1%, maka reksadana tersebut akan memberi keuntungan
sebesar 0.9% 1.2%. Cukup lumayan bukan? Akan tetapi, kalau anda
mau mencoba cara ini, tolong perhatikan juga subscription fee (biaya
pembelian) dan redemtion fee (biaya pencairan) reksadana tersebut.
Total dari biaya ini adalah sebesar 1.5% 2.5%. Jadi kalau anda tidak
yakin bahwa trend naik ini akan memberikan keuntungan sebesar 10%,
sebaiknya anda tidak melakukan strategi ini karena akan sangat
berbahaya.
Dan sebaliknya.
Sekarang begini Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa 78.8% saham
yang diperdagangkan di bursa, pergerakannya hanya berpengaruh yang
sangat kecil pada IHSG. Saham-saham small cap (atau bahkan mid cap) ini
mau bergerak kemana, juga tidak ada pengaruhnya terhadap IHSG. Atau
dengan kata lain:
Kalau maen saham gorengan, mendingan jangan lihatin IHSG
sekalian!!!
Pada beberapa saham (kebanyakan kapitalisasi pasarnya memang kecil),
market maker sering kali berkuasa. Market maker ini sering memanfaatkan
kepercayaan orang akan Harga saham harus bergerak sejalan dengan IHSG
untuk memperoleh keuntungan. Mereka melakukan posisi distribusi
(cenderung melakukan posisi jual) ketika IHSG bergerak naik adalah strategi
yang sangat standar. Kapan mereka beli? Biasanya ketika orang sudah
bosan, market maker akan mengumpulkan sahamnya pelan-pelan. Jadi..
kalau anda maen saham gorengan dan menggunakan IHSG sebagai bahan
pertimbangan untuk entry atau exit (posisi beli atau posisi jual, vice versa),
anda akan lebih mudah untuk rugi.
74
8 Votes
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
(Pengantar: Tulisan ini sebenarnya tulisan lama Kalau di Member
Area, tulisan ini sudah Saya release Maret 2011. Berhubung Saya sedang
baik hati Hehehe Berhubung bulan Ramadhan juga Saya share disini
deh Semoga berguna buat anda semua. Untuk penggolongan sahamnya,
sebenarnya bersifat fleksibel, tidak kaku. Selain itu, penggolongannya juga
bisa berubah sesuai dengan selera dari Market. Jadi Anda bisa atur sendiri
sesuai selera Anda. Apa yang ada pada tulisan ini hanyalah sebagai
panduan. Terima kasih)
Sector rotation (rotasi sektor) sebenarnya bukan teori baru. Sam Stovall
dalam bukunya, Standard & Poors Sector Investing: How to Buy The Right
Stock in The Right Industry at The Right Time sudah menjelaskan secara
gamblang bagaimana atau mengapa terjadinya rotasi sektor ini. Teori
Gerbong Kereta Api yang akan saya bahas disini, ide dasarnya sebenarnya
kurang lebih sama:
75
76
Kereta Makan
Anda tidak menemukan saham-saham kesayangan anda di gerbong-gerbong
yang awal tadi? Jangan kuatir. Jangan-jangan saham anda termasuk dalam
golongan saham Kereta Makan (alias Gorengan). Saham-saham ini adalah
saham yang kapitalisasinya relatif kecil, analis kurang begitu berminat (atau
malah tidak berminat), fundamentalnya tidak terlalu jelas (karena analis
fundamental juga malas untuk mengamati), penggeraknya lebih karena
market maker, dan fund manager asing tidak terlalu berminat karena
mereka tidak cukup bodoh untuk masuk ke dalam perangkap market maker.
Pembagian dari kelompok ini, biasanya tergantung dari grup market
makernya. Sebagai contoh:
dan masih banyak juga grup-grup yang saya tidak bisa sebutkan satu.
_________________
Bagaimana hukum pergerakan harga sahamnya?
Pada prinsipnya, hukum pergerakan harga saham dari Teori Gerbong ini,
kurang lebih sama dengan hukum dari sector rotation:
Harga saham akan bergerak bersama-sama dalam satu Gerbong
Gerbong-gerbong tersebut akan bergerak bergantian sejalan dengan siklus
IHSG
Pada suatu fase awal dari pergerakan trend, saham yang bergerak pada
umumnya adalah saham-saham Gerbong Executive.
Pergerakan Gerbong Executive ini akan diikuti oleh pergerakan pada
Gerbong Bisnis, Gerbong Kelas Dua, dan Gerbong Kelas Tiga.
Pergerakan saham Gerbong Kelas Dua, atau Gerbong Kelas Tiga sering kali
menandai bahwa kondisi pasar sudah kemahalan, atau trend naik sudah
77
6 Votes
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Jika anda adalah penggemar saham-saham big caps (atau setidaknya blue
chips) seperti saya, maka besarnya aliran dana asing sepertinya adalah
variabel yang wajib untuk selalu diamati. Aliran dana asing untuk seluruh
pasar, maupun aliran dana asing untuk saham per saham. Ketika investor
asing cenderung beli, maka harga bergerak naik. Sebaliknya, jika investor
78
asing cenderung untuk melakukan posisi jual, maka harga akan cenderung
bergerak turun.
Trend dari aliran dana asing ini sangatlah penting. Investor asing itu kalau
bertransaksi, jarang sekali bisa sehari beli sehari jual. Karena volume
mereka seringkali sangat besar (terlalu besar untuk dihabiskan dalam satu
hari perdagangan), mereka bisa terus menerus beli dalam beberapa hari,
beberapa minggu, atau bahkan beberapa bulan. Tapi kalau mereka lagi
dalam posisi jual, posisi jual ini bisa berlangsung selama beberapa hari,
beberapa minggu atau beberapa bulan. Inilah yang kemudian menciptakan
trend jangka pendek, trend jangka menengah, ataupun trend jangka panjang.
Karena investor asing ini adalah investor yang rasional (sebagian besar dari
mereka adalah investor institusi), maka pergerakan volume pasarnya akan
lebih mengikuti banyaknya analis fundamental yang mengamati sahamsaham tersebut. Maklum, investor asing itu sebenarnya tetap saja
memerlukan penunjuk jalan untuk memberitahu: mana saham yang bagus,
mana yang tidak, bagaimana kinerja finansial dari perseroan, dan masih
banyak lagi. Itulah sebabnya, investor asing ini sering hanya bergerombol
pada saham-saham yang diamati oleh banyak analis fundamental. Dari
pengalaman saya sih, minimal 10 orang analis fundamental sudah cukup
untuk membuat saham tersebut digolongkan sebagai saham mainan asing.
Akan tetapi lebih baik jika kita lebih fokus pada saham yang diamati oleh 15
orang analis fundamental atau lebih.
Besarnya dana yang masuk atau keluar, bagaimana cara mereka melakukan
79
4 Votes
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Seorang teman pernah mencoba meyakinkan saya:
Ikutan IPO yuk keuntungan di hari pertama perdagangan, bisa 10% 30%
atau bahkan lebih. Jadi.. meskipun pesanan kita nanti hanya dapet 3% dari
jumlah yang kita pesan, tapi dengan kenaikan harga seperti itu.. berarti kita
bisa untung 3% 5% sebulan. Kita ikut IPO, terus kita jual di hari pertama.
Mana ada kesempatan untuk cari duit semudah itu?
Teman saya yang lain juga pernah mencoba untuk sharing ide IPO kepada
saya:
Pak Tommy kalau ikutan IPO itu, jangan takut untuk pesan banyak-banyak.
Paling-paling nanti juga dikasinya cuman 1% 3%. Maksimal 5% lah Jadi..
80
Pak Tommy mau beli berapa, pesan aja 10 20 kalinya. Jangan kuatir lah
pasti nanti juga dapetnya hanya sedikit.
Kedua pendapat diatas adalah pendapat yang umum bagi mereka yang
memiliki hobby atau spesialisasi saham IPO. Seringnya terjadi lonjakan harga
pada hari pertama perdagangan memang menjadi daya tarik tersendiri bagi
seorang pemodal untuk mengikuti proses IPO. Hanya saja sialnya
pendapat-pendapat tersebut sepertinya benar-benar berbalik ketika kita
melihat kenyataan dari mereka yang mengikuti IPO EMDE, MBTO, dan GIAA.
Trading itu berbeda dengan investasi
Jika anda sering mengikuti tulisan-tulisan saya, anda pasti sudah hafal akan
pernyataan ini: Trading berbeda dengan investasi. Anda mungkin juga sudah
hafal akan isi dari tabel disamping ini. Saya juga selalu menekankan: Orang
harus bisa memilih, mau investasi atau mau trading. Kita tidak bisa
melakukan keduanya dalam pada saat yang bersamaan, karena market
memiliki kebiasaan untuk menelan atau menghabisi orang-orang yang tidak
disiplin.
81
Saya tidak bisa melarang anda yang merasa dirinya adalah seorang traders
untuk trading pada saham-saham IPO. Saya juga tidak bisa melarang seorang
investor untuk memesan terlalu banyak. Saya hanya ingin berpesan: apabila
anda mengikuti suatu proses IPO, perhatikanlah beberapa hal berikut ini:
1. Perhatikan P/E Ratio dari saham-saham tersebut. Saham yang murah akan
lebih mudah untuk bergerak naik, dan saham yang mahal akan cenderung
sulit untuk bertahan. Saham dengan P/E yang rendah (biasanya dibawah 10)
memiliki peluang yang lebih besar untuk bergerak naik pada hari pertama
perdagangan, atau bahkan terus bergerak naik hingga beberapa hari
perdangangan berikutnya
2. Perhatikan Industri dimana emiten itu berada. Emiten yang industrinya
sedang disukai oleh pelaku pasar (terutama investor institusi), akan lebih
mudah untuk bergerak naik dibandingkan dengan saham dari emiten yang
berada pada sektor yang lain. Misalnya, karena tahun ini harga komoditas
masih bagus, maka saham-saham yang terkait dengan komoditas (terutama
yang terkait dengan batubara) terlihat lebih mudah untuk bergerak naik.
3. Perhatikan kapitalisasi dari emiten tersebut. Saham dengan kapitalisasi
yang tinggi biasanya akan lebih mudah untuk menarik investor institusi jika
dibandingkan saham dengan kapitalisasi yang rendah.
4. Perhatikan grup atau kelompok usaha dari emiten tersebut. Saham-saham
yang terkait dengan kelompok Bakrie misalnya, adalah saham-saham yang
jarang sekali dipermalukan pada perdagangan hari pertama.
5. Perhatikan juga reputasi penjamin emisi dalam melaksanakan IPO. Ada
penjamin emisi yang sering kali berhasil menjaga pergerakan harga agar
bergerak naik pada hari pertama (bahkan hingga beberapa hari)
perdagangan. Dilain sisi, ada penjamin emisi yang saham-saham IPO-nya
sering kali langsung longsor pada pada hari pertama. Hindari untuk membeli
IPO dari penjamin emisi jenis kedua. Posisi spekulatif memang lebih enak jika
penjamin emisinya terpercaya.
6. Perhatikan likuiditas dari market. Ketika rata-rata transaksi harian
cenderung tinggi, selain itu, rata-rata net buying asing juga terus meningkat,
harga saham secara umum akan lebih mudah untuk bergerak naik.
Setidaknya, perusahaan yang baru saja IPO akan lebih sulit untuk turun pada
saat market berada dalam kondisi seperti ini.
7. Perhatikan trend pergerakan IHSG dan harga saham secara umum. Ketika
IHSG berada dalam trend naik, maka harga saham (termasuk didalamnya
saham-saham IPO) akan lebih mudah bergerak naik. Vice versa. Sehingga,
melakukan posisi spekulatif pada saham-saham IPO, sebenarnya lebih
menarik untuk dilakukan ketika trend IHSG sedang bergerak naik, jika
dibandingkan ketika trend bergerak turun.
Pelajaran dari IPO Garuda
Garuda Indonesia itu sebuah perusahaan bagus. Saya males membahas
laporan keuangannya lah. Tapi saya hanya melihat satu fakta ini: kalau naik
Garuda, pesawat jarang sekali kosong. Paling-paling yang tidak terisi hanya
sekitar 10% tempat duduk. Garuda juga sudah punya brand tersendiri: kalau
mau terbang tepat waktu dan selamat sampai di tujuan, naik saja Garuda.
Yang lain (sejauh ini) masih lewaaaat.
82
Akan tetapi, IPO-nya ternyata tidak berjalan dengan mulus. Harga IPO-nya
ketinggian. Itu yang membuat orang males beli. Dengan EPS 40 45 per
lembar saham, saham ini sebenarnya hanya layak beli (secara fundamental)
kalau sedang berada pada harga Rp 400 Rp 585 (PE 10x 13x). Tapi apa
mau dikata: karena tertipu oleh IPO KRAS, pak Menteri rupanya keukeuh IPO
di PE 17x. Yah.. apa mau dikata
Jika dilihat dari harga penutupan terakhir 18 Februari 2010 lalu, harga GIAA
sebenarnya sudah mulai masuk di kisaran harga yang rasional. Apakah
saham ini akan bergerak mengikuti IHSG yang saat ini sedang rebound
(masih harus menunggu penembusan atas resisten di 3525 3550 juga sih
tapi kalau resisten ini tembus, IHSG masih bisa terus bergerak naik hingga
kisaran 3600 3750)? Saya juga masih belum bisa memastikan karena
hingga posisi terakhir hari Jumat lalu, GIAA masih berada dalam trend turun.
Akan tetapi, jika GIAA rebound dan bisa menembus level580, harga saham ini
bisa mencapai level 620 630 dengan mudah. Kisaran 750 800?
Tergantung kekuatan dari trendnya juga sih tapi itu bukan hal yang
mustahil.
Oh iya beberapa waktu yang lalu, di sebuah milis, saya melihat ada orang
yang complain mengenai posisi forced sell yang dilakukan oleh sebuah
sekuritas terhadap posisinya. Apakah ini terkait dengan posisi pemodal
tersebut pada saham GIAA? Ataukah ini berarti saham ini telah
mencapai bottom-nya? Saya juga tidak mau terlalu berspekulasi. Yang saya
tahu hanya sebuah kata-kata bijak:
when street get bloody.. its time to enter the market!
Penutup
Bullish market selalu memunculkan orang yang aneh-aneh dan bermacammacam. Ketika market bullish, semua orang bisa meraup keuntungan. Karena
market itu random, maka memperoleh keuntungan dari Bursa Efek Indonesia
itu suatu yang secara teoritis sulit. Meraup keuntungan sering di identikkan
dengan pintar, maka semua orang pintar itu kemudian merasa dirinya
bebas berteori. Saya untung kok.. saya menang.. boleh dong saya berbagi
kepintaran saya kepada semua orang? Problemnya memang selalu begitu.
Ketika kondisi market sedang bullish, orang cenderung menurunkan
kewaspadaan. Dan ketika market bearish datang dengan cepatnya ayunan
tangan beruang menghabisi orang-orang yang lupa dan lalai. Seorang trader
teknikal (trader yang melakukan prediksi dengan berdasarkan pada analisis
teknikal) sebaiknya memang menjauhi IPO karena tidak ada alat analisis
teknikal yang bisa digunakan untuk mempredksi pergerakan harga di hari
pertama. Seorang investor fundamental juga sebaiknya tidak overtrading
ketika melakukan pemesanan IPO. Karena overtrading itu adalah perilaku dari
seorang trader. Bukan seorang investor. Seorang investor harus lebih yakin
terhadap kinerja investasi jangka panjangnya, dibandingkan sekedar mencari
keuntungan-keuntungan jangka pendek.
Apa yang kita lihat dari MBTO, EMDE, dan terakhir GIAA, sebaiknya menjadi
pelajaran bagi kita semua bahwa trading pada saham-saham IPO, tidak bisa
dilakukan dengan asal-asalan seperti saran dari kedua teman saya diatas.
Menghadapi IPO, kita tidak harus selalu ikut dan pesan sebanyakbanyaknya. Akan tetapi, kita memang harus tetap melakukan penghitunganpenghitungan yang rasional agar bisa selamat dari marabahaya yang selalu
mengancam.
83
7 Votes
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Belakangan market sedang plin-plan. Galau. Bullish enggak, bearish juga
enggak. Flat. Berita juga simpang siur. Dow Futs dan regional nekad. Ada
signal positif, besoknya turun, ada signal negatif, malah besoknya naik.
Tadi pagi, anda mungkin sudah baca dalam tulisan saya, bahwa dalam
kondisi penuh ketidakpastian seperti ini, pilihan kita hanya ada dua:
1.
84
Saya memilih untuk disiplin karena kita sebenarnya tidak pernah tahu, hasil
apa yang diberikan oleh Alloh, atas setiap posisi beli yang kita lakukan.
Saya hanya berusaha untuk bertransaksi berdasarkan trading plan, dimana
setiap trading plan itu berisi satu entry beli, dan dua posisi jual, jual ketika
untung, dan jual ketika cut loss. Kalau semua sesuai dengan harapan,
berarti saya akan jual di harga untung. Tapi kalau tidak sesuai harapan,
berarti saya jual di harga cut loss. Mana yang kena? Saya tidak pernah tahu.
Sebagai ilustrasi mengapa seorang trader harus disiplin, anda bisa melihat
model dibawah ini:
Ketika kita tidak disiplin, kita tidak tahu kualitas yang sebenarnya dari
sistem trading yang anda gunakan.
Ketika kita tidak disiplin, kita tidak tahu apakah kekalahan kita itu,
karena sistem trading yang jelek, atau karena eksekusi kita yang jelek.
Faktor sistem, atau faktor manusia.
85
7 Votes
Selamat siang
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Kemarin, salah seorang teman memperingatkan saya:
Bro belakangan ada bandar keliling. Mereka ini menggerakkan sahamsaham yang lama gak aktif. Tapi karena duitnya dikit, tarikannya cuman
bentar ajah. Satu-dua hari hari paling kelar. Gak sampe seminggu lah Atiati kalau masuk saham begituan kalau elu pas dapet distribusinya duit
elu bisa amsyong (mati) berkepanjangan
Saya sebenarnya agak bingung dengan apa yang dikatakan teman saya ini.
Maklum, mata saya memang hanya terbiasa melihat saham-saham blue chip
yang itu-itu saja. Hehehe maklum itu resiko kalautrading pake
kacamata kuda. Saham diluar saham pilihan tidak masuk ke dalam radar.
Tapi ketika saya melihat saham-saham diluar saham-saham yang menjadi
pilihan saya, ternyata saya baru sadar bahwa belakangan banyak sahamsaham lapis tiga atau empat yang bergerak naik cukup banyak, tapi hanya
beberapa hari saja. Setelah itu kembali turun, dan volume kemudian hilang.
Saya sih lebih suka menyebut ini sebagai fenomena Cramer bounce, harga
yang bergerak tinggi karena rekomendasi beramai-ramai atas saham lapis
ketiga-keempat.
Bagi anda yang suka saham lapis ketiga atau lapis keempat, saya tidak
bosan-bosannya mengingatkan:
86
11 Votes
Selamat siang
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Pada tanggal 31 Januari lalu, teman lama saya mengirim Blackberry Message
(BBM) kepada saya dengan isi sebagai berikut:
Kesan pertama saya adalah: Eh kok nggak biasanya ini orang kirim BBM
rekomendasi kepada saya. Saya sih sudah lebih dari 10 tahun tidak pernah
tertarik oleh rumor. Tapi kemudian saya melihat chart dari saham GEMA,
harga sudah naik 55,6% (penutupan ke penutupan) dalam 8 hari
perdagangan. Melakukan posisi beli ketika harga sudah naik terlalu tinggi
dalam waktu yang terlalu cepat seperti ini adalah sebuah perbuatan yang
tidak bijaksana. Bener nih harga masih mau naik?
Saya kemudian memperhatikan pergerakan harga dari saham tersebut di hari
itu. Harga penutupan sebelumnya, di Rp420. Pada pagi hari, harga dibuka
tidak berubah di Rp420. Kemudian, harga bergerak naik ke Rp 425 dulu.
Kemudian tidak lama kemudian, harga turun hingga titik terendahnya di Rp
335, turun 21,2% dari titik tertingginya, sebelum ditutup di Rp 340. Loh? Apa
maunya ini? Dengan rumor seperti itu, harga malah turun dengan pergerakan
pagi naik dulu. Apa orang yang beli pagi berdasarkan rumor, apa nggak
nyangkut itu? Bagaimana nasib dari orang yang dengan lugu melakukan
posisi beli setelah harga pembukaan? Apakah tidak terjebak? Apakah rumor
ini tujuannya memang menjebak?
87
Saya kemudian berpikir, dari mana teman saya dapet berita atau rumor ini.
Sepertinya rumor ini bukan dia yang bikin. Dari temannya sesama broker?
Dari analisnya? Atau dari mana? Saya kemudian bertanya kepada Mbah
Google. Saya memasukkan keyword diminati asing GEMA melesat 750.
Saya kemudian, tertarik kepada halaman rumor yang terdapat di salah satu
portal online. Pikir saya ketika itu: duh kelakuan siapaaa ini
Saya kemudian teringat, loh beberapa waktu yang lalu, saham LTLS
memiliki pergerakan saham seperti itu. Pagi naik dulu, sore kemudian turun.
Saya cek chart LTLS, ternyata pergerakan itu terjadi tanggal 25 Januari. Dan,
saya cek halaman rumor tersebut, ternyata tanggal 25 Januari juga terdapat
rumor LTLS dengan bunyi: Di Incar Asing, LTLS tender offer Rp 2000. Lah?
Kok? Masa sih kebetulan?
Kemarin, hari Kamis, saya kebetulan melihat kolom rumor tersebut
merekomendasikan saham TELE. Mau dibeli ZTE katanya. Saya sampai
ngetweet melalui akun tweeter saya, @satriopakrt kurang lebih seperti ini:
KALAU TELE HARI INI TURUN, KEBANGETAAAN!!! Well TELE hari itu tidak
turun. Tapi tetap saja, harga saham naik dulu di pagi hari, kemudian turun,
Tetap saja. Orang yang beli pagi setelah melihat kolom rumor tersebut,
kemungkinan besar sudah berada didalam masalah.
Saya terus penasaranan. Sebenarnya, kualitas rekomendasi dari kolom
rumor media tersebut, seperti apa sih? Saya kemudian melihat 10
rekomendasi terakhir dari kolom rumor tersebut:
88
Model pertama adalah One Day Trader (ODT) yang memiliki strategi
beli pada harga 1 poin diatas harga pembukaan, dan jual pada harga 1
poin dibawah harga penutupan. Yang dimaksud dengan 1 poin dibawah
penutupan ini karena pada penutupan harga lebih sering ditutup di
posisi offer, sehingga posisi jual dilakukan di harga bid, kecuali jika
harga ditutup di harga terendah, maka berarti posisi dijual pada harga
penutupan.
2. Model kedua adalah Trader Terima Seminggu (TTS) yang memiliki
strategi beli pada harga 1 poin diatas harga pembukaan, dan jual pada
harga 1 poin dibawah harga penutupan ketika T+2 (kalah menang
diterima/dibayar seminggu kemudian).
3. Model ketiga adalah Trader Nyangkuter (NYANGKUTERS) dimana
trader ini beli pada harga 1 poin diatas harga pembukaan ketika T+0
rekomendasi, tapi karena nyangkut, ditahan terus hingga sekarang
(penutupan hari Jumat kemarin).
Hasilnya bisa dilihat dibawah ini:
Hebat ya? Anda bisa melihat. Seorang pemodal, dipancing untuk melakukan
posisi beli, dengan janji potensi keuntungan yang luar biasa tinggi. Akan
tetapi, yang didapat untuk jangka pendek, adalah kerugian yang cukup
signifikan dengan probabilitas yang sangat tinggi. Dari sisi probabilitas, anda
bisa melihat bahwa One day trader (ODT) memiliki probabilitas untuk
mengalami kerugian sebesar 100%, dengan rata-rata kerugian untuk
setiap sahamnya adalah sebesar 7,5%. Hasil dari Trading Terima
Seminggu (TTS) ternyata lebih mengenaskan lagi. Ketika trader
tersebut memutuskan untuk tidak cut loss dan menahan posisi hingga dua
hari, (berubah menjadi TTS) , probabilitas untuk mengalami kerugian
memang kemudian turun menjadi 80%, akan tetapi dengan kerugian
yang lebih besar, yaitu sebesar 8,1%. Bagi trader yang memutuskan
untuk terus menahan posisi, menyangkutkan diri (Nyangkuters) maka
probabilitas untuk mengalami kerugian tetap sama yaitu sebesar 80%, tapi
dengan kerugian yang relatif tidak berubah, yaitu sebesar 7,9%.
89
Semua itu adalah potret dari seorang pengejar rumor. Orang yang
melakukan posisi beli dengan didorong perasaan serakah, keinginan untuk
memperoleh keuntungan, atau greed yang dimilikinya. Karena keyakinan
akan rumor tersebut, dia melakukan posisi beli, 1 poin lebih mahal dari harga
pembukaan. Hasilnya? Kalau dia adalah seorang yang beli pagi jual sore,
rata-rata kerugian yang dialaminya adalah sebesar 7,5%. Kalau dia seorang
yang plin-plan dan kemudian bilang kalau: ah ditahan ajah deh dilepas
nanti ajah kita lihat 1 2 hari deh. Hasilnya, anda akan memiliki
kerugian yang lebih dalam, kerugian yang lebih besar, dengan rata-rata
kerugian sebesar 8,1%. Terus, kalau anda adalah seorang trader nyangkuter,
yang sayang cut loss, tidak mau rugi, menahan posisi, dan berharap harga
nanti naik di kemudian hari? Well berarti sampai penutupan hari Jumat
kemarin (10 Februari 2012), anda sudah memilki kerugian potensial dengan
rata-rata sebesar 7,9%.
Loh? Kok rugi? Katanya mau untung?
Kalau anda merasa bahwa keanehan seperti ini adalah absurd dan harus
dihentikan. anda seakan berhadapan dengan The Great Wall of China.
Dari apa yang saya pernah tanyakan kepada teman yang lebih mengerti
mengenai hukum pasar modal, jawaban mereka biasanya klasik. Pemberi
rekomendasi akan berlindung pada disclaimer. BEI akan berkata bahwa
tugas mereka adalah melaksanakan perdagangan yang wajar. BEI tidak
memandang rumor seperti ini sebagai sesuatu yang diluar kewajaran. BEI
sering kali hanya bertanya kepada Emiten, kebenaran dari berita tersebut,
dan ketika emiten bilang bahwa berita itu tidak benar, BEI juga tidak bisa
berbuat apa-apa. Bapepam? Well Bapepam merasa bahwa mereka tidak
memiliki juridiksi untuk mengatur media, karena yang mengatur media itu
kan dewan pers. Dan apakah hal seperti ini akan menjadi perhatian dari
Dewan Pers? hm. belum pernah saya dengar Dewan Pers mengatur tentang
rumor pasar modal. Jadi karena masalah ini berada dalam no mans land
rumor tetap mengalir, pemodal retail tetap menjadi korban, dan tidak pernah
ada pihak yang dihukum. Yang bersalah ada di penjara. Mengenai masalah
rumor, tidak ada pihak yang bisa dipersalahkan.
Saya hanya bisa mengucapkan: Selamat datang di Indonesia, negara hukum
yang kita cintai ini.
So
Anda masih berminat menjadi Trader Pengejar Rumor? Anda masih merasa
perlu mendegarkan rumor? Sejak lebih dari 10 tahun yang lalu, saya sudah
memutuskan untuk berhenti mendengarkan rumor, dan kemudian belajar
memprediksi sendiri pergerakan harga. Semoga saja anda memiliki
kesimpulan yang sama, setelah anda membaca tulisan ini.
RUMOR = TADLIS MODERN?*
Posted by Satrio Utomo on February 28, 2012 11 Comments
90
6 Votes
(Catatan: Tulisan ini lebih cocok dibaca oleh mereka yang Muslim. Terima
kasih).
Selamat pagi
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Saya tidak pernah menyukai saham-saham yang penggeraknya bukan faktor
fundamental. Benci.. mungkin adalah kata yang lebih tepat. Nonfundamental stocks begitu saya biasa menyebutnya. Saham yang analis
fundamental tidak mau melirik karena penggeraknya bukan faktor-faktor
fundamental yang jelas. Rumor, kabar angin, berita yang sering kali
emitennya kemudian menolak bahwa berita itu benar. Kalau anda
mungkin sudah terbiasa menyebutnya sebagai Saham Gorengan.
Bagi orang yang tahu bahwa saya adalah seorang analis teknikal, itu
sebenarnya terdengar aneh. Aneh, karena seorang analis
teknikal, seharusnya bisa memprediksi semua macam saham. Tidak ada
bedanya antara saham non-fundamental dan saham fundamental. Well
memang begitu seharusnya prediksinya sama saja. Nggak susah juga
kok banyak saham-saham non-fundamental yang arah pergerakan
harganya masih bisa diprediksi dengan retracement 50%. Harga turun,
retracement 50% kena terus rebound harga naik terus kena retracement
50% terus turun, masih banyak lagi. Prediksinya memang sama, tapi
karena saham-saham ini telah banyak memakan korban, maka saya jadi
cenderung menghindar jika orang bertanya kepada saya mengenai sahamsaham tersebut.
91
Ada beberapa masalah yang membuat saya membenci saham-saham nonfundamental ini. Masalah pertama bagi saya adalah: saya lebih sering
melihat orang jatuh rugi setelah berkenalan dengan saham-saham itu,
dibandingkan ketika mereka mencoba berinvestasi pada saham-saham
tersebut. Jauh lebih sering dibandingkan dengan mereka yang mencoba
untuk membeli saham-saham yang berfundamental jelas. Lebih sial lagi,
karena saham-saham ini seringkali harganya secara nominal murah, maka
korban dari saham-saham ini sebagian besar adalah pemodal retail yang
kecil. Mereka yang sebenarnya tadinya hanya coba-coba masuk ke bursa.
Coba-coba membeli saham. Orang coba-coba malah kemudian dihabisi oleh
pasar. Jadi kalau anda melihat ada orang bursa yang terheran-heran,
mengapa jumlah angka pemodal retail kita tidak pernah bertambah, itu
sebenarnya hanyalah sebuah lelucon. Gak heran kalau jumlah pemodal retail
kita dari dulu cuman segitu-segitu saja. Orang kelakuan orang bursanya
seperti ini
Masalah yang kedua, pasti sudah anda baca pada tulisan saya yang
sebelumnya, yaitu mengenai Trader Pengejar Rumor: Di bursa, orang itu rela
dengan tidak sengaja tapi konsisten memberikan rumor yang tidak benar.
Saya sebut tidak sengaja tapi konsisten itu dengan alasan sebagai berikut:
Rumor itu, sumbernya biasanya dari analsis sebuah berita atau realita yang
dihadapi oleh perseroan. Kalau analisis, berarti ada kualitasnya. Kalau
orang yang memberikan ini adalah orang yang nalar, yang niatannya baik,
pasti dia akan menjaga kualitas analisisnya. Berusaha memberikan analisis
yang sebaik-baiknya, analisis yang benar. Lebih sering yang benar daripada
yang salah.
Tapi tetap saja, tidak ada analisis yang 100% benar. Sejelek-jeleknya orang,
seperti apa sih kualitasnya? Saya kira, sejelek-jeleknya orang, asal mau
berusaha, pasti mau benar 3 dari 10, pasti tidak akan sulit. Benar 2 dari 10
deh masa sulit sih? Tapi dalam tulisan saya tersebut jelas: 10 prediksi
salah dari 10 prediksi. Masa sih bisa dilakukan dengan tidak sengaja?
Terutama jika dilakukan ketika IHSG berada di daerah resisten? Daerah
dimana harga memiliki probabilitas untuk bergerak turun dibandingkan
bergerak naik?
Beberapa bulan yang lalu, saya membaca mengenai tadlis. Secara harfiah,
arti kata dari tadlis adalah penipuan. Definisi lengkap dari tadlis (yang saya
dapat dari weblog Belajar Ekonomi Islam) ini adalah sebagai berikut: tadlis
adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah
satu pihak ( unknown to one party). Setiap transaksi dalam Islam harus
didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak, mereka harus
mempunyai informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada
pihak yang merasa ditipu/dicurangi karena ada sesuatu yang unknown to one
party.
Ada 4 (empat) hal dalam transaksi Tadlis, yaitu :
92
sementara yakni sementara pihak yang ditipu belum sadar. Disaat yang
ditipu telah sadar bahwa dirinya tertipu, maka ia pasti tidak merasa rela.
Istilah tadlis ini, berasal dari jaman Rasulullah, Muhammad SAW dalam
sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Hadist tersebut
menyatakan bahwa Rasulullah pada suatu hari berjalan ke pasar, kemudian
beliau melihat pedagang menjualsetumpuk kurma yang bagus, Rasulullah
tertarik dengan kurma tersebut, tetapi ketika beliau memasukkan tangan ke
dalam tumpukan kurma itu ternyata di bagian bawahnya busuk, kemudian
Rasulullah menanyakan kepada pedagangnya mengapa kurma yang
dibawahnya basah. Pedagang menjawab bahwa kurma yang basah tersebut
karena hujan. Kemudian Rasulullah bertanya lagi mengapa kurma yang
basah tersebut tidak diletakkan di atas supaya orang bisa melihatnya.
Rasulullah menyatakan bahwa orang yang menipu dalam berdagang bukan
umatnya.
Perbuatan dimana seseorang meletakkan barang yang bagus sebagai
display sedangkan dibawahnya adalah barang yang busuk, sebenarnya
mengingatkan saya kepada apa yang biasa kita sebut sebagai window
dressing. Akan tetapi kalau kita kemudian melihat pada proses pemberian
informasi yang sesat yang esensinya sering kita lihat dalam sebuah rumor.
Bukankah itu mirip dengan definisi tadlis yang ada pada hadist tersebut
diatas?
Apakah pemberian dengan sengaja dan sistematis, informasi atau rumor
yang sesat, adalah suatu bentuk perdagangan yang bisa digolongkan
sebagai tadlis?
Saya bukan pakar ekonomi syariah. Saya hanya salah satu pelajar yang
kebetulan tengah menekuni ekonomi syariah. Dari sedikit ilmu yang saya
dapat, saya sih merasa bahwa penyesatan informasi secara sistematis
seperti ini bisa digolongkan sebagai tadlis. Tapi benarkah?
Keraguan inilah yang membuat saya lebih cenderung untuk berkutat pada
saham-saham yang berfundamental jelas. Memang, karena saya masih
belum mengibarkan bendera syariah dalam weblog ini, saya masih
melakukan rekomendasi atau analisis pada saham-saham perbankan. Akan
tetapi, saya berusaha sedapat mungkin untuk tidak merekomendasikan
saham-saham dengan fundamental tidak jelas. Terutama saham-saham yang
hanya di drive oleh rumor, tidak oleh kinerja perusahaan.
Terkadang hati saya masih saja kecewa, melihat mereka yang mengaku
muslim, tapi tetap merekomendasikan saham gorengan, atau mereka yang
mengaku muslim, tapi masih terlibat dengan penggorengan saham. Tapi
mau gimana lagi?
KARENA ORANG CENDERUNG PAKE MARGIN DAN PEGANG PORTFOLIO*
Posted by Satrio Utomo on April 4, 2013 2 Comments
93
7 Votes
Selamat sore
Kembali ke artikel awal: Trading untuk Pemula
Saya masih suka ketawa kalau denger orang bilang gini:
udah.. tenang aja saham yang elu pegang itu, kan saham gorengan. Gak
ngaruh gak.. dengan pergerakan IHSG Kalau Big Caps atau Blue Chip
turun saham itu gak akan ikutan turun.
Well Penjelasannya itu gini loh.. Bandar or Big Player utama dari saham
gorengan itu.. mungkin memang tidak akan pegang BC.. tapi.. banyak
pemain lain yang pegang. Kalau BC turunnya terlalu dalam pemain lain
(terutama pemain supermarket pegang banyak barang) yang biasanya
pake margin ini, bakal terpaksa kena forced sell. Nah.. FSnya ini yang
kemudian memaksa dia buang barang gorengan juga.
So kalau ada orang bilang kalau saham gorengan yang sedang anda
pegang bisa bullet proof hehheehe gak ada jaminan.. Belum tentu juga
bro Mending anda minta jaminan aset sama dia ajah untuk membuktikan
omongan dia itu. Hehehe.
Alasannya juga sederhana: karena pemain margin yang kedodoran
cenderung untuk pegang portfolio
KARENA KESOMBONGAN BUKANLAH MILIK MANUSIA (REVISED)*
94
9 Votes
95
saya mulai berpikir untuk kembali melakukan posisi beli. Minimal posisi
saya berubah menjadi posisi trading jangka pendek, hit and run, tidak ada
posisi beli simpan yang terlalu panjang.
Disiplin.
Saya belum tentu benar juga. Tapi semua saya lakukan agar hidup saya lebih
tenang. Semua agar saya tidak perlu bersombong-sombong menentang
realita bahwa trend harga sudah turun.
Valuasi memang masih diatas, diatas harga saat ini. Hitungan teknikal juga
bisa jadi masih diatas, diatas harga saat ini. IHSG juga masih bisa 5000 di
tahun ini. Tapi ketika trend harga sudah berubah menjadi turun
Ngapain juga ditahan siy?
Dalam 15 tahun perjalanan saya di bursa, sudah terlalu sering saya melihat
orang kehilangan seluruh kekayaannya dan bahkan kebahagiaan
keluarganya, cuman gara-gara terlalu sombong menantang pergerakan
harga.