Fraktur Dan Dislokasi Vertebra
Fraktur Dan Dislokasi Vertebra
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apeks coccygeus, membentuk
skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium
costa, dan sternum). Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan
serabut saraf, menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi
tubuh.
Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh
ligament didepan dan di belakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang
mempunyai daya absorbsi tinggi terhadap tekanan atau trauma yang memberikan
sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu
trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transportasi ke rumah
sakit harus diperlukan dengan hati-hati. Trauma tulang belakang dapat berupa
fraktur dan dislokasi, yang dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga, terjatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja.1
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
tengkuk
b. 12 vertebra thorakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian
belakang thorak atau dada
Page 2
Page 3
saraf servikalis
anterior. Cabang ini bekerja sama dengan nervus vagus dan nervus
assesorius.
2. Fleksus brakialis dibentuk oleh persatuan cabang-cabang anterior dari
saraf servikal 4dan thorakal 1, saraf terpenting nervus mediana :
a. Nervus ulnaris redialis
b. Mempersarafi anggota gerak atas
3. Fleksus lumbalis, dibuat oleh serabut saraf dan torakalis 12 saraf
terbesar yaitu :
a. Nervus femoralis
b. Nervus obturatoir
4. Dibentuk oleh saraf dan lumbal dan sakral. Saraf skiatik yang
merupakan saraf terbesar keluar mempersarafi otot anggota gerak
bawah.
Page 4
medial.
saraf lumbal II-IV bagian ventral membentuk nervus obturatorius
yang mensarafi otot obturatori dan abductor paha, bagian sensorik
Page 5
Page 6
2.3 Etiologi
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relative rapuh namun
mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a) Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disbebakan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang
dapat berupa pukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau
penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat
yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
(pukulan sementara)
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya, penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
kominutif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b) Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain,
akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemuakan pada
tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada atlet, penari dan calon
tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
c) Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu
lemah( misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya
pada penyakit Paget).1
Mekanisme cedera
Tipe pergeseran yang penting: (1) hiperekstensi (2) fleksi (3) tekanan aksial
(4) fleksi dan tekanan digabungkan dengan distraksi posterior (5) fleksi yang
digabungkan dengan rotasi dan (6) translasi horizontal. Fraktur dapat terjadi
akibat kekuatan minimal saja pada tulang osteoporotik atau patologik.1
1. Hiperekstensi (kombinasi distraksi dan ekstensi)
Page 7
Page 8
Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan dis traksi posterior dapat
mengganggu kompleks vertebra pertengahan di samping kompleks posterior.
Fragmen tulang dan bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis spinalis.
Berbeda dengan fraktur kompresi murni, keadaan ini merupakan cedera tak
stabil dengan risiko progresi yang tinggi. Fleksi lateral yang terlalu banyak
dapat menyebabkan kompresi pada setengah corpus vertebra dan dis traksi
pada unsur lateral dan posterior pada sisi sebaliknya. Kalau permukaan dan
pedikulus remuk, lesi bersifat tidak stabil.1
4. Pergeseran aksial (kompresi)
Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau
lumbal akan menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan mematahkan
lempeng vertebra dan menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra; dengan
kekuatan yang lebih besar, bahan diskus didorong masuk ke dalam badan
vertebral, menyebabkan fraktur remuk (burst fracture). Karena unsur posterior
utuh, keadaan ini didefinisikan sebagai cedera stabil. Fragmen tulang
Page 9
Page 10
2.4 DIAGNOSIS
Setiap pasien yang pernah menderita cedera berat harus diperiksa
sepenuhnya untuk mencari ada tidaknya cedera spinal. Untuk melakukannya,
pakaiannya mungkin terpaksa dipotong dari badannya sehingga sesedikit mungkin
mengganggu posisi. Pada pasien yang tak sadar, kesadaran adalah segala-galanya.
Kekuatan yang menyebabkan cedera yang membahayakan pada kepala juga dapat
melukai leher dan cedera semacam itu harus selalu dianggap ada sebelum ada
Page 11
bukti yang sebaliknya. Setiap keluhan nyeri atau kekakuan pada leher atau
punggung harus ditanggapi secara serius, sekalipun pasien dapat berjalan atau
bergerak tanpa banyak mengalami gangguan. Tanyakanlah mengenai rasa baal,
paraestesia atau kelemahan pada tungkai.1
Riwayat kecelakaan dapat memberi petunjuk yang penting: jatuh dari tempat
tinggi, cedera akibat terjun, benturan pada kepala, tertimpa reruntuhan atau
ambruknya langit-langit, atau sentakan mendadakan pada leher akibat tubrukan
dari belakang (whiplash injury). Ini semua merupakan penyebab kerusakan spinal
yang sering ditemukan.1
Memar pada muka atau abrasi dangkal pada dahi menunjukkan adanya
kekuatan yang menyebabkan hiperekstensi. Leher mungkin berposisi miring, atau
pasien dapat menyangga kepala dengan tangannya. Bila pasien terlentang, dada
dan perut dapat diperiksa untuk mencari ada tidaknya cedera yang menyertai.
Kemudian tungkai dengan cepat diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda
kerusakan neurologic. Untuk memeriksa punggung, pasien diputar pada satu sisi
dengan sangat berhati-hati dengan menggunakan teknik menggelindingkan
balok. Memar menunjukkan kemungkinan tingkat cedera.1
Prosesus spinosus dipalpasi dengan hati-hati. Kadang-kadang suatu celah
dapat teraba bila ligament terobek; keadaan ini, atau hematoma pada spina,
merupakan tanda yang menakutkan (berbahaya). Tulang dan jaringan lunak
diperiksa dengan pelan-pelan untuk mencari ada tidaknya nyeri tekan.
Gerakan spina dapat berbahaya, ini dapat membahayakan korda. Jadi gerakan
harus dihindari sebelum diagnosis ditegakkan.1
Pemeriksaan neurologic penuh dilakukan pada semua hal; pemeriksaan ini
mungkin harus diulangi beberapa kali selama beberapa hari pertama. Pada
awalnya, selama fase syok spinal, mungkin terdapat paralisis lengkap dan
hilangnya perasaan dibawah tingkat cedera. Keadaan ini dapat berlangsung
selama 48 jam atau lebih dan selama periode ini sulit diketahui apakah lesi
neurologic lengkap atau tidak lengkap. Penting untuk menguji ada tidaknya reflex
primitive kulit anal dan sensasi perianal. Sekali reflex primitive muncul kembali,
syok spinal telah berakhir; kalau semua fungsi motoric dan sensorik masih tak
ada, lesi neurologic bersifat lengkap. Sensasi perianal yang utuh menunjukkan lesi
yang tidak lengkap, dan dapat terjadi penyembuhan lebih jauh.1
Fraktur dan dislokasi tulang belakang
Page 12
Pencitraan
Pemeriksaan dengan sinar X sangat menentukan. Pemeriksaan ini harus
dilakukan dengan sesedikit mungkin manipulasi pada leher atau punggung, namun
pemeriksaan ini harus cukup lengkap untuk memberikan informasi yang penting.
Foto lateral pada vertebra servikal harus mencakup semua vertebra dari C1 sampai
T1; kecuali kalau vertebra benar-benar dihitung, cedera didaerah bawah dapat
terlewatkan. Foto anteroposterior harus mencakup prosesus odontoid. Foto oblik
mungkin juga diperlukan dan harus diingat bahwa lebih dari satu daerah spina
dapat rusak. CT sangat berharga untuk menunjukkan fraktur pada korpus vertebra
atau arkus saraf, atau pelanggaran batas kanalis spinalis.1
MRI sangat berguna untuk memperlihatkan jaringan-jaringan lunak
(diskus intervertebralis dan ligamentum flavum) dan lesi pada korda.1
Page 13
Gambar 5. Subluksasi C3 ke T1
Jenis fraktur daerah cervical, sebagai berikut:
1. Fraktur avulsi
Fraktur pada prosesus spinosus C7 dapat terjadi oleh kontraksi otot
yang hebat (fraktur clay-shoveller). Fraktur ini nyeri tetapi tak
berbahaya. Segera setelah gejala timbul, dianjurkan melakukan
latihan.
Page 14
Page 15
Page 16
Page 17
ditemukan,
sekalipun
dengan
Page 18
8. Fraktur remuk
Fraktur ini juga stabil, tetapi nyeri dan fragmen tulang dapat
mengalami pergeseran, karena itu sebaiknya gerakan dibatasi. Suatu
ban leher gips biasanya sudah mencukupi, setelah 6 minggu ban
leher gips ini diganti dengan ban leher polietilen yang dipakai
hingga fusi antarbadan terlihat dengan pemeriksaan sinar-X.
Kalau CT scan memperlihatkan fragmen tulang melanggar batas
kanalis spinalis, sebaiknya dilakukan fiksasi yang lebih kaku dalam
halo-body cast. Kalau korda terancam, dekompresi dan fikasi
internal mungkin diperlukan.
9. Fraktur korpus kominutif (fraktur tetes airmata)
Kominusio pada korpus vertebra diakibatkan oleh tekanan aksial
yang hebat atau suatu mekanisme yang lebih berbahaya, diakibatkan
oleh kombinasi tekanan aksial dan fleksi, sebagaimana terjadi, yang
paling khas, pada cedera lompat indah. Korpus vertebra mengalami
ruptur dan satu fragmen atau lebih mungkin terdesak ke dalam
kanalis spinalis, sehingga membahayakan korda. Secara khas sudut
Page 19
Page 20
kalau
foto
fleksi
dan
ekstensi
memeprlihtakn
Page 21
Page 22
Page 23
Page 24
maka
sebaiknya
dilakukan
menghilangkan tekanan.
4. Dislokasi dan fraktur dislokasi
Dislokasi dan fraktur dislokasi
lebih
dekompresi
jarang
untuk
ditemukan
perawatan.
2.7 TRAUMA VERTEBRA LUMBAL
Vertebra lumbal memounyai mobilitas yang lebih besar dibandingkan
vertbra thorakal.1
Mekanisme trauma
Seperti pada fraktur vertebra thorakal, fraktur pada vertebra lumbal dapat
terjadi karena trauma aksis longitudinal pada daerah kepala atau bokong.
Page 25
Klasifikasi
Fraktur vertebra lumbal dapat dibagi dalam:
1. Fraktur kompresi (Wedge fractures) adanya kompresi pada bagian depan
corpus vertebralis yang tertekan dan membentuk patahan irisan. Fraktur
kompresi adalah fraktur tersering yang mempengaruhi kolumna vertebra.
Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan
posisi terduduk ataupun mendapat pukulan di kepala, osteoporosis dan
adanya metastase kanker dari tempat lain ke vertebra kemudian membuat
bagian vertebra tersebut menjadi lemah dan akhirnya mudah mengalami
fraktur kompresi.
Vertebra dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek ukurannya
daripada ukuran vertebra sebenarnya.
Page 26
dibanding fraktur kompresi. tepi tulang yang menyebar atau melebar itu
akan memudahkan medulla spinalis untuk cedera dan ada fragmen tulang
yang mengarah ke medulla spinalis dan dapat menekan medulla spinalis dan
menyebabkan paralisi atau gangguan syaraf parsial. Tipe burst fracture
sering terjadi pada thoraco lumbar junction dan terjadi paralysis pada kaki
dan gangguan defekasi ataupun miksi. Diagnosis burst fracture ditegakkan
dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahui letak fraktur dan menentukan
apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fracture atau
fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas
mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligamen dan adanya
perdarahan.
Page 27
Page 28
4. Cedera pisau lipat (Seat belt fractures) sering terjadi pada kecelakaan
mobil dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem sehingga membuat
vertebrae dalam keadaan fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada
thoracolumbar junction.7.
Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang
pertengahan menbetuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian
kolumna anterior vertebralis. Pada cedera sabuk pengaman, tubuh penderita
terlempar kedepan melawan tahanan tali pengikat. Korpus vertebra
kemungkinan dapat hancur selanjutnya kolumna posterior dan media akan
rusak sehingga fraktur ini termasuk jenis fraktur tidak stabil
Page 29
Page 30
bantalan sorbo atau oleh injeksi anestetik lokal ke dalam daerah yang
nyeri, eksisi kkoksigeus dapat dipertimbangkan.
2.9 CEDERA SARAF
Pada cedera spinal akibat pergeseran struktur dapat merusak korda atau akar
saraf, atau keduanya; lesi servikal dapat menyebabkan kuadriplegia, paraplegia
lesi torakolumbal. Kerusakan dapat sebagian atau lengkap. Terdapat tiga jenis lesi
yakni:
a. Gegar Korda (Neurapraksia)
Paralisis motoric (flasid), kehilangan sensorik dan paralisis visceral
dibawah tingkat
Page 31
mungkin
untuk
mencegah
jaringan
lunak
kehilangan
fragmen
ke
posisinya
dengan
(ujung-ujungnya
saling
Page 32
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa trauma
tulang belakang yang berupa fraktur dan dislokasi dapat terjadi di vertebra
servical, vertebra thorakal, vertebra lumbal, sacrum dan coccygeus. Dimana
fraktur merupakan suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang, sedangkan
dislokasi berarti bahwa permukaan sendi tergeser sama sekali dan tidak lagi
bersentuhan. Trauma tulang belakang ini dapat ditangani dengan cara: Reduksi
fraktur (seting tulang), Traksi, Imobilisasi fraktur, Mempertahankan dan
mengembalikan fungsi.
Page 33
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, A. Graham & Solomon, Louis. 2010. Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley, Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Prof. DR Mardjono, Mahar & Prof. DR Sidharta, Priguna. 2012.
Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat
3. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi. Ed.6.Jakarta : EGC
4. Rasjad, Chairuddin, 2009. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: PT
Yarsif Watampone.
Page 34
Page 35