Kerangka Acuan Kerja Tata Ruang
Kerangka Acuan Kerja Tata Ruang
A. LATAR BELAKANG
Perubahan Undang-undang tentang penataan ruang dari Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992
menjadi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 telah mengubah kebijakan penataan ruang untuk
pemerintah pusat maupun daerah. Selain itu adanya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah telah menggeser paradigma pembangunan wilayah di Indonesia. Paradigma
pembangunan wilayah telah bergeser dari sentralisasi ke arah desentralisasi pembangunan.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap daerah Kabupaten
dan Kota perlu menyusun rencana tata ruangnya sebagai arahan pelaksanaan pembangunan. Sejalan
dengan penerapan desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pembangunan Daerah bahwa kewenangan pelaksanaan pembangunan,
termasuk pelaksanaan perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten dan Kota berada pada Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Kota. Kewenangan yang begitu besar berada pada Pemerintah Daerah,
diperkuat oleh adanya suatu Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, maka Pemerintah Kabupaten dan
Kota bertanggung jawab terhadap kegiatan Penataan Ruang di wilayahnya masing-masing.
Dalam perkembangannya, proses penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang telah menggunakan prinsip untuk mendorong perwujudan
otonomi daerah sangat diperlukan upaya-upaya yang dapat mengajak partisipasi aktif seluruh lapisan
masyarakat. Kewajiban ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang yang pada
intinya dalam proses penataan ruang diwajibkan untuk melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Maka
diberbagai kesempatan penyelenggaraan penataan ruang perlu adanya suatu dorongan yang kuat untuk
melibatkan peran serta aktif masyarakat dan dunia usaha dalam seluruh proses kegiatan penataan
ruang.
Dengan adanya Undang Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, intinya menekankan kembali
mengenai visi, misi, dan tujuan penataan ruang negara Indonesia, yaitu Terwujudnya ruang nusantara
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat
dengan penekanan pada hal-hal sebagai berikut :
a. Kejelasan Produk Rencana Tata Ruang (tidak hanya pada batas wilayah administratif semata,
tetapi perlu mempertimbangkan aspek fungsional;
b. Penekanan pada hal-hal yang bersifat strategis sesuai perkembangan lingkungan strategis dan
kecenderungan yang ada pada daerah tersebut;
c. Penataan ruang mencakup ruang daratan, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan ruang wilayah;
d. Perlunya pengaturan ruang secara khusus pada kawasan-kawasan yang dinilai rawan bencana
(rawan bencana letusan gunung api, gempa bumi, longsor, gelombang pasang dan banjir,
SUTET, dll.);
Selain itu, orientasi waktu perencanaan berdasarkan UUPR No. 26/2007 tersebut tidak lagi 10 tahun
ke depan, tetapi 20 tahun. Karena itu, maka semua daerah provinsi, kabupaten, dan kota, RTRW-nya
perlu menyesuaikan kembali merujuk pada undang-undang tersebut.
Kabupaten ................. sebagai salah satu kabupaten di Provinsi..............., kondisi Rencana Tata Ruang
Wilayahnya, selain harus menyesuaikan dengan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, juga harus menyelaraskan diri dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi
secara internal di daerahnya, antara lain :
(...... sekedar contoh .....)
a. Terjadinya perkembangan wilayah yang pesat melebihi perkiraan dalam RTRW terdahulu.
b. Masih adanya potensi sumberdaya yang belum dikembangkan secara optimal sehingga belum
dapat mendukung upaya pengembangan wilayah secara maksimal.
Penyusunan RTRW Provinsi/Kabupaten ini harus sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang yang menyebutkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terdiri atas tiga
tingkatan yaitu RTRW Nasional, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota. Dalam penyusunan
rencana tata ruang ini rencana yang ada pada setiap tingkat harus bersifat komprehensif dan
komplementer, sehingga ada suatu sinergitas antar RTRW Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Nasional.
Sebagai upaya dalam memadukan program pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam sehingga
tercipta suatu pembangunan yang berkelanjutan, pemerintah daerah (dalam hal ini adalah
Provinsi/Kabupaten .............) mempunyai kewajiban untuk menyusun suatu rencana tata ruang yang
dapat menjadi acuan/pegangan dalam pembangunan wilayah. Produk rencana tata ruang tersebut
harus dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan telah menjadi hasil
kesepakatan semua stakeholders di daerah. Untuk itu, maka dalam penyusunan RTRW
Provinsi/Kabupaten.................... perlu diperhatikan pula hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya perubahan kebijakan penataan ruang nasional sangat mendasar (UU RI No. 26/2007
mengenai Penataan Ruang)
b. Proses penyusunan harus melalui suatu prosedur dan komitmen yang lengkap dan
komplementer
Dengan demikian produk RTRW dapat dijadikan pedoman dalam mempercepat pembangunan
ekonomi daerah serta mendayagunakan sumberdaya alam secara seimbang. Program penataan ruang
diarahkan untuk :
a. Meningkatkan penyelenggaraan kegiatan perencanaan tata ruang yang efektif, transparan dan
partisipatif
B. MAKSUD
Maksud diadakannya kegiatan ini adalah terwujudnya suatu penataan ruang wilayah yang lebih
sinergis antara wilayah Kabupaten ............. Provinsi............. dengan wilayah kabupaten lainnya di
Provinsi ...............sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
C. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyiapkan produk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
yang disesuaikan dengan ketentuan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
agar dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembangunan daerah.
D.
a.
b.
c.
SASARAN
Tersusunnya RTRW Kabupaten ................. Provinsi............
Teridentifikasinya potensi dan masalah penataan ruang di Kabupaten......... Provinsi............
Terpadunya struktur dan pola ruang wilayah perencanaan dengan wilayah sekitarnya dan sinergi
dengan rencana tata ruang wilayah level provinsi dan nasional
d. Terakomodasikannya aspirasi seluruh pelaku pembangunan Kabupaten.......... Provinsi ..........dalam
rangka pengembangan wilayahnya
E.
1.
a.
1)
2)
Konsep analisis;
Rumusan kajian literatur;
Outline Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/Kabupaten;
9) Melakukan Pembahasan Laporan Pendahuluan yang diselenggarakan di pusat dan di daerah, dan
menyiapkan notulensi pembahasan serta dokumentasinya.
b. Tahap Antara, meliputi :
1) Melakukan kegiatan survai ke daerah dalam rangka menjaring isu strategis dan permasalahan wilayah
perencanaan, dan mengumpulkan data primer serta data sekunder.
2) Tim konsultan diharuskan melakukan analisis secara komprehensif maupun detail (sampai tingkat
kecamatan/distrik atau lebih detail), baik deskriptif, statistik maupun spasial. Analisa spasial
dilakukan secara terintegrasi atas beberapa tema dengan mengikuti kaidah Sistem Informasi
Geografis. Masing-masing analisis dilakukan dengan tingkat kedalaman sekurang-kurangnya sesuai
dengan ketentuan dalam Kepmen Kimpraswil No. 327 Tahun 2002 (Lampiran III).
3) Analisis sekurang-kurangnya dilakukan dengan pendekatan wilayah untuk mengetahui kondisi, ciri,
dan hubungan sebab akibat dari unsur-unsur pembentuk ruang wilayah seperti penduduk, sumber daya
alam, sumber daya buatan, sosial, ekonomi, budaya, fisik dan lingkungan, sehingga dapat
diidentifikasikan potensi baik yang positif maupun yang negatif, baik yang hayati maupun non hayati
pada Lingkungan Alam dan Buatan dalam berinteraksi dengan aktifitas manusia/masyarakat.
4) Menyusun skenario pengembangan wilayah untuk menetapkan sektor dan atau komoditi unggulan
sebagai pendorong ekonomi wilayah yang didukung dengan rencana sistem pusat permukiman dan
sistem prasarana wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Skenario pengembangan
wilayah tersebut disusun di dalam teks dan peta.
5) Menyusun Konsep Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang mencakup konsep Pola Ruang dan
Struktur Ruang yang mengakomodir pemecahan masalah sektoral bersama-sama dengan instansi
terkait.
6) Menyusun sistematika Draft Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten.
7) Menyediakan Album Peta untuk bahan pembahasan yang meliputi peta-peta tematik pendukung tata
ruang diantaranya peta-peta tentang Skenario Pengembangan Wilayah, Konsep Pola Ruang dan
Struktur Ruang.
8) Menyiapkan Laporan Antara dan bahan tayangan presentasi.
Adapun Substansi yang harus ada dalam Laporan Antara adalah :
Data : primer dan sekunder, spasial dan non spasial;
Rumusan isu strategis wilayah perencanaan;.
Hasil analisis deskriptif, statistik dan spasial;
Skenario pengembangan wilayah.
Konsep Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
9) Menyelenggarakan forum diskusi dan pembahasan Laporan Antara yang diselenggarakan di Pusat
dan Daerah, dan menyiapkan notulensi pembahasan serta dokumentasinya.
c. Tahap Draft Akhir, meliputi :
1) Melakukan perumusan rencana terhadap wilayah perencanaan dengan mengacu ketentuan dalam
Kepmen Kimpraswil No. 327/2002;
2) Melakukan perumusan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten, Rencana dan Strategi, dan
arahan pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;
3) Merekomendasikan kawasan strategis kabupaten (dari aspek lokasinya)
4) Menyusun Draft Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten;
5) Menyusun dan menyerahkan Laporan Draft Akhir, dan bahan tayangan, serta draft lampiran untuk
Laporan Akhir.
Adapun Substansi yang harus ada dalam Laporan Draft Akhir adalah :
a) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten.
b) Rencana struktur ruang yang meliputi sistem pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
wilayah kabupaten (meliputi Transportasi, Energi, Telekomunikasi, Prasarana Pengelolaan
Lingkungan, dan Sumber Daya Air);
c)
Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten, dan kawasan
budidaya kabupaten;
d) Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (disesuaikan dengan SE Menteri PU No. 19/SE/M/2007);
e) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten yang terdiri dari : perumusan kebijakan strategis
operasionalisasi RTRW kabupaten (termasuk penetapan kawasan budi daya yang dikendalikan dan
kawasan budi daya yang didorong pengembangannya); perumusan program sektoral dalam rangka
perwujudan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten; dan pelaksanan pembangunan sesuai dengan
program pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
minimum bidang penataan ruang, standar kualitas lingkungan; dan daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
f) Arahan Pemanfaatan Ruang berisi Indikasi program utama per lima tahunan selama 20 (duapuluh)
tahun dengan program terinci tahunan pada 5 (lima) tahun pertama yang dijabarkan dalam besaran
dana, asal dana dan instansi pelaksana. Indikasi Program Utama akan menjadi masukan dalam
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Panjang (RPJP).
g) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah terdiri dari :
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi yang terdiri dari : Ketentuan Peraturan Zonasi pusat permukiman;
jaringan transportasi darat, jaringan transportasi laut, jaringan transportasi udara, kawasan lindung dan
kawasan budidaya.
Ketentuan Perijinan,
Ketentuan insentif - disinsentif,
Arahan Sanksi.
h) Menyelenggarakan forum diskusi dan pembahasan Laporan Draft Akhir yang diselenggarakan di
Jakarta dan daerah, serta dan menyiapkan notulensi pembahasan serta dokumentasinya.
d. Tahap Akhir, meliputi :
1) Memperbaiki Laporan Draft Akhir sesuai dengan masukan yang diperoleh dari diskusi dan
pembahasan Laporan Draft Akhir di Jakarta dan daerah.
2) Menyiapkan dan menyerahkan Laporan Akhir dan seluruh lampiran yang harus diserahkan bersamaan
dengan Laporan Akhir.
2.
Lokasi Kegiatan
Pekerjaan Bantuan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang Provinsi/Kabupaten ..........................
berlokasi di provinsi/Kabupaten .......................... - Provinsi .......................... yang secara admintratif
berbatasan di :
sebelah Utara dengan ....................,
sebelah Timur dengan ....................
sebelah Selatan dengan ......................., dan
sebelah Barat dengan ..........................
F.
1.
Data dan Kebijakan di bidang Penataan Ruang di tingkat Nasional (RTWN dan
Kawasan Strategis Nasional), Provinsi (RTRWP dan Kawasan Strategis Provinsi),
dan Kabupaten (RTRWK sebelumnya ataupun RTRWK sebelum pemekaran maupun
RTRWK yang bertetangga),
Data dan Kebijakan sektoral dan wilayah,
Data Kependudukan,
Data tersebut di atas difungsikan sebagai atribut peta yang melekat pada data spasial dalam basis data.
b. Peta dan Citra dengan spesifikasi teknis adalah sebagai berikut :
Umum
Pada dasarnya peta dibedakan menjadi peta sebagai input dan output (produk). Peta sebagai input
merupakan data dasar dalam memvisualisasikan informasi secara spasial sesuai dengan letak
geografis atau koordinat lokusnya. Koordinat yang digunakan adalah berlaku secara nasional dengan
otorisasi dari Bakosurtanal. Demikian pula halnya untuk citra satelit harus dilakukan kalibrasi dan
registrasi ke koordinat peta tersebut.
Bentuk Data
Setiap peta baik peta dasar, peta tema dan citra satelit sebagai input maupun sebagai produk peta
analisa dan peta rencana harus disusun berdasarkan pada kaidah perpetaan dengan prinsip layer by
layer overlay, dalam arti bahwa masing-masing entitas peta dikemas dalam layer yang berbeda, bukan
dalam bentuk JPEG, JPG, BITMAP, TIFF dan sejenisnya.
Orientasi Sistem Informasi Geografis.
Baik peta dasar, peta tema dan citra satelit berorientasi kepada Basis Data Spasial. Basis data spasial
adalah integrasi peta dan atribut tiap entitas, yang dikemas dalam peta dasar yang sudah menerapkan
koordinat global (real world coordinates) atau dengan kata lain peta tersebut sudah georeference.
Sehingga software peta yang digunakan harus berorientasi kepada Sistem Informasi Geografis.
Skala Peta
Untuk pekerjaan ini, skala peta/citra produk rencana yang digunakan adalah dengan skala 1 : 50.000
atau lebih detail. Jenis tema untuk Peta yang harus disediakan, sesuai kebutuhan (tersebut dalam
Kepmen Kimpraswil No. 327/2002) yang bersumber dari pihak yang memiliki otoritas terhadap data
spasialnya.
2. Fasilitas Penunjang
Pengguna jasa akan menunjuk tim yang bertindak sebagai pengawas (supervisi) dalam rangka
pelaksanaan jasa konsultansi ini.
G. KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah :
METODOLOGI
Metode Pendekatan dalam penyusunan RTRW Kabupaten adalah melalui tahapan/proses antara lain:
1. Persiapan Penyusunan
Dalam tahapan ini dilakukan beberapa kegiatan yang menunjang kelancaran penyusunan kegiatan
antara lain: persiapan teknis, antara lain meliputi menyiapkan kelengkapan administrasi, menyusun
program/rencana kerja, perumusan subtansi secara garis besar, penyiapan checklist data dan
kuesioner, metode pendekatan dan peralatan yang diperlukan
3. Analisis
Dilakukan dalam upaya mengenali kondisi unsur pembentuk ruang serta hubungan sebab akibat
terbentuknya kondisi ruang wilayah, dengan memperhatikan kebijaksanaan pembangunan wilayah
yang ada. Aspek-aspek yang dianalisis meliputi :
Kebijaksanaan dan strategi pengembangan kabupaten.
Pengembangan regional
Ekonomi dan sektor unggulan
Sumberdaya manusia
Sumberdaya buatan
Sumberdaya alam
Sistem permukiman
Penggunaan lahan
Pembiayan Pembangunan
Kelembagaan
Disamping hal tersebut pelaksanaan kegiatan bantuan teknik ini harus melibatkan pemerintah provinsi
dalam rangka pembinaan teknis penataan ruang di daerah.
J.
6 Bulan
6 Bulan
5 Bulan
4 Bulan
5 Bulan
4 Bulan
4 Bulan
3 Bulan
Selain tenaga ahli inti yang telah disebutkan di atas, dibutuhkan tenaga penunjang sebanyak 3 orang
yang terdiri dari : Sekretaris, Operator Komputer dan Operator Digitasi, dengan jumlah 18 OB
(delapan belas orangbulan).
Adapun kualifikasi tenaga ahli tersebut adalah sebagai berikut :
Ahli Perencana Wilayah Sebagai Ketua Tim
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang planologi atau perencanaan
wilayah yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun
setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di bidang perencanaan tata ruang sekurang-kurangnya
4 tahun atau 36 bulan kalender.
Sebagai Ketua Tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh anggota tim dalam
pelaksanaan pekerjaan selama 7 (tujuh ) bulan penuh sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
Pendidikan S1 ketua tim harus teknik planologi / perencanaan wilayah.
2. Ahli Ekonomi Wilayah/Pembangunan
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang ekonomi pembangunan yang
dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus.
Dengan pengalaman profesional di bidang ekonomi pembangunan dalam Rencana Tata Ruang
sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender.
1.
3.
L.
2.
Laporan Antara
Laporan antara diserahkan 4 (empat) bulan setelah dikeluarkannya SPMK sebanyak 20 (dua puluh)
buku dan dilakukan diskusi pembahasan bersama Tim Supervisi dan instansi terkait serta para pelaku
pembangunan di Pusat dan di Daerah. Laporan Antara terdiri dari :
e. Softcopy : Laporan Antara, bahan tayangan presentasi, citra dan peta yang dikopi dalam lima
buah DVD. Untuk peta, mengikuti ketentuan yang telah disebutkan di atas.
3.
a. Draft Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten tentang RTRW Kabupaten, sebanyak lima
buku.
b. Album Peta dengan ukuran A1 dan A3 sebanyak 5 (lima) album untuk masing-masing lokasi
Kabupaten yang mencakup :
Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten. Untuk peta ini, disajikan dalam skala kertas yang
memperlihatkan luas wilayah secara penuh dilanjutkan sesuai skala 1: 50.000 dengan jumlah lembar
kertas berdasarkan kebutuhan luas wilayah.
Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten.
c. Softcopy :
Laporan Draft Akhir, bahan tayangan presentasi dan peta yang dikopi dalam
lima buah DVD.
d. Untuk peta, mengikuti ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya.
Laporan Draft Akhir ini pada dasarnya adalah Laporan Akhir sebelum dilakukan pembahasan dengan
instansi terkait dan para pelaku pembangunan di Pusat dan di Daerah serta stakeholder penataan ruang
lainnya.
4.
Laporan Akhir
Laporan Akhir diserahkan 7 (tujuh) bulan setelah dikeluarkan SPMK. Laporan akhir ini merupakan
hasil akhir rumusan/ kesepakatan sektoral dan daerah serta merupakan penyempurnaan dari Laporan
Draft Akhir.
Laporan Akhir dibuat untuk masing-masing Kabupaten, terdiri dari :
Menyetujui
..............................................
Selaku
Kepala Satker ...................