Laporan Praktek
Asuhan Keperawatan Pd. Tn. H. SR
Dengan Cedera Kepala Berat dan Sub Dural Hematoma
Di Ruang Observasi Intensif RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal: 12 s.d 16 Nopember 2001
Mahasiswa
Mengetahui
Pembimbing Ruangan
Pembimbing Akademik
Harmayeti, SKp
Nip.
Nip.
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA KEPALA
PENGERTIAN
Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan
peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu
pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada
tindakan pencegahan.
PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran
darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh
kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak
25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan
asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit /
100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypicalmyocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada
fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium
dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi
. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan
arteriol otak tidak begitu besar.
2.
Memar otak
3.
Laserasi
2.
Hipotensi sistemik
3.
Hipoksia
4.
Hiperkapnea
5.
Udema otak
6.
Komplikasi pernapasan
berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling
sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis.
Gejala-gejala yang terjadi :
Nyeri kepala
Muntah
Hemiparesis
Penurunan nadi
Peningkatan suhu
Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan
kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya
terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi
dalam 48 jam - 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau
beberapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah :
Nyeri kepala
Bingung
Mengantuk
Menarik diri
Berfikir lambat
Kejang
Udem pupil
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Komplikasi pernapasan
Dilatasi pupil
Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan
permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Hemiparese
Kaku kuduk
PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem
persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi,
jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya.
2. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan,
hubungan klien dengan penanggung jawab.
3. Riwayat kesehatan :
Convulsi
Muntah
Dispnea / takipnea
Sakit kepala
Lemah
Luka di kepala
Paralise
Kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan
sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat
penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data
subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.
4. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15,
disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif,
perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak
karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX,
XII.
5. Pemeriksaan Penujang
MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
Penatalaksanaan
Konservatif:
Bedrest total
Pemberian obat-obatan
Prioritas Perawatan:
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala.
Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press
Beberapa diagnosa perawatan yang dapat dibuat untuk pasien dengan cedera
kepala adalah :
Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :
Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda
hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari
pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat
meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit ), adanya obstruksi dapat
menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan
penyebaran udara yang tidak adekuat.
Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat
disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau
masalah terhadap tube.
motorik
menentukan
stimulus
eksternal
kemampuan
dan
indikasi
berespon
keadaan
Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang
ada di ruangan.
Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan
kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang
menonjol.
Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan
menggunakan H2O2.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala.
Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press
Beberapa diagnosa perawatan yang dapat dibuat untuk pasien dengan cedera
kepala adalah :
Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :
Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda
hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari
pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat
meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit ), adanya obstruksi dapat
menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan
penyebaran udara yang tidak adekuat.
Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat
disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau
masalah terhadap tube.
motorik
menentukan
stimulus
eksternal
kemampuan
dan
indikasi
berespon
keadaan
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang
ada di ruangan.
Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan
kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang
menonjol.
Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan
menggunakan H2O2.
ASUHAN KEPERAWATAN
Dx. Keperawatan
Tujuan
Gangguan
perfusi Mempertahankan
jaringan
sehubungan
Rasional
Implementasi
otak dan memperbaiki Monitor dan catat status Refleks membuka mata
dengan tingkat kesadaran neurologis dengan meng- menentukan
udem otak
fungsi motorik.
Ditandai dengan:
Subyektif:
Intervensi
Independent:
pemulihan
tingkat kesadaran.
Respon motorik menen-
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital
pon
eksternal
peningkatan
intrakranial
baik.
terhadap
dan
stimulus
indikasi
dan
untuk
Evaluasi
tanda--tanda peningkatan
intracranial
tekanan
adalah
ter-
dan
tanda-tanda
peningkatan
tekanan
yang
irreguler
posisi
infeksi.
Untuk
menge-
syok
darahan.
akibat
per-
batuk
yang satu
sisi
dpt
menim-
urin
jugularis
dan
untuk
itu
meningkatkan
dapat
tekanan
intrakranial.
Dapat mencetuskan resObservasi
lindungi
kejang
pasien
dan pon
otomatik
pening-
Kolaborasi:
Kejang
terjadi
akibat
deng- an
Dapat
menurunkan
hi-
poksia otak.
Membantu
menurunkan
biologi
kimia
sehingga
steroid
(dexame-
menurunkan
negatif
dari
peningkatan
tekanan
intrakranial.
Antipiretik
Independent:
ventilator.
cepat
Ditandai dengan:
Subyektif:
yang
Penggunaan
otot
piratorik.
ada
atau
tanda-
dalam batas-batas
normal.
panjang
inspirasi
Perhatikan
kelembaban
selang
paru
ventilator menjadi
sehingga
kental
meningkatkan
dan
resiko
infeksi.
Adanya obstruksi dapat
menimbulkan tidak adekuatnya
Siapkan ambu bag tetap volume
berada di dekat pasien
kan
pengaliran
dan
menimbul
penyebaran
udara
Membantu
ventilasi
memberikan
yang
adekuat
efektifnya Mempertahankan
kebersihan
napas
Independent:
dengan penumpukan
sputum
dapat
dise-
pengumpulan
sputum,
perdarahan,
Kriteria Evaluasi
bronchospasme
atau
Ditandai dengan :
Subyektif:
bersih
ninggian
suara
sianosis
mesin,
tidak ada.
indikasi
pukan sputum.
pema-
detik
bila
banyak.
sputum harus
dibatasi
mencegah hipoksia.
untuk
ventilasi
kecemasan
dan
adekuat.
Ditandai dengan :
Subyektif:
dasar Independent :
pada pasien.
yang
dilakukan
pada
ga,
kebersihan Beri
lingkungan
bantuan
ter- memenuhi
untuk Kebersihan
perorangan,
kebersihan eliminasi,
berpakaian,
mandi,
membersihkan
penuhi
sesuai
dengan
kebutuh-
butuhan
dasar
akan
kuat.
rasa
mencegah
in-
bantuan
memenuhi
untuk
merupakan
sehari-hari
kebutuhan
yang
harus
perolehan
yang
dapat
yang
keluarga
dan bersih.
hubungan
klien
keluarga
memahami
Berikan
bantuan
dapat
peraturan
dpt
ber- Bina
hubungan
percaya.
Kriteri evaluasi :
Subyektif:
Ekspresi
tidak
wajah
menunjang
adanya
masan.
merasa diper-hatikan.
mengerti
cara semua
prosedur
yang
an keluarga me-
ngenai
dengan
keadaan,
pengobatan
dan
Mempertahankan
tindakan
meningkat.
klien.
hubungan
pasien
dan
keagamaan
mengurangi
rasa
gangguan Gangguan
kulit integritas
Independent:
kulit Kaji fungsi motorik dan
sehubungan
immobilisasi,
adekuatnya sirkulasi
perifer.
ke-
terjadinya
waktu
jam
tempat
daerah
kaki jaringan
perfusi
sekitar.
ke
Maka
jam
memperlancar
dapat
sirkulasi
maka
tidak
gangguan,
anggota
mengalai
khususnya
menonjol
guna
kebersihan kulit.
lembab
memudahkan
akan
terjadinya
atas
daerah
yang
sirkulasi
Pertahankan
kerasakan
alat-alat kulit.
untuk
keluar
setiap 8 jam.
adanya Sebagai
bagian
untuk
mencegah
luas
menggunakan
ber
kerusakan
Tidak efektifnya pola napas sehubungan Mempertahankan pola napas yang Independent:
dengan depresi pada pusat napas di otak. efektif melalui ventilator.
Ditandai dengan:
Subyektif:
Kriteria evaluasi
Tidak efektifnya kebersihan jalan napas Mempertahankan jalan napas dan Independent:
sehubungan
dengan
sputum
Kriteria Evaluasi
Ditandai dengan :
Subyektif:
suara sekret pada selang dan bunyi Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila
alarm karena pe-ninggian suara
sputum banyak.
Keterbatasan aktifitas sehubungan dgn Kebutuhan dasar pasien dapat ter- Independent :
penurunan kesadaran (soporos - coma )
Kriteria hasil :
Ditandai dengan :
Subyektif:
Kecemasan
keluarga
kungan.
sehubungan Kecemasan kelu-arga dpt ber- Independent:
kurang
Ditandai dengan:
Subyektif:
Kriteri evaluasi :
kece-masan.
Keluarga
gangguan
integritas
tindakan meningkat.
kulit Gangguan integritas kulit tidak Independent:
sirkuasi perifer
Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
Ganti posisi pasien setiap 2 jam. Berikan posisi dalam sikap anatomi dan
gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien :
sekali.
Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.
Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8
jam.
Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam
dengan menggunakan H2O2.
Dx. Keperawatan
Tujuan
Gangguan perfusi jaringan otak Mempertahankan
sehu-bungan dengan ude-ma otak
Rencana Tindakan
dan Independent:
memperbaiki tingkat kesadaran Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode
fungsi motorik.
GCS.
Kriteria hasil :
Ditandai dengan:
Subyektif:
PENGKAJIAN
I.
II.
Identitas
Nama
: Tn. H. SN
Umur
: 50 thn.
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: -
Alasan MRS
Nursing history
2.
3.
Body system
: 9,7 g/dl
: 17
: 7,360
PCO2
: 36,2
PO2
: 190,7
HCO3
: 20
BE
: -5,4
: 4,5
5.
Terapi
Infus RD5: NaCl 0,9 = 1000:1000
Fosmysin 2 x 2 gr
Phenitoin
Manitol
3 X 10 mg
4 X 100 cc
Cimetidin
3 X 1 ampul
Toradol
3 x 10 mg
O2 nasal 6 l/mnt
ANALISA DATA dan DIAGNOSA KEPERAWATAN
Da ta
1.
Kemungkinan
Masalah
penyebab
Penurunan kesadaran
Tidak
efektif
bersihan
pada
jalan
pusat napas
terjadi
retraksi
dada.
Terdapat stridor
Reflek
batuk-,
lidah
menurun
dan
penumpukan sekret
2. DS : DO: Sub epidural hematoma, akral Sub epidural hematoma Gangguan perfusi
agak dingin, T= 90/60 mmhg, nadi 91
lemah. Kesadaran pre koma.
serebral
Aliran darah menurun
Oksigen menurun
3.
Keterbatasan
aktivitas
terpasang
monitor,
kateter, NG tube.
infus,
dower Penurunan
koordinasi
sensorik-motorik
Kaji dengan ketat (tiap 60 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat
disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah
terhadap tube.
Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang
simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan
tidak adanya penumpukan sputum.
Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum
banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk
mencegah hipoksia.
Rencana tindakan
-Pertahankan posisi terlentang dengan kepala ekstensi untuk meningkatkan
aliran oksigen.
-Berikan oksigen nasal 6 l/menit untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang
diperlukan.
-Monitor vital sign tiap 30 menit, untuk mengetahui perkembangan kondisi
otak.
-Monitor status neurologis dan GCS tiap 1 jam, untuk mengetahui keadaan
sensoris dan motorik.
-Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang dan anti muntah:
Phenitoin 1 amp: jam 08.00 - 16.00 - 24.00
Cemitidin 1 amp: jam 08.00 - 16.00 - 24.00
3.Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan penurunan kesadaran (coma)
Tujuan :
Setelah perawatan 2 x 24 jam kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara
adekuat.
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan. Makanan dan
minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk
menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan
pasien baik jumlah, kalori, dan waktu.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal/jam
14 Nopember
Tindakan keperawatan
2001
08.00
09.00
10.00
11.00
15 Nopember
2001
14.00
15.00
16.00
18.00
EVALUASI
Evaluasi
S: O:Sputum encer, stridor (+), tidak sianosis, sesak
berkurang, RR 26 x/mnt.
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan.
15 Nop
20.00
1.Tidak
efektifnya
bersihan jalan napas
berhubungan dengan
penumpukan sekret.
3.
Keterbatasan
aktifitas berhubungan
dengan
penurunan
kesadaran (coma)
S:_
O:Kebutuhan nutrisi dan personal
terpenuhi. GCS 2-2-5.
A:Masalah tetap reisko
P: Intervensi dipertahankan
hygiene