HD Uul
HD Uul
Oleh:
Jumuatul Masullah, S. Kep.
NIM 082311101016
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak dapat
mempertahankan keadaan homeostatis lagi dan nefron kehilangan secara progresif
(OCallaghan, 2006). Penyakit ginjal kronik adalah proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (Sudoyo,dkk, 2006).
Smeltzer (2001) menyatakan bahwa penyakit ginjal kronik atau penyakit
renal tahap akhir adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel
ditandai
dengan
kegagalan
tubuh
untuk
mempertahankan
metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkann uremia (retensi urea dan
sampah tubuh lain dalam darah).
Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus menerus. Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hampir semua penyakit.
(Corwin, 2000)
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten
dan irreversibel (Mansjoer, 2007). Gagal ginjal kronik terjadi apabila ginjal sudah
tidak mampu mempertahankan keadaan lingkunagn internal yang konsisten
dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan induvidu
transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan
menunggu beberapa tahun (Barbara, 1999).
2. Tahapan Penyakit Ginjal Kronik
Suwitra dalam Sudoyo,dkk (2006) membagi tahapan penyakit ginjal
kronik berdasarkan perkembangan penyakitnya, yaitu dijelaskan pada tabel 2.1
Tabel 1 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat
1
2
3
4
5
Penjelasan
kerusakan ginjal dengan LFG normal
Kerusakan ginjal dengan LFG ringan
Kerusakan ginjal dengan LFGsedang
Kerusakan ginjal dengan LFG berat
Penyakit ginjal tahap akhir
LFG(ml/mn/1,73m2)
90
60-89
30-59
15-29
<15
3. Etiologi
Penyebab penyakit ginjal kronik menurut Price (2006) antara lain:
kronik
dapat
menyebabkan
terjadinya
glikasi
nonenzimatik asam amino dan protein. Pada awalnya glukosa akan mengikat
residu asam amino secara non-enzimatik menjadi basa Schiff glikasi, lalu
terjadi penyusunan ulang untuk mencapai bentuk yang lebih stabil tetapi
masih reversibel dan disebut sebagai produk amadori. Jika proses ini berlanjut
terus, akan terbentuk Advanced Glycation End Product (AGEs) yang
ireversibel. AGEs diperkirakan menjadi perantara bagi beberapa kegiatan
seluler seperti ekspresi adesi molekul yang berperan dalam penarikan sel-sel
mononuklear, juga pada terjadinya hipertrofi sel, sintesa matriks ekstraseluler
serta inhibisi sintesis nitrit oksida. Proses ini akan terus berlanjut sampai
terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis
tubulointerstisialis.
Hipertensi yang timbul bersama dengan bertambahnya kerusakan
ginjal, juga akan mendorong sklerosis pada ginjal pasien diabetes.
Diperkirakan bahwa hipertensi pada diabetes terutama disebabkan oleh
spasme arteriol eferen intrarenal atau intraglomerulus.
Nefropati Diabetik adalah istilah yang mencakup semua lesi yang
terjadi di ginjal pada diabetes melitus. Riwayat perjalanan nefropati
diabetikum dari awitan hingga ESRD (Gagal ginjal terminal) dapat dibagi
menjadi lima fase atau stadium.
1) Stadium 1, atau fase perubahan fungsional dini
Ditandai dengan hipertrofi dan hiperfiltrasi ginjal. Stadium 1 ini
sebenarnya ditemukan pada semua pasien yang didiagnosis diabetes
melitus tipe 1 (bergantung insulin) dan berkembang pada awal
penyakit. Sering terjadi peningkatan GFR hingga 40% di atas normal.
Peningkatan ini disebabkan oleh banyak faktor, dengan faktor yang
jalinan
membran
seperti
basalis
busa
pada
dari
trabekula
bagian tengah
yang
lobulus
abnormal
dapat
menunjukkan
adanya
RencanaTatalaksana
Terapi penyakit dasar,
kondisi
komorbid,
60-80
3
4
5
30-59
15-29
<15
ginjal
Evaluasi dan terapi komplikasi
Persiapanuntuk terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal
Fosfat (g/kg/hr)
Tidak dibatasi
10g
< 60(SN)
protein nilai
biologis tinggi/tambahan
0,3g asam amino esensial/asam 9g
keton 0,8/kg/hr (+ 1 gr protein/ g
protein
atau0,3g/kg
uria
tambahan
asam
Bila tidak dikontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal jantung kiri.
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan
cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Diuretik tiazid, beta
bloker, inhibitor ACE, dan antagonis kalsium efektif pada pasien dengan
gagal ginjal dini.
d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.
Cegah hiperkalemia, hindari masukan kalium yang besar, diuretik hemat
kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya,
obat anti-inflamasi nonsteroid).
e. Mencegah penyakit tulang.
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti
aluminium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500- 3000 mg)
pada setiap makan.
f. Deteksi dini dan terapi infeksi.
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imonosupuratif dan terapi lebih
ketat.
g. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal.
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya
toksik yang dikeluarkan oleh ginjal Misalnya: analgesik opiate, dan
alupurinol.
h. Deteksi terapi komplikasi.
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati
perifer, hiperkalemia meningkat, kelebihan volume cairan, adanya infeksi,
kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialisis.
i. Terapi Pengganti Ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada Penyakit Ginjal Kronik stadium 5,
yaitu pada LFG kurang dari 15ml/menit. Terapi pengganti tersebut dapat
berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
1) Peritoneal dialisis
Salah satu bentuk dialisis untuk membantu penanganan pasien
gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronis, menggunakan membran
tersebut darah filtrasi. Keuntungan dialisis bila dibandingkan dengan
memodialisis, secara tekhnik lebih sederhana, cukup aman serta cukup
efisien dan tidak memerlukan fasilitas khusus, sehingga dapat dilakukan
di setiap rumah sakit.
3) Transplantasi ginjal
Transpalasi ginjal adalah terapi pengganti dengan cara mengganti
ginjal yang sakit dengan ginjal donor. Setelah transpalasi sering terjadi
hiperkatabolisme protein.kegemukan dan hiperlipidemia. Diet pada bulan
pertama setalah transpalasi adalah energi cukup dengan protein tinggi,
setelah itu berubah menjadi energi dan protein cukup. Karena sangat
tergantung pada keadaan penderita, penyusunan diet dilakukan secara
individual.
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi
dan faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:
a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh
(100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 7080% faal ginjal alamiah.
b) Kualitas hidup normal kembali, masa hidup (survival rate) lebih lama
c) Komplikasi, biasanya dapat diantisipasi terutama berhubungan dengan
obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan.
d) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi
j. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Hiperkalemia dan asidosis berat sering terjadi pada penyakit ginja, untuk
mencegah hiperkalemia dihindari masukan kalium yang besar (batasi19- 60
mol/hari) deuretik hemat kalium, obat obat yang berhubungan dengan
ekresi kalium (misalnya, penghambat ACE dan obat anti inflamasi non
steroid) asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan
kalium darisel dan ikut dalam kaliuresis.
B. CLINICAL PATHWAY
Risiko
penurunan curah
jantung
Intoleransi aktivitas
Gangguan
pertukaran gas
Peningkatan
beban jantung
Perubahan pola
nafas
Suplai O2 ke alveoli
tergangangu
Gangguan
perfusi jaringan
kelemahan
Preload naik
Intake tidak adekuat
Kelebihan
volume cairan
Hiperventilasi
vasokontriksi
Suplai O2 ke jaringan
menurun
Edema paru
Sesak nafas
Eritropoetin menurun
Anoreksia, mual,
muntah, stoatitis
Sindroma uremia
Peningkatan ureum di
pembuluh darah
Penumpukan
cairan di paru
Asidosis
HCO3 menurun
Retensi cairan
Retensi natrium
Hiperaldosteron
Renin
meningkat
Penurunan eksresi
kreatinin
Perpindahan cairan
dari kapiler ke
alveoli
Tekanan hidrostatik
kapiler paru
meningkat
DM
hipertropi dan
hiperfiltrasi
Oksi Hb menurun
Eritropoetin menurun
Penurunan fungsi ginjal
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Demografi
Lingkungan yang tercemar oleh kadmium, kroomium, timah, merkuri dan
sumber air tinggi kalsium beresiko untuk penyakit ginjal kronik,
kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak
perempuan, kebanyakan ras kulit hitam.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, obstruksi traktus urinarius,
infeksi
ginjal,
glomerulonefritiskronik,lupus
eritematosus
sistemik,
berkonsentrasi,
kehilangan
memori,
kacau,
menentukan
kondisi,
contoh
tak
mampu
bekerja,
Diagnosa
Keperawatan
Risiko
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
Kriteria Hasil
Tujuan:
a. Auskultasi
a. Adanya takikardia
Penurunan curah
penurunan curah
bunyi jantung
frekuensi jantung
jantung
tidak
jantung
dan paru
tidak teratur
terjadi
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda
b. Kaji
adanya b. Hipertensi dapat
vital
dalam
hipertensi
terjadi
karena
batas normal :
gangguan
pada
TD
120/80
mmHg,
nadi
sistem aldosteron-
60-80 x/menit,
renin-angiotensin
kuat, teratur,
b. akral hangat
c. CRT < 2 detik
d. Nilai
laboratorium
dalam
batas
normal
c. Selidiki keluhan
nyeri
dada,
lokasi, rediasi,
mmol/L,
beratnya (skala
15-39
mg/dl)
0-10)
d. Kaji
respon terhadap
dapat
menyebabkan
nyeri
d. Kelelahan
dapat
menyertai
GGK
juga anemia
aktivitas
e. Berikan
sesuai
dan
tingkat
aktivitas,
anti
c. Hipertensi
GGK
3,5-
urea
oleh
disfungsi ginjal)
perhatikan
(kalium
5,1
(disebabkan
obat
hipertensi
e. Menurunkan
tahanan
vaskuler
dengan
sistemik
indikasi.
f. Batasi makanan f. Menghindari
tinggi kalium
terjadinya
hiperkalemia
2.
Perubahan
nutrisi:
dari
tubuh
Tujuan:
a. Kaji
kurang Mempertahankan
kebutuhan masukan
yang
dalam tubuh
status a. Menyediakan
nutrisi
adekuat
dengan
Kriteria hasil:
a. Pengukuran
antropometri
dalam
normal,
batas
nutrisi
seperti
perubahan BB,
memantau
pengukuran
perubahan
antropometri,
mengevaluasi
nilai
intervensi.
laboratorium
(elektrolit,
serum,
BUN,
dan
b. Perlambatan
kreatinin,
atau
protein,
penurunan
transferin
berat
badan
yang
cepat
tidak terjadi
c. Pengukuran
biokimia
kadar besi).
b. Kaji pola diet
dan
nutrisi
pasien
seperti
riwayat
dalam
batas
normal
(albumin,
kadar
elektrolit),
d. Pemeriksaan
laboratorium
klinis
b. Pola
dan
diet,
diet
sekarang
dan
dahulu
dapat
dipertimbangkan
dalam menyusun
menu
makanan
c. Menyediakan
kesukaan,
informasi
hitung kalori.
c. Kaji
faktorfaktor
yang
dapat merubah
masukan nutrisi.
dalam
mengenai faktor
lain yang dapat
diubah
atau
dihilangkan untuk
meningkatkan
masukan diet.
batas normal,
e. Pematuhan
d. Mendorong
makanan
dalam
d. Menyediakan
masukan diet
pembatasan
makanan
diet
kesukaan pasien
dalam
peningkatan
batas-
batas diet.
e. Tingkatkan
e. Protein
diberikan
masukan protein
lengkap
untuk
mencapai
keseimbangan
yang
mengandung
nilai
biologis
tinggi
,produk
daging
f. Anjurkan
telur
susu,
nitrogen
yang
diperlukan untuk
pertumbuhan dan
penyembuhan.
f. Mengurangi
makanan
dan
camilan
tinggi
protein
yang
kalori,
rendah
dibatasi
dan
protein, rendah
menyediakan
natrium,
kalori
diantara waktu
makan.
g. Sediakan daftar
makanan
yang
untuk
energy.
g. Daftar
yang
dibuat
menyediakan
dianjurkan
pendekatan
secara tertulis
positif
terhadap
pembatasan
dan
diet
merupakan
referensi
untuk
pasien
dan
keluarga
3.
Perubahan
nafas
ada
dispnea
b. tidak
ada
penggunaan
otot
nafas,
catat
adanya
crakles
b. Ajarkan pasien
batuk
efektif
bantu
pernafasan
c. RR16-24
x/menit.
bunyi
c. Atur
posisi
senyaman
mungkin
d. Batasi
untuk
beraktivitas
a. Menyatakan
adanya
pengumpulan
sekret
b. Membersihkan
jalan nafas dan
memudahkan
aliran O2
c. Mencegah
terjadinya sesak
nafas
d. Mengurangi
beban kerja dan
mencegah
terjadinya sesak
atau hipoksia
4.
Intoleransi
Tujuan:
a. Kaji
aktivitas
Berpartisipasi
yang
informasi tentang
dalam
menyebabkan
indikasi
keletihan
keletihan
aktivitas
yang
dapat
faktor a. Menyediakan
ditoleransi
seperti anemia,
Kriteria hasil:
ketidakseimban
a. Berpartisipasi
dalam
elektrolit,
meningkatkan
retensi produk
tingkat
sampah,
aktivitas
dan
latihan
b. Melaporkan
dan
memperbaiki
harga diri.
perawatan diri
yang
dapat
ditoleransi,
aktivitas secara
bantu
jika
keletihan terjadi
c. Anjurkan
dalam aktivitas
perawatan
mandiri
ringan/
sedang
dalam aktivitas
dan
bergantian
d. Berpartisipasi
aktivitas
kemandirian
rasa sejahtera
c. Melakukan
istirahat
dan b. Meningkatkan
depresi.
b. Tingkatkan
peningkatan
tingkat
yang
c. Mendorong
latihan
dan
aktivitas
dalam
aktivitas
batas-batas yang
alternatif
dapat ditoleransi
sambil istirahat.
dipilih
adekuat
d. Anjurkan untuk
beristirahat
setelah dialisis.
.
d. Dialisis
bagi
banyak
pasien
sangat
melelahkan.
4. Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan pada klien gagal ginjal kronik menurut
Smeltzer (2001) dan Doenges (2000) adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
5. Discharge Planning
Pemberian informasi pada klien dan keluarga tentang:
a.
Obat: beritahu klien dan kelurga tentang daftar nama obat dosis, waktu
pemberian obat. Jangan mengonsumsi obat-obatan tradisional dan vitamin tanpa
instruksi tenaga kesehatan. Konsumsi obat secara teratur. Jika merasakan ada
efek samping dari obat segera kontrol ke rumah sakit. Perhatikan aktivitas ketika
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 2, Jakarta ; EGC
Corwin, Elizabeth. J. 2000. Buku Saku Phatofisiologi. Jakarta ; EGC
Doengoes, E. Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, FKUI :
Media Aesculapius
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Volume II. Jakarta :
Media Aesculapius
Price, Sylvia. A. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Rubenstein, David, dkk. (2007). Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Ed VI. Jakarta :
Erlangga
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Sudoyo A, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Suyono, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : FK