Laporan Teknologi Pengolahan Sawit Terbaru
Laporan Teknologi Pengolahan Sawit Terbaru
Dosen Pembimbing
Zuchra Helwani, ST.MT.PhD
Kelompok
: IV (Empat)
Nama Kelompok
: 1. Fahrul Amry
2. Khairunnisa
3. Mutiqnal Hidayat
(1207021329)
(1207021228)
(1207036504)
Abstrak
Metode ekstraksi artisanal merupakan pengembangan dari metode tradisional.
Proses pada ekstraksi artisanal dilakukan dengan menambahkan beberapa
peralatan dan alur proses sebagai cara untuk meningkatkan yield. Tujuan
percobaan ini adalah mengolah, menentukan yield dan karakterisasi dari sawit
off-grade berupa kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran
minyak menggunakan metode artisanal. Alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah unit sterilizer dan spindle hydraulic press. Parameter utama yang
dipelajari adalah dengan menvariasikan waktu sterilizer yaitu selama 1 jam, 1,5
jam, dan 2 jam dengan berat sawit umpan (1500, 1500, dan 1200 gram) dan
penambahan air panas yang tetap yaitu 20%. Yield minimum didapat pada waktu
pengukusan 1 jam yaitu sebesar 4.7%, sedangkan yield maksimum didapat pada
waktu sterilisasi 1.5 jam yaitu sebesar 14.14%. Kadar ALB minimum didapat
pada waktu pengukusan 1 jam yaitu sebesar 13824%, sedangkan kadar ALB
maksimum didapat pada waktu pengukusan 1.5 jam yaitu sebesar 14.745%.
Kadar air minimum didapat pada waktu pengukusan 1 jam yaitu sebesar 0.013%,
sedangkan kadar air maksimum didapat pada waktu pengukusan 1.5 jam yaitu
sebesar 0.44%. Kadar kotoran minimum didapat pada waktu pengukusan 1 jam
yaitu sebesar 6.5%, sedangkan kadar kotoran maksimum didapat pada waktu
pengukusan 1.5 jam yaitu sebesar 7.2%. Secara keseluruhan, peningkatan waktu
pengukusan akan meningkatkan yield, kadar ALB, kadar air dan kadar kotoran
minyak dari sawit offgrade.
Kata Kunci : Artisanal, sawit offgrade, sterilisasi, yield, asam lemak bebas,
kadar air, kadar kotoran.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan teknologi pengolahan sawit antara lain:
1. Mengolah sawit off-grade menggunakan metode artisanal.
2. Menentukan yield dan karakteristik minyak dari sawit off-grade
menggunakan metode artisanal.
1.2.
Pendahuluan
Di dalam Pabrik Kelapa Sawit, yang disebut bahan mentah Tandan Buah
Segar atau sering kita sebut TBS. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jacq)
adalah jenis tanaman Palma yang berasal dari Benua Afrika dan cocok ditanam di
daerah tropis serta sudah berkembang secara meluas di Asia Tenggara dan
Amerika Selatan, termasuk di Kalimantan Tengah seperti PT. Surya Sawit Sejati.
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adalah departement manufacturing yang beroperasi
mengolah TBS yang akan menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel.
Pada pengolahan TBS di PKS memiliki beberapa stasiun yang satu sama
lainnya saling berkaitan dan saling ketergantungan. Bila pada proses pada bagian
awal terjadi hambatan maka proses selanjutnya akan mengalami hambatan.
Demikian pula bila proses bagian akhir mengalami hambatan maka proses pada
bagian awal akan mengalami gangguan pula.
Karena saling ketergantungan ini, maka setiap stasiun harus beroperasi
dengan maksimal sesuai dengan ketentuan dan kapasitas yang terpasang. Bila hal
ini tidak dapat terlaksana dengan baik, maka hal ini sangat berpengaruh terhadap
jam kerja pabrik dan akan mengakibatkan tidak tercapainya kapasitas olah pabrik
dan kehilangan produksi (Losses) menjadi meningkat (Anonim, 2013).
Proses ekstraksi buah sawit yang telah digunakan hingga saat ini yaitu
dengan menggunakan metode artisanal, dan metode modern (conventional).
Perbedaannya terlihat dari bahan baku yang digunakan.
1.2.1
Metode Tradisional
Metode pengolahan tradisional merupakan proses ekstraksi buah sawit
yang paling praktis dan sederhana namun membosankan dan tidak tepat guna
(Ekine dan Onu, 2008), prinsip pengolahan tidak begitu sulit namun kurang
efisien (Altes dan Wiemer, 1989). Secara umum metode ini hanya mengandalkan
tenaga manusia (dilakukan secara manual) untuk mengolah buah sawit dengan
menggunakan media air panas untuk proses ekstraksi buah. Oleh karena itu
diperlukan pekerja yang tidak sedikit dalam proses pengolahannya. Metode
pengolahan secara tradisional ini merupakan metode pengolahan yang dilakukan
ditempat pemanenan maupun disekitar masyarakat namun proses pengolahannya
berjalan lambat (Hyman, 1990).
Metode pengolahan tradisional hanya menghasilkan persentasi minyak
yang sedikit serta kualitas minyak yang rendah. Faktor utama penyebabnya adalah
tahapan proses dan peralatan yang digunakan. Secara umum tahapan proses yang
digunakan terdiri dari pelumatan buah, pemisahan fiber dan nut, dan mengekstrak
minyak dengan cara merendam buah hasil pelumatan (digester) menggunakan air
panas. Minyak yang diperoleh memiliki kualitas yang buruk (kadar ALB, kadar
kotoran dan kadar air tinggi) karena menggunakan teknologi yang sederhana (low
technology) (Zu dkk, 2012). Minyak yang dihasilkan memiliki dua tipe yaitu soft
oil dan hard oil. soft oil memiliki kadar ALB 7-12% dan Hard oil pada umumnya
20% namun mencapai 30-50% (Hyman, 1990).
Adzimah dan Seckley (2009) menyatakan untuk melumat buah pada
bagian digester pengolahan dilakukan menggunakan tenaga manusia. Pelumatan
buah dapat dilakukan dengan cara soaked/ poundin dan foot tramping. Metode
pounding dilakukan dengan cara menumbuk buah didalam lumping menggunakan
alat penumbuk (mortar) dan Foot tramping merupakan metode pelumatan dengan
cara menginjak-injak buah.
1.2.2
Metode Artisanal
Metode ekstraksi artisanal merupakan pengembangan dari metode
1.3
Dasar Teori
1.3.1
Sawit off-grade
Fraksi Buah
Sifat Fraksi
Sangat mentah
Jumlah
Brondolan
Tidak ada
Fraksi 00 (F-00)
Fraksi 0 (F-0)
Mentah
Fraksi 1 (F-1)
Kurang matang
Fraksi 2 (F-2)
Matang
Fraksi 3 (F-3)
Matang
Fraksi 4 (F-4)
Lewat matang
Fraksi 5 (F-5)
Terlalu matang
Sawit off-grade dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain terlalu
cepat dan terlambatnya waktu pemanenan, lamanya waktu tinggal di Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH) maupun dipabrik serta keterlambatn system
pengangkutan menuju pabrik. Jika TBS yang telah dipanen tidak langsung
diproses, maka akan menyebabkan peningkatan kadar ALB ketika buah
diekstraksi menjadi minyak (Orji, 2006). Poku (2002) menyatakan sebaiknya TBS
diolah tidak lebih dari 48 jam setelah panen untuk menghambat perkembangan
enzim lipase yang mengakibatkan peningkatan kadar ALB.
Pemanenan buah sebaiknya dilakukan tepat pada waktu buah telah
mencapai tingkat kematangan. Pemanenan buah dalam keadaan lewat matang
akan meningktakna kadar ALB, sebaliknya jika buah dipanen terlalu cepat akan
berakibat pada kuantitas minyak yang dihasilkan karena buah memilki kadar air
yang tinggi (Pahan, 2012).
1.3.2
yang bagus atau tidak. Penentuan mutu minyak perlu dilakukan karena
berpengaruh pada daya jual minyak sawit. Apabila minyak sawit memilki mutu
yang kurang bagus, maka nilai jual minyak menjadi rendah. Oleh karena itu
pengendalian mutu minyak memiliki faktor terpenting dalam proses pengolahan
TBS. parameter mutu minyak sawit diantaranya kadar ALB, kadar kotoran, kadar
air. Standar mutu yang digunakan untuk minyak sawit di Indonesia diperlihatkan
pada Tabel 1.2
Tabel 1.2 Syarat mutu minyak sawit mentah
No
Kriteria Uji
1
2
Satuan
Warna
%, fraksi
kotoran
Asam lemak bebas
masa
(sebagai asam
palmitat)
Persyaratan Mutu
Jingga kemerah-
%, fraksi
masa
merahan
0,5 maks
5 maks
a.
Kadar air
Kadar kotoran
Kadar kotoran adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut
dalam minyak dan dinyatakan dengan % zat pengotor terhadap minyak atau
lemak. Pada umumnya penyaringan minyak dilakukan dengan rangkaian proses
pengendapan yaitu sentrifugasi. Metode sentrifugasi hanya dapat menyaring
kotoran yang berukuran besar, tetapi kotoran berupa serabut dan yang berukuran
kecil sulit disaring karena tidak ada perbedaan berat jenis dengan minyak. Kadar
kotoran maksimal pada CPO yang diolah yaitu 0,01% (Ketaren, 1986).
1.3.3
Asam Lemak
No
Persen
Komposisi
Berat Molekul
Titik Didih
Asam Laurat ( 12 : 0 )
0,0 0,4
200,32
180C
Asam Miristat ( 14 : 0 )
0,6 1,7
228,38
250C
41,1 47,0
256,43
271C
Asam Stearat ( 18 : 0 )
3,7 5,6
284,49
232C
38,2 43,6
282,47
260C
Asam Linoleat ( 18 : 2 )
6,6 11,9
280,45
176C
Asam Linoleat ( 18 : 3 )
0,0 0,6
278,44
180C
Dari tabel diatas asam lemak yang paling dominan adalah asam palmitat
dan asam oleat. Selain asam lemak yang disebut dalam tabel, minyak kelapa sawit
juga memiliki kandungan minor dalam jumlah sedikit. Antara lain adalah karoten,
vitamin E, sterol, fosfolipid, glikolipid, terpen, dan hidrokarbon alifatik (Anonim,
2013).
BAB II
PERCOBAAN
2.1
(2.1)
Keterangan :
Y : Yield
Moe : Mass of oil extracted
Mm : Mass of the mash
2.2.3 Uji Kadar Asam Lemak Bebas
Kadar asam lemak bebas dihitung sebagai persentase berat asam
palmitat dan dilakukan dengan metode titrasi. Larutan titar yang digunakan yaitu
larutan kalium hidroksida (KOH) 0,1 N yang dibuat dengan cara melarutkan 5,6
gram KOH dalam 1 liter air suling, kemudian distandarisasi dengan larutan asam
oksalat 0,1 N dengan cara :
1. Menimbang 6,3 gram asam oksalat lalu menambahkan aquades pada labu
ukur 1 L hingga tapal batas.
2. Memasukkan larutan kedalam erlenmeyer sebanyak 25 ml
3. Menambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein
4. Menitrasi dengan larutan titar hingga timbul warna merah muda (merah
jambu) yang stabil.
(2.2)
Uji kadar asam lemak bebas dilakukan dengan cara:
1. Memanaskan minyak hasil percobaan pada suhu 60oC sampai 70oC
kemudian diaduk hingga homogen.
2. Menimbang contoh uji sebanyak 2,5 gram dalam erlenmeyer 250 ml.
3. Menambahkan 50 ml pelarut etanol 95%.
4. Memanaskan diatas penangas air dan mengatur suhunya pada 40 oC
sampai contoh minyak larut semuanya.
5. Menambahkan larutan indikator fenolftalein sebanyak 1-2 tetes.
6. Mentitrasi dengan larutan titar KOH 0,1 N sambil digoyang-goyang
hingga mencapai titik akhir yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi merah muda yang stabil untuk minimal 30 detik.
7. Mencatat penggunaan ml larutan titar.
8. Melakukan analisa sekurang-kurangnya duplo, dengan perbedaan antara
kedua hasil uji tidak boleh melebihi 0,05%.
(2.3)
Keterangan :
V
Kadar
air
(2.4)
Keterangan :
Initial weight : berat wadah + berat minyak sebelum dioven (gr)
Final weight : berat wadah + berat minyak setelah dioven (gr)
2.2.5 Uji Kadar Kotoran
1. Menggunakan contoh uji hasil penentuan kadar air yang sudah diketahui
beratnya.
(2.5)
Keterangan :
Weight of dirty = berat kotoran (gr)
Weight of oil = berat minyak (gr)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Percobaan
Hasil percobaan teknologi pengolahan sawit untuk menentukan yield dan
Penambahan
air panas
(%)
Yield
(%)
Kadar ALB
(%)
Kadar air
(%)
Kadar Kotoran
(%)
1 jam
20
4.7
13.824
0.013
6.5
1.5 jam
20
14.14
14.745
0.44
7.2
2 jam
20
11.36
13.824
0.19
6.7
3.2
Pembahasan
Tahapan proses dari percobaan teknologi pengolahan sawit yaitu dimulai
dengan pencucian sawit offgrade untuk menghilangkan kotoran berupa pasir dan
kelopak bunga. Pencucian juga bertujuan untuk memilih atau menyortir kembali
buah sawit yang akan digunakan. Buah sawit yang telah busuk, luka, maupun
terlalu kecil dipisahkan dan tidak digunakan. Langkah selanjutnya yaitu
memanaskan air di dalam dandang (sterilizer) hingga suhu steam yang terbentuk
kurang lebih 100oC. Steam digunakan untuk mengukus brondolan sawit.
Brondolan sawit ditimbang sebanyak 4.2 kg dan dibagi tiga (1.5, 1.5 dan
1.2 kg) lalu dimasukkan ke dalam dandang kemudian ditutup rapat. Percobaan
teknologi pengolahan sawit dilakukan dengan memvariasikan waktu pengukusan
(1, 1.5 dan 2 jam) dengan menggunakan api kecil. Pengukusan bertujuan untuk
menonaktifkan enzim lipase dan oksidase yang terdapat di dalam sawit serta
mengurangi kadar air yang terkandung di dalam sawit. Setelah dilakukan proses
pengukusan, brondolan sawit dikeluarkan dari dandang dan di masukkan ke dalam
spindle hydraulic press. Brondolan sawit kemudian dikempa dengan tekanan
tertentu. Selama proses pengempaan, dilakukan penambahan air panas secara
bertahap. Percobaan teknologi pengolahan sawit dilakukan dengan penambahan
air yaitu 20%.
Volume air panas yang digunakan pada penambahan air panas adalah 300
ml untuk 1.5 kg dan 240 ml untuk 1.2 kg. Minyak sawit yang keluar dari alat
Gambar 3.1 Kurva hubungan antara lama waktu pengukusan terhadap yield
minyak dari sawit offgrade.
Yield merupakan perbandingan antara berat hasil dengan berat umpan (Tim
Penyusun, 2013). Yield yang didapat pada variasi waktu pengukusan disajikan
pada Gambar 3.1. Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa yield semakin
meningkat seiring bertambahnya waktu pada pengukusan. Yield minimum didapat
pada waktu pengukusan 1 jam yaitu sebesar 4.7%, sedangkan yield maksimum
didapat pada waktu pengukusan 1.5 jam yaitu sebesar 14.14%. Pada teorinya
seharusnya pengukusan waktu 2 jam akan menghasilkan yield maksimum
dibanding 1.5 jam. Namun pada kenyataannya waktu pengukusan 1.5 jam
menghasilkan yield maksimum dibanding waktu pengukusan 2 jam, ini
disebabkan kelalaian praktikan dimana pada saat pengempaan alat pengepresan
sedikit keras sehingga minyak yang keluar menjadi terhambat dan juga
dipengaruhi oleh lambatnya penambahan air panas yang membuat minyak
menjadi lebih kental. Minyak sawit akan terperas keluar karena adanya tekanan
dari piston ketika dilakukan proses pengempaan. Pada awal pengempaan, minyak
sawit yang terperas cukup banyak, kemudian kuantitasnya berkurang sedikit demi
sedikit. Minyak sawit yang terperas tidak seluruhnya keluar dari alat pengempa,
namun ada juga yang tertinggal di dalam silinder maupun dicelah antarbuah sawit.
Semakin lama waktu pengukusan semakin lunak brondolan sawitnya sehingga
semakin meningkatkan yield dari sawit off grade tersebut.
3.2.2
Gambar 3.2 Kurva hubungan antara lama waktu pengukusan terhadap kadar ALB
minyak dari sawit offgrade.
Penentuan
kadar
asam
lemak
bebas
(ALB)
dilakukan
dengan
memvariasikan berat contoh uji (2.5, 5 dan 10 gram). Pada percobaan ini, contoh
uji yang dibahas yaitu contoh uji dengan berat 2.5 gram saja. Hasil penentuan
kadar ALB yang didapat pada variasi penambahan air panas disajikan pada
Gambar 3.2.
Berdasarkan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa kadar ALB semakin
meningkat seiring bervariasinya lama waktu pengukusan. Kadar ALB minimum
didapat pada waktu pengukusan 1 jam yaitu sebesar 13.824%, sedangkan kadar
ALB maksimum didapat pada waktu pengukusan 1,5 jam yaitu sebesar 14.745%.
Salah satu penyebab tingginya kadar ALB sawit yaitu karena terjadinya
reaksi hidrolisa antara minyak dengan air. Proses pengempaan akan menyebabkan
daging buah menjadi pecah, sehingga minyak dapat keluar dari sawit. Ketika
ditambahkan air panas, terjadi kontak antara minyak dalam buah sawit dengan air,
sehingga terjadi reaksi hidrolisa. Semakin lama reaksi hidrolisa berlangsung
(kontak antara minyak dan air semakin banyak), maka semakin tinggi kadar ALB
yang terbentuk [Ketaren, 1986]. Karena pada variasi waktu pengukusan 1.5 jam
terjadi kerusakan alat menyebabkan penambahan air panas menjadi lambat dan
terjadi reaksi hidrolisa, itulah yang menyebabkan ALB pada waktu pengukusan
1.5 jam menjadi lebih besar dibanding dengan waktu pengukusan 1 jam dan 2
jam.
3.2.3
offgrade disajikan pada Gambar 3.3. Berdasarkan Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa
kadar air semakin meningkat seiring bertambahnya lama waktu pengukusan.
Kadar air minimum didapat pada waktu pengukusan 1 jam yaitu sebesar 0.013%
sedangkan kadar air maksimum didapat pada waktu pengukusan 1.5 jam yaitu
sebesar 0.44%.
Gambar 3.3 Kurva hubungan antara lama waktu pengukusan terhadap kadar air
dari minyak sawit offgrade.
Minyak sawit yang terperas tidak seluruhnya keluar dari alat pengempa,
namun ada juga yang tertinggal di dalam silinder maupun dicelah antarbuah sawit.
Ketika ditambahkan air panas, minyak akan terbawa oleh air keluar dari silinder.
Semakin banyak volume air panas yang ditambahkan, maka semakin banyak
minyak yang berkontakan langsung dengan air sehingga meningkatkan kadar
airnya.
3.2.4
sawit offgrade disajikan pada Gambar 3.4. Berdasarkan Gambar 3.4 dapat dilihat
bahwa kadar kotoran minyak semakin meningkat seiring bertambahnya lama
waktu pengukusan. Kadar kotoran minimum didapat pada waktu pengukusan 1
jam yaitu sebesar 6.5%, sedangkan kadar kotoran maksimum didapat pada waktu
pengukusan 1.5 jam yaitu sebesar 7.2%.
Gambar 3.4 Kurva hubungan antara penambahan air panas terhadap kadar
kotoran minyak dari sawit offgrade.
Minyak sawit yang terperas tidak seluruhnya keluar dari alat pengempa,
namun ada juga yang tertinggal di dalam silinder maupun dicelah antarbuah sawit.
Selain minyak, juga terdapat kotoran-kotoran yang berukuran kecil. Kotoran ini
bisa jadi berasal dari sawit yang kurang bersih ketika dilakukan pencucian
maupun dari silinder (silinder tidak dibersihkan terlebih dahulu). Ketika
ditambahkan air panas, kotoran akan terbawa oleh air keluar dari silinder.
Semakin banyak volume air panas yang ditambahkan, maka semakin banyak
kotoran yang terbawa oleh air sehingga meningkatkan kadar kotorannya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
1. Yield semakin meningkat seiring bertambahnya lama waktu pengukusan.
Yield minimum didapat pada waktu pengukusan 1 jam yaitu sebesar 4.7%,
sedangkan yield maksimum didapat pada waktu pengukusan 1.5 jam yaitu
sebesar 14.14%
2. Kadar asam lemak bebas (ALB) semakin meningkat seiring bertambahnya
lama waktu pengukusan. Kadar ALB minimum didapat pada waktu
pengukusan 1 jam yaitu sebesar 13.824%, sedangkan kadar ALB
maksimum didapat pada waktu pengukusan 1.5 jam yaitu sebesar
14.745%.
3. Kadar air semakin meningkat seiring bertambahnya lama waktu
pengukusan. Kadar air minimum didapat pada waktu pengukusan 1 jam
yaitu sebesar 0.013%, sedangkan kadar air maksimum didapat pada waktu
pengukusan 1.5 jam yaitu sebesar 0.44%.
4. Kadar kotoran minyak semakin meningkat seiring bertambahnya lama
waktu pengukusan. Kadar kotoran minimum didapat pada waktu
pengukusan 1 jam yaitu sebesar 6.5%, sedangkan kadar kotoran
maksimum didapat pada waktu pengukusan 1.5 jam yaitu sebesar 7.2%.
4.2
Saran
Pada percobaan ini, praktikan menghabiskan banyak waktu hanya untuk
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2013.
http://indrarexs.blogspot.com/2013/06/proses-pengolahan.html
2013.
http://kimirochimi.blogspot.com/2013/02/komposisi-minyak-
Ekine, D.I., dan Onu, M. E. 2008. Economic of small-scale palm iol processing in
Ikwerre and Etche local government areas of river state, Nigeria. Jurnal of
agricultural and social research, 8(2), 150 158.
Hyman, E. L. 1990. An economic analysis of small-scale technologies for palm
oil extraction in central and west africa. World development, 18(3), 455
476.
Ketaren, S. 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. UI Press.
Jakarta.
Orji, M.U., dan Mbata. T. I. 2008. Effect of extraction methods on the quality and
spoilage of Nigerian palm oil. African journal of biochemistry research, 2 (9),
192 196.
Pahan, I. 2012. Panduan Lengkap : Kelapa sawit. Cetakan Xi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Poku, K. 2002. Small-scale palm processing in africa. FAO Agricultural service
bulletin, 148, Rome, Italy, 3 30.
Rahmanto, Dwi. 2010. Minyak Nabati. http://galehdr.blogspot.com/p/minyaknabati.html/ Diakses 29 September 2014.
Tim Laboratorium Dasar-Dasar Proses Kimia I Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau. 2014. Penuntun Praktikum Teknik Reaksi
Kimia. Pekanbaru : Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program
Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
LAMPIRAN
CONTOH PERHITUNGAN
Berat sampel I
: 1500 gram
Berat sampel II
: 1500 gram
: 1200 gram
Waktu sterilisasi I
: 1 jam
Waktu sterilisasi II
: 1,5 jam
: 2 jam
= 27,5 ml
= 0,1 N
= 25 ml
= 0,09 N
A.1. Menghitung Yield Minyak
Penambahan air panas 20% (300 ml) pada waktu pengukusan 1 jam
untuk variasi waktu pengukusan yang lain menggunakan cara yang sama.
A.2. Uji Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
Penambahan air panas 20% (300 ml) pada waktu pengukusan 1,5 jam
= 16 ml
= 0,09 N
= 2,5 gr
= 14,745 %
untuk variasi waktu pengukusan yang lain menggunakan cara yang sama.
= 71,55 gr
Final weight
= 71,41 gr
= 0,19
untuk variasi waktu pengukusan yang lain menggunakan cara yang sama.
= 77,45 gr
= 67,46 gr
Berat minyak
= 1,09 gr
= 1,74 gr
Berat kotoran
= 6,5
untuk variasi waktu pengukusan yang lain menggunakan cara yang sama.