Anda di halaman 1dari 16

SEMINAR USUL PENELITIAN

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Nama Mahasiswa

: Sariyana Togubu

NIM

: 091011011

Program Studi

: Kimia

Judul Penelitian

: Analisis Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Polar dan


Nonpolar Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth)
pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) yang Hiperglikemik

Komisi Pembimbing : 1. Lidya Irma Momuat, S.Si, M.Si (Ketua)


2. Dra. Jessy J. E. Paendong, M.Si (Anggota)
Hari/Tanggal

: Selasa, 20 Agustus 2013

Jam

: 10.00 - 11.00 WITA

Tempat Seminar

: Ruang Seminar Jurusan Kimia

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR USUL PENELITIAN

Nama

: Sariyana Togubu

NRI

: 091011011

Program Studi

: Kimia

Judul

: Analisis Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Polar dan


Nonpolar Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth)
pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) yang Hiperglikemik

Yang bersangkutan telah layak untuk melaksanakan seminar usul penelitian pada
hari/tanggal: Selasa, 20 Agustus 2013

Menyetujui:
Komisi Pembimbing,

Lidya Irma Momuat, S.Si, M.Si

Dra . Jessy J.E.Paedong, M.Si

Ketua

Anggota

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan memakai tumbuhan
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan. Pengetahuan
tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa yang turun-temurun.
Masyarakat juga meyakini pengobatan dengan tumbuhan obat lebih disukai dibandingkan
harus mengkonsumsi obat kimia yang dikhawatirkan akan menimbulkan efek samping
yang tidak diinginkan membuat penduduk di Indonesia beralih obat herbal di sekitarnya.
Akibat meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan masyarakat,
perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan hidup, maka di Indonesia mengalami
pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular, hal ini
dikenal dengan transisi epidemiologi (Harfina et al., 2012), seperti dibetes mellitus.
Diabetes Mellitus atau yang dikenal dengan nama kencing manis adalah suatu
penyakit yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah
akibat kekurangan insulin. Secara umum banyak makan, banyak minum, dan sering
kencing merupakan gejala klinis diabetes mellitus (Kawatu et al., 2013).
Pengobatan diabetes mellitus adalah pengobatan menahun dan seumur hidup.
Pengobatan diabetes mellitus dengan obat sintetik seperti antidiabetes oral penggunaan
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Sitorus
et al., 2012). Oleh karena itu, salah satu upaya dalam penanganan diabetes mellitus adalah
dengan menggunakan tumbuhan herbal sebagai obat alternatif. Salah satu spesis tumbuhan
yang memiliki khasiat obat sebagai antidiabetes (antihiperglikemik) yaitu tumbuhan
suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth). Secara empiris, tumbuhan suruhan digunakan
masyarakat sebagai lalap mentah atau diminum sebagai minuman herbal (Dalimartha,
2006).
Hasil pengujian Kusumawarni et al., (2012) menunjukkan bahwa fraksi etil asetat
dari tumbuhan suruhan yang diinduksi aloksan memiliki aktivitas antidiabetes dengan
persentase penurunan 53.44% dan tidak berbeda nyata dengan kontol positif.

Namun sejauh ini, belum ditemukan informasi adanya penelitian menggunakan


perbandingan pelarut polar (etanol 95%) dan nonpolar (Heksan teknis) pada ekstrak
1

tumbuhan

suruhan yang diinduksi sukrosa. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti

tertarik untuk melakukan uji efek ekstrak tumbuhan suruhan terhadap penurunan kadar
gula darah tikus wistar yang diinduksi sukrosa dengan menggunakan pelarut polar dan
nonpolar.

1.2. Perumusan Masalah


Apakah ekstrak polar dan nonpolar tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida [L.]
Kunth) mempunyai efek yang berbeda sebagai antihiperglikemik pada tikus wistar (Rattus
norvegicus L.) yang hiperglikemia?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan mengukur kadar glukosa darah tikus wistar yang
hiperglikemia pada pemberian ekstrak polar dan nonpolar tumbuhan suruhan (Peperomia
pellucida [L.] Kunth).

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai
manfaat tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) sebagai tumbuhan obat
dalam menurunkan kadar gluskosa darah pada penderita diabetes melitus, sehingga
nantinya dapat digunakan sebagai obat alternatif Diabetes Mellitus yang murah serta relatif
aman penggunaannya.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth)


2

2.1.1. Klasifikasi Tumbuhan


Dalam taksonominya suruhan termasuk dalam
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Piperales

Famili

: Piperaceae

Genus

: Peperomia

Spesies

: Peperomia pellucida [L.] Kunth (Takarasel, 2010)

Gambar 1.Tumbuhan Suruhan (Koleksi pribadi )

2.1.2. Nama Lain


Berdasarkan daerah tempat tumbuh, suruhan memiliki nama yang berbeda-beda,
seperti Sumatera (ketumpangan) Melayu (ayer), Sunda (saladaan), Jawa (rangu-rangu,
sladanan, suruhan) dan Ternate (gofu, goroho) (Dalimartha dalam Kinho, 2011). Nama
asing, suruhan memiliki nama, ulasiman bato (Filipina), cao hu jiao (Cina) (Hariana,
2006). Di Sulawesi Utara khususnya di Kabupaten Sangihe, tumbuhan ini lebih dikenal
sebagai duku ake (Takarasel, 2010) dan rumput ayam (bahasa pasan ratahan) (Kinho,
2011). Namun seiring berkembangnya tanaman obat di Indonesia, tumbuhan ini lebih
banyak dikenal dengan nama suruhan yang telah banyak digunakan dalam pengobatan
tradisional (Dalimartha, 2006).

2.1.3. Diskripsi Tumbuhan


Suruhan biasanya tumbuh di tempat-tempat yang agak lembab atau sedikit
terlindung pada daerah yang kurang subur, seperti di pinggir selokan, sela-sela bebatuan,
celah dinding yang retak, dinding yang curam, ladang dan pekarangan (Sitorus, 2011).
Tumbuhan suruhan banyak dijumpai di pekarangan rumah atau ditempat-tempat lembab
dan tumbuh secara liar. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tropis. Terna semusim tumbuh
tegak dengan tinggi 20-40 cm. Kalau agak tinggi kadang menggantung. Batang bulat,
penampang 3-5 mm, bercabang, batang dan daunnya mengandung banyak cairan, berwarna
hijau pucat. Daun tunggal bertangkai dan letak berseling. Helaian daun lebar berbentuk
seperti jantung, ujung runcing, pangkal melekuk, pertulangan melengkung, tepi rata.
Panjang 1-3 cm. Permukaan atas hijau pucat mengkilap, bagian bawah berwarna lebih
muda. Bunga majemuk tersusun dalam rangkaian berbentuk bulir dengan panjang 1-6 cm
keluar dari ujung tangkai atau ketiak daun berwarna hijau. Buah bulat, kecil-kecil dengan
diameter kurang dari 1 mm, ujung runcing tersusun seperti buah lada, berwarna
kecoklatan. Akar serabut, tidak dalam (Dalimartha dalam Kinho, 2011). Ketika sudah tua,
biji akan jatuh dari dalam buah kecil ini ke tanah untuk keperluan berkembang biak.

2.1.4. Kandungan Kimia


Kandungan senyawa yang ada dalam Peperomia pellucida [L.] Kunth adalah
alkaloid yaitu secolignans, tetrahidrofuran lignin, methoxylated dihydronaphthalenone,
peperomins A, B, C dan E, sesamin, dan isoswertisin. Tumbuhan ini juga mengandung
beberapa minyak atsiri, terutama dillapiole,-caryophyllene dan carotol yang memiliki
aktivitas larvisida tinggi. Senyawa lainnya adalah flavonoid seperti acacetin, apigenin,
isovitexin

dan

pellucidatin,

pitosterol

yaitu,

campesterol,

stigmasterol,

dan

arylproppanoids. Tanin dan anthraquinones juga telah diisolasi dari tumbuhan ini
(Nwokocha et al., 2012).
Menurut Dalimartha, dalam Mappa et al., (2013), tumbuhan ini mengandung
saponin, kalsium oksalat, lemak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Majumder
and Arun Kumar (2011), hasil uji fitokimia daun tumbuhan ini juga mengandung steroid,
triterpenoid dan karbohidrat.

2.1.5. Khasiat Tumbuhan

Seluruh bagian suruhan berkhasiat obat serta dapat digunakan untuk pengobatan
abses, bisul, jerawat, radang kulit, luka bakar, luka terbentur, rematik gout, nyeri pada
rematik, sakit ginjal, sakit kepala akibat demam, pusing, sakit perut dan katarak. Selain itu,
dapat pula digunakan sebagai obat hipertensi (Takarasel, 2010). Tumbuhan ini juga
dilaporkan memiliki aktifitas antibakteri dan antikanker (Khan et al., 2010). Tumbuhan ini
juga sering digunakan sebagai obat demam dan setelah diteliti ternyata dilaporkan
memiliki aktifitas antipiretik (Khan et al., 2007), obat antihipertensi (Nwokocha et al.,
2012), Antihiperurisemia serta memiliki efek analgetik (Mulyani, dalam Tarigan et al.,
2012). Tanaman ini oleh masyarakat di Filipina digunakan untuk mengobati abses dan
bengkak karena terbakar (Quisumbing dalam Wijaya, 2004). Dalam penggunaannya
sebagai obat tradisional, suruhan biasanya dibuat dalam bentuk lalapan. Dapat pula direbus
atau digiling, dan rasanya pedas dan bersifat sejuk (Sitorus, 2011).

2.2. Diabetes Melitus


2.2.1. Definisi Penyakit
Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit kencing manis merupakan penyakit yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan
sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi
hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan oleh
kurangnya produksi atau resistensi sel-sel tubuh terhadap insulin. Peranan insulin dalam
proses metabolisme adalah mengubah gula menjadi energi serta sintesis lemak. Keadaan
insulin tubuh yang rendah mengakibatkan terjadinya kelebihan gula dalam darah yang
disebut hiperglikemia (Junaidi dalam Makalalag, 2013).
Menurut Pasaribu et al., (2012), diabetes mellitus disebabkan karena kekurangan
hormon insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan
mensintesa lemak (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005; Syamsudin, et al., 2010).
Akibatnya glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan
lewat kemih (glikosuria) tanpa digunakan. Karena itu, produksi kemih sangat meningkat
5

dan mengakibatkan penderita sering mengeluarkan air seni, merasa amat haus, berat badan
menurun dan berasa lelah (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.2.2. Klasifikasi Penyakit


Menurut Umar (2008), berdasarkan klasifikasinya diabetes dibedakan atas diabetes
tipe 1 dan diabetes tipe 2.Diabetes tipe 1, yang bergantung pada insulin (IDDM), timbul
karena defisiensi insulin akibat pengrusakan autoimun sel beta pankreas.Penderita diabetes
mellitus membutuhkan pemberian insulin.Sedangkan diabetes tipe 2, yang tidak
bergantung pada insulin (NIDDM), timbul karena penurunan sekresi insulin atau resistensi
peripheral terhadap kerja insulin. Walaupun ada penderita yang dapat mengatu kadar gula
hanya dengan diet, tapi banyak juga yang membutuhkan obat antidiabetik oral atau insulin
(atau keduanya) untuk mengendalikan kadar gula darah. Untuk penderita dengan berat
badan berlebih, diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan menurunkan berat badan dan
meningkatkan aktifitas fisik.

2.2.3. Terapi Farmakologi


Ada 4 golongan anti diabetik oral yang dapat digunakan untuk diabetes melitus dan
telah dipasarkan di Indonesia yakni: golongan sulfonilurea yaitu obat yang merangsang
pelepasan insulin dengan bekerja langsung pada pankreas contoh obat ini adalah
glibenklamid, Penghambat alf-glukosidase, contoh golongan obat ini adalah acarbose,
acarbose menurunkan hiperglikemia dengan cara memperlambat penyerapan glukosa di
usus. Acarbose tidak mempengaruhi ambilan glukosa maupun sekresi insulin. Golongan
biguanida bekerja dengan menurunkan produksi glukosa dihati contohnya adalah metformin.
Golongan Thiazolindione, bekerja dengan menurunkan resistensi insulin serta mengurangi
produksi glukosa dihati (Mardjono, 2008).

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


6

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA,
Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Advance UNSRAT Manado selama 3 bulan
yaitu bulan Mei-Agustus 2013.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan yaitu alat-alat gelas pyrex, timbangan analitik, oven, rotary
evaporator, ayakan 65 mesh, nasogastric tube (NGT) no. 3,5, disposible syringe 3 mL,
pipet volumetrik dan satu set alat ukur KGD (merk: Nesco multi check).
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan suruhan. Hewan
yang digunakan adalah tikus putih jantan strain wistar (Rattus norvegicus L.) yang sehat
dan telah berumur sekitar 4-5 bulan dan berjumlah 20 ekor. Bahan kimia yang digunakan
yaitu etanol 95%, heksan teknis, Carboxy Methyl Cellulose (CMC), dan aquades. Selain itu
juga digunakan bahan-bahan pendukung lainnya seperti sulfonylurea (Kimia Farma),
pakan ternak dan sukrosa.

3.3. Rancangan Penelitian


Penelitian yang akan dilaksanakan ini merupakan percobaan laboratorium dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Tikus wistar sebagai hewan uji akan dibagi
ke dalam 4 kelompok perlakuan yaitu:
1. Kelompok kontrol negatif (K-):sukrosa dan aquades,
2. Kelompok kontrol positif (K+):sukrosa dan obat anti diabetik oral (Glibenkamid),
3. Kelompok perlakuan (KP):
- Kelompok perlakuan etanol (KPE): sukrosa dan ektrak etanol tumbuhan
suruhan.
-

Kelompok perlakuan heksan (KPH): sukrosa dan ekstrak heksan tumbuhan


suruhan.

3.4. Prosedur Percobaan


Sebelum

dilakukan

perlakuan,

masing-masing

kelompok

hewan

uji

akan

menggunakan 4 ekor tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.), yang akan
diaklimitasikan selama 7 untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan sebanyak 16 ekor,
7

dipelihara dengan suasana kandang yang berbeda, pakan yang sama diberi makan pelet dan
diberi minum aquades.
Setelah masa adaptasi, semua tikus dipuasakan selama 24 jam (tetap diberi minum).
Semua tikus kemudian diperiksa kadar glukosa darah sebelum diinduksi sukrosa (t1),
setelah itu semua tikus diberi dengan sukrosa sebanyak 5,625 g/KgBB. Setelah 30 menit,
semua tikus diperiksa kadar glukosa darah sesudah diinduksi sukrosa (t2). Selanjutnya,
semua tikus diberi sediaan per oral, untuk kelompok kontrol negatif (K-) hanya diberi
aquadest, untuk kelompok kontrol positif (K+) diberi glibenklamid dengan dosis 0,45
g/KgBB dan untuk kelompok perlakuan (KP) diberi ekstrak etanol (KPE) dan ekstrak
heksan (KPH) tumbuhan suruhan, masing-masing dengan dosis 0,04 g/KgBB. Kemudian
kadar glukosa darah tikus diperiksa pada menit ke 30, 60, dan 120 setelah pemberian
sukrosa (t3 sampai t5). Semua sampel darah diambil dari vena ekor tikus dan kadar
glukosa darah diukur dengan glukometer Nesco multi check .

3.4.1. Pemberian Larutan Sukrosa


Dosis sukrosa yang dipergunakan didasarkan pada dosis sukrosa pada kelinci yaitu
3 g/kgBB per oral (Widyastuti dan Suarsana, 2011), maka perhitungan dosis sukrosa untuk
tikus adalah 1,5 x 3 x 0,25 = 5,625 g/KgBB (0,25 merupakan faktor konversi dosis kelinci
ke tikus (Harmita dan Radji, 2006).

3.4.2. Pembuatan Ekstrak Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth)


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ekstrak etanol dan ekstrak heksan
campuran akar, batang dan daun suruhan. Tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida [L.]
Kunth) yang akan digunakan di ambil di lingkungan sekitar kampus UNSRAT. Kegiatan
diawali dengan sortasi basah yang bertujuan memisahkan kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari tumbuhan suruhan.

Kemudian dilakukan pencucian untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya


yang masih menempel pada bahan yang sudah disortasi basah. Tahap berikutnya adalah
perajangan untuk mempermudah proses pengeringan dan penggilingan. Selanjutnya,
sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 50 OC hingga kadar air 10% atau kurang dari
8

10%, kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi serbuk lalu
diayak dengan menggunakan ayakan 65 mesh. Metode penentuan kadar air mengacu pada
metode AOAC dalam Ukieyanna (2012). Prinsip analisis kadar air ialah untuk mengetahui
kandungan kadar air dalam suatu bahan. Cawan porselin dikeringkan dalam oven pada
suhu 105 OC selama 30 menit, lalu cawan didinginkan di dalam deksikator selama 30 menit
dan ditimbang bobot kosongnya. Sampel ditimbang sekitar 3 g dan dimasukkan ke cawan
porselin. Sampel beserta cawannya dipanaskan pada suhu 105 OC selama 3 jam di dalam
oven. Setelah didinginkan dalam desikator selama 30 menit, cawan beserta isinya
ditimbang. Penentuan kadar air dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (triplo). Ditimbang
sebanyak 200 g serbuk lalu diekstraksi dengan menggunakan etanol 95% dan heksan teknis
masing-masing 1L dengan cara maserasi selama 5 hari (setiap hari di kocok). Ekstrak
kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring (filtrat 1) dan sisanya diekstrak
kembali selama 2 hari lalu disaring (filtrat 2). Selanjutnya filtrat 1 dan 2 dikumpulkan,
diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 70 0C sampai menjadi endapan kental, dan
dilanjutkan dengan pengeringan di oven pada suhu 40 0C sampai menjadi ekstrak padat.
Ekstrak suruhan yang padat kemudian ditimbang sesuai perlakuan dan diencerkan dengan
5 mL aquadest.

3.4.3. Pemberian Ekstrak Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth)


Dosis pemakaian tumbuhan suruhan pada manusia dewasa (50 kg) adalah 100 g.
Dengan faktor konversi dosis dari manusia (70 kg) ke tikus (200 g) adalah 0,018, maka
dosis yang akan diberikan kepada tikus adalah 70/50 x 100 x 0,018 = 12,6 g/KgBB. (0,018
merupakan faktor konversi dosis manusia ke tikus) (Harmita dan Radji, 2006). Dalam
penelitian ini digunakan 2 pelarut yang berbeda yaitu pelarut polar (etanol 95%) dan
nonpolar (heksan teknis). Jadi pada dua kelompok perlakuan tikus yang diberi larutan
ekstrak herbal dari tumbuhan suruhan dengan dosis sebesar 0,04 g/kgBB untuk ektrak
etanol 95% dan heksan yang setara dengan 12,6 g/kgBB dosis untuk manusia.

3.4.4. Pemberian Obat Anti Diabetik Oral


ADO yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah glibenklamid tablet 5 mg.
Dengan dosis pada manusia dewasa adalah 5 mg, maka dosis glibenklamid untuk tikus
9

adalah 5 x 0,018 = 0,45 mg/KgBB (0,018 merupakan faktor konversi dosis manusia ke
tikus) (Harmita dan Radji, 2006).

3.4.5. Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program statistika SPSS
ver.16. Beda nyata antar perlakuan diuji dengan ANOVA.

IV.

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Puspaswara: Jakarta.


Harfina, F., S. Bahri, dan A. Saragih. 2012. Pengaruh Serbuk Daun Puguntano (Curanga
fel-terrae Merr.) pada Pasien Diebetes Melitus. Journal of Pharmaceutics and
Pharmacology, 1: 112 -118.
Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri 3. Jakarta: Swadaya.
Harmita dan M. Radji. 2006. Buku ajar analisis hayati edisi ke-3. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

10

Kawatu, C., W. Bodhi dan J. Mongi. 2013. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun KucingKucingan (Acalypha Indica L.) terhadap Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur
Wistar (Rattus novergicus). PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi. 2: 81-85.
Khan A, M. Rahman dan S. Islam. 2007. Antipyretic activity of Peperomia pellucida
leaves in rabbit. Turk. J.Biol. 32: 37-41.
Khan, A., M. Rahman dan M.S. Islam. 2010. Isolation and bioactivity of a xanthone
glycoside from Peperomia pellucida. Life Sciences and Medicine Research. 2010: 110.
Kinho, J., D. I.D. Arini, S. Tabba, H. Kama, Y. Kafiar, S. Shabri, dan M. C. Karundeng.
2011. Tumbuhan Obat Tradisional di Sulawesi Utara Jilid I. Manado: Balai
Penelitian Kehutanan Manado.
Kusumawarni , P., Supriyatna, dan Y. Susilawati. 2012. Aktivitas Antidiabetes Fraksi Etil
Asetat dari Herba Sasaladaan (Peperomia pellucida(L.)Kunth.)dengan Metode
Induksi Aloksan. eJournal Mahasiswa Universitas Padjadjaran. Vol. (1).
Makalalag, I.W., A. Wullur dan W. Winoyo. 2013. Uji Ekstrak Daun Binahong ( Anredera
cordifolia Steen.) Terhadap kadar Gula Darah Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (
Rattus norvegicus) yang Diinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2: 28-34.
Mappa, T., H.J. Edy dan N. Kojong. 2013. Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan
(Peperomia pellucida (L.) H.B.K) dan Uji Efektivitasnya Terhadap Luka Bakar Pada
Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi. 2: 49-55.
Mardjono, M. 2008. Farmakologi dan Terapi Ed. 5. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Nwokocha C.R., D.U. Owu, K. Kinlocke, J. Murray, R. Delgoda, K. Thaxter, G. McCalla,
dan L. Young. 2012. Possible mechanism of action of the hypotensive effect of
Peperomia pellucida and interactions between human cytochrome p450 enzymes.
Medicinal & Aromatic Plants. 1: 1-5.
Pasaribu, F. P. Sitorus dan S. Bahri. 2012. Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Journal of
Pharmaceutics and Pharmacology. 1: 1-8.

11

Sitorus, E. 2011. Total Antioksidan pada Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida [L.]
Kunth) [skripsi]. FMIPA UNSRAT: Manado.
Sitorus dan S. Bahri. 2012. Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Journal of Pharmaceutics and
Pharmacology. 1: 1-8.
Sukandar, D. L.O. Sumarlin, H. Zahroh, dan E.R. Amelia. 2012. Uji Aktivitas Antidiabetes
Fraksi Etil Asetat Daun Pandan Wangi (P. amaryllifolius Roxb.) dengan Metode Glukosidase. Valensi. 2: 534-540.
Takarasel, R. 2010. Inventarisasi Tumbuhan Obat Tradisional di Kecamatan Manganitu,
Tamako, Tabukan Selatan dan Kendahe Kabupaten Sangihe [skripsi]. FMIPA
UNSRAT: Manado.
Tarigan, I. M. br., S. Bahri dan A. Saragih. 2012. Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak
Etanol Herba Suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth) Pada Mencit Jantan.
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology. 1: 37- 43.
Ukieyanna, E. 2012. Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolik, dan Flavonoid Total Tumbuhan
Suruhan (peperomia pellucida L. Kunth) [skripsi]. FMIPA IPB: Bogor.
Umar. 2008. Informatorium obat nasional indonesia 2008. Badan POM RI: Jakarta.
Widyastuti S, dan I.N. Suarsana. 2011. Ekstrak air tapak dara menurunkan kadar gula dan
meningkatkan jumlah sel beta pankreas kelinci hiperglikemia. Jurnal Veteriner. 12:
7-12.
Wijaya, S. dan S.W. Monika. 2004. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Herba Suruhan
(Peperomia pellucida L. Kunth) pada Tikus Putih Jantan. Berk. Penel. Hayati. 9:
115-118.

12

RINCIAN BIAYA PENELITIAN


No

Jenis pengeluaran

Jumlah

Biaya Administrasi
1

a. Ujian Proposal
b. Ujian Hasil Penelitian
c. Ujian Skripsi

Rp.

850.000

Rp.

1.000.000

Rp. 1.200.000
Biaya Penelitian
2.

a. Bahan Kimia
b. Hewan Uji
c. Analisa laboratorium

Rp.

200.000

Rp.

600.000

Rp.

400.000

Rp.

200.000

Biaya Penyusunan Laporan


3.

a. Analisis Data
b. Penggandaan dan Penjilidan
Total

Rp. 800.000
Rp. 5.250.000

13

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


Jadwal Kegiatan
No

Bulan I

Jenis Kegiatan
1

1
2
3
4
5
6
7

Bulan II
4

Bulan III
4

Bulan IV
4

Konsultasi Proposal
penelitan
Seminar Proposal
Penelitian
Analisa data hasil
penelitian
Konsultasi

hasil

penelitian
Seminar

hasil

penelitian
Ujian skripsi

14

Anda mungkin juga menyukai