Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Istilah penguatan pada dasarnya berarti membuat menjadi lebih kuat. Dalam bidang
elektronika maka yang diperkuat adalah amplitudo dari sinyal. Untuk mengerti bagaimana
penguat bekerja perlu dimengerti dua tipe penguatan yang utama yaitu:
1.

Penguat tegangan yaitu penguat yang menguatkan tegangan dari sinyal masukan.

2.

Penguat arus yaitu penguat yang menguatkan arus dari sinyal masukan.

Sedangkan penguat daya yaitu kombinasi dari dua tipe penguat di atas. Meskipun pada
kenyataannya semua penguat adalah penguat daya karena tegangan tidak aka nada tanpa
adanya daya kecuali jika impedansinya tak terhingga. Efisiensi dari penguat daya
didefinisikan sebagai perbandingan dari daya yang diterima beban dengan daya yang
diberikan oleh catu daya.

B.

Rumusan Masalah

Sebelum membahas Penguat Daya Kelas A lebih lanjut, kita harus mengetahui tentang
rumusan masalah sebagai berikut:
1.

Apakah penguat daya itu?

2.

Apa contoh penguat daya?

3.

Bagaimana cara kerja penguat daya?

4.

Apa ciri dari penguat daya?

C.

Tujuan

Maksud utama disusunnya makalah ini adalah guna memenuhi tugas akhir semester mata
kuliah Praktek Dasar Elektronika. Adapun tujuannya adalah:
1.

Memahami pengertian penguat daya, terutama penguat daya kelas A

2.

Memahami cara kerja penguat daya

3.

Memahami contoh dari penguat daya

4.

Memahami ciri-ciri dari penguat daya

5.

Memahami percobaan pada penguat daya

PEMBAHASAN

A.

Pengertiaan Penguat Daya Kelas A

Penguatan berarti membuat menjadi lebih kuat, dalah bidang elektronika yang diperkuat
adalah aplitudo dari sinyal. Penguat Daya Kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya
setengah dari tegangan VCC penguat. Untuk bekerja penguat kelas A memerlukan bias awal
yang menyebabkan penguat dalam kondisi siap untuk menerima sinyal. Karena hal ini maka
penguat kelas A menjadi penguat dengan efisiensi terendah namun dengan tingkat distorsi
(cacat sinyal) terkecil. Titik kerja diatur agar seluruh fasa sinyal input diatur sedemikian rupa
sehingga seluruh fasa arus output selalu mengalir. Penguat ini beroperasi pada daerah linear.
Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah system bias pembagi tegangan dan sistem
bias umpan balik kolektor. Melalui perhitungan tegangan bias yang tepat maka kita akan
mendapatkan titik kerja transistor tepat pada setengah dari tegangan VCC penguat. Penguat
kelas A cocok dipakai pada penguat awal (pre amplifier) karena mempunyai distorsi yang
kecil.

B.

Jenis-jenis Penguat Daya

Dalam elektronika banyak sekali dijumpai jenis penguat, pengelompokkan dapat


berdasarkan:
1.

Rentang frekuensi operasi

a.

Gelombang lebar (seperti: penguat audio, video, rf dan lain-lain)

b.

Gelombang sempit (seperti: tuned amplifier).

2.

Metoda pemasangan rangkaian

a.
Pemasangan AC: semua komponen frekuensi rendah (termasuk dc) tidak diteruskan ke
rangkaian penguat

b.
Pemasangan DC: salah satu tipenya adalah penguat chopper, sinyal input terbelah
menjadi seri pulsa kemudian diperkuat oleh penguat ac sebelum dikembalikan lagi ke level
dc.
3.

Titik bias pada penguat (seperti: kelas A, kelas B, kelas AB dan kelas C)

4.

Tegangan

5.

Arus

6.

Daya

Berdasarkan dengan tipe pembiasan yang dilakukan oleh penguat, dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Kelas A: titik kerja diatur agar seluruh fasa sinyal input diatur sedemikian rupa sehingga
seluruh fasa arus output selalu mengalir. Penguat ini beroperasi pada daerah linear.
2. Kelas B: titik kerja diatur pada suatu sisi ekstrim saja, sehingga daya quiescent sangat
kecil. Untuk sinyal input sinusoida, penguatan hanya terjadi pada setengah perioda sinyal
input saja.
3. Kelas C: titik kerja diatur beroperasi untuk arus (tegangan) output sama dengan nol dengan
selang lebih besar dari setengah siklus sinus. Sehingga penguat bekerja kurang dari setengah
perioda sinyal input.

C.

Cara Kerja Penguat Daya Kelas A

Penguat daya bertujuan untuk menguatkan daya sinyal output. Pada mata kuliah elektronika
ini, diterapkan sebagai penguat daya pada speaker. Pada penguat ini, tegangan output diatur
sama dengan tegangan input DC. Sedangkan nilai arusnya yang diubah-ubah. Pengubahan
arus output lebih mudah daripada pengubahan tegangan output. Dan rentang tegangan yang
bisa diaplikasikan jauh lebih kecil daripada rentang arus. Oleh karena itu bisa jadi, arus yang
diperlukan sangat besar sehingga dalam memilih transistor harus disesuaikan dengan
kebutuhan arus. Apabila arus yang dibutuhkan sangat besar sekali, maka dapat dipakai
rangkaian transistor Darlington. Transistor yang memiliki arus kolektor maksimum besar
(sekitar 1,5A), ternyata bentuk transistornya berbeda. Ada bagian tengahnya berlubang yang
digunakan untuk Heat Sink. Heat sink digunakan agar komponen tidak cepat panas. Dengan
pemasangan heat sink maka memperluas permukaan transistor sehingga panas semakin cepat
terbuang ke udara. Harganya relatif sama dengan transistor daya kecil. Efisiensi dari penguat
daya didefinisikan sebagai perbandingan dari daya yang diterima beban dengan daya yang
diberikan oleh catu daya.

D.

Contoh Penguat Daya Kelas A

Contoh dari penguat kelas A adalah rangkaian dasar common emitter (CE) transistor. Penguat
tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di titik tertentu yang ada pada garis
bebannya. Sedemikian rupa sehingga titik Q ini berada tepat di tengah garis beban

kurva VCE-IC dari rangkaian penguat tersebut dan sebut saja titik ini titik A. gambar berikut
adalah contoh rangkaian common emitor dengan transistor NPN Q1.

Garis beban pada penguat ini ditentukan oleh resistor Rc dan Re dari rumus VCC = VCE +
IcRc + IeRe. Jika Ie = Ic maka dapat disederhanakan menjadi VCC = VCE + Ic (Rc+Re).
Selanjutnya pembaca dapat menggambarkan garis beban rangkaian ini dari rumus tersebut.
Sedangkan resistor Ra dan Rb dipasang untuk menentukan arus bias. Pembaca dapat
menentukan sendiri besar resistor-resistor pada rangkaian tersebut dengan pertama
menetapkan berapa besar arus Ib yang memotong titik Q.
Besar arus Ib biasanya tercantum pada datasheet transistor yang digunakan. Besar penguatan
sinyal AC dapat dihitung dengan teori analisa rangkaian sinyal AC. Analisa rangkaian AC
adalah dengan menghubung singkat setiap komponen kapasitor C dan secara imajiner
menyambungkan VCC ke ground. Dengan cara ini rangkaian gambar-1 dapat dirangkai
menjadi seperti gambar-3. Resistor Ra dan Rc dihubungkan ke ground dan semua kapasitor
dihubung singkat.
Dengan adanya kapasitor Ce, nilai Re pada analisa sinyal AC menjadi tidak berarti.
Penguatan didefinisikan dengan Vout/Vin = rc / re, dimana rc adalah resistansi Rc parallel
dengan beban RL (pada penguat akhir, RL adalah speaker 8 Ohm) dan re adalah resistansi
penguatan transistor. Nilai re dapat dihitung dari rumus re = hfe/hie yang datanya juga ada
di data sheet transistor. Gambar-4 menunjukkan ilustrasi penguatan sinyal input serta
proyeksinya menjadi sinyal output terhadap garis kurva x-y rumus penguatan vout = (rc/re)
Vin.

E.

Percobaan Penguat Daya Kelas A

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui letak titik kerja penguat kelas A dan
efeknya bila titik kerjanya tidak pada tengah garis beban.
Langkah pertama yaitu mengukur besarnya Ic dan Vce masing-masing transistor saat tidak
ada sinyal masukan.

Setelah itu lepas amperemeter dan beri sinyal masukan rangkaian penguat. Lihat gambar
sinyal masukan dan keluaran di osiloskop.
Dari gambar terlihat kalau sinyal keluaran sefasa dengan sinyal masukan dan terpotong.

Terpotongnya sinyal disebabkan oleh letak titik kerja penguat tingkat kedua yang tidak
berada di tengah garis beban, terlihat dari hasil pengukuran Vce dan Ic sebelumnya.
Untuk membetulkan titik kerja maka digunakan resistor variable sebagai pengganti salah satu
resistor bias pembagi tegangan pada penguat tingkat kedua.
Resistor variable diset sampai memperoleh tegangan keluaran yang tidak terpotong.
Kemudian alat dimatikan dan diukur berapa nilai resistor variable tersebut.

Kemudian hasil pengukuran dibandingkan dengan hitungan secara teori.

F.

Ciri Penguat Daya Kelas A

Ciri khusus yang membedakan penguat daya kelas A dengan penguat daya kelas lainnya
adalah:
-

Penguat dengan letak titik Q di tengah-tengah garis beban.

Mempunyai sinyal keluaran yang paling bagus diantara penguat jenis yang lain.

Efisiensinya paling rendah, karena banyaknya daya yang terbuang di transistor.

Titik kerja diatur agar seluruh fasa sinyal input diatur sedemikian rupa sehingga seluruh
fasa arus output selalu mengalir. Penguat ini peroperasi pada daerah linear.
Disipasi daya tertinggi terjadi saat tidak ada sinyal masukan. Besarnya disipasi daya
pada transistor dirumuskan:
PDiss = Vce x Ic
Daya keluaran maksimum dapat dicari dari persamaan:

Sehingga

Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja pada daerah aktif. Penguat
tipe kelas A disebut sebagai penguat yang memiliki tingkat fidelitas yang tinggi. Asalkan
sinyal masih bekerja di daerah aktif, bentuk sinyal keluarannya akan sama persis dengan
sinyal input. Namun penguat kelas A ini memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25%
= 50%. Ini tidak lain karena titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidah ada sinyal
input (ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja pada daerah aktif dengan arus bias
konstan. Transistor selalu aktif (ON) sehingga sebagian besar dari sumber catu daya terbuang
menjadi panas. Karena ini juga transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan
perbandingan ekstra seperti heat sink yang lebih besar.

G.

Cara Mengenali Penguat Daya Kelas A

Cara yang paling mudah untuk mengenali jenis penguat kelas adalah dengan memperhatikan
tegangan pada basis, pada gambar diatas tegangan Vcc yang masuk ke basis mengalami
pembagian tegangan oleh adanya resistor yang dipasang secara parallel yairu R1 dan R3, jadi
langkah awal untuk menentukan jenis dari suatu penguat adalah dengan melihat tegangan

yang masuk ke basis, bandingkan dengan penguat yang lain, penguat kelas B memiliki
tegangan 0.7 V karena tegangan pada kaki basis sama dengan tegangan pada diode,
sedangkan untuk kelas C tegangan pada basis sebesar 0 V karena dihubungkan ke ground
melalui sebuah inductor.
Perhatikan pada bagian input dan output, sebelum dan sesudah output terdapat sebuah
capacitor (C2 dan C4) yang dipasang secara seri, fungsi dari capasitor ini disebut sebagai
kopling karena berfungsi untuk menyalurkan transmisi, atau sebagai sambungan, sifat dasar
dari kapasitor adalah menahan arus DC dan meloloskan arus AC, dengan adanya capasitor
pada input dan output rangkaian maka dapat memfilter arus DC sehingga benar-benar arus
AC yang masuk.
Pada kaki basis dialiri arus yang cukup untuk mengaktifkan kerja dari transistor, arus IB yang
cukup besar juga akan mengakibatkan arus yang melalui IC juga cukup sangat besar, karena
sesuai persamaan IE = IC + IB sedamgkan IE IC , akibat arus yang besar tersebut transistor
akan cepat panas dan jika hal ini tetap dibiarkan maka transistor dapat rusak, untuk
menanggulangi hal ini maka pada kaki emitor diberi resistor (R2), resistor ini mengakibatkan
Vce semakin turun sehingga suhu di transistor masih diambang toleransi yang tidak merusak
transistor, R2 juga sering disebut sebagai pengendali suhu pada rangkaian penguat kelas A.
Sekarang perhatikan kapasitor yang dirangkai secara parallel dengan R2 (C1) kapasitor ini
disebut sebagai kapasitor byapass karena memiliki XCyang kecil, fungsi dari capasitor
bypass juga untuk memudahkan analisa AC pada rangkaian, hal yang perlu diperhatikan
adalah nilai dari XC hrus 20x dibawah nilai R2, sehingga nilai dari capasitor itu sendiri dapat
ditentukan dengan persamaan:
XC= 12fC
Jika diperhatikan pada bagian yang paling dekat dengan VCCterdapat kapasitor juga yang
dipasang secara parallel terhadap VCC,kapasitor ini sering disebut juga sebagai kapasitor
decoupling (C3), karena kapasitor ini menjaga agar sinyal distorsi yang dihasilkan dari
rangkaian tidak mempengaruhi input.
Pada bagian output dipasang sebuah inductor (L1), inductor ini disebut juga sebagai RFC
(Radio Frequency Cook) yang kerjanya hamper mirip dengan LPF, fungsinya adalah
meloloskan DC dan menahan arus AC agar AC tidak naik ke Vcc kembali, pada Radio
Frequency RFC berfungsi untuk menahan arus AC.
Penguat kelas A cocok untuk menguatkan frekuensi kecil, karena tidak membutuhkan daya
yang besar, karena itu penguat kelas A sering dipasang pada bagian awal untuk menguatkan
frekuensi kecil yang kemudian dikuatkan lagi oleh penguat yang lain baik kelas B maupun
kelas C.

H.

Sifat Penguat Daya Kelas A

1.

Dirangkai secara common emitter

2.

Digunakan untuk daya yang sedang < 10 watt

3.

Input dan outpun berbeda 180o

Selain ketiga penguat pada kelas A tersebut, ada beberapa sifat-sifat penguat kelas A yang
dijelaskan oleh Albert Paul Malvino,Ph.D. dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip
Elektronika Jilid Iantara lain sebagai berikut:
1.

Bati Tegangan dengan beban

Di dalam penguat CE pada gambar 2.1 tegangan ac Vin menggerakkan basis, menghasilkan
tegangan keluaran ac Vout.
2.

Bati arus

3.

Bati daya

4.

Daya beban

5.

Efisiensi tahapan

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Dari pembahasan tentang penguat daya kelas A diatas dapat disimpulkan bahwa:
- Penguat daya merupakan gabungan / kombinasi dari penguat tegangan (penguat yang
menguatkan tegangan dari sinyal masukan) denagn penguat arus ( penguat yang menguatkan
arus dari sinyal masukan)
Untuk bekerja penguat kelas A memerlukan bias awal yang menyebabkan penguat dalam
kondisi siap untuk menerima sinyal.
- Penguat daya mempunyai sinyal keluaran yang paling bagus diantara penguat jenis yang
lain.
-

Efisiensinya paling rendah, karena banyaknya daya yang terbuang di transistor.

Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah system bias pembagi tegangan dan
sistem bias umpan balik kolektor.

DAFTAR PUSTAKA
Albert Paul Malvino,Ph.D. Prinsip-prinsip Elektronika Jilid I.
http://elkakom.blogspot.com/2010/07/penguat-daya-kelas-pada-penerima-radio.html
http://uswah23.blogspot.com/2011/03/penguat-daya-kelas.html
IT Telkom. 2010. M odul Praktikum Elektronika Komunikasi D3 Teknik Telekomunikasi

Anda mungkin juga menyukai