Makalah
Makalah
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Kebebasan beragama merupakan salah satu hak dasar manusia yang
seharusnya dipenuhi oleh pemerintah. Namun seringkali di banyak negara terjadi
pembatasan bagi warganya untuk menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan
yang dia peroleh. Seringkali bukan hanya pembatasan yang diperoleh, melainkan juga
diskriminasi dan penindasan. Pihak yang biasanya mengalami pembatasan dan
penindasan ini adalah kaum yang menganut agama di luar agama mayoritas di tempat
atau negara ia tinggal.
Hal ini sangat disayangkan karena sebagai manusia yang hidup di lingkungan
yang plural, toleransi beragama harus dijunjung tinggi. Toleransi beragama adalah
kondisi menerima dan mengizinkan kepercayaan lain dan menjalankan ritual
meskipun berbeda dengan apa yang ia percayai. Toleransi beragama dapat diartikan
juga ketika negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi negara memberikan ijin
kepada warganya untuk menganut agama dan kepercayaan sesuai keinginannya dan
untuk menjalankan agama dan kepercayaannya itu tanpa ada paksaan atau gangguan
dari pihak lain. Hal ini tepat dengan apa yang tertera di dalam UUD 1945 pasal 29
ayat 1. Makin meningkatnya perlakuan diskriminatif terhadap agama dan pemeluk
agama tertentu menunjukkan lemahnya pengawasan negara dan atau negara yang
melegalkan bentuk-bentuk pelanggaran agama. Dengan kata lain negara tidak mau
atau tidak sanggup mengakomodasi hak mendasar warga negaranya. Ini merupakan
salah satu indikasi fail state.
Salah satu bentuk pelanggaran kebebasan beragama yang sering terjadi di
seluruh belahan dunia adalah adanya penindasan terhadap kaum Kristen dan
gerejanya, dalam makalah ini disebut dengan persecuted church. Aksi yang dilakukan
mulai dari sulitnya ijin mendirikan gereja, gereja ditutup secara paksa, bahkan dibakar
dan tindakan diskriminatif lainnya terhadap penganut agama Kristen. Oleh karena itu,
dengan menggunakan konsep HAM dan juga konsep mengenai NGO, makalah ini
akan mencoba menjawab mengenai apakah peranan negara dalam menangani kasus
1
I.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah apakah peranan negara dalam menangani
kasus persecuted church di lingkup teritorinya dan apakah peranan International
Association for Religious Freedom (IARF) dalam mengadvokasi permasalahan ini?
I.3
Kerangka Konsep
1.
yang melekat dalam diri setiap manusia. Menurut Amnesty International, HAM
adalah basic rights and freedoms that all people are entitled to regardless of
nationality, sex, national or ethnic origin, race, religion, language, or other status.
Human rights include civil and political rights, such as the right to life, liberty and
freedom of expression; and social, cultural and economic rights including the right to
participate in culture, the right to food, and the right to work and receive an
education. Human rights are protected and upheld by international and national
laws and treaties.1 Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa HAM merupakan hak
moral fundamental dari manusia yang penting dan membedakan manusia dengan
makhluk hidup lain. Sesuai dengan definisi tersebut, dapat intepretasikan bahwa
sebuah lingkungan yang baik adalah lingkungan yang menghargai persamaan atau
otonomi individu yang terjamin melalui pengenalan dan aplikasi dari hak dasar setiap
manusia.2
Jika dikaitkan dengan agama, maka akan terlihat jelas bahwa HAM sejalan
dengan agama karena agama meyakini bahwa segala sesuatu yang baik yang ada di
dunia ini merupakan ciptaan Tuhan, oleh karena itu hak-hak dasar manusia juga harus
1
dipenuhi karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi karena dikaruniai
akal budi dan hati nurani. Gloria Dei, Homo Vivens. Hal ini sesuai dengan kalimat
yang diutarakan oleh Santo Agustinus : Gloria Dei, Homo Vivens yang berarti
bahwa: Tuhan dimuliakan ketika manusia hidup sebagai manusia dan secara
manusiawi. Manusia harus menjadi manusia seutuhnya. Untuk itulah manusia tidak
boleh hidup hanya bagi dirinya, manusia hidup untuk menghidupi sesama. Maka jika
seorang hidup secara manusiawi, sesamanya harus diperjuangkan agar juga dapat
hidup secara manusiawi. Demikianlah hidup yang menghidupi. Oleh karena itu setiap
manusia harus dipastikan dapat menikmati hak-haknya seperti hak untuk
mendapatkan penghidupan yang layak, hak untuk bebas dari rasa takut dan termasuk
hak untuk menganut kepercayaan dan menjalankan kepercayaannya tersebut.
Rein Muellerson mengatakan bahwa HAM memiliki korelasi dengan
hubungan internasional seperti yang dikatakannya dalam buku yang berjudul Human
Rights Diplomacy:
The most widespread threat to international relations does not come from
direct cross-border attack of international peace and security. It comes from
the spread of domestic instability, which often caused by human rights
emergencies, over national borders. Therefore it seems that the key idea
behind the relationship between human rights and international relations is
stability.3
Muellerson
juga
menjelaskan
bahwa
pada
dasarnya
negara
dituntut
2.
Rein Muellerson, Human Rights Diplomacy, (London and New York: Routledge, 1997), page 38.
Ibid, hal 53.
5
John Keane, Global Civil Society, (United Kingdom: Cambridge University Press), hal. 8.
4
Thomas Princen, NGOs: Creating a Niche in Environmental Diplomacy, dalam Thomas Princen dan
Matthias Finger, Environmental NGOs in World Politics Linking the Local and the Global, Routledge, London
1994, hal. 32.
7
Ibid, page 18.
8
Human Rights NGOs, diakses dari
http://library.duke.edu/research/subject/guides/ngo_guide/ngo_links/rights.html, pada October 2nd 2009, pukul
09.16.
BAB II
ISI
II.1
Watch List, pada tahun 2009 terdapat 50 negara dengan tingkat penindasan orang Kristen
terbesar. Peringkat nomor satu diduduki oleh Korea Utara, lalu Saudi Arabia, Iran,
Afganistan.9 Kebanyakan negara-negara yang tercatat terdapat banyak penindasan terhadap
orang Kristen merupakan negara-negara Timur Tengah, Asia Tengah, Asia tenggara dan
beberapa negara Afrika. Indonesia juga termasuk dalam daftar ini. Bentuk penindasan yang
dilakukan adalah pembatasan atau sulitnya mengatur ijin mendirikan gereja meskipun dapat
membeli tanah yang diinginkan, pembatasan dalam melakukan kegiatan-kegiatan, penutupan
dan pembakaran gereja, penculikan, penyiksaan, bahkan pembunuhan orang-orang Kristen.
Contohnya adalah Maryam Jalili, Mitra Zahmati dan Farzan Matin yang merupakan
warga negara Iran yang dipenjarakan ketika berkumpul dalam rumah ibadah untuk
merayakan Natal. Ironisnya, keberadaan mereka tidak diketahui, petugas yang menangkap
menyembunyikan identitas mereka. Ketika banyak orang menuntut ketiga orang tersebut
dibebaskan dibantu oleh beberapa lembaga, para aparat pemerintah baru membebaskan ketiga
tahanan tersebut.10 Lain lagi dengan kisah Bishop Haik Hovsepian yang meninggal dibunuh
di depan kedua anaknya karena masih dengan setia menjadi pemimpin umat Kristen
meskipun telah mendapat larangan keras. Kedua anaknya yang melihat peristiwa keji tersebut
membuat film mengenai kehidupan ayahnya yang menjadi teladan bagi mereka: kesetiaan
dan kegigihan untuk mempertahankan apa yang dianggapnya benar. Film yang berjudul A
Cry From Iran ini yang dibuat oleh Andre dan Joseph Hovsepian mendapatkan sambutan luar
biasa dari masyarakat internasional dan mendapatkan sejumlah penghargaan.11
9
Christian
Persecution:
Country
Proflles,
diakses
dari
Michele Vu, Iranian Filmmakers Expose Christian Murder Cases, diakses dari
12
http://www.persecution.com/public/restrictednations.aspx?
clickfrom=bWFpbl9tZW51, pada tanggal 15 Mei 2010, pukul 15.00 WIB.
13
Christmas
in
North
Korea,
diakses
http://persecutedchurch.blogspot.com/2009/12/christmas-in-north-korea.htm,
tanggal 20 Mei 2010, pukul 21.00 WIB.
15
Ibid.
dari
pada
II.2
khususnya kebebasan beragama gerah dan mau berjuang melakukan sesuatu. Salah satu yang
terbesar adalah IARF. IARD adalah lembaga nonprofit asal Ingris yang berjuang untuk
kebebasan menganut agama dan kepercayaan dalam skala global. IARF memiliki 25 negara
anggota dengan substansi agama yang beraneka ragam, yaitu Buddha, Kristen, Hindu, Islam,
Shinto dan Zoroastrinism. Dasar dari berdirinya IARF adalah sesuai dengan artikel 8 United
Declaration of Human Rights (UDHR) yang dikeluarka pada tahun 1948 yaitu everyone
has the right to freedom of though, conscience and religion; this right includes freedom to
change his religion or belief, and freedom, either alone or in community with others and in
public or private, to manifest his religion in teching, practice, worship and observance.16
Dalam website resminya IARF mengatakan bahwa tujuan berdirinya IARF adalah
untuk memperjuangkan kebebasan beragama dan memeluk kepercayaan karena ini
merupakan hak manusia yang berharga dan cara manusia untuk mencari kebenaran. Ini
membutugkan usaha di dalam tiga aspek yang menjadi core business IARF, yaitu: Pertama,
kebebasan dari oppressive interference atau diskriminasi yang dilakukan oleh negaram
pemerintah dan institusi sosial yang juga memiliki minat terhadap isu agama, Kedua,
berjuang lewat mutual understanding, respek dan bekerja sama dalam harmoni atau paling
tidak toleransi antar individu, komunitas dan agama; Ketiga, essential acoountability oleh
kelompok agama untuk memastikan bahwa praktek beragama yang mereka lakukan
memegang teguh fundamenta dignity dan HAM setiap anggota mereka secara umum dan
orang lain secara umum.17 Oleh karena itu IARF bekerja dari dan untuk kelompok agama atau
kepercayan dengan tradisi yang berbeda dan komunitas yang menderita akibat persecution
atau diskriminasi. IARF memiliki lima program utama yaitu: (1) supporting affected
communities, yaitu mengidentifikasi komunitas yang mengalami penderitaan dari
ketidakbebasan mereka memeluk agama dan bekerja
wilayah tersebut serta anggota IARF untuk membangun program bantuan yang praktis; (2)
Non-formal diplomacy, yaitu menjalin hubungan dengan para pembuat kebijakan lewat
diplomasi nonformal dan channel PBB untuk meningkatkan kepedulian masyarakat
16
Ibid.
internasional mengenai relgious persecution; (3) young adult programmes, membuat jaringan
global antar remaja dan pemuda yang berkomitmen untuk memperjuangkan kebebasan
beragama dan mempromosikan harmoni dan saling pengertian antaragama; (4) religious
freedom and responsibility, bekerja dengan anggota organisasi untuk membantu membuat
guidelines penting untuk memperjuangkan isu n; (5) preventive strategies, mengidentifikasi
area yang rentan terhadap pelanggaran kebebasan beragama sebelum tindakanan
nyataintoleransi beragama terjadi atau kembali terjadi. Program ini juga menekankan
pentingnya pendidikan.
II.3
Analisa
Melihat penjelasan mengenai kebebasan beragama yang sangat dikekang di beberapa
negara seperti Indonesia, Iran dan Korea Utara membuat kita mempertanyakan, apakah
peranan negara untuk menanggulangi permasalahan ini? Jika dilihat pola dari ketiga negara
tersebut, alasan pertama,persecution terhadap gereja dan orang Kristen dilakukan di negaranegara dimana agama Kristen tidak menjadi dominan. Oleh karena itu penindasan terhadap
kaum minoritas dapat dilakukan dengan lebih leluasa. Tujuan dari tindakan anti Kristen yang
dilakukan bertujuan untuk membuat agama Kristen tidak berkembang lebih pesat karena
dianggap dapat menyaingi agama mayoritas yang ada di negara tersebut.
Dalam kasus Korea Utara penulis melihat bahwa ada tendensi kekhawatiran
pemerintah terhadap berkembangnya agama Kristen. Korea Utara merupakan negara komunis
yang otoriter. Pemerintah mungkin khawatir ketika Kristen berkembang pesat dapat
menduduki tempat-tempat strategis untuk membuat kebijakan sehingga mereka tidak lagi
dapat memerintah dengan otoriter karena nilai-nilai Kristen bertolak belakang dengan
pemahamaman mereka selama ini. Alasan kedua adalah adanya salah penafsiran kitab agama
tertentu. Ada kelompok yang menamakan dirinya kelompok agama namun selalu
mempersulit proses pembangunan gereja dan bahkan merusak serta menindas orang Kristen.
Sesuai dengan pendapat ahli agama yaitu Ahmad Kamal, penulis berpendapat bahwa
kesalahan mendasar gerakan teroris adanya kesalahan penalaran dari ayat-ayat Kitab Suci
yang sudah tidak kontekstual dengan masa kini. Seperti yang dikatakan oleh Rocky Gerung
(ed):18
Menikmati kitab suci sebagai wujud referensi spiritual memang pilihan bebas
manusia, namun alangkah sempitnya apabila kita menjadikan teks tersebut
18
Rocky Gerung (ed), Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus, Depok: Filsafat UI Press, 2006, hal. 320.
10
BAB IV
KESIMPULAN
Hak asasi manusia merupakan hak utama yang membedakan manusia dengan cipta
lainnya. Hubungan HAM dan agama adalah agama mangajarkan bahwa manusia ada
bukan karena sendirinya namun diciptakan Allah. Oleh karena itu manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah harus mengasihi ciptaan Allah yang lain. Hubungan kedua adalah
salah satu bentuk HAM adalah kebebasan untuk beragama. Namun hal ini dinodai oleh
sekelompok orang yang memiliki stereotipi terhadap agama lain, dalam makalah ini
dibahas tentang diskriminasi yang dilakukan terhadap gereja dan orang Kristan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Forsythe, David. 2000. Human Rights in International Relations. United
Kingdom: Cambridge University Press.
Keane, John. 2000. Global Civil Society. United Kingdom: Cambridge
University Press.
Gerung, Rocky. 2006. Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus. Depok:
Filsafat UI Press.
12
Muellerson, Rein. 1997. Human Rights Diplomacy. London and New York:
Routledge.
Princen, Thomas. 1994. NGOs: Creating a Niche in Environmental
Diplomacy, dalam Thomas Princen dan Matthias Finger, Environmental
NGOs in World Politics Linking the Local and the Global. London:
Routledge.
Jurnal
http://library.duke.edu
Internet
www.amnestyusa.org
www.christianpost.com
www.iarf.net
www.persecution.com
13