Glory Belum Selesai
Glory Belum Selesai
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan
diseluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk
Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian
karena ISPA khususnya pneumonia atau bronkopneumonia,1
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate yang
disebabkan oleh bakteri,virus,jamur dan benda asing. Infeksi saluran napas bawah
masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,baik dinegara yang
sedang berkembang maupun yang sudah maju. Insiden penyakit ini pada Negara
berkembang hamper 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko
kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13%
dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.2
Menurut hasil penelitian Johnson, dkk di Afrika Barat, dari 323 kasus
pneumonia pada balita ditemukan 127 (39,3%) bronkopneumonia, 39 (12,1%) lobar
pneumonia, dan 23 (7,1%) bronkopneumonia dan lobar pneumonia. 3 Data WHO
tahun 2005 menyatakan bahwa proporsi kematian balita karena saluran pernapasan di
dunia ialah sebesar 19-26%. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir
30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, di
negara berkembang infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah
utama dalam bidang kesehatan.4 Pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke6 didunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai
enam juta jiwa.5 Menurut Riskesdes 2007 penyakit ini merupakan penyebab kematian
kedua setelah diare, dan selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap
tahunnya difasilitas kesehatan. Tingkat kematian bronkopneumonia sangat tinggi dan
diperkirakan sekitar 4 juta anak meninggal di seluruh dunia setiap tahunnya akibat
bronkopneumonia.6
Faktor-faktor yang berperan pada kejadian Bronkopneumonia yaitu umur,
status gizi, status imunisasi, faktor
LAPORAN KASUS
Identitas penderita
AS, seorang anak perempuan, umur 5 bulan, dengan alamat Tompaso baru, suku
minahasa, bangsa Indonesia, agama islam.
Identitas Orang Tua
Nama ibu
Umur
Pekerjaan/pendidikan
Perkawinan
Alamat
:
:
:
:
:
NY DP
26 tahun
IRT/SMP
I
Tompaso baru
Nama ayah
Umur
Pekerjaan/pendidikan
Perkawinan
Alamat
Masuk rumah sakit
:
:
:
:
:
:
TN AS
40 tahun
Buruh/SMA
I
Tompaso baru
28 Juli 2014
lendir berwarna putih bening dan tidak ada darah,tidak disertai keringat malam.
Selama sakit tidak ada perdarahan pada gusi atau mimisan. Riwayat kontak dengan
orang dewasa di sekitar pasien yang batuk lama disangkal. Muntah disangkal. BAB
dan BAK dalam batas normal. pasien sudah dirawat di RSU Cantia 1 hari SMRS.
Di sana pasien mendapat terapi oral : Amoxan sirup, Sanmol sirup dan puyer. Hasil
lab : Leukosit : 42.550/mm3, trombosit : 495.000/ mm3, Hb : 13,4 g/DL,
Ht : 32,88%.
Riwayat penyakit dahulu:
Morbili
:
Varisela
:
Pertusis
:
Diare
:+
Cacingan
:
Batuk/Pilek
:+
Riwayat Penyakit Keluarga:
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.
Riwayat Antenatal dan Kelahiran:
Pemeriksaan kehamilan tidak teratur di Puskesmas. Suntikan TT tidak ada, selama
kehamilan ibu dalam keadaan sehat.
Riwayat kepandaian/ kemajuan bayi:
Pertama kali membalik
Pertama kali tengkurap
Pertama kali duduk
Pertama kali merangkak
Pertama kali berdiri
Peratama kali berjalan
Pertama kali tertawa
Pertama kali berceloteh
Pertama kali memanggil mama
Pertama kali memanggil papa
: 3 bulan
: 4 bulan
::::::::-
PASI
Bubur
Bubur saring
Bubur halus
Bubur lembek
: 0-sekarang
::::-
Imunisasi
BCG
Polio
DPT
Campak
Hepatitis
: 1 kali
: 2 kali
: 2 kali
: : 1 kali
Ikhtisar Keluarga:
Penderita
Keadaan sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan:
Penderita tinggal di rumah semi permanen, beratap seng, dinding papan, lantai papan
dengan jumlah kamar 3 buah, dihuni oleh 3 orang, 2 orang dewasa dan 1orang anak.
Sumber air minum dari sumur. Sumber penerangan listrik PLN. WC dan kamar
mandi berada di luar rumah, penanganan sampah dengan cara di buang.
PEMERIKSAAN FISIK
Berat Badan
Tinggi badan
Keadaan umum
Gizi
Kesadaran
Tanda Vital:
: 5,6 kg
: 57 cm
: tampak sakit
: baik
: compos mentis
Tensi
:Nadi
: 150x/m
Respirasi
: 80x/m
Suhu Badan : 37,9 0 C
5
Kulit
Warna
Efloresensi
Pigmentasi
Jaringan Parut
Lapisan Lemak
Turgor kulit
Tonus
Edema
Kepala
Bentuk
Ubun-ubun besar
Rambut
Mata
Tekanan bola mata
Konjungtiva
Sklera
Refleks kornea
Pupil
: sawo matang
: normal
: tidak ada
: tidak ada
: cukup
: kembali cepat
: eutoni
: tidak ada
Lensa
Fundus dan Visus
Gerakan
: mesosefal
: datar
: warna hitam, tidak mudah dicabut
: exopthalmus/Enopthalmus: tidak ada
: normal pada perabaan
: anemis tidak ada
: ikterik tidak ada
: ada
: bulat isokor refleks cahaya +/+, diameter
3mm/3mm
: jernih
: tidak dievaluasi
: normal
Telinga:
Sekret
: tidak ada
Hidung
Pernapasan cuping hidung
Sekret
: ada
: tidak ada
Mulut
Bibir
Lidah
Gigi
Selaput mulut
Gusi
Bau pernapasan
Tenggorokan
Tonsil
Faring
Leher
Trakea
Kelenjar
Kaku kuduk
Thoraks
Bentuk
Rachitis rosary
Ruang interkostal
Precordial Bulging
Xiphosternum
Harrison Groove
Pernafasan Paradoksal
Retraksi
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Perkusi
Auskultasi
: letak ditengah
: tidak ada pembesaran KGB
: tidak ada
: normal
: tidak ada
: normal
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: ada, subcosta, intercosta, xyphoid
: simetris kiri sama dengan kanan
: stem fremitus kiri sama dengan kanan
: sonor kiri sama dengan kanan
: sonor kiri sama dengan kanan
:suara pernapasan bronkovesikuler kasar,
rhonki +/+, wheezing -/-
Jantung
Frekuensi
Iktus kordis
Batas kiri
Batas kanan
Batas atas
Bunyi Jantung
Bising jantung
: 140x/menit
: tidak tampak
: linea mid klavikula sinistra
: linea parasternal dekstra
: ICS II-III
: M1>M2, A1>A2, P1<P2
: tidak ada
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
:datar
: lemas
: timpani
: bising usus normal
Genitalia
Kelenjar
Pembesaran
Tulang-belulang
Deformitas
Otot-otot
: perempuan normal
: tidak ada
: tidak ada
Atrofi/hipertrofi
Ekstremitas
Akral
Sianosis
: tidak ada
: hangat , CRT 2
: ada
Refleks-refleks
Refleks fisiologis normal, refleks patologis ada(babinsky).
RESUME
Seorang anak perempuan, umur 5 bulan, berat badan 5,6 kg, tinggi badan 57cm,
masuk rumah sakit pada tanggal 28 Juli 2014 di Ruang Perawatan Intensif dengan
keluhan utama sesak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan demam 1
minggu serta batuk 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, kemudian pindah
ruangan di Irina E atas tanggal 30 Juli 2014.
Keadaan umum
: tampak sakit
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : Nadi
: 160x/menit
Respirasi
: 86x/menit
Suhu badan
: 37,9 0C
Kepala
: konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,
Thoraks
Abdomen
Extremitas
Kelenjar Getah bening
Diagnosis
Penatalaksanaan:
Oral aff
: kesan bronkopneumonia
ada
Thoraks
: simetris, retraksi ada, SC, IC,xyphoid
cor : bising tidak ada
pulmo: sp. Bronkovesikuler kasar, rhonki +/+, wheezing -/-,
Abdomen
: datar, lemas bising usus ada normal.
Hepar dan lien tidak teraba
Extremitas
: akral hangat, CRT 2
Kelenjar Getah bening : tidak ada pembesaran
Diagnosis
: Bronkopneumonia berat
Penatalaksanaan:
29 Juli 2014
Keluhan
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
Kepala
CV
RT
GIT
Hemato
Diagnosis
Penatalaksanaan:
30 Juli 2014
Keluhan
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
Kepala
: tampak sakit
: kompos mentis
: Nadi
: 128x/m
Respirasi
: 36x/m
Suhu Badan
: 36,50C
:konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,
pernapasan cuping hidung tidak ada.Oedema Palpebra tidak
ada
: simetris, retraksi ada, SC, IC,xyphoid
cor : bising tidak ada
pulmo: sp. Bronkovesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-,
Abdomen
: datar, lemas bising usus ada normal.
Hepar dan lien tidak teraba
Extremitas
: akral hangat, CRT 2
Kelenjar Getah bening : tidak ada pembesaran
Diagnosis
: Bronkopneumonia berat
Penatalaksanaan:
Thoraks
FOLLOW UP RUANGAN
31 Juli 2014
Keluhan
: demam tidak ada, sesak tidak ada, batuk ada,
Keadaan Umum
: tampak sakit
Kesadaran
: kompos mentis
Tanda Vital
: Nadi
: 108x/m
Respirasi
: 36x/m
Suhu Badan
: 36,7 0C
Kepala
: konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,
Thoraks
Abdomen
1 September 2014
Keluhan
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
Kepala
12
PEMBAHASAN
Penderita ini, didiagnosis dengan Bronkopneumonia didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan penderita
berusia 5 bulan, hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana bronkopneumonia lebih
sering dijumpai pada bayi dan anak kecil. Insidens pada anak < 5 tahun di negara
berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun.5,10
Dari anamnesis penderita mengalami batuk beberapa hari sebelum mengalami
sesak napas. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana bronkopneumonia biasanya
didahului dengan infeksi saluran pernapasan akut bagian atas selama beberapa hari.
Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif.5,11
Penderita juga
dikeluhkan demam 7 hari SMRS, panas pada perabaan, hilang timbul tidak disertai
kejang dan menggigil,. Berdasarkan kepustakaan, pada bronkopneumonia sering
diikuti dengan adanya gejala demam yang tinggi dan mungkin disertai menggigil. 11
namun pada kasus ini penderita tidak mengalami menggigil.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan demam, pernapasan cuping hidung,
dispnea, takipnea, retraksi otot-otot pernapasan dan suara pernapasan ronkhi basah
halus. Hal ini sesuai dengan kepustakaan, pada pemeriksaan fisik akan didapatkan
13
demam, pada setiap nafas terdapat retraksi otot pernapasan, takipnea yaitu pernapasan
lebih dari 50x/menit. Pada auskultasi dapat terdengar ronkhi halus. 12 Palpasi: Stem
fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit, perkusi : sonor memendek sampai beda
auskultasi : Suara pernafasan mengeras atau crackles (vesikuler mengeras) disertai
dengan ronki basah halus sampai sedang.13 Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan
fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak
dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah
halus sampai sedang. Bila luas daerah bronkopneumonia menjadi satu (konfluens)
mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada
auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.
Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.7
Pemeriksaan penunjang yang didapatkan pada kasus yaitu leukosit 6800 yang
artinya tidak ada peningkatan, serta foto thorax yang menunjukkan adanya infiltrat
difus. Pada kepustakaan untuk mendukung diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu darah perifer lengkap, C-reaktif Protein (CRP), uji serologis,
pemeriksaan mikrobiologis dan pemeriksaan rontgen thoraks. Pada pemeriksaan
laboratorium tidak terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit dapat
membantu membedakan pneumonia viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal
atau meningkat sedikit, jika disebabkan oleh bakteri leukosit meningkat 1500040.000/mm2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun. 5,13 Kadangkadang
terdapat anemia ringan dan LED yang meningkat. CRP adalah suatu protein fase akut
yang disisntesis oleh hepatosit. Sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan,
produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama IL-6, IL-1 da TNF.
14
Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin berperan dalam
opsonisasi mikroorganisme atau sel rusak, secara klinis CRP digunakan sebagai alat
diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeki virus dan
bakteri, atau infeksi superfisial atau profunda. Untuk pemeriksaan mikrobiologik,
spesimen dapat diambil dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus,
darah, punksi pleura atau aspirasi paru.
Usia penderita merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan
bakteri gram negatif seperti E. colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada
Kepustakaan lain menyebutkan Streptococcus pneumoniae
merupakan patogen
tersering penyebab pneumonia pada anak kurang dari 5 tahun di seluruh dunia.15
WHO membagi bronkopneumonia dalam beberapa klasifikasi yang dapat di
lihat pada (tabel 2). 3,16
Bronkopneumonia Sangat
Berat
Anak Tidak Sanggup Minum
15
Tanpa Sianosis
Bronkopneumonia Berat
Masih Sanggup Minum
dan injeksi
Gentamisin 1x40 mg IV selama 6 hari, paracetamol 3x1/2 Cth juga diberikan karena
penderita
mengalami
demam.
Sesuai
dengan
kepustakaan
penatalaksanaan
Neonatus- 2 bulan
>2 bulan
Bayi
Anak:
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat yang dimulai secara dini
pada perjalanan penyakit tersebut maka mortalitas selama masa bayi dan masa kanak-
18
kanak dapat diturunkan sampai kurang 1% sesuai dengan kenyataan ini morbiditas
yang berlangsung lama juga rendah. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein
dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.10
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia ini.
memberikan ASI pada bayi sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada
balita.18 Menjaga higens dapat mengurangi terjadinya ISPA. Penelitian menunjukkan
cuci tangan menggunakan sabun dan air dapat mengurangi insidens dari ISPA sampai
50 persen.20Ibu sebaiknya memperhatikan tanda-tanda seperti bernapas menjadi sulit,
pernapasan menjadi cepat, anak tidak dapat minum, kondisi anak memburuk, jika
terdapat tanda-tanda seperti itu segera membawa anak ke petugas kesehatan.18
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thoraks (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
bakterimia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah
komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi. 14 Pada pasien ini tidak
terdapat komplikasi.
Prognosis pada kasus ini baik karena penegakkan diagnosis mulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dan foto thorax telah
dilakukan dengan cepat dan tepat. Demikian juga dengan penatalaksanaan terapi yang
diberikan sudah sesuai dengan ketentuan. Pasien sudah tidak mengalami keluhan
sesak, demam serta batuk.
19
20