Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apeks coccygeus, membentuk
skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium
costa, dan sternum). Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan
serabut saraf, menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi
tubuh.
Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh
ligament didepan dan di belakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang
mempunyai daya absorbsi tinggi terhadap tekanan atau trauma yang memberikan
sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu
trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transportasi ke rumah
sakit harus diperlukan dengan hati-hati. Trauma tulang belakang dapat berupa
fraktur dan dislokasi, yang dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga, terjatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja.1

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 1. Anatomi Tulang Belakang


Kolumna vertebra atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur
lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang vertebra atau tulang belakang. Di
antara tiap dua ruas antar tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Panjang
rangkaian tulang belakang pada orang dewasa mencapai 57-67 cm. Seluruhnya
terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya tulang-tulang terpisah dan 9 ruas
sisanya bergabung membentuk 2 tulang
Vertebra dikelompokkan dan dinamakan sesuai dengan daerah ditempatinya.
a.

7 vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah

tengkuk
b. 12 vertebra thorakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian
belakang thorak atau dada

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 2

c. 5 vertebra lumbalis atau ruas tulang punggung pinggang membentuk


daerah lumbal atau pinggang
d. 5 vertebra sakralis atau ruas tulang belakang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang
e. 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang ekor membentuk tulang koksigeus
atau tulang ekor. Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian
dengan sakrum.
Pada tulang leher, punggung dan pinggang ruas-ruasnya tetap tinggal jelas
terpisah selama hidup dan disebut ruas yang dapat bergerak. Ruas-ruas pada dua
daerah bawah, sakrum dan koksigeus. Pada masa dewasa bersatu membentuk dua
tulang. Ini disebut ruas-ruas tak bergerak.
Dengan perkecualian dua ruas utama dari tulang leher maka semua ruas yang
dapat bergerak memiliki ciri khas yang sama. Setiap vertebra terdiri atas dua
bagian, yang anterior disebut badan vertebra dan yang posterior disebut arkus
neuralis yang melingkari kanalis neuralis (foramen vertebra atau saluran sumsum
tulang belakang) yang dilalui tulang belakang.
A. Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Kecuali
yang pertama dan kedua, yang membentuk terbentuk istimewa, maka ruas
tulang leher pada umumnya mempunyai ciri sebagai berikut: badannya
kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping dari
pada dari depan ke belakang. Lengkungnya besar besar, prosesus spinosus
atau taju duri di ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus
transversusnya atau tuju sayat berlubang-lubang karena banyak foramina
untuk lewatnya arteri vertebralis.
Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang mempunyai
prosesus spinosus tidak terbelah. Prosesus ini mempunyai tuberkel
(benjolan) pada ujungnya. Membuat gambaran yang jelas di tengkuk dan
tampak pada bagian bawah tengkuk. Karena ciri khususnya ini maka
tulang ini disebut vertebra prominens.
B. Vertebra thorakalis atau ruas tulang punggung lebih lebih besar daripada
yang servikal dan sebelah bawah lebih besar. Ciri khas vertebra thorakalis

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 3

adalah sebagai berikut: badannya berbentuk lebar lonjong (bentuk jantung)


dengan faset atau lekukan kecil do setiap sisi untuk menyambung iga,
lengkungannya agak kecil, prosesus spinosus panjang dan mengarah ke
bawah. Sedangkan prosesus transversus, yang membantu mendukung iga
adalah tebal dan kuat serta memuat faset persendian untuk iga.
C. Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar.
Badannya sangat besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan
berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti
kapak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan langsing. Ruas kelima
membentuk sendi dengan sacrum pada sendi lumbosacral.
Medulla spinalis mengandung zat putih dan zat kelabu yang mengecil pada
bagian atas menuju ke bagian bawah servikal dan torakal. Pada bagian ini
terdapat pelebaran dan vertebra servikal IV sampai sampai vertebra
thorakal II. Pada daerah lumbal pelebaran ini semakin kecil disebut konus
meduaris.
Konus ini berakhir pada vertebra lumbal I dan II, akar saraf yang berasal
dari lumbal bersatu menembus foramen intervertebralis.
Penyebaran semua saraf medulla spinalis, dimulai dari thorakal I sampai
lumbal III mempunyai cabang-cabang dalam saraf yang akan keluar
membentuk fleksus dan ini akan membentuk saraf tepi (perifer) terdiri
dari:
1. Fleksus servikalis, dibentuk oleh cabang-cabang

saraf servikalis

anterior. Cabang ini bekerja sama dengan nervus vagus dan nervus
assesorius.
2. Fleksus brakialis dibentuk oleh persatuan cabang-cabang anterior dari
saraf servikal 4dan thorakal 1, saraf terpenting nervus mediana :
a. Nervus ulnaris redialis
b. Mempersarafi anggota gerak atas
3. Fleksus lumbalis, dibuat oleh serabut saraf dan torakalis 12 saraf
terbesar yaitu :
a. Nervus femoralis
b. Nervus obturatoir
4. Dibentuk oleh saraf dan lumbal dan sakral. Saraf skiatik yang
merupakan saraf terbesar keluar mempersarafi otot anggota gerak
bawah.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 4

saraf lumbal I dan II membentuk nervus genito femoralis yang


mengurus persarafan kulit daerah genitalis dan paha atas bagian

medial.
saraf lumbal II-IV bagian ventral membentuk nervus obturatorius
yang mensarafi otot obturatori dan abductor paha, bagian sensorik

mengurus sendi paha.


Saraf lumbal I-IV bagian dorsal membentuk nervus femoralis
mensarafi musculus quadriceps femoris. Lumbal II dan lumbal III
bagian dorsal juga membentuk saraf quadratus femoris yang

mensarafi kulit paha bagian lateral.


D. Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada
bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang
inominata (tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis
(panggul). Dasar dari sacrum terletak diatas dan bersendi dengan vertebra
lumalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tapi
anterior dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis. Kanalis
sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan
memang lanjutan dari padanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang
untuk dilalui saraf sakral. Prosesus spinosus yang rudimeter dapat dilihat
dari pandangan poterior dan sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah
cekung dan memperlihatkan empat gili-gili menlintang, yang menandakan
tempat penggabungan kelima vertebra sakralis. Pada ujung gili-gili ini,
disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf.
Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan
tulang koksigeus. Di sisinya sacrum bersendi dengan ilium dan
membentuk sendi sakro illiaka kanan dan kiri.
E. Koksigeus atau tulang ekor terdiri atas empat atau lima vertebra yang
rudimeter yang bergabung menjadi satu. Di atasnya ia bersendi dengan
sacrum.
Lengkung kolumna vertebralis. Kalau dilihat dari samping maka kolumna
vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung anteroposterior
lengkung vertikal pada daerah leher melengkung ke depan dan daerah
pelvis melengkung ke belakang.
Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 5

Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder. Lengkung


servikal ketika kanak-kanak mengangkat kepalanya untuk melihat
sekelilingnya sambil menyelidi lengkung lumbal dibentuk ketika ia
merangkak, berdiri dan berjalan dan mempertahankan tegak.
2.2 Definisi
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks;
biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya
masi utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana), kalau kulit atau
salah satu dari rongga tubuh tertembus, keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau
compound), yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi.1
Pada fraktur, yang patah bisa lamina, pedikel, prosesus transversus, diskus
intervertebralis bahkan korpus vertebralnya. Bersama-sama dengan fraktur tulang
belakang, ligamentun longitudinale posterior dan dura bisa terobek, bahkan
kepingan tulang belakang bisa menusuk ke dalam kanalis vertebralis. Arteri yang
memperdarahi medula spinalis serta vena-vena yang mengiringinya bisa ikut
terputus.2
Sublukasi adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya deviasi
hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang lainnya yang masih
menyentuh berbagai bagian pasangannya. Jika kedua bagian ini sudah tidak
menyinggung satu dengan lainnya maka disebut dislokasi.3
Pada dislokasi tulang belakang, kanalis vertebralis pada tempat dislokasi
menjadi sempit. Pembuluh darah dan radiks dorsalis/ventralis bisa ikut tertarik
atau tertekan. Fraktur tidak mempunyai tempat predileksi, tetapi dislokasi
cenderung terjadi pada tempat-tempat antara bagian yang sangat mobil dan bagian
yang terfiksasi, seperti C.1-2, C. 5-6, dan T.11-12. Dislokasi bisa ringan dan
bersifat sementara atau berat dan menetap.2

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 6

2.3 Etiologi
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relative rapuh namun
mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a) Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disbebakan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang
dapat berupa pukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau
penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat
yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
(pukulan sementara)
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya, penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
kominutif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b) Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain,
akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemuakan pada
tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada atlet, penari dan calon
tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
c) Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu
lemah( misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya
pada penyakit Paget).1
Mekanisme cedera
Tipe pergeseran yang penting: (1) hiperekstensi (2) fleksi (3) tekanan aksial
(4) fleksi dan tekanan digabungkan dengan distraksi posterior (5) fleksi yang
digabungkan dengan rotasi dan (6) translasi horizontal. Fraktur dapat terjadi
akibat kekuatan minimal saja pada tulang osteoporotik atau patologik.1
1. Hiperekstensi (kombinasi distraksi dan ekstensi)

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 7

Hiperekstensi jarang terjadi di daerah torakolumbal tetapi sering pada


leher, pukulan pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan
tanpa menyangga oksiput sehingga kepala membentur bagian atas
punggung. Ligamen anterior dan diskus dapat rusak atau arkus saraf
mungkin mengalami fraktur. cedera ini stabil karena tidak merusak ligamen
posterior.1

Gambar 2. Hyperextention Injury


2. Fleksi
Trauma ini terjadi akibat fleksi dan disertai kompresi pada vertebra.
Vertebra akan mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligamen
posterior. Jika ligamen posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak stabil
sebaliknya jika ligamentum posterior tidak rusak maka fraktur bersifat
stabil. Pada daerah cervical, tipe subluksasi ini sering terlewatkan karena
pada saat dilakukan pemeriksaan sinar-X vertebra telah kembali ke tempatnya.1

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 8

Gambar 3. Flexion Injury

3. Fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi posterior

Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan dis traksi posterior dapat
mengganggu kompleks vertebra pertengahan di samping kompleks posterior.
Fragmen tulang dan bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis spinalis.
Berbeda dengan fraktur kompresi murni, keadaan ini merupakan cedera tak
stabil dengan risiko progresi yang tinggi. Fleksi lateral yang terlalu banyak
dapat menyebabkan kompresi pada setengah corpus vertebra dan dis traksi
pada unsur lateral dan posterior pada sisi sebaliknya. Kalau permukaan dan
pedikulus remuk, lesi bersifat tidak stabil.1
4. Pergeseran aksial (kompresi)
Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau
lumbal akan menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan mematahkan
lempeng vertebra dan menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra; dengan
kekuatan yang lebih besar, bahan diskus didorong masuk ke dalam badan
vertebral, menyebabkan fraktur remuk (burst fracture). Karena unsur posterior
utuh, keadaan ini didefinisikan sebagai cedera stabil. Fragmen tulang

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 9

dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalis spinalis dan inilah yang


menjadikan fraktur ini berbahaya; kerusakan neurologik sering terjadi. 1
5. Rotasi-fleksi
Cedera spina yang paling berbahaya adalah akibat kombinasi fleksi dan
rotasi. Ligamen dan kapsul sendi teregang sampai batas kekuatannya;
kemudian dapat robek, permukaan sendi dapat mengalami fraktur atau
bagian atas dari satu vertebra dapat terpotong. Akibat dari mekanisme ini
adalah pergeseran atau dislokasi ke depan pada vertebra di atas, dengan atau
tanpa dibarengi kerusakan tulang. Semua fraktur-dislokasi ber sifat tak stabil
dan terdapat banyak risiko munculnya kerusakan neurologik.1
6. Translasi Horizontal
Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah dapat
bergeser ke anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak stabil dan
sering terjadi kerusakan syaraf. 1

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 10

Gambar 4. Mekanisme Cedera

2.4 DIAGNOSIS
Setiap pasien yang pernah menderita cedera berat harus diperiksa
sepenuhnya untuk mencari ada tidaknya cedera spinal. Untuk melakukannya,
pakaiannya mungkin terpaksa dipotong dari badannya sehingga sesedikit mungkin
mengganggu posisi. Pada pasien yang tak sadar, kesadaran adalah segala-galanya.
Kekuatan yang menyebabkan cedera yang membahayakan pada kepala juga dapat
melukai leher dan cedera semacam itu harus selalu dianggap ada sebelum ada

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 11

bukti yang sebaliknya. Setiap keluhan nyeri atau kekakuan pada leher atau
punggung harus ditanggapi secara serius, sekalipun pasien dapat berjalan atau
bergerak tanpa banyak mengalami gangguan. Tanyakanlah mengenai rasa baal,
paraestesia atau kelemahan pada tungkai.1
Riwayat kecelakaan dapat memberi petunjuk yang penting: jatuh dari tempat
tinggi, cedera akibat terjun, benturan pada kepala, tertimpa reruntuhan atau
ambruknya langit-langit, atau sentakan mendadakan pada leher akibat tubrukan
dari belakang (whiplash injury). Ini semua merupakan penyebab kerusakan spinal
yang sering ditemukan.1
Memar pada muka atau abrasi dangkal pada dahi menunjukkan adanya
kekuatan yang menyebabkan hiperekstensi. Leher mungkin berposisi miring, atau
pasien dapat menyangga kepala dengan tangannya. Bila pasien terlentang, dada
dan perut dapat diperiksa untuk mencari ada tidaknya cedera yang menyertai.
Kemudian tungkai dengan cepat diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda
kerusakan neurologic. Untuk memeriksa punggung, pasien diputar pada satu sisi
dengan sangat berhati-hati dengan menggunakan teknik menggelindingkan
balok. Memar menunjukkan kemungkinan tingkat cedera.1
Prosesus spinosus dipalpasi dengan hati-hati. Kadang-kadang suatu celah
dapat teraba bila ligament terobek; keadaan ini, atau hematoma pada spina,
merupakan tanda yang menakutkan (berbahaya). Tulang dan jaringan lunak
diperiksa dengan pelan-pelan untuk mencari ada tidaknya nyeri tekan.
Gerakan spina dapat berbahaya, ini dapat membahayakan korda. Jadi gerakan
harus dihindari sebelum diagnosis ditegakkan.1
Pemeriksaan neurologic penuh dilakukan pada semua hal; pemeriksaan ini
mungkin harus diulangi beberapa kali selama beberapa hari pertama. Pada
awalnya, selama fase syok spinal, mungkin terdapat paralisis lengkap dan
hilangnya perasaan dibawah tingkat cedera. Keadaan ini dapat berlangsung
selama 48 jam atau lebih dan selama periode ini sulit diketahui apakah lesi
neurologic lengkap atau tidak lengkap. Penting untuk menguji ada tidaknya reflex
primitive kulit anal dan sensasi perianal. Sekali reflex primitive muncul kembali,
syok spinal telah berakhir; kalau semua fungsi motoric dan sensorik masih tak
ada, lesi neurologic bersifat lengkap. Sensasi perianal yang utuh menunjukkan lesi
yang tidak lengkap, dan dapat terjadi penyembuhan lebih jauh.1
Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 12

Pencitraan
Pemeriksaan dengan sinar X sangat menentukan. Pemeriksaan ini harus
dilakukan dengan sesedikit mungkin manipulasi pada leher atau punggung, namun
pemeriksaan ini harus cukup lengkap untuk memberikan informasi yang penting.
Foto lateral pada vertebra servikal harus mencakup semua vertebra dari C1 sampai
T1; kecuali kalau vertebra benar-benar dihitung, cedera didaerah bawah dapat
terlewatkan. Foto anteroposterior harus mencakup prosesus odontoid. Foto oblik
mungkin juga diperlukan dan harus diingat bahwa lebih dari satu daerah spina
dapat rusak. CT sangat berharga untuk menunjukkan fraktur pada korpus vertebra
atau arkus saraf, atau pelanggaran batas kanalis spinalis.1
MRI sangat berguna untuk memperlihatkan jaringan-jaringan lunak
(diskus intervertebralis dan ligamentum flavum) dan lesi pada korda.1

2.5 TRAUMA VERTEBRA SERVIKAL


Nyeri dan kekakuan leher, atau keluhan paraestesia atau kelemahan pada
tungkai atas, tak boleh di pandang enteng. Kekuatan yang menyebabkan cedera
kepala yang berbahaya (misalnya kecelakaan lalu lintas atau benturan kepala
akibat jatuh dari tempat tinggi) juga dapat menyebabkan cedera leher. Karena itu,
pada pasien yang pingsan karena cedera kepala, fraktur vertebra servikal harus
selalu dicurigai. Posisi leher yang abnormal dapat menjadi tanda pendukung,
tetapi palpasi jarang bermanfaat. Gerakan harus dilakukan dengan sangat pelanpelan dan, kalau nyeri terbaik ditunda hingga leher telah difoto dengan sinar-X.
nyeri atau paraestesia pada tungkai perlu diperhatikan, dan tungkai harus selalu
diperiksa untuk mencari bukti adanya kerusakan sumsum atau akar saraf.1

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 13

Gambar 5. Subluksasi C3 ke T1
Jenis fraktur daerah cervical, sebagai berikut:
1. Fraktur avulsi
Fraktur pada prosesus spinosus C7 dapat terjadi oleh kontraksi otot
yang hebat (fraktur clay-shoveller). Fraktur ini nyeri tetapi tak
berbahaya. Segera setelah gejala timbul, dianjurkan melakukan
latihan.

Gambar 6. Fraktur Avulsi


2. Strain servikal (whiplash)
Istilah whiplash yang imajinatif itu diberikan pada cedera jaringan
lunak yang terjadi bila leher tiba-tiba tersentak ke dalam
hiperekstensi. Biasanya cedera ini terjadi setelah tertabrak dari
belakang, badan terlempar ke depan dan kepala tersentak ke
belakang. Terdapat ketidaksesuaian mengenai patologi yang tepat

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 14

tetapi kemungkinan ligament longitudinal anterior meregang atau


robek dan diskus mungkin juga rusak.
Pasien mengeluh nyeri dan kekakuan pada leher, yang dapat amat
refrakter dan bertahan selama setahun atau lebih lama. Keadaan ini
sering disertai dengan gejala yang lain yang lebih tidak jelas,
misalnya nyeri kepala, pusing, depresi, pengelihatan kabur dan rasa
baal atau paraestesia pada lengan. Biasanya tidak terdapat tandatanda fisik, dan pemeriksaan dengan sinar-X hanya memperlihatkan
perubahan kecil pada postur. Tidak ada bentuk terapi yang telah
terbukti bermanfaat. Analgesic akan meringankan nyeri dan
fisioterapi member rasa nyaman. Pasien perlu di anjurkan untuk
bertahan dengan rasa tak enak itu hingga gejeala mereda.
Banyak pasien sembuh sama sekali dalam 4 sampai 8 minggu, tetapi
pada sisa lainnya, prognosis jangka panjang paling-paling tak
menentu, seburuk-buruknya agak suram. Lebih dari setengah dari
korbannya tetap menderita rasa tak enak 10 tahun setelah cedera, dan
hampir sepertiganya mempunyai gejala yang banyak menggangu
aktifitas sehari-hari (Gargan dan Banister, 1990;Hildingsson dan
Toolanen, 1990).

Gambar 7. Fraktur C1 dan C2


3. Fraktur C1

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 15

Beban berat yang mendadak di atas kepala dapat menyebabkan


kekuatan peremukan yang dapat menyebabkan fraktur pada cincin
atas dibelakang dan dimuka massa lateral ( fraktur Jefferson). Tidak
ada pelanggaran batas pada kanalis spinalis dan, biasanya tidak ada
kerusakan neurologik. Pemeriksaan sinar-X dan CT bahkan lebih
baik- akan memperlihatkan fraktur. Kalau fraktur tak bergeser,
cedera itu bersifat stabil dan pasien hanya memerlukan suatu ban
leher. Kalau massa lateral meluas ke samping, ligament transfersum
telah mengalami rupture; cedera ini tak stabil dan harus di terapi
dengan traksi tengkorak selama 6 minggu dan dilanjutkan 6 minggu
lagi dengan ban leher yang kokoh; pilihan lainnya, traksi tengkorak
dapat dihentikan bila nyeri hebat telah mereda, dan diganti dengan
halo-body cas selama 6 minggu dilanjutkan 6 minggu lagi dengan
ban leher.

Gambar 8. Fraktur Odontoid


4. Fraktur pada pedikulus C2
Fraktur orang digantung ditemukan pada kehidupan sehari-hari
pada kecelakaan mobil dimana kepala membentur kaca depan,
memaksa leher berhiperekstensi. Kalau kedua pedikulus mengalami
fraktur dan bergeser secara hebat kerusakannya akan menyebabkan
kematian. Fraktur yang tidak bergeser tetap berbahaya dan terbaik
pasien diterapi dengan imobilisasi dalam halo-body cast selama
Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 16

seminggu. Kalau belakangan terdapat ketidakstabilan yang menetap,


sebaiknya melakukan fusi anterior anatar C2 dan C3.
5. Fraktur Odontoid
Fraktur odontoid diakibatkan oleh kecelakaan karena mengemudi
dsalam kecepatan tinggi atau jatuh dengan keras. Fraktur yang
bergeser ini sebenarnya adalah fraktur- dislokasi pada sendi
atlantoaksial dimana atlas bergeser kedepan atau kebelakang,
sekaligus membawa prosesus odontoid bersamanya. Kerusakan
korda jarang ditemukanmungkin karena hanya pasien yang
beruntung tanpa kerusakanlah yang dapat bertahan hidup.Fraktur
pada ujung dan fraktur yang menjalar ke korpus vertebra dapat
sembuh dengan baik; fraktur yang berbeda di antaranya cenderung
menjadi nonunion (Ryan dan Taylor, 1982)
Fraktur yang tak bergeser dapat diterapi dengan penyangga
servikal yang sesuai, yang dipakai selama 12 minggu. Fraktur yang
bergeser harus direduksi dan diimobilisasi dengan memasang halobody cast. Pasien diperbolehkan bangun, dan jika tepat setelah 12
minggu fraktur masih tak stabil, sebaiknya dilakukan fusi posterior
C1 dengan C2. Pendekatan alternative pada vertebra servikal bagian
atas adalah dengan jalur transpolar (Ashraf dan Crokard, 1990)

Gambar 9. Fraktur odontoid

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 17

6. Cedera hiperkestensi ( C3 ke T1)


Tulang tidak rusak, tetapi ligament longitudinal anterior dapat
robek. Riwayat dan memaar pada muka atau laserasi sering
menunjukan mekanismenya. Kerusakan neurologic bervariasi dan
mungkin akibat terjadi akibat kompresi antara diskus dan
ligamentum flavum, edema dan hematomielia dapat menyebabkan
sindrom medulla spinalis sentral yang akut. Pemeriksaan sinar-X
tidak memperlihatkan fraktur, tetapi film yang luas memperlihatkan
celah diantara bagian depan kedua korpus vertebra. Cedera ini stabil
pada posisi netral, dimana cedera ini harus dipertahankan dengan
ban leher selama 6 mingggu.
Kadang-kadang celah tidak

ditemukan,

sekalipun

dengan

pperluasan, sebaliknya film malah memperlihatkan spondilosis yang


telah lama. Sekali mungkin lagi terdapat kerusakan korda atau akar
saraf. Leher harus dipertahankan dengan ban leher pada posisi netral
selama 6 minggu.
7. Fraktur kompresi-baji (C3 ke T1)
Kompesi baji merupakan suatu cedera fleksi, korpus terkompresi
tetapi ligament posterior tetap utuh dan fraktur stabil. Reduksi tidak
diperlukan. Ban leher dapat dipakai untuk kenyamanan tetapi lebih
aman dilepas agar memungkinkan pendrita mandi.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 18

Gambar 10. Cedera hiperekstensi

8. Fraktur remuk
Fraktur ini juga stabil, tetapi nyeri dan fragmen tulang dapat
mengalami pergeseran, karena itu sebaiknya gerakan dibatasi. Suatu
ban leher gips biasanya sudah mencukupi, setelah 6 minggu ban
leher gips ini diganti dengan ban leher polietilen yang dipakai
hingga fusi antarbadan terlihat dengan pemeriksaan sinar-X.
Kalau CT scan memperlihatkan fragmen tulang melanggar batas
kanalis spinalis, sebaiknya dilakukan fiksasi yang lebih kaku dalam
halo-body cast. Kalau korda terancam, dekompresi dan fikasi
internal mungkin diperlukan.
9. Fraktur korpus kominutif (fraktur tetes airmata)
Kominusio pada korpus vertebra diakibatkan oleh tekanan aksial
yang hebat atau suatu mekanisme yang lebih berbahaya, diakibatkan
oleh kombinasi tekanan aksial dan fleksi, sebagaimana terjadi, yang
paling khas, pada cedera lompat indah. Korpus vertebra mengalami
ruptur dan satu fragmen atau lebih mungkin terdesak ke dalam
kanalis spinalis, sehingga membahayakan korda. Secara khas sudut

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 19

anteroinferior korpus vertebra pecah menjadi fragmen tunggal yang


tampak secara radiografik seperti tetes air mata. Pemeriksaan
dengan sinar-X lateral dapat memperlihatkan pergeseran posterior
pada fragmen korpus yang lebih besar, pelanggaran batas kanalis
spinalis terbaik diperlihatkan dengan CT.
Fraktur kominutif dengan pergeseran bersifat tak satabil dan sering
disertai dengan gangguan fungsi neurologic progresif. Fraktur itu
biasanya diterapi dengan traksi tengkorak selama 8 minggu, diikuti
dengan penyangga servikal selama 8 minggu lagi. Tetapi, periode di
rumah sakit dapat dipendekan dengan melakukan fusi spinal anterior
setelah 4 minggu pertama dalam traksi, penyangga servikal masih
perlu digunakan selama 8-12 minggu.Kalau CT mennjukan bahwa
fragmen tulang itu mendesak korda, dekompresi dan stabilisasi dapat
diindikasikan, baik melalui pendekatan anterior atau posterior.
Fiksasi dapat dicapai dengan plat dan sekrup, dengan kawat,
ditambah dengan cangkokan tulang. Kalau tidak ada kelainan
neurologic dan CT menunjukan bahwa fraktur tidak bergeser, pasien
dapat diterapi dengan halo-body cast selama 6-8 minggu.
Pemeriksaan lanjutan dengan sinar-X perlu dilakukan untuk
mengunggkapkan ada tidaknya kecendrungan terjjadinya deformitas
progresif dibelakang hari, yang mungkin membutuhkan fusi servikal
anterior.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 20

Gambar 11. Fraktur tetes airmata


10. Subluksasi (C3 ke T1)
Subluksasi servikal merpakan cedera fleksi murni, tulang tetap
utuh tetapi ligament posterior robek. Satu vertebra miring ke depan
di atas vertebra yang ada dibawahnya, sehingga ruang interspinosus
dibagian posterior terbuka. Sinar-X dapat mengungkapkan pelebaran
celah di antara vertebra; tetapi, kalau leher dipertahankan dalam
ekstensi tanda ini dapat terlewatkan, jadi dianjurkan selalu
mengambil foto lateral dengan vertebra servikal yang ditempatkan
dengan pelan-pelan pada posisi netral.
Penggunaan ban leher selama 6 minggu biasanya memadai, tetapi
perlu dilakukan pemeriksaan sinar-X lanjutan tepat setelah 6
minggu,

kalau

foto

fleksi

dan

ekstensi

memeprlihtakn

ketidakstabilan yang menetap, fusi spina posterior mungkin


diperlukan.

Gambar 12. Sublukasi vertebra servikalis


11. Dislokasi dan fraktur-dislokasi di anatar C3 dan T1
Ini adalah cedea fleksi-rotasi di mana permukaan artikular
menumpang ke depan pada permukaan dibawahnya. Biasanya satu
atau kedua massa artikular mengalami fraktur tetapi kadang-kadang
terdapat dislokasi murni (jumped facets). Ligament posterior
Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 21

mengalami rupture dan spina tak stabil. Sering terdapat kerusakan


korda. Sinar-X menunjukan pergeseran vertebra ke depan yang jelas
di atas vertebra dibawahnya.Terapi awal pergeseran harus direduksi.
Ini biasanya dapat dicapai dengan traksi tengkorak yang berat( 10-15
kg) selama beberapa jam. Kalau cara ini gagal juga tak berhasil,
reduksi terbuka dari belakang sangat penting untuk dilakuakn.
Terapi berikutnya sekali pergeseran direduksi, terdapat pilihan
untuk penanganan selanjutnya. Yang termudah hanya melanjutkan
dengan traksi (dikurangi menjadi 5 kg) selama 6 minggu dan
kemudian dengan ban leher selama 6 minggu lagi. Agar pasien lebih
nayaman, harus dilakukan imobilisasi leher dengan halo-body cast
selama 12 minggu. Metode ketiga, yang sebagian besar dapat
diterapkan bila reduksi terbuka dibutuhkan, adalah melakukan fusi
posterior dengan segera, pasien dibiarkan dengan penyengga
servikal yang dipakai selama 6-8 minggu.
12. Dislokasi permukaan unilateral
Ini juga suau cedera fleksi-rotasi tetapi hanya satu permukaan
artikular yang berdislokasi. Pada pemeriksaan sinar-X korpus
vertebra tampak bergeser sebagian ( kurang dari setengah lebar
korpus itu) dan segmen vertebra bagian atas sedikit berotasi di atas
vertebra di bawahnya. Kerusakan korda sangat hebat dan cedera itu
stabil.
Reduksi dapat terjadi secara spontan sementara leher sedang
diposisikan untuk traksi. Pada beberapa kasus, traksi tengkorak akan
membuka penguncian permukaan dan mereduksi dislokasi. Kalau ini
terjadi, traksi dilanjutkan selama 3 minggu lagi; kemudian pasien
diperbolehkan memakai ban leher selama 6

minggu lagi atau,

pilihan lainnya, leher dapat diimobilisasi dengan halo body cast


selama 4 minggu.
Kalau reduksi tertutup gagal, sebaiknya dilakukan reduksi terbuka
dan fiksasi internal. Pasien yang di biarkan berakhir dengan hemidislokasi yang taktereduksi cenderung mengalami nyeri (Rorabeck
dkk. 1987).
Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 22

Gambar 13. Subluksasi C3 ke T1

2.6 TRAUMA PADA DAERAH THORAKAL


Fraktur vertebra thorakal biasanya disebabkan oleh karena trauma vertikal
melalui aksis longitudinal dari tulang belakang. Trauma ini terjadi oleh karena
tertimpa beban dari atas atau jatuh dari ketinggian. Secara normal tulang
belakang berbentuk fleksi sehingga trauma yang terjadi akan menyebabkan
gerakan fleksi yang lebih hebat. Kebanyakan trauma pada vertebra thorakal
adalah trauma hiperfleksi dan jarang oleh karena hiperekstensi.4
Mekanisme trauma
Penyebab fraktur :
1. trauma vertikal sepanajng aksis longitudinal tulang belakang baik
karena trauma dari kepala atau dari bawah. Pada keadaan ini terjadi
fraktur rekah seperti pada trauma vertebra servikal.
2. trauma hiperfleksi terjadi fraktur dengan kolaps 1 atau 2 vertebra
didepan dan berbentuk baji yang akan memberikan kifosis.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 23

3. Fleksi disertai dengan rotasi akan mengasilkan fraktur serta


dislokasi sendi intervertebra, dimana terjadi pergeseran vertebra
diatas terhadap vertebra dibawahnya.
Klasifikasi
Seperti pada vertebra servikal perlu dibedakan sntara fraktur vertebra
thorakal yang stabil dan tidak stabil. Pada fraktur stabil maka ligamen
posterior utuh, sedangkan sebaliknya terjadi kerusakan pada ligamen
posteriornya.
1. fraktur prosesus transversus
biasanya terjadi setelah suatu trauma langsung atau tertimpa benda
berat. Fraktur dapat mengenai hanya satu prosesus transversus atau
lebih pada sisi yang sama. Fraktur dapat isertai kerusakan alat
dalam seperti ginjal.
Pengobatan
Fraktur bersifat stabil sehingga cukup dengan terapi konservatif
dengan pemberian analgetik untuk beberapa hari dan dilanjutkan
dengan rehabilitasi.
2. Fraktur kompresi yang bersifat baji dari badan vertebra
Ditemukan trauma tulang belakang dengan keluhan nyeri pada
daerah tulang belakang, nyeri tekan, pergerakan tulang belakang
terbatas dan nyeri.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto rontgen posisi AP dan lateral serta pemeriksaan
CT SCAN bila diperlukan.
Pengobatan
Fraktur ini biasanya bersifat stabil sehingga pengobatan secara
konservatif. Pada beberapa pusat pengobat dilakukan tindakan
operatif untuk stabilisasi tulang belakang yang bertujuan untuk
menghilangkan nyeri dan segera dilakukan mobilisasi.
3. Fraktur rekah badan vertebra Fraktur rekah badan vertebra
merupakan salah satu fraktur baji dimana trauma terjadi dalam
keadaan posisi tegak. Badan vertebra terpecah dalm beberapa
fragmen dan dapat terjadi tekanan pada sumsum tulang belakang.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 24

Pemeriksaan radiologis dengan pemeriksaan standar posisi AP dan


lateral dan juga perlu dilakukan pemeriksaan CT SCAN.
Pengobatan
Fraktur ini dianggap kurang stabil tetapi apabila tidak ada gejala
neurologis maka pengobatan secara konservatif. Apabila ada gejala
neurologis

maka

sebaiknya

dilakukan

menghilangkan tekanan.
4. Dislokasi dan fraktur dislokasi
Dislokasi dan fraktur dislokasi

lebih

dekompresi

jarang

untuk

ditemukan

dibandingkan fraktur kompresi. Fraktur dislokasi lebih sering


berupa vertebra sebelah atas bergeser ke depan terhadap vertebra di
bawahnya dan dapat terjadi apabila ada fraktur pada prosesus
artikularis atau ada dislokasi pada sendi faset. Ligamen posterior
selalu mengalami robekan sehinggatulang belakang tidak stabil dan
dapat terjadi pergeseran lebih lanjut. Kebanyakan fraktur dislokasi
terjadi pada vertebra torakal bagian tengan atau pada daerah
hubungan antara vertebra torakal dan lumbal, biasanya disebabkan
oleh kombinasi trauma fleksi dan rotasi. Fraktur dislokasi hampir
selalu disertai trauma pada sumsum tulang belakang dan biasanya
bersifat total.4
Pengobatan
Biasanya penderita mengalami paraplegia, maka dapat dipilih
pengobatan :
-

Konservatif dengan melakukan perawatan paraplegia


Operatif dengan melakukan fiksasi tulang untuk stabilisasi dan

perawatan.
2.7 TRAUMA VERTEBRA LUMBAL
Vertebra lumbal memounyai mobilitas yang lebih besar dibandingkan
vertbra thorakal.1
Mekanisme trauma
Seperti pada fraktur vertebra thorakal, fraktur pada vertebra lumbal dapat
terjadi karena trauma aksis longitudinal pada daerah kepala atau bokong.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 25

Klasifikasi
Fraktur vertebra lumbal dapat dibagi dalam:
1. Fraktur kompresi (Wedge fractures) adanya kompresi pada bagian depan
corpus vertebralis yang tertekan dan membentuk patahan irisan. Fraktur
kompresi adalah fraktur tersering yang mempengaruhi kolumna vertebra.
Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan
posisi terduduk ataupun mendapat pukulan di kepala, osteoporosis dan
adanya metastase kanker dari tempat lain ke vertebra kemudian membuat
bagian vertebra tersebut menjadi lemah dan akhirnya mudah mengalami
fraktur kompresi.
Vertebra dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek ukurannya
daripada ukuran vertebra sebenarnya.

Gambar 14. Wedge Fracture

2. Fraktur remuk (Burst fractures)


Fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara
langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi masuk ke
kanalis spinais. Terminologi fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus
vertebralis kearah luar yang disebabkan adanya kecelakaan yang lebih berat

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 26

dibanding fraktur kompresi. tepi tulang yang menyebar atau melebar itu
akan memudahkan medulla spinalis untuk cedera dan ada fragmen tulang
yang mengarah ke medulla spinalis dan dapat menekan medulla spinalis dan
menyebabkan paralisi atau gangguan syaraf parsial. Tipe burst fracture
sering terjadi pada thoraco lumbar junction dan terjadi paralysis pada kaki
dan gangguan defekasi ataupun miksi. Diagnosis burst fracture ditegakkan
dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahui letak fraktur dan menentukan
apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fracture atau
fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas
mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligamen dan adanya
perdarahan.

Gambar 15. Burst Fracture

3. Fraktur dislokasiterjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari


tempatnya karena kompresi, rotasi atau tekanan. Ketiga kolumna mengalami
kerusakan sehingga sangat tidak stabil, cedera ini sangat berbahaya. Terapi
tergantung apakah ada atau tidaknya korda atau akar syaraf yang rusak.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 27

Kerusakan akan terjadi pada ketiga bagian kolumna vertebralis dengan


kombinasi mekanisme kecelakaan yang terjadi yaitu adanya kompresi,
penekanan, rotasi dan proses pengelupasan. Pengelupasan komponen akan
terjadi dari posterior ke anterior dengan kerusakan parah pada ligamentum
posterior, fraktur lamina, penekanan sendi facet dan akhirnya kompresi
korpus vertebra anterior. Namun dapat juga terjadi dari bagian anterior ke
posterior. kolumna vertebralis. Pada mekanisme rotasi akan terjadi fraktur
pada prosesus transversus dan bagian bawah costa. Fraktur akan melewati
lamina dan seringnya akan menyebabkan dural tears dan keluarnya serabut
syaraf.

Gambar 16. Fraktur-dislokasi

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 28

Gambar 17. Fraktur-Dislokasi

4. Cedera pisau lipat (Seat belt fractures) sering terjadi pada kecelakaan
mobil dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem sehingga membuat
vertebrae dalam keadaan fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada
thoracolumbar junction.7.
Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang
pertengahan menbetuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian
kolumna anterior vertebralis. Pada cedera sabuk pengaman, tubuh penderita
terlempar kedepan melawan tahanan tali pengikat. Korpus vertebra
kemungkinan dapat hancur selanjutnya kolumna posterior dan media akan
rusak sehingga fraktur ini termasuk jenis fraktur tidak stabil

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 29

Gambar 17. Seat Belt Fracture

2.8 CEDERA PADA SAKRUM DAN KOKSIGEUS


Pukulan dari belakang, atau jatuh pada tulang ekor dapat
mematahkan sakrum atau koksigeus, atau menyebabkan keseleo pada
sendi antara keduanya. Wanita tampaknya lebih sering terkena daripada
pria.4
Terjadi memar yang luas dan nyeri tekan muncul bila sakrum atau
koksigeus dipalpasi dari belakang atau melalui rektum. Sensasi dapat
hilang pada distribusi saraf sakralis.4
Sinar X dapat memprlihatkan:
1. Fraktur melintang pada sakrum yang, meski jarang sekali, dapat
disertai fragmen bawah yang tedorong kedepan.
2. Fraktur koksigeus kadang-kadang disertai fragmen bagian bawah yang
menyudut kedepan
3. Suatu penampilan normal kalau cidera hanya berupa sprain pada sendi
sakrokoksigeal.
Kalau fraktur bergeser, sebaiknya dicoba untuk melakukan reduksi.
Fragmen bagian bawah dapat terdesak kebelakang lewat rektum.
Reduksi bersifat stabil, suatu keadaan yang menguntungkan. Pasien
dibiarkan untuk melanjutkan aktivitas normal, tetapi dianjurkan untuk
menggunakan suatu cincin karet atau bantalan sorbo bila duduk.
Kadang-kadang fraktur sakral disertai dengan masalah kencing,
sehingga memerlukan laminektomi sakral.
Nyeri yang menetap, terutama saat duduk sering ditemukan setelah
cidera kosigeus. Kalau nyeri tidak berkurang dengan penggunaan

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 30

bantalan sorbo atau oleh injeksi anestetik lokal ke dalam daerah yang
nyeri, eksisi kkoksigeus dapat dipertimbangkan.
2.9 CEDERA SARAF
Pada cedera spinal akibat pergeseran struktur dapat merusak korda atau akar
saraf, atau keduanya; lesi servikal dapat menyebabkan kuadriplegia, paraplegia
lesi torakolumbal. Kerusakan dapat sebagian atau lengkap. Terdapat tiga jenis lesi
yakni:
a. Gegar Korda (Neurapraksia)
Paralisis motoric (flasid), kehilangan sensorik dan paralisis visceral
dibawah tingkat

lesi korda mungkin bersifat lengkap, tetapi dalam

beberapa menit atau beberapa jam penyembuhan dimulai dan segera


sembuh sepenuhnya. Keadaan itu paling mungkin terjadi pada pasien yang
karena beberapa alasan selain cedera, mempunyai saluran anteroposterior
yang diameternya kecil; tetapi, tidak terdapat bukti radiologic adanya
kerusakan tulang yang baru terjadi.
b. Transeksi Korda
Paralisis motoric, kehilangan sensorik dan paralisis visceral terjadi
dibawah tingkat lesi korda; seperti halnya gegar korda, paralisis motoric
mula-mula bersifat flasid. Ini adalah keadaan sementara yang dikenal
sebagai syok korda, tetapi cedera itu bersifat anatomis dan tak dapat
diperbaiki.
Tetapi, beberapa waktu kemudian, korda dibawah tingkat transeksi
sembuh dari syok dan bekerja sebagai struktur yang babas; artinya,
menunjukkan aktivitas reflex. Dalam beberapa jam reflex anal dan penis
pulih kembali, dan respons plantar menjadi ekstensor. Dalam beberapa
hari atau beberapa minggu paralisis flasid menjadi spastik, disertai
peningkatan tonus, peningkatan reflex tendon dan klonus; spasme fleksor
dan kontraktur dapat terjadi tetapi sensasi tak pernah pulih kembali.
Timbulnya reflex anal dan penis tanpa adanya sensasi pada kaki bersifat
diagnostic untuk transeksi korda.
c. Transeksi Akar

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 31

Paralisis motoric, kehilangan sensorik dan paralisis visceral terjadi


pada distribusi akar yang rusak. Tetapi, transeksi akar berbeda dari
transeksi korda dalam dua hal: (1) regenerasi secara teoretis dapat terjadi;
dan (2) paralisis motoric yang tersisa tetap flasid secara permanen.1
2.10 PENATALAKSAAN
1. Reduksi fraktur (seting tulang)
Berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi
anatomis. Reduksi tertutup, traksi atau reduksi terbuka dapat dilakukan
untuk mereduksi fraktur. Biasanya doter melakukan reduksi fraktur
sesegera

mungkin

untuk

mencegah

jaringan

lunak

kehilangan

elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan.1


a. Reduksi tertutup
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan
mengembalikan

fragmen

ke

posisinya

dengan

(ujung-ujungnya

saling

berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.


b. Reduksi terbuka
Dengan pendekatan bedah fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi
interna dalam membentuk pen, kawat, sekrup, plat, paku atau batang
logam.
2. Traksi
Adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratny fraksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
3. Imobilisasi fraktur
Adalah reduksi fraktur, fragmen tulang harus diimobilisasikan atau
dipatahkan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar samapi terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna atau
eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, fraksi,
pen, teknik gips atau fiksator eksterna. Fiksasi interna dengan implant
logam yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
4. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Dilakukan dengan berbagai pendekatan perubahan posisi, strategi,
peredaran nyeri, pemberian analgetik, latihan atau aktivitas sehari-hari
yang diusahan untuk memperbaiki fungsi.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 32

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa trauma
tulang belakang yang berupa fraktur dan dislokasi dapat terjadi di vertebra
servical, vertebra thorakal, vertebra lumbal, sacrum dan coccygeus. Dimana
fraktur merupakan suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang, sedangkan
dislokasi berarti bahwa permukaan sendi tergeser sama sekali dan tidak lagi
bersentuhan. Trauma tulang belakang ini dapat ditangani dengan cara: Reduksi
fraktur (seting tulang), Traksi, Imobilisasi fraktur, Mempertahankan dan
mengembalikan fungsi.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 33

DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, A. Graham & Solomon, Louis. 2010. Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley, Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Prof. DR Mardjono, Mahar & Prof. DR Sidharta, Priguna. 2012.
Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat
3. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi. Ed.6.Jakarta : EGC
4. Rasjad, Chairuddin, 2009. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: PT
Yarsif Watampone.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 34

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Page 35

Anda mungkin juga menyukai