Anda di halaman 1dari 19

Laporan Kasus

FOURNIERS GANGGRENE
Andi Soraya, Asyudin, Achmad M Palinrungi
Sub Bagian Bedah Urologi, Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, Makassar
SUMMARY
Reported a case of Fourniers ganggrene in men aged 56 years old with a main complaint
of edema in scrotum. Obtained symptoms of Fourniers ganggrene namely eritematous
of scrotum, pain and producted yellow secret. The patient had a history of Diabetic
Mellitus in the last one year. On physical examination found necrotic wound and
enlargement of scrotum. The diagnosis is confirmed by routine hematologic examination
which showed increased of leukocyte in this patient. Discuss by some clinical aspects of
Fourniers ganggrene with the purpose of alerting the physician that disease is
emergency in urology in order to give early treatment and provide a better prognosis.
RINGKASAN
Dilaporkan satu kasus Fourniers ganggrene pada laki-laki umur 56 tahun dengan
keluhan utama bengkak pada skrotum. Didapatkan gejala Fourniers ganggrene berupa
skrotum yang menjadi eritem, nyeri dan mengeluarkan sekret kekuningan. Pasien
memiliki riwayat penyakit Diabetes mellitus dalam satu tahun terakhir. Pada pemeriksaan
fisis didapatkan jaringan nekrotik disertai pembesaran pada skrotum. Diagnosis diperkuat
dengan pemeriksaan darah rutin dimana didapatkan peningkatan leukosit pada pasien ini.
Dibicarakan beberapa aspek klinis Fourniers ganggrene dengan tujuan mengingatkan
para dokter bahwa penyakit ini merupakan kegawatdaruratan bedah urologi sehingga
dapat dilakukan penatalaksanaan lebih cepat dan memberikan prognosis yang lebih baik.

PENDAHULUAN
Fourniers ganggrene pertama kali ditemukan pada tahun 1883, ketika ahli penyakit
kelamin asal Perancis Jean Alfred Fournier mendapatkan dimana 5 laki-laki muda yang
sebelumnya sehat menderita gangren dengan cepat progresif pada penis dan skrotum
tanpa sebab yang jelas. Penyakit ini yang kemudian dikenal sebagai Fourniers
ganggrene, didefinisikan sebagai fasciitis nekrotikans pada daerah perineum perianal atau
genital. Berbeda dengan deskripsi awal Fournier, penyakit ini tidak hanya terdapat pada
laki-laki dewasa muda tapi pada usia lanjut penyebab biasanya akibat gangguan sistem
imun. Penyakit ini kebanyakan terjadi pada penderita usia 40-70 tahun dengan faktor
resiko keadaan umum kurang baik seperti gizi buruk, penggunaaan imunosupresan,
alkohol dan diabetes melitus.1,2
Gejala yang bervariasi mulai dari nyeri pada daerah anorektal atau genital dengan
presentasi gejala minimal berupa nekrosis kulit, nekrosis yang cepat menyebar pada kulit
dan jaringan lunak, sepsis sistemik tanpa sumber infeksi yang jelas. Fourniers
ganggrene adalah kegawatdaruratan bedah urologi, dan karena perbedaan dalam
presentasi klinis, pasien mungkin awalnya ditemui dalam berbagai keadaan klinis.
Karena keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan dari kondisi ini bisa berakibat
fatal, sangat penting untuk tidak mengabaikan gejala, bahkan jika gejala tidak spesifik.
Setelah Fourniers ganggrene didiagnosis, pengobatan yang tepat sangat penting.
Penyakit ini merupakan kedaruratan di bidang urologi karena mula penyakitnya (onset)
berlangsung sangat mendadak, cepat berkembang, bisa menjadi gangrene yang luas dan
menyebabkan septikemia .3,4
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki, Tn.N, 56 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan utama
bengkak pada kantung buah zakar. Keluhan ini dialami sejak empat hari sebelum masuk
rumah sakit. Awalnya dirasakan mengganjal, namun lama kelamaan mulai membengkak
dan berwarna kemerahan. Dalam dua hari sebelum masuk rumah sakit, kantung buah
zakar mulai nyeri disertai keluar cairan yang berwarna kekuningan. Riwayat demam
dialami sejak dua hari yang lalu. Riwayat penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 sejak satu
tahun yang lalu dan berobat teratur.

Pemeriksaan fisis
Status generalisata : Sakit sedang /gizi cukup/sadar
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
Indeks massa tubuh : 60 kg/(1,65)m2 = 22,05 (Gizi cukup)
Status vitalis :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84 kali per menit
Pernapasan : 20 kali per menit
Suhu : 36,5c
Status urologik :
Regio costovertebralis dextra
Inspeksi : Alignment vertebra baik, gibbus tidak ada, warna kulit sama dengan
sekitar, tidak ada edema, tidak ada hematoma, massa tumor tidak tampak.
Palpasi : Massa tumor tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, ballotement ginjal tidak
teraba
Perkusi : Nyeri ketok tidak ada
Regio costovertebralis sinistra
Inspeksi : Alignment vertebra baik, gibbus tidak ada, warna kulit sama dengan
sekitar, tidak ada edema, tidak ada hematoma, massa tumor tidak tampak.
Palpasi : Massa tumor tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, ballotement ginjal tidak
teraba
Perkusi : Nyeri ketok tidak ada
Regio suprapubik
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitar, massa tumor tidak ada, edema tidak ada,
hematoma tidak ada
Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba

Regio genitalia ekstrena


Penis

Inspeksi : Tampak penis sudah disirkumsisi, warna kulit lebih gelap dari sekitar,
orificium urethra eksterna tampak berada di ujung glans penis, edema tidak ada,
massa tumor tidak ada
Palpasi : Massa tumor tidak teraba
Skrotum
Inspeksi : skrotum membesar sebesar kepalan tangan, tampak jaringan nekrotik dan
pus, edema ada, hematoma tidak ada.
Palpasi : teraba testis 2 buah didalamnya, ukuran dan konsistensi testis kesan normal,
tidak teraba massa tumor. Nyeri tekan ada.
Perineum
Inspeksi : Warna kulit lebih gelap dari sekitar. Edema tidak ada, massa tumor tidak
tampak, hematoma tidak ada.
Palpasi : Massa tumor tidak teraba, nyeri tekan tidak ada.
Pemeriksaan colok dubur:
-

Sphincter ani mencekik, mukosa recti licin, ampula berisi feses, prostat tidak ada
pembesaran.

Handscoen: feces ada, darah tidak ada, lendir tidak ada

Gambar 1. Tampak skrotum membesar sebesar kepalan tangan disertai jaringan nekrotik

Gambar 2. Tindakan debridement

Gambar 3. Debridement diakhiri dengan menutup luka

Pada hasil pemeriksaan darah rutin, didapatkan White Blood Cell 20.94 x 103 U/L,
kadar hemoglobin 14,9 g/dl dan dari pemeriksaan kimia darah, didapatkan kadar gula
darah sewaktu yaitu 188 mg/dl. Pada pemeriksaan urin rutin, didapatkan pH 5.5, Bj
1015, protein dan glukosa negatif, serta sedimen lekosit dan eritrosit dalam batas
normal.
Penderita kemudian didiagnosis klinis dengan Fourniers ganggrene. Untuk
menegakkan diagnosis penyakit ini dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik urologi.
Selanjutnya pasien diberikan terapi yaitu antibiotik spektrum luas dan direncanakan
untuk debridement.

TINJAUAN PUSTAKA DAN DISKUSI


I. EPIDEMIOLOGI
Fourniers ganggrene relatif jarang, namun insiden tepatnya penyakit ini tidak
diketahui. Dalam ulasan Fourniers ganggrene tahun 1992, Paty dan rekan kerjanya
memperkirakan bahwa sekitar 500 kasus infeksi telah dilaporkan dalam literatur sejak
laporan kejadian Fourniers ganggrene tahun 1883 dengan prevalensi 1 diantara 7500
orang. Sebuah ulasan kasus retrospektif terungkap 1.726 kasus didokumentasikan
dalam literatur dari 1950-1999, dengan rata-rata 97 kasus per tahun yang dilaporkan
dari 1989-1998. Peneliti lain telah melaporkan sekitar 600 kasus Fourniers ganggrene
di dunia sejak tahun 1996, dimana frekuensi Fourniers ganggrene di dunia tidak
berubah secara bermakna.1
Fasciitis nekrotikans adalah infeksi yang jarang terjadi dimana telah menginfeksi
masyarakat US per tahun sekitar 500-1500, dengan insiden yang telah dilaporkan
sekitar 0.40 kasus per 100000 populasi. Penyakit ini merupakan penyakit yang secara
berpotensi membutuhkan pengobatan seumur hidup dimana invasi toksin bakteri dan
rusaknya beberapa jaringan dari host. Tidak ada variasi musiman yang terjadi pada
Fourniers ganggrene untuk setiap wilayah di dunia, meskipun secara klinis terbesar
berasal dari benua Afrika, seksual dan usia juga terkait dalam insiden Fourniers
ganggrene dengan rasio pria ke perempuan adalah sekitar 10:1. Kejadian yang lebih
rendah pada wanita dapat disebabkan oleh drainase yang lebih baik dari daerah
perineum melalui cairan vagina. Pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis
berada pada risiko yang lebih tinggi, terutama untuk infeksi yang disebabkan terkait
dengan methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Kebanyakan kasus yang
dilaporkan terjadi pada pasien berusia 30-60 tahun. 1,5

II. ETIOLOGI
Meskipun awalnya digambarkan sebagai gangren idiopatik alat kelamin, tetapi
penyebab Fourniers ganggrene dapat diidentifikasikan pada 75-95% dari jumlah
kasusnya. Proses nekrosis biasanya berasal dari infeksi di anorektal, saluran urogenital,
kulit di sekitar genital, atau retroperitoneal. 1,6

Pada saluran urogenital, penyebab Fourniers ganggrene mencakup infeksi di


kelenjar bulbourethral, cedera uretra, cedera iatrogenik sekunder untuk manipulasi
striktur uretra, epididimitis, orkitis, atau infeksi saluran kemih bawah (misalnya, pada
pasien dengan penggunaan jangka panjang kateter uretra). Sedangkan pada
dermatologi, penyebabnya termasuk supuratif hidradenitis, ulserasi karena tekanan
skrotum, dan trauma. Ketidakmampuan untuk menjaga kebersihan perineum seperti
pada pasien lumpuh menyebabkan peningkatan risiko. Terkadang akibat trauma, post
operasi dan adanya benda asing juga dapat menyebabkan penyakit. Pada wanita seperti
sepsis aborsi, vulva atau abses pada kelenjar Bartholini, histerektomi, dan episiotomi
dapat dicurigai sebagai penyebab Fourniers ganggrene. Pada pria, seks pada daerah
anal dapat meningkatkan risiko infeksi perineum, baik dari trauma tumpul langsung
atau dengan penyebaran mikroba dari rektal. Sedangkan pada anak-anak yang bisa
menyebabkan Fourniers ganggrene seperti sirkumsisi, strangulasi hernia inguinalis,
omphalitis, gigitan serangga, trauma, perirektal abses dan infeksi sistemik.1,6,7
Kultur dari pasien dengan Fourniers ganggrene adalah infeksi polimikroba dengan
rata-rata empat isolat per kasus. Escherichia coli adalah aerob dominan, dan
Bacteroides adalah anaerob dominan. Mikroorganisme umum lainnya adalah sebagai
berikut 1, 5 :

Proteus
Staphylococcus
Enterococcus
Streptococcus
Pseudomonas
Klebsiella
Clostridium
Mycobacterium
Jamur

Setiap kondisi yang menekan imunitas seluler dapat mempengaruhi pasien untuk
terjadinya Fourniers ganggrene, seperti : 6, 8, 9

Diabetes mellitus (sebanyak 60% dari kasus)


Malnutrisi
Alkoholisme

Usia lanjut
Penyakit vaskular panggul
Keganasan
Lupus eritematosus sistemik
Penyakit crohn
Infeksi HIV

Pada kasus ini, pasien memiliki salah satu faktor resiko yang bermakna seperti yang
disebutkan di atas yaitu Diabetes Mellitus tipe 2.
III. PATOFISOLOGI
Infeksi lokal berdekatan dengan portal masuk adalah dasar terjadinya Fourniers
ganggrene. Pada akhirnya, suatu endarteritis obliterative berkembang menyebabkan
kulit, subkutan dan pembuluh darah menjadi nekrosis kemudian berlanjut iskemia lokal
dan proliferasi bakteri. Tingkat kerusakan fasia setinggi 2-3 cm per jam. Infeksi fasia
perineum superficial (fasia colles) dapat menyebar ke penis dan skrotum melalui fasia
buck dan dartos, atau ke dinding perut anterior melalui fasia scarpa, atau sebaliknya.
Fasia colles melekat pada perineum dan posterior diafragma urogenitalia dan lateral
dari ramus pubis, sehingga membatasi perkembangan ke arah ini. Keterlibatan testis
jarang, karena arteri testis berasal langsung dari aorta dan dengan demikian memiliki
suplai darah terpisah dari infeksi lokal. 1,10 ,11
Infeksi merupakan ketidakseimbangan antara (1) imunitas host, yang sering
terganggu oleh satu atau lebih proses sistemik penyerta, dan (2) virulensi dari
mikroorganisme

penyebab.

Faktor

etiologi

memungkinkan

untuk

masuknya

mikroorganisme ke dalam perineum, sistem imun yang turun memberikan lingkungan


yang mendukung terjadinya infeksi dan virulensi mikroorganisme berkembang cepat
pada penyakit ini. Virulensi mikroorganisme hasil dari produksi toksin atau enzim yang
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk multiplikasi mikroba yang cepat. 1
Meskipun Meleney pada tahun 1924 menjelaskan penyebab infeksi nekrotikans hanya
dari spesies Streptococcus saja, tapi klinis selanjutnya telah menekankan sifat
multiorganism dari kebanyakan kasus dari infeksi nekrotiknas, termasuk Fourniers
ganggrene. Keterlibatan polimikroba penting untuk menciptakan sinergi produksi
enzim yang menjadikan multiplikasi dan penyebaran luas Fourniers ganggrene. 1

Sebagai contoh, salah satu mikroorganisme dapat menghasilkan enzim yang


diperlukan untuk menyebabkan koagulasi dari pembuluh darah. Trombosis pembuluh
darah ini dapat mengurangi suplai darah lokal dengan demikian suplai oksigen ke
jaringan menjadi berkurang. Hipoksia jaringan yang dihasilkan memungkinkan
pertumbuhan fakultatif anaerob dan organisme mikroaerofilik. Mikroorganisme
kemudian pada gilirannya dapat menghasilkan enzim (misalnya, lesithinase,
kolagenase) yang menyebabkan kerusakan dari fasia, sehingga memicu perluasan cepat
infeksi. Nekrosis fasia adalah awal dasar dari proses penyakit, hal ini penting untuk
sebagai penanda klinis dalam keterlibatan jaringan. Secara khusus, jika potongan fasia
dapat dipisahkan dengan mudah dari jaringan sekitarnya dengan diseksi tumpul, hal ini
sangat mungkin terlibat dengan proses iskemik-infeksi. 1

Gambar 4. Gambaran perineum (potongan axial) memperlihatkan penyebaran jalur fascial (tanda panah).
Infeksi dapat menyebar sepanjang fascia colles dan berkembang secara anterior sepanjang fascia dartos
untuk menginvasi skrotum dan penis. Jika fascia colles terganggu, infeksi dapat menyebar ke fossa
ischiorectal dan menuju bokong dan paha.

IV. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS


Diagnosis pada Fourniers ganggrene bisa ditegakkan dengan gejala klinis. Infeksi
biasanya dimulai dengan selulitis di sekitar portal masuknya infeksi. Awalnya, area
yang terinfeksi mengalami pembengkakan, eritematous dan nyeri tekan karena infeksi

mulai melibatkan fasia profunda. Perjalanan klinis biasanya berlangsung melalui tahaptahap berikut: 1,12

Gejala prodromal demam dan letargi, yang muncul dalam 2-7 hari
Rasa sakit dan nyeri tekan yang bersamaan dengan edema pada kulit; pruritus

biasanya dirasakan.
Rasa nyeri pada genital yang semakin meningkat dan nyeri tekan dengan

eritema yang progresif pada kulit.


Gambaran duski pada kulit; subkutan krepitasi
Gangrene yang nampak jelas dari genitalia; drainase purulen dari luka.

Gambar 5. Edema dinding skrotum dan perubahan warna kulit 7

Pada awal perjalanan penyakit, rasa sakit keluar dari temuan fisis. Selama Gangren
berkembang, nyeri dapat hilang akibat jaringan saraf yang menjadi nekrotik. Efek
sistemik dari proses ini bervariasi dari nyeri lokal tanpa disertai toksisitas sampai syok
septik. Secara umum, semakin besar derajat nekrosis, semakin mendalam efek
sistemiknya. Pada pemeriksaan fisis yang dapat dilakukan adalah palpasi dari alat
kelamin, perineum dan pemeriksaan colok dubur, untuk menilai tanda-tanda penyakit
dan untuk mencari potensi masuknya portal infeksi. Fluktuasi, krepitasi jaringan lunak,
nyeri tekan lokal, luka yang nampak harus menjadi perhatian pemeriksa. Bau tidak
sedap muncul secara sekunder pada infeksi dengan bakteri anaerob. Krepitasi bisa
muncul, tetapi jika tidak ada, tidak menyingkirkan adanya spesies Clostridium yang
dapat memproduksi gas. 1,4
Seringkali pasien datang sudah dengan gangrene berbau yang dapat menjalar pada
daerah perineum dan abdomen sebelah bawah. Luka infeksi tersebut akan bertambah
luas dengan rerata laju pertambahan kerusakan jaringan 2-3 cm/jam. Pada fase lanjut,

terjadi gangrene dengan nekrosis luas, plak berwarna hitam dan hijau, dan sekret sangat
berbau. 1, 4
Diagnosis Fourniers ganggrene pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis, pasien datang dengan keluhan utama bengkak
pada skrotum dengan permukaan kulit eritem. Pada pemeriksaan fisis, sudah tampak
skrotum mulai membesar dan terdapat gangrene yang berbau dan mengeluarkan sekret.
Gejala lain yang dapat ditemukan pada pasien adalah adanya riwayat demam. Dari
anamnesis juga didapatkan riwayat Diabetes mellitus tipe 2.
Pasien diabetes mellitus memiliki insiden yang lebih tinggi pada infeksi saluran
kemih. Hiperglikemi menurunkan imunitas seluler dengan menekan fungsi fagositosis.
Pasien diabetes juga memiliki penyakit mikrovaskular yang berkontribusi secara
signifikan pada pathogenesis.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pada Fourniers ganggrene secara primer berdasarkan pada penemuan
klinis dan penatalaksanaan sesuai gejala. Meskipun begitu, modalitas pencitraan bisa
berguna pada kasus dimana presentasinya tidak bergejala dan ketika terdapat
kepedulian tentang sejauh mana sebenarnya penyakit tersebut. Pemeriksaan
laboratorium seperti hematologi rutin, waktu pembekuan, ureum, kreatinin, elektrolit,
dan glukosa darah. 6,8
Leukositosis dengan sel darah putih diatas 15.000 mm3 dan imatur leukosit
ditemukan pada lebih 90% kasus. Koagulopati bisa menjadi indikasi meningkatnya
prothrombin time (PT) dan partial prothrombine time (PTT) dan trombositopeni.
Urinalisis, kultur darah dan urin, bersama dengan apusan luka dan spesimen jaringan
untuk kultur sangatlah penting. Urin harus dikumpulkan dalam wadah steril dan
dikultur segera setelah pengumpulan. Foto polos radiologi harus dipertimbangkan
untuk mengevaluasi keberadaan dan luasnya penyakit Fournier, terutama jika dari
pemeriksaan klinis tidak dapat disimpulkan. Gas dalam jaringan lunak lebih mudah
terdeteksi modalitas pencitraan dibandingkan dengan pemeriksaan fisik. Radiografi
polos harus menjadi pemeriksaan pencitraan awal. Untuk mengetahui seberapa besar

jumlah gas jaringan lunak, benda asing, atau edema pada jaringan skrotum. Gas dalam
jaringan lunak bermanifestasi sebagai daerah hiperlusen. Namun, tidak adanya gas
(hiperlusen) pada foto polos tidak dapat menyingkirkan diagnosis. 1,6,13

Gambar 6. Fourniers ganggrene pada pria umur 32 tahun dengan riwayat nyeri testis daninfeksi kulit. Pada foto
polos radoiografi anteroposterior menunjukkan tanda radiolusen (panah) dalam jaringan lunak yang melapisi daerah
skrotum dan perineum yang dapat dicurigai sebagai emfisema subkutan10

CT-scan memiliki kekhususan yang lebih besar untuk mengevaluasi penyakit


dibandingkan foto polos radiografi, USG, atau pemeriksaan fisik. CT-scan memainkan
peran penting dalam diagnosis serta evaluasi penyakit, jalur anatomi penyebaran
gangren, akumulasi cairan, abses, emfisema subkutan dan perluasannya yang paling
baik dinilai dengan CT-scan. CT-scan juga tidak hanya membantu mengevaluasi
struktur perineum yang dapat terlibat oleh Fourniers ganggrene, tetapi membantu
menilai retroperitoneum yang dapat menyebar pada penyakit ini. CT-scan dapat
mengidentifikasi udara dalam jaringan lunak sebelum krepitasi terdeteksi. CT-scan
dapat membantu mengevaluasi baik bagian superfisial dan profunda dari fasia. Selain
itu, CT-scan sangat bermanfaat dalam post treatment yang merupakan tindak lanjut dari
terapi respon seperti pada pemberian antibiotik spektrum luas dan debridemen yang
penting untuk keberhasilan. 10
Pada pemeriksaan penunjang yaitu darah rutin, didapatkan leukositosis yang
menandakan adanya infeksi sistemik serta kadar GDS yang meningkat. Untuk
mengetahui etiologi mikroba danpada pasien ini perlu dilakukan pemeriksaan kultur
dari pasien guna uji resistensi antibiotik.
VI.

PENATALAKSAAN
Prinsip terapi pada Fourniers ganggrene ada terapi suportif memperbaiki

keadaan umum pasien, pemberian antibiotik, dan debridemen dengan membuang

jaringan nekrosis. Pengobatan Fourniers ganggrene melibatkan beberapa modalitas.


Pembedahan diperlukan untuk diagnosis definitif dan eksisi jaringan nekrotik. Pada
pasien dengan gejala sistemik terjadi hipoperfusi atau kegagalan organ, resusitasi
agresif untuk memulihkan perfusi organ normal harus lebih diutamakan daripada
prosedur diagnostik. Dengan demikian, pengobatan pasien dengan Fourniers
ganggrene meliputi resusitasi agresif dalam mengantisipasi operasi. Menyediakan
manajemen jalan nafas jika ada indikasi, berikan oksigen tambahan, dan membangun
intravena (IV) akses dan pemantauan jantung terus menerus. Kristaloid diindikasikan
untuk pasien yang mengalami dehidrasi atau menampilkan tanda-tanda syok. Antibiotik
spektrum luas mempunyai indikasi sekarang. Tetanus profilaksis diindikasikan jika
terjadi ulkus pada jaringan lunak. Selain itu, kondisi komorbiditas yang mendasari
(misalnya, diabetes, alkoholisme) harus diatasi. Kondisi seperti itu sering terjadi pada
pasien-pasien dan berpotensi sebagai faktor predisposisi Fourniers ganggrene.
Kegagalan untuk memadai mengelola kondisi komorbiditas dapat mengancam
keberhasilan bahkan intervensi yang paling tepat untuk menyelesaikan penyakit
menular.1,4
Antibiotik
Pengobatan Fourniers ganggrene melibatkan antibiotik spektrum luas. Spektrum
harus mencakup staphylococci, streptokokus, Enterobacteriaceae organisme, dan
anaerob. Dimana secara empiris ciprofloksasin dan klindamisin dapat digunakan.
Klindamisin sangat berguna dalam pengobatan nekrosis jaringan lunak infeksi karena
spektrum gram positif dan anaerob. Klindamisin telah terbukti untuk menghasilkan
tingkat respons unggul daripada penisilin atau eritromisin. Pilihan lain yang mungkin
termasuk ampisilin /sulbaktam, tikarsilin / klavulanat, atau piperasilin/Tazobactam
dalam bentuk kombinasi dengan aminoglikosida dan metronidazole atau Klindamisin.
Vankomisin dapat digunakan untuk menyediakan cakupan untuk methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA). 1
Dalam kasus yang berhubungan dengan sindrom sepsis, terapi dengan
imunoglobulin intravena (IVIG), yang diduga untuk menetralisir superantigens
(misalnya, streptotoxins A dan B) diyakini mengurangi respon sitokin berlebihan, telah
terbukti menjadi bantuan yang baik untuk antibiotik dan melengkapi bedah

debridemen. Jika pada tes kalium hidroksida [KOH] menunjukkan adanya jamur,
tambahkan agen empirik anti jamur seperti amfoterisin B atau caspofungin.1
Debridemen
Tujuan debridemen adalah mengangkat seluruh jaringan nekrosis (devitalized
tissue). Sebelum dilakukan debridement sebaiknya dicari sumber infeksi dari uretra
atau dari kolorektal dengan melakukan uretroskopi atau proktoskopi. Kadang-kadang
perlu dilakukan diversi urine melalui sistotomi atau diversi feses dengan melakukan
kolostomi. Setelah nektrotomi, dilakukan perawatan terbuka dan kalau perlu
pemasangan pipa drainase. Setelah 12 dan 24 jam lagi dilakukan evaluasi untuk menilai
demarkasi jaringan nekrosis dan kalau perlu dilakukan operasi ulang. Debridement
yang kurang sempurna seringkali membutuhkan operasi ulang bahkan dilaporkan dapat
terjadi dua atau empat kali harus masuk kamar operasi. Pemberian oksigen hiperbarik
masih kontroversi. Terapi ini bermanfaat pada infeksi kuman anaerobik. Perawatan
luka pasca operasi dengan hidroterapi dengan kombinasi rendam duduk hangat, dan
pemberian hydrogen peroksida. Pemberian madu yang belum diproses berguna dalam
membersihkan jaringan nekrosis secara enzimatik, mengurangi bau, mampu
mensterilkan luka, menyerap air dari luka dan memperbaiki oksigenasi jaringan dan
meningkatkan re-epitelialisasi. 4
VII. PROGNOSIS
Kecacatan pada skrotum, perineum, penis, dan kulit di perut memerlukan prosedur
rekonstruksi. Prognosis untuk pasien setelah rekonstruksi Fourniers ganggrene
biasanya baik. Skrotum memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dan regenerasi
setelah infeksi dan terjadi nekrosis. Namun demikian, sekitar 50% dari laki-laki dengan
keterlibatan penis mengalami sakit dengan ereksi, sering berhubungan dengan jaringan
parut pada daerah genital. Jika jaringan lunak yang luas hilang, mungkin terjadi
gangguan pada drainase limfatik, sehingga terjadi, edema dan selulitis. 1
Resiko kematian berbanding lurus dengan usia pasien dan tingkat toksisitas
sistemik pada saat masuk, serta keterlibatan jaringan lokal. Prognosis yang lebih baik
ada pada usia yang lebih muda dari 60 tahun, penyakit klinis lokal, tidak adanya
toksisitas sistemik (misalnya, FGSI rendah), dan kultur darah steril. Pada penyakit

diabetes dan infeksi HIV tidak terkait dengan kematian yang lebih tinggi. Dalam
beberapa penelitian, Fourniers ganggrene yang berasal dari penyakit anorektal
membawa prognosis yang lebih buruk daripada kasus yang disebabkan oleh faktorfaktor lain. Tingkat kematian dilaporkan untuk Fourniers ganggrene bervariasi mulai
setinggi 75%. Namun, dalam 600 kasus Fourniers ganggrene ditemukan 100 kematian
terjadi untuk tingkat kematian 16,5%. Dalam seri yang mencakup lebih dari 20 pasien,
angka kematian berkisar 4-54%, dengan sebagian besar studi melaporkan tingkat
kematian dari 20-30%. Faktor yang terkait dengan kematian yang tinggi termasuk
sumber anorektal, usia lanjut, penyakit yang luas (melibatkan dinding perut atau paha),
syokatau sepsis pada presentasi, gagal ginjal, dan disfungsi hati. Kematian biasanya
terjadi akibat penyakit sistemik seperti sepsis (biasanya gram negatif), koagulopati,
gagal ginjal akut, diabetik ketoasidosis, atau kegagalan organ multipel. Mortalitas pada
tetanus yang terkait dengan Fourniers ganggrene telah dilaporkan dalam literatur.1
VIII. KESIMPULAN
Fourniers ganggrene merupakan Fasiitis nekrotikans polimikroba yang
bersinergis pada perineum dan genitalia. Penyakit ini dapat berkembang menjadi
infeksi jaringan lunak fulminan yang menyebar dengan cepat di sepanjang jaringan
fascial, menyebabkan nekrosis pada kulit, jaringan lunak subkutaneus, dan fascia dan
berhubungan dengan sepsis sistemik. Jika tidak terdiagnosis sedari dini dan ditangani
dengan tepat, morbiditas signifikan dengan perawatan di rumah sakit dalam jangka
waktu lama bahkan kematian akan terjadi.

Daftar Pustaka
1. Pais

M.

V.

Fournier

Gangerene.

2014.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/2028899-overview.

from

Accessed

:
on

January 2014.
2. Gardjito W. Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki. Dalam : Sjamsuhidajat
R., Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta : EGC, 2008;
Hal : 800
3. Emilio M, Susan G. Fourniers gangrene. In : Surg Clin N Am. USA : Surgical
clinics of North America, 2002; p.121324.
4. Purnomo, Basuki. Penyakit Fournier. Dalam : Dasar-dasar Urologi. Edisi
Ketiga. Malang : Sagung Seto, 2008; Hal : 76-8.
5. Thimons J. Recognizing Necrotising fasciitis. 2015. Available from:
http://www.woundsinternational.com/case-reports/recognising-necrotisingfasciitis. Accessed on Januari 2014.
6. Heyns C.F, Theron P.D. Fourniers Gangrene. In : Hohenfellner M., Santucci
R. Emergencies in Urology. London : Springer, 2006; p. 50-9.
7. Burch D.M, Barreiro J.T. Fourniers Gangrene : Be Alert for This Medical
Emergency.

2007.

Available

from

http://www.researchgate.net/publication/5811471_Fournier
%27s_gangrene_be_alert_for_this_medical_emergency. Accessed on January
2014.
8. Thwaini A, Khan A, Malik A., eds. Fourniers gangrene and its Emergency
Management.

2006.

Available

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2585703/.

from

Accessed

on

January 2014.
9. Neary E. A Case of Fourniers Gangrene. 2005. Available from :
https://www.tcd.ie/tsmj/2005/6873gangrene.pdf. Accessed on January 2014.
10. Levenson R.B., Singh A.K., Novelline A.R. Fourniers ganggrenee : Role of
Imaging. 2008.Available from :
http://pubs.rsna.org/doi/abs/10.1148/rg.282075048. Accessed on January
2014.
11. Mallikarjuna M.N., Vijayakumar A., Patil S.V., eds. Fourniers Gangere :
Current Practices. In : ISRN surgery. India : Hindawi, 2012; p:1-8.

18

12. Schaeffer J.A. Fourniers Gangrene. In : Kavoussi R.L., Novick C.A., Partin
W.A., eds. Campbell-Walsh Urology. Philadelphia : Saunders Elsevier, 2007;
p. 105-7.
13. Tanagho A.E., McAninch W.J. Bacterial infections of the genitourinary tract.
In : Smiths General Urology. San Francisco : McGraw-Hills; p:1-4.

19

Anda mungkin juga menyukai