Anda di halaman 1dari 42

KEBUDAYAAN DAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TUGAS
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

Disusun Oleh :
Igon
Growol
Godjer
JR
Rian

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI S1
2013

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Bab 1. DESKRIPSI WILAYAH
( Letak geografis, batas administratif, luas wilayah, penduduk )
Bab 2. KEBUDAYAAN
2.1. Sistem religi
2.2. Bahasa
2.3. Perlengkapan hidup manusia
2.3.1. Pakaian
2.3.2. Perumahan
2.4. Sistem kemasyarakatan
2.5. Kesenian
2.5.1. Seni tari
2.5.2. Seni suara
2.5.3. Seni rupa
2.5.4. Seni pahat
2.6. Sistem perekonomian
Bab 3. POTENSI SUMBER DAYA ALAM
3.1. Pariwisata
3.2. Pertambangan
Bab 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
laporan Ilmu Sosial Budaya Dasar tentang KEBUDAYAAN DAN POTENSI
SUMBER DAYA ALAM PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ini. Dan
juga kami berterima kasih pada Bapak Adi Prabowo ST, MT selaku Dosen mata
kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kebudayaan yang ada di kota tempat
kami tinggal,provinsi DIY serta bisa lebih mengenal apa saja potensi potensi yang
terdapat di provinsi DIY . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta, September 2013

Penyusun

BAB 1

DESKRIPSI WILAYAH

Gb. Peta Administratif Provinsi DIY

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang ada di


Negara Indonesia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80

km 2

ini terdiri

atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan
438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk
3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta
memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per

km 2 i ni terletak di bagian

tengah-selatan Pulau Jawa, secara geografis terletak pada 73- 812 Lintang
Selatan dan 11000 - 11050 Bujur Timur. Berdasarkan bentang alam, wilayah
DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi
Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu,
satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa

yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah di
bagian lainnya. Batas wilayah dengan Propinsi Jawa Tengah meliputi :

Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara


Kabupaten Klaten di bagian timur laut
Kabupaten Magelang di bagian barat laut
Kabupaten Purworejo di bagian barat

Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut


gunung api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik,
meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng
gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah
bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Gunung Merapi
yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai daya tarik
sebagai objek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.
Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah
Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan
bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian
tengah merupakan cekungan Wonosari (Wonosari Basin) yang telah mengalami
pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari (dataran
tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional
(pelarutan), dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik lapisan
tanah dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang. Satuan Pegunungan Kulon
Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan
struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan
potensi air tanah kecil.
Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses
pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian
selatan DIY, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan
Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam
satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum didayagunakan,
merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus
bentang lahan marin dan eolin di Parangtritis Bantul, yang terkenal dengan gumuk
pasirnya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai.

Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk,


ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk,
serta kemajuan pembangunan antarwilayah yang timpang. Daerah-daerah yang
relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota
Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (khususnya di wilayah Aglomerasi Perkotaan
Yogyakarta) adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki
kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang
lebih maju dan berkembang.
Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di
barat dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara
lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai
Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya.

BAB 2
KEBUDAYAAN

DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun
yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya

dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan,
sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam
masyarakat.

2.1. Sistem Religi


Bagi masyarakat Yogyakarta kepercayaan terhadap agama merupakan suatu
yang tidak di tinggalkanya. Bahkan Sultan mereka mendapat gelar dan predikat
panotogomo yang berarti pengatur dan pelindung agama. Sejalan dengan itu di
Yogyakarta setiap aliran agama, yang mendapat pegakuan dari pemerintah, bebas
dan berhak mengembagkan ajaran-ajaran yang dipercayainya. Di daerah ini agamaagama yang paling banyak penganutnya ialah agama Islam, Kristen, baik Katholik
maupun Protestan, Hindu dan Budha. Adanya kebebasan untuk menyebarkan
ajaran-ajaranya, memberi kemungkinan kepada kelompok agama-agama untuk
mendirikan tempat-tempat ibadah mereka, malah pembangunan tempat ibadahibadah mereka selalu mendapat bantuan dari pemerintaah, baik pusat maupun
daerah. Kegiatan untuk itu tidak jarang dilaukan secara bersama, bahkan dari
agama lainya. Sehubungan dengan itu pada tahun 1952 jumlah masjid yang berada
di daerah Yogyakarta sebanyak 496 buah, langgar 3015 buah, sedangkan geraja
sebanyak 64 buah. Keadaan ini tentu telah berubahan, dalam arti kata jumlahnya
sampai sekarang makin bertambah banyak. Di Yogyakarta ada beberapa tempat
ibadah yang cukup terkenal karena bentuknya yang menarik, seperti masjid besar di
komplek kraton dan greja Katholik di Kota Baru. Sejak dulu daerah Yogyakarta
merupakan tempat subur bagi pertumbuhan aliran-aliran kebatinan. Pada tahun
1952 di Gunung Kidul terdapat 4 buah organisasi kebatinan, di Bantul 21 buah, di
Sleman 3 buah, di Kulon Progo terdapat 4 buah dan di Yogyakarta 4 buah.
Penduduk Yogyakarta sendiri yang mayoritas berasal dari suku jawa juga mengenal
yang namanya kejawen. Kata Kejawen berasal dari kata Jawa, sebagai kata benda
yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu segala yg berhubungan dengan
adat dan kepercayaan Jawa (Kejawaan). Penamaan "kejawen" bersifat umum,
biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. Dalam
konteks umum, kejawen merupakan bagian dari agama lokal Indonesia.

Kejawen dalam opini umum berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap
serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti spiritualistis atau
spiritualistis suku Jawa.
Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai
agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen,
tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang
dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan "ibadah"). Ajaran kejawen biasanya
tidak

terpaku

pada

aturan

yang

ketat,

dan

menekankan

pada

konsep

"keseimbangan". Dalam pandangan demikian, kejawen memiliki kemiripan dengan


Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya. Hampir
tidak ada kegiatan perluasan ajaran (misi) namun pembinaan dilakukan secara rutin.
Simbol-simbol "laku" biasanya melibatkan benda-benda yang diambil dari
tradisi yang dianggap asli Jawa, seperti keris, wayang, pembacaan mantera,
penggunaan bunga-bunga tertentu yang memiliki arti simbolik, dan sebagainya.
Akibatnya banyak orang (termasuk penghayat kejawen sendiri) yang dengan mudah
mengasosiasikan kejawen dengan praktik klenik dan perdukunan.
Ajaran-ajaran kejawen bervariasi, dan sejumlah aliran dapat mengadopsi
ajaran agama pendatang, baik Hindu, Buddha, Islam, maupun Kristen. Gejala
sinkretisme ini sendiri dipandang bukan sesuatu yang aneh karena dianggap
memperkaya cara pandang terhadap tantangan perubahan zaman.

2.2. Bahasa
Dengan mayoritas berpenduduk dari suku jawa ,sudah pasti bahasa jawa
menjadi bahasa komunikasi sehari hari di Yogyakarta. Jika dilihat dari
tingkatannya, bahasa jawa memiliki tingkatan khusus, yaitu :

o Bahasa jawa ngoko

Biasanya bahasa jawa ngoko digunakan untuk berbincang dengan orang


yang sebaya atau orang yang sudah sangat akrab. Tingkatan bahasa jawa ini
lebih banyak ditemui dalam keseharian karena merupakan jenis bahasa jawa
yang paling dikenal dan mudah digunakan. Bahasa jawa ngoko sendiri
dibaagi menjadi 2 tingkatan, yaitu ngoko kasar dan ngoko halus. Yang
membedakan kedua jenis ngoko tersebut adalah wilayah dan kondisi
lingkungan. Biasanya ,bahasa jawa ngoko halus yang digunakan untuk
percakapan umum, sedangkan bahasa jawa ngoko kasar

lebih sering

digunakan ketika seseorang sedang marah atau digunakan untuk daerah


tertentu.
o Bahasa jawa kromo
Jenis tingkatan bahasa jawa yang ini sering digunakan untuk orang yang lebih
tua atau untuk golongan menengah. Bahasa jawa kromo sendiri lebih halus
jika dibandingkan dengan bahasa jawa ngoko.
o Bahasa jawa kromo inggil
Kromo inggil merupakan tingkatan bahasa jawa paling tinggi kesopanannya
diantara lainnya. Biasanya digunakan kepada orang tua atau bawahan
kepada pimpinannya. Selain itu penggunaan kromo inggil secara tidak
langsung

juga

memperlihatkan

tingkat

status

setiap

orang.

Ketika

menggunakan kromo inggil ,seseorang dianggap berkuasa dan juga disegani


dalam masyarakat.

2.3. Perlengkapan hidup manusia

2.3.1. Pakaian

Gb. Contoh pakaian adat jogja saat dipakai di royal wedding GRAj Nur Astuti Wijareni

Pakaian adat tradisional masyarakat Yogyakarta terdiri dari seperangkat


pakaian yang memiliki unsur unsur yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya. Kelengkapan berbusana tersebut merupakan ciri khusus pemberi
identitas bagi pemakainya yang meliputi fungsi dan peranannya. Oleh karena
itu, cara berpakaian biasanya sudah dibakukan secara adat, kapan
dikenakan, di man dikenakan, dan siapa yang mengenakannya.
Kraton sebagai suatu pusat institusi dan tata pemerintahan, merupakan
lembaga resmi yang dipimpin oleh seorang raja dan para kerabatnya yang
disebut pegawai istana atau abdidalem. Mereka terdiri dari golongangolongan sesuai dengan fungsi dan jabatannya, yang secara visual ditandai
pula oleh cara dan bentuk pakaian. Lebih-lebih pada saat penyelenggaraan
upacara adat pakaian tersebut dikenakan secara lengkap, di samping pakaian
sehari-hari yang secara rutin dikenakan.
Fungsi pakaian, awalnya digunakan sebagai alat untuk melindungi tubuh
dari cuaca dingin maupun panas. Kemudian fungsi pakaian menjadi lebih
beragam, misalnya untuk menutup aurat, sebagai unsur pelengkap upacara
yang menyandang nilai tertentu, maupun sebagai alat pemenuhan kebutuhan
akan keindahan.
Pada masyarakat di Yogyakarta, fungsi pakaian cukup beragam, seperti
pada masyarakat bangsawan pakaian mempunyai fungsi praktis, estetis,
religius, sosial dan simbolik. Seperti kain kebaya fungsi praktisnya adalah

untuk menjaga kehangatan dan kesehatan badan; fungsi estetis, yakni


menghias tubuh agar kelihatan lebih cantik dan menarik; fungsi sosial yakni
belajar menjaga kehormatan diri seorang wanita agar tidak mudah
menyerahkan kewanitaannya dengan cara berpakaian serapat dan serapi
mungkin, serta memakai stagen sekuat mungkin agar tidak mudah lepas.
Bahan yang dipakai adalah ada yang dari bahan katun, bahan sutera,
kain sunduri (brocade), nilon, lurik, atau bahan-bahan estetis. Sedangkan,
kebaya panjang lebih banyak menggunakan bahan beludru, brokat, sutera
yang berbunga maupun nilon yang bersulam. Teknik pembuatannya ada yang
ditenun, dirajut, dibatik, dan dicelup.
Kraton sebagai suatu pusat institusi dan tata pemerintahan, merupakan
lembaga resmi yang dipimpin oleh seorang raja dan para kerabatnya yang
disebut pegawai istana atau abdidalem. Mereka terdiri dari golongangolongan sesuai dengan fungsi dan jabatannya, yang secara visual ditandai
pula oleh cara dan bentuk pakaian. Lebih-lebih pada saat penyelenggaraan
upacara adat pakaian tersebut dikenakan secara lengkap, di samping pakaian
sehari-hari yang secara rutin dikenakan.
Sejalan dengan perkembangan zaman, pakaian resmi semacam itu
lama kelamaan tidak lagi dikenakan secara lengkap. Misalnya pada masa
penjajahan Jepang (1942 1945), yang mana pada waktu itu ekonomi
negara kita dalam keadaan kacau, kemudian disusul dengan masa
kemerdekaan, pakaian atau busana menurut kepangkatan tidak begitu
diperhatikan lagi, dan yang pada gilirannya jarang dijumpai lagi. Namun
demikian, pakaian adat tradisional kraton Yogyakarta yang sempat dikenal di
kalangan masyarakat luas banyak dikenakan oleh golongan masyarakat
biasa. Pakaian tersebut dikenal sebagai pakaian adat tradisional yang resmi
dan khas Yogyakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, pakaian ini diterima
di kalangan masyarakat Jawa yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta,
sebagai miliknya sendiri dan pemberi identitas.
Pakaian adat tradisional Kraton Yogyakarta yang sudah jarang dijumpai
lagi akhir-akhir ini, pada saat-saat tertentu akan muncul kembali dalam suatu
upacara adat yang meriah dan menarik perhatian masyarakat umum. Pakaian

khusus itu akan muncul secara menarik dan berwibawa. Demikianlah secara
keseluruhan pakaian adat itu tidak pernah musnah dilanda kemajuan zaman,
tetapi tetap terpelihara dengan baik dan selalu dimunculkan pada saat-saat
penting.
Pakaian adat tradisional masyarakat Yogyakarta terdiri dari seperangkat
pakaian yang memiliki unsur unsur yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya. Kelengkapan berbusana tersebut merupakan ciri khusus pemberi
identitas bagi pemakainya yang meliputi fungsi dan peranannya. Oleh karena
itu, cara berpakaian biasanya sudah dibakukan secara adat, kapan
dikenakan, di man dikenakan, dan siapa yang mengenakannya.
Secara keseluruhan seperangkat pakaian terdiri atas bagian atas,
bagian tengah, dan bagian bawah. Bagian atas meliputi tutup kepala dan tata
rias rambut (sanggul, konde, dan sebagainya); bagian tengah terdiri dari baju
(kebaya, dan lain-lain) dan perhiasan (aksesori); serta bagian bawah berupa
alas kaki. Demikian pula pakaian dari suatu daerah dapat dibedakan atas
pakaian sehari-hari/kerja dan pakaian upacara/pesta adat. Dari pembagian
tersebut dapat digolongkan lagi jenis-jenis pakaian berdasarkan jenis kelamin,
usia, dan status sosial pemakainya.
Adapun yang dimaksud dengan pengertian pakaian sehari-hari di sini
adalah seperangkat pakaian yang dikenakan di rumah, saat bekerja, dan saat
bepergian. Pemakainya dapat digolongkan berdasarkan jenis kelamin, usia,
dan status sosial. Sejak kecil putra-putri Sultan telah mengenal beberapa
peraturan yang mem-bedakan dirinya dengan status individu lainnya,
diantaranya melalui bentuk pakaian yang harus dikenakan. Busana yang
dirancang untuk anak-anak terdiri dari busana kencongan untuk anak laki-laki,
dan busana sabukwala untuk anak perempuan.
Busana untuk anak laki-laki model kencongan terdiri dari kain batik yang
dikenakan dengan model kencongan, baju surjan, lonthong tritik, ikat
pinggang berupa kamus songketan dengan cathok atau timang terbuat dari
suwasa (emas berkadar rendah). Sedangkan busana seharihari bagi pria
remaja dan dewasa terdiri dari baju surjan, kain batik dengan wiru di tengah,

lonthong tritik, kamus songketan, timang, serta mengenakan dhestar sebagai


tutup kepala.
Busana sabukwala padintenan dikenakan oleh anak perempuan berusia
3-10 tahun. Rangkaian busana ini terdiri dari nyamping batik, baju katun, ikat
pinggang kamus songketan bermotif flora atau fauna, memakai lonthong tritik,
serta mengenakan cathok dari perak berbentuk kupu-kupu, burung garuda,
atau merak. Perhiasan yang dikenakan sebagai pelengkap terdiri dari subang,
kalung emas dengan liontin berbentuk mata uang (dinar), gelang berbentuk
ular (gligen) atau model sigar penjalin. Bagi yang berambut panjang disanggul
dengan model konde. Kainnya bermotif parang, ceplok, atau gringsing.
Remaja putri mengenakan busana yang disebut pinjung. Busana ini
dikenakan dengan cara melipat ujung kain sebelah dalam dibentuk segitiga
sebagai penutup dada, yang panjangnya diukur dari dada sampai di atas
pusar. Lipatan kain (wiru) berada di sebelah kiri, yang menunjukkan status
sosial pemakainya sebagai putri Sultan sampai dengan cicit Sultan.
Kelengkapan pinjung padintenan terdiri atas kain batik, tanpa baju, lonthong
tritik, kamus songketan, udhet tritik (semacam selendang sebagai hiasan
pinggang). Sebagai perhiasannya adalah subang, kalung dinar, gelang,
sanggul tekuk polos tanpa hiasan.
Untuk putri yang sudah dewasa mengenakan busana semekanan dalam
kesehariannya. Pengertian kata semekan berupa kain panjang yang lebarnya
separuh dari lebar kain panjang biasa, berfungsi sebagai penutup dada.
Rangkaian busana ini terdiri dari kain (nyamping) batik, baju kebaya katun,
semekan tritik, serta mengenakan perhiasan berupa subang, gelang, dan
cincin, Sanggulnya berbentuk sanggul tekuk polos tanpa hiasan. Sedangkan
busana harian bagi putri raja yang sudah menikah terdiri atas semekan tritik
dengan tengahan, baju kebaya katun, kain batik, sanggul tekuk polos tanpa
hiasan. Perhiasannya berupa subang, cincin, serta sapu tangan merah.
Busana Kebesaran Untuk Upacara Ageng
Pengertian upacara ageng adalah kegiatan seremonial dari rangkaian
upacara supitan, perkawinan, garebeg, tingalan dalem tahunan, jumenengan
dalem, Agustusan, serta sedan (pemakaman jenazah raja). Busana

kebesaran yang dikenakan dalam semua kegiatan ini disebut busana


keprabon, yang khusus dikenakan para putra Sultan. Jenis busana ini
dibedakan atas busana dodotan, kanigaran, dan kaprajuritan. Rangkaian
busana dodotan terdiri dari kuluk biru dengan hiasan mundri (nyamat),
kampuh konca setunggal, dana cindhe gubeg, moga renda berwarna kuning,
pethat jeruk sak ajar, rante, karset, kamus, timang (kretep), dan keris
branggah. Busana ini lazim dikenakan pada upacara garebeg, jumenengan
dalem (penobatan raja), serta pisowanan dalam upacara perkawinan.
Kelengkapan busana kanigaran pada dasarnya sama dengan busana
dodotan. Hanya saja jika busana dodotan dikenakan tanpa baju, maka
busana kanigaran ini dilengkapi dengan baju sikepan bludiran. Jenis busana
ini lazim dikenakan pada upacara Agustusan, tingalan dalem tahunan,
supitan, dan perkawinan.

2.3.2. Perumahan

Gb. Rumah joglo modern

Arsitektur rumah tradisional Jawa terutama di wilayah Yogyakarta lebih


banyak dikenal dengan bangunan Joglo. Joglo merupakan kerangka
bangunan utama dari rumah tradisional Jawa yang terdiri dari soko guru
berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari
yang berupa susunan balok yang disangga soko guru.
Rumah Joglo pada umumnya hanya dimiliki oleh orang-orang yang
berkemampuan materi lebih. Hal ini disebabkan dalam membangun rumah
Joglo dibutuhkan material yang banyak dan cukup mahal karena sebagian
besar material berasal dari kayu jati serta membutuhkan perawatan
tersendiri. Sedangkan dari segi sosial masyarakat, bentuk Joglo dianggap
hanya boleh dimiliki orang-orang terpandang terutama dari kalangan
bangsawan. Selain itu, pada bangunan Joglo terkandung filosofi yang sesuai
dengan kehidupan masyarakat Jawa.

Susunan ruangan pada Joglo umumnya dibagi menjadi tiga bagian


yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendhapa, ruang tengah atau ruang
yang dipakai untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit disebut pringgitan,
dan ruang belakang yang disebut dalem atau omah jero sebagai ruang

keluarga. Dalam ruang ini terdapat tiga buah senthong (kamar) yaitu
senthong kiri, senthong tengah dan senthong kanan.
PENDHOPO sebagai ruang terbuka berfungsi untuk menerima tamu.
Struktur bangunan pada pendhopo menggunakan umpak sebagai alas soko,
4 buah soko guru ( tiang utama) sebagai symbol 4 arah mata angin dan 12
soko pengarak, serta Tumpang sari merupakan susunan balik yang disangga
oleh soko guru. Umumnya tumpang sari terdapat pada pendopo bangunan
yang disusun bertingkat. Tingkatan-tingkatan ini dapat pula diartikan sebagai
tingkatan untuk menuju pada suatu titik puncak, yang terdiri dari serengat,
tarekat, hakekat, dan makrifat. Menurut kepercayaan jawa, tingkatantingkatan ini akan menyatu pada satu titik. Pada umumnya pendopo tidak di
beri meja ataupun kursi, hanya diberi tikar apabila ada tamu yang datang,
sehingga antara tamu dan yang punya rumah mempunyai kesetaraan dan
juga dalam hal pembicaraan atau ngobrol terasa akrab rukun (rukun agawe
santosa).
NDALEM ini adalah pusat susunan ruang-ruang di sekitarnya. Fungsi
utamanya adalah sebagai ruang keluarga. Sifat ruangan ini pribadi, suasana
yang ada di dalamnya tenang dan berwibawa. Pada pola tata ruang ndalem
terdapat perbedaan ketinggian lantai sehingga membagi ruang menjadi 2
area. Pada lantai yang lebih rendah di gunakan sebagai sirkulasi sedangkan
pada bagian yang lebih rendah digunakan sebagai ruang keluarga dan
senthong ( kamar ).
PRINGGITAN

memiliki

makna

konseptual

yaitu

tempat

untuk

memperlihatkan diri sebagai simbolisasi dari pemilik rumah bahwa dirinya


hanya merupakan bayang-bayang atau wayang dari Dewi Sri (dewi padi)
yang merupakan sumber segala kehidupan, kesuburan, dan kebahagiaan.
Pringgitan adalah ruang antara pendhapa dan dalem sebagai tempat untuk
pertunjukan wayang (ringgit), yaitu pertunjukan yang berhubungan dengan
upacara ruwatan untuk anak sukerta (anak yang menjadi mangsa Bathara
Kala, dewa raksasa yang maha hebat).

2.4. Sistem Kemasyarakatan

Secara umum sistem kemasyarakatan di Yogyakarta yaitu sistem gotong


royong. Banyak yang berpendapat umumnya orang luar Yogyakarta yang
menyebutkan kalau Yogyakarta berbeda dari kota kota

lain bahwa gotong

royong ,kebersamaan ,sopan santun, tata krama di Yogyakarta masih sangat


kentara sekali terutama di daerah pedesaan. Di Yogyakarta sendiri pun ada suatu
istilah yang disebut Sambatan.
Sambatan merupakan suatu sistem gotong royong di kampung dengan cara
menggerakkan tenaga kerja secara massal yang berasal dari warga kampung itu
sendiri untuk membantu keluarga yang sedang tertimpa musibah atau sedang
mengerjakan sesuatu, seperti membangun rumah, menanam serta memanen padi
dan menyelenggarakan pesta pernikahan.
Sambatan

dilakukan

oleh

warga

kampung

dengan

sukarela

tanpa

mengharapkan upah atas pekerjaaannya itu karena didasari oleh asas principle of
reciprocity, yaitu siapa yang membantu tetangganya yang membutuhkan maka suatu
saat pasti ia akan dibantu ketika sedang membutuhkan. Selain itu sambatan juga
dilandasi oleh falsafah hidup sapa nandur kabecikan, mesti bakal ngunduh.
Sambatan berasal dari kata sambat, yang berarti minta tolong, minta bantuan
kepada orang lain. Karena seseorang punya kepentingan atau keperluan yang tidak
bisa dilakukan sendiri maka dia akan sambat/minta tolong pada orang lain agar
membantunya. Maka terlaksanakanlah kegiatan sambatan, misalnya seseorang
akan membangun rumah.
Sambatan adalah realisasi dari gotong royong yang melibatkan banyak orang
yang dilaksanakan bersama-sama dan sukarela. Gotong royong untuk kepentingan
bersama digerakkan oleh semangat solidaritas mekanik, dilakukan karena adanya
rasa kebersamaan dan senasib, bersifat tradisional yang pembagian kerja dalam
masyarakat masih rendah, norma-norma yang cenderung represif dimana apabila
ada yang melanggar maka akan dikenai sanksi sosial, dan masih adanya kesatuan
dan integrasi sosial (social integrity) yang tinggi.
Semangat bergotong royong berupa sambatan, melibatkan warga beramairamai membantu warga lainnya yang sedang punya gawe. Mereka ikut
memperbaiki, bahkan mendirikan rumah tanpa mengharap imbalan apa pun. Budaya
sambatan dengan muatan sikap simpati dan empati itu merupakan bagian dari

budaya adiluhur masyarakat Jawa, dan terasa manfaatnya bagi masyarakat yang
kurang mampu.

2.5. Kesenian
2.5.1. Seni Tari
Sama seperti provinsi lain, Yogyakarta mempunyai tari tari tradisional yang
tak kalah menarik dengan daerah lain.
o Tari Angguk
Seni tari angguk memiliki nilai estetika yang tinggi sebagai sarana hiburan
bagi masyarakat Yogyakarta. Namun, tidak hanya nilai estetika dan hiburan
saja yang terkandung didalam gerakan tarian Angguk. ada nilai kerohanian
yang begitu dalam yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena kemurahanNya memberikan hasil panen yang melimpah.
Sejarah singkat tari Angguk
Tari angguk adalah tarian tradisional yang berasal dari Yogyakarta dan
menceritakan kisah tentang Umarmoyo Umarmadi dan Wong Agung
Jayengrono dalam Serat Ambiyo. Tarian ini dimainkan secara berkelompok
oleh 15 penari wanita yang berkostum menyerupai serdadu Belanda dan
dihiasi gombyok barang emas, sampang, sampur, topi pet warna hitam, dan
kaos kaki warna merah atau kuning dan mengenakan kacamata hitam. Tarian
ini biasanya dimainkan selama durasi 3 hingga 7 jam.
Pada mulanya Tari Angguk adalah tari permainan atau hiburan yang biasa
dimainkan oleh muda- mudi. Namun dalam perkembangannya Tari Angguk
mulai disisipin hal-hal mistis. Konon, Tari Angguk juga dianggap bisa
mengundang roh halus untuk ikut bermain dengan menggunakan media
tubuh sang penari.
Tarian yang disajikan dalam kesenian angguk terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Tari Ambyakan, adalah tari angguk yang dimainkan oleh banyak
penari. Tarian ambyakan terdiri dari tiga macam yaitu: Tari Bakti, Tari
Srokal, Tari Penutup
2. Tari

Pasangan,

adalah

tari

angguk

yang

dimainkan

secara

berpasangan. Tari pasangan ini terdiri dari delapan macam, yaitu: Tari

Mandaroka, Tari Kamudaan, Tari Cikalo Ado, Tari Layung-layung, Tari


Intik-intik, Tari Saya-cari, Tari Jalan-jalan dan Tari Robisari.
Pada mulanya angguk hanya dimainkan oleh kaum laki-laki saja. Namun,
dalam perkembangan selanjutnya tarian ini juga dimainkan oleh kaum
perempuan. Para pemain angguk ini mengenakan busana yang terdiri dari
dua macam, yaitu busana yang dikenakan oleh kelompok penari dan busana
yang dikenakan oleh kelompok pengiring.
Busana yang dikenakan oleh kelompok penari mirip dengan busana prajurit
Kompeni Belanda, yaitu:
1. baju berwarna hitam berlengan panjang yang dibagian dada dan
punggungnya diberi hiasan lipatan-lipatan kain kecil yang memanjang
serta berkelok-kelok
2. celana sepanjang lutut yang dihiasi pelet vertikal berwarna merah-putih
di sisi luarnya
3. topi berwarna hitam dengan pinggir topi diberi kain berwarna merahputih dan kuning emas. Bagian depan topi ini memakai jambul yang
4.
5.
6.
7.

terbuat dari rambut ekor kuda atau bulu-bulu


selendang yang digunakan sebagai penyekat antara baju dan celana
kacamata hitam
kaos kaki selutut berwarna merah atau kuning
rompi berwarna-warni

Sedangkan busana yang dikenakan oleh kelompok pengiring adalah: baju


biasa, jas, sarung, kopiah. Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi
tari Angguk diantaranya adalah: kendang, bedug, tambur, kencreng, rebana
(2 buah), terbang besar dan jedor.
o Tari Serimpi
Tari Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton.
Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema
pada tariBedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal
yang bertentangan antara baik dengan buruk, antara benar dan salah antara
akal manusia dan nafsu manusia. Dari namanya, Srimpi bersinonimkan bilang
empat. Tarian Jawa yang berasal dari Yogyakarta ini kebanyakan ditarikan
oleh penari dengan jumlah empat orang diiringi oleh musik gamelan Jawa.

Gerakan tangan yang lambat dan gemulai, merupakan ciri khas dari tarian
Serimpi. Menurut Kanjeng
Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat unsur dari
dunia, Yakni grama (api), angin (udara), toya (air), dan bumi (tanah). Selain itu
kata srimpi juga diartikan dengan akar kata impi [dalam bahasa Jawa] atau
mimpi.
Dahulu Tari Srimpi diperuntukan hanya untuk masyarakat di lingkungan istana
Yogyakarta, yakni pada saat menyambut tamu kenegaraan atau tamu agung.
Dalam

perkembanganya,

tari

Srimpi

mengalami

perubahan,

sebagai

penyesuaian terhadap kebutuhan yang ada di dalam masyarakat saat ini.


Salah satu
penyesuaian yang dilakukan yakni pada segi durasi. Srimpi, versi zaman
dahulu dalam setiap penampilannya bisa disajikan selama kurang lebih 1 jam.
Sekarang, untuk setiap penampilan di depan umum [menyambut tamu
negara], Srimpi ditarikan dengan durasi kurang lebih 11-15 menit saja dengan
menghilangkan gerakan pengulangan dalam tari srimpi.
Upaya pelestarian Tari Srimpi banyak dilakukan di berbagai sanggar tari
klasik yang banyak di temui di Yogyakarta. Ada banyak jenis tari srimpi,
diantaranya:

1. Tari serimpi sangopati


Tarian ini dimainkan oleh dua orang penari wanita. Tarian srimpi
sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian
karya Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat
pada tahun 1788-1820 dengan nama Srimpi sangopati kata sangapati
itu sendiri berasal dari kata sang apati sebuah sebutan bagi calon
pengganti raja. Tarian ini melambangkan bekal untuk kematian (dari
arti

Sangopati)

diperuntukan

kepada

Belanda.

Tari

Srimpi

Anglirmendhung Menurut R.T. Warsadiningrat, Anglirmedhung ini


digubah oleh K.G.P.A.A.Mangkunagara I. Semula terdiri atas tujuh
penari, yang kemudian dipersembahkan kepada Sinuhun Paku
Buwana. Tetapi atas kehendak Sinuhun Paku Buwana IV tarian ini
dirubah sedikit, menjadi Srimpi yang hanya terdiri atas empat penari
saja.

2. Tari Srimpi Ludira Madu


Tari Srimpi Ludira Madu ini diciptakan oleh Paku Buwono V ketika
masih menjadi putra mahkota Keraton Surakarta dengan gelar sebutan
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom.Tarian ini diciptakan untuk
mengenang ibunda tercinta yang masih keturunan Madura, yaitu putri
Adipati Cakraningrat dari Pamekasan. Ketika sang ibu meninggal
dunia, Pakubuwono V masih berusia 1 tahun , dan masih bernama
Gusti Raden Mas Sugandi. Jumlah penari dalam tarian ini adalah 4
orang putri. Dalam tarian ini digambarkan sosok seorang ibu yang
bijaksana dan cantik seperti jelas dituliskan pada syair lagu Srimpi
Ludira Madu. Nama Ludira Madu diambil dari makna Ludira Madura
yang berarti Darah/ keturunan Madura.
3. Tari Serimpi Renggawati
Tari Serimpi Renggawati merupakan Salah satu jenis tari putri klasik
gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana V.
Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang. Membawakan cerita
petikan dari Angling Darmo yang magis, dengan menggunakan
tambahan properti sebatang pohon dan seekor burung mliwis putih.
4. Tari Serimpi Cina.
Salah satu jenis tari putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat. Ada kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para
penari menyesuaikan dengan pakaian cina.
5. Tari Serimpi Pistol
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh
Sultan Hamengku Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada
properti yang digunakan yaitu pistol.
6. Tari Serimpi Padhelori.
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh
Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam
tarian ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari
Menak, ialah perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi Sudarawerti,
sebagaimana

dikisahkan

dalam

syair

vokalianya. Tari

Serimpi

Padhelori mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandhelori


o Tari Bedaya

Tari bedaya merupakan tarian keraton yang dipentaskan dalam acara resmi
oleh tujuh atau sembilan penari wanita yang belum menikah dengan irama
lembut dan gerak gemulai. Koreografi tarian bedaya merupakan formasi
kelompok dengan pola dasar asimetris. Jalan cerita dibacakan seorang
narator (dalang) dalam bentuk prosa dan nyanyian dengan diiringi paduan
suara (gerong) serta gamelan.

2.5.2.Seni suara
Yogyakarta merupakan salah satu kota seni budaya yang ada di
Indonesia. Bukan tanpa alasan, karena beranekaragamnya seni yang ada di
Yogyakarta. Dalam hal seni suara ,orang Jawa khususnya orang Yogyakarta
pasti tidak asing dengan yang namanya campur sari yang merupakan seni
suara asli dari jawa.
Istilah campursari dalam dunia musik nasional Indonesia mengacu pada
campuran (crossover) beberapa genre musik kontemporer Indonesia. Nama
campursari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik
campursari di wilayah Jawa bagian tengah hingga timur khususnya terkait
dengan modifikasi alat-alat musik gamelan sehingga dapat dikombinasi
dengan instrumen musik barat, atau sebaliknya. Dalam kenyataannya,
instrumen-instrumen 'asing' ini 'tunduk' pada pakem musik yang disukai
masyarakat setempat: langgam Jawa dan gending.
Langgam Jawa sendiri mempunyai pengertian bentuk adaptasi musik
keroncong ke dalam idiom musik tradisional Jawa, khususnya gamelan.
Genre ini masih dapat digolongkan sebagai keroncong. Sedangkan gending
diartikan sebagai aneka suara yang didukung oleh suara suara tetabuhan.
Dengan keterangan di atas, kiranya dapat kita sederhanakan bahwa gending
adalah lagu yang diungkapkan oleh suara tetabuhan. Pengertian dari
tetabuhan ini tidak terbatas pada alat-alat gamelan saja, tetapi alat-alat non
gamelan pun termasuk di dalamnya, seperti kacapi, calung, angklung dan
lain-lain
Campursari

pertama

kali

dipopulerkan

oleh

Manthous

dengan

memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan pada sekitar akhir

dekade 1980-an melalui kelompok gamelan "Maju Lancar". Kemudian secara


pesat masuk unsur-unsur baru seperti langgam Jawa (keroncong) serta
akhirnya dangdut. Pada dekade 2000-an telah dikenal bentuk-bentuk
campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong (misalnya
Kena Goda dari Nurhana), campuran gamelan dan dangdut, serta campuran
keroncong dan dangdut (congdut, populer dari lagu-lagu Didi Kempot).
Meskipun perkembangan campursari banyak dikritik oleh para pendukung
kemurnian aliran-aliran musik ini, semua pihak sepakat bahwa campursari
merevitalisasi musik-musik tradisional di wilayah tanah Jawa.
Pada umumnya ,musik musik diatas diiringi dengan alat musik
gamelan.
Gamelan

adalah

ensembel

musik

yang

biasanya

menonjolkan

metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada


instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang
diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari
bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang
menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau
Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran
dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad
ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Selain campur sari ,langgam jawa dang ending, di Jawa khususnya di
Yogyakarta juga mengenal yang namanya karawitan. Karawitan berasal dari
kata rawit yang berarti halus, indah ataupun rumit. Awalnya kata Karawitan
digunakan untuk menyebut setiap kesenian jawa yang kini disebut tradisional.
Namun dalam bahasa Jawa 'Karawitan' dipakai untuk mengacu pada musik
gamelan. Karawitan ditinjau dari fungsinya mempunyai 2 arti yaitu arti secara
luas dan arti secara sempit / khusus. Arti luas berarti seni suara, sedangkan
arti sempit berarti seni suara yang beristem Slendro dan Pelog. Jadi
Karawitan adalah seni uara yang bersistem Slendro dan Pelog baik vokal
maupun instrumental.
Karawitan disebut juga musik pentatonis yang berasal dari kata penta
dan tonis. Penta artinya lima sedangkan tonis dari kata toone yang berarti

nada.Jadi karawitan adalah seni musik yanng hanya menggunakan lima nada
pokok saja.
Ditinjau dari segi bentuk dan fungsinya,karawitan dibagi menjadi 3 yaitu
karawitan vokal, karawitan instrumental, karawitan vokal dan instrumental /
campuran.
1.

Karawitan Vokal

Asal kata vokal iala voces yanng mengandung arti suara manusia. Jadi,
seni suara yang mempergunakan suara manusia diebut seni suara vokal. Yng
menghidangkan seni suara vikal dinamakan vokalis dan hidangannya
dinamakan vokalia. Dalam seni karawitan, vokalis pria biasa disebut
wiraswara, sedangkan vokalis putri disebut swarawati atau pesindhen.

2.

Karawitan Instrumental

Instrumental dari kata instrumen yang artinya alat, perkakas. Disini yang
dimaksud alat musik. Instrumen dalam karawitan disebut ricikan. Jadi
kumpulan atau penyatuan ricikan-ricikan yang terdapat dalam karawitan
tanpa memisahkan atu dengan yang lainnya diebut Gamelan. Jadi yang
disebut instrumental disini adalah permainan karawitan dengan instrumen
saja tanpa vokal. Karawitan Instrumental pada dasarnya dibagi menjadi 2
bagian, yaitu pakurmatan dan bonangan
3.

Karawitan Vokal dan Instrumental

Yang dimaksud dengan vikal dan instrumental adalah paduan atau


campuran antara vokal dan instrumental dalam karawitan, yang disebut juga
karawitan campuran. Didalam karawitan campuran ini sajian vokal maupu
instrumental mempunyai kedudukan yang sama pentingnya. Artinya satu ama
lain dalam penampilannya tidak boleh salah atu lebih menonjol dari lainnya
agar menghasilkan hidangan karawitan yang betul-betul rempeg (kompak).
Contoh karawitan campuran misalnya : klenengan, iringan tari, iringan
pedhalangan dan sebagainya

2.5.3 Seni Rupa


Wayang kulit merupakan salah satu seni rupa tradisional yang sudah
mendarah daging bagi orang Jawa ,termasuk orang Yogyakarta. Wayang
kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokohtokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan
sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden.
Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari
kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu
minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari
layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat
memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan
akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan
Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki
dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita
diambil dari cerita Panji.
Wayang kulit dibuat dari bahan kulit kerbau yang sudah diproses
menjadi kulit lembaran, perbuah wayang membutuhkan sekitar ukuran 50 x
30 cm kulit lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan yang
digunakan adalah besi berujung runcing berbahan dari baja yang berkualitas
baik. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran,
ada yang runcing, pipih, kecil, besar dan bentuk lainnya yang masing-masing
mempunyai fungsinya berbeda-beda.
Namun pada dasarnya, untuk menata atau membuat berbagai bentuk
lubang ukiran yang sengaja dibuat hingga berlubang. Selanjutnya dilakukan
pemasangan bagian-bagian tubuh seperti tangan, pada tangan ada dua
sambungan, lengan bagian atas dan siku, cara menyambungnya dengan
sekrup kecil yang terbuat dari tanduk kerbau atau sapi. Tangkai yang
fungsinya untuk menggerak bagian lengan yang berwarna kehitaman juga
terbuat berasal dari bahan tanduk kerbau dan warna keemasannya
umumnya dengan menggunakan prada yaitu kertas warna emas yang
ditempel atau bisa juga dengan dibron, dicat dengan bubuk yang dicairkan.

Wayang yang menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa
tahan lebih lama dibandingkan dengan yang bront.
Selain wayang kulit, ada juga ketropak yang tak kalah popular dengan
wayang kulit. Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak) adalah sejenis seni pentas
yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang
diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan.
Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam.
Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil
cerita dari luar negeri.
Tak lengkap rasanya jika batik tidak dimasukkan kedalam salah satu
seni rupa tradisional yang ada di Yogyakarta. Di Yogyakarta sendiri ada
beberapa motif batik yang terkenal ,yaitu :
a. Motif Batik Kawung
Motif batik kawung adalah motif batik tulis dengan zat pewarna Napthol
dan digunakan sebagai kain panjang. Makna Filosofi dalam batik ini
adalah sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.
Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau
kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi
secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai
gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang
merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan
kesucian.
Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya
bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu.
Misalnya : Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh
bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh
senyang bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif
kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung
Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya
lebih besar daripada picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan
kawung yang bentuknya bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung
Bribil disebut Kawung Sen.
b. Motif Parang Kusumo

Motif parang kusumo adalah Motif Batik Tulis dengan zat pewarna
Napthol dan digunakan sebagai kain saat tukar cincin
Dalam motif Parang Kusumo terkandung suatu makna bahwa suatu
kehidupan harus dilandasi dengan

perjuangan dan usaha dalam

mencapai keharuman lahir dan batin. Hal ini bisa disamakan dengan
harumnya suatu bunga (kusuma). Juga dalam falsafat Jawa.
Suatu kehidupan dalam
dapatkan adalah

masyarakat yang paling utama harus kita

keharuman pribadinya tanpa harus meninggalkan

norma-normadan nilai

yang berlaku. Suatu hal yang sulit untuk

direalisasikan. Tetapi pada umumnya orang Jawa berharap bisa


menempuh suatu kehidupan yang boleh dikatakan sempurna lahir
batin yang diperoleh atas jerih payah dari tingkah laku dan pribadi
yang baik.
motif Batik Parang Kusumo bermakna hidup harus dilandasi dengan
perjuangan untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat
keharuman bunga (kusuma). Contohnya, bagi orang Jawa, yang paling
utama dari hidup di masyarakat adalah keharuman (kebaikan)
pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan
santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin.
c. Motif Batik Truntum
Motif batik truntum adalah motif batik tulis dengan zat Pewarna: Soga
Alam dan digunakan saat pernikahan. Truntum diciptakan oleh
Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) bermakna
cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai
simbol cinta yang tulus tanpa syarat,abadi dan semakin lama terasa
semakin subur berkembang (tumaruntum). Karena maknanya, truntum
biasanya dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan.
Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan
menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang
tua berkewajiban untuk menuntun kedua mempelai untuk memasuki
kehidupan baru.
d. Motif Batik Tambal

Motif batik tambal adalah motif batik tulis dengan zat pewarna soga
alam. Unsur motif yang digunakan adalah ceplok, parang, meru, dll
dengan ciri khas kerokan. Digunakan sebagai kain panjang.
Makna Filosofi dalam motif ini adalah Ada kepercayaan bila orang
sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh,
karena tambal artinya menambah semangat baru.
e. Motif Batik Pamiluto
Motif batik pamiluto menggunakan zat pewarna Soga Alam yang
digunakan sebagai kain panjang saat pertunangan. Unsur Motif yang
terkandung di dalamnya adalah Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya.
Sementara filosofi dalam batik ini adalah Pamiluto berasal dari kata
pulut, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut
[tertarik].

2.5.4. Seni Pahat


Berbicara mengenai seni pahat maka akan berhubungan
dengan seni ukir. Perbedaannya terletak pada bidang yang digunakan
dalam membentuk kedua seni tersebut. Seni pahat adalah seni ukir
yang dibuat dalam bentuk empat atau lima dimensi. Sedangkan untuk
seni ukir hanya menggunakan bidang datar, kemudian dibentuk
bagian-bagian cekung dan bagian-bagian cembung yang menyusun
suatu gambar yang indah. Pengertian ini kemudian berkembang
hingga dikenal sebagai seni ukir yang merupakan seni membentuk
gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lainnya.
Ada perbedaan antara seni pahat dengan seni ukir. Walaupun
bahan yang digunakan sama persis dengan yang digunakan oleh seni
ukir. Tetapi didalam seni pahat, bukan hanya sekedar melukis diatas
batu, kayu, atau bahan lainnya. Dalam seni pahat kita harus dapat
membuat suatu bentuk yang sesuai dengan keinginan kita. Jadi
nantinya akan berupa bentuk yang didalamnya terdapat ukiran-ukiran
yang tampak indah .

Seni pahat yang ada di Indonesia mula-mula dapat kita lihat dari
perkembangan seni ukir yang ada di Indonesia. Bangsa Indonesia
mulai mengenal ukir sejak zaman batu muda (Neolitik), yakni sekitar
tahun 1500 SM. Pada zaman itu, nenek moyang bangsa Indonesia
telah membuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat atau bahan
lain yang ditemuinya. Motif dan pengerjaan ukiran pada zaman itu
masih sangat sederhana. Umumnya bermotif geometris yang berupa
garis, titik, dan lengkungan, dengan bahan tanah liat, batu, kayu,
bambu, kulit, dan tanduk hewan. Sedangkan padazaman perunggu
yang berkisar tahun 500 hingga 300 SM, bahan untuk membuat ukiran
telah mengalami perkembangan yaitu menggunakan bahan perunggu,
emas, perak dan lain sebagainya. Dalam pembuatan ukirannya sendiri
menggunakan teknologi cor. Motif-motif yang di gunakan pada masa
zaman perunggu adalah motif meander, tumpal, pilin berganda,
topeng, serta binatang maupun manusia.
Motif meander ditemukan pada nekara perunggu dari gunung
merapi dekat Bima. Motif tumpal ditemukan pada sebuah buyung
perunggu dari kerinci Sumatera Barat. Motif pilin berganda ditemukan
pada nekara perunggu dari Jawa Barat dan pada bejana perunggu dari
kerinci, Sumatera. Motif topeng ditemukan pada leher kendi dari
Sumba. Dan pada kapak perunggu dari danau Sentani, Irian Jaya.
Motif ini menggambarkan muka dan mata orang yang memberi
kekuatan magis yang dapat menangkis kejahatan. Sedangkan motif
binatang dan manusia ditemukan pada nekara dari Sangean, setelah
agama Hindu, Budha, Islam masuk ke Indonesia.
Seni ukir mengalami perkembangan yang sangat pesat, dalam
bentuk desain produksi, dan motif. Ukiran banyak ditemukan pada
bagian-bagian candi dan prasasti-prasasti yang dibuat orang pada
masanya untuk memperingati para raja-raja. Bentuk ukirannya dapat
kita lihat pada senjata-senjata (keris dan tombak), batu nisan, masjid,
keraton, alat-alat musik (seperti;gamelan), dan wayang. Motif ukiran,
selain menggambarkan bentuk, terkadang berisi tentang kisah para

dewa,

mitos

kepahlawanan,

dan

lain-lain.

Bukti-bukti

sejarah

peninggalan ukiran pada periode tersebut dapat dilihat pada relief


candi Penataran di Blitar, candi Prambanan dan Mendut di Jawa
Tengah.
masa kemasa, seni ukir masyarakat berkembang dan mulai
mengenal seni pahat. Masyarakat tidak lagi hanya mengukir pada batu
atau kayu saja melainkan sudah mulai membuat suatu bentuk agar
seni ukirannya lebih menarik.
Saat ini seni ukir kayu

dan

logam sudah mengalami

perkembangan pesat. Fungsinya pun sudah bergeser dari hal-hal yang


berbau magis berubah menjadi hanya sebagai alat penghiassaja. Hal
ini terlihat pada, makin banyaknya beredar dimasyarakat ukiran-ukiran
atau patung-patung yang sifatnya hanya sebagai hiasan didalam
rumah saja. Biasanya pada ukiran kayu meliputi motif Pajajaran,
Majapahit, Mataram, Pekalongan, Bali, Jepara, Madura, Cirebon,
Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai macam motif yang berasal dari
luar Jawa. Contoh lain dari pergeseran fungsi seni pahat adalah
mengenai patung. Kita sering melihat ada dua patung besar ada di
depan sebuah rumah yang besar atu pun megah, kita menyebutnya
dengan sebutan Gupolo (bahasa Jawa). Sebernarnya dahulu dua
patung itu merupakan perlambangan atau simbol dari seseorang yang
dihormati. Namun, sekarang ini perlambang anter sebut sudah
bergeser maknanya yakni hanya menjadi patung penjaga penghias
rumah saja.
Perkembangan seni pahat di Yogyakarta dapat dilihat disebuah
desa di Bantul yogyakarta. Seni pahat sangat berguna sebagai mata
pencaharian dari warga desa. Dalam satu desa itu, warganya samasama mengembangkan seni pahat menjadi sebuah seni yang laku
untuk diperdagangkan bahkan sampai menembus pasar luar negeri.
Pengembangan seni pahat ternyata membuatseniini menjadi semakin
digemari dikalangan masyarakat. Walaupun mungkin telah bergeser
fungsi menjadi sekedar hiasan ataupun cinderamata

2.6. Sistem Perekonomian


Dengan semakin ramainya Yogyakarta saat ini, maka pertumbuhan
ekonominya pun tergolong cepat. Banyak orang dari daerah lain mengembangkan
usaha di Jogjakarta. Seperti orang luar jogja yang menjual makanan khas
daerahnya, seperti sate, masakan padang, dan lain lain. Bukan hanya dari segi
usaha saja, dari segi pariwisata juga menyumbang kemajuan perekonomian daerah
tersebut.

Seperti

pariwisata

alam,

banyak

penduduk

setiap

ahir

pekan

menghabiskan waktu dengan keluarga untuk sekedar bercengkrama dan refresing di


tempat pariwisata yang terdapat di kota Jogjakarta ini.
Dari factor factor diatas, daerah istimewa Yogyakarta ini mempunyai
perkembangan ekonomi yang sangat cepat. Begitu juga masyarakatnya, tingkat
perekonomian masyarakat local cenderung rendah, karena kalah bersaing dengan
pengusaha pengusaha yang berasal dari luar daerah. Oleh sebab itu kebanyakan
warga Jogjakarta banyak yang keluar daerah untuk bekerja maupun menjalankan
bisnis atau usahanya di luar daerah Jogjakarta.
Perkembangan daerah istimewa Yogyakarta saat ini tergolong cepat dan rapi,
karena apa kok bisa dikatakan cepat? Karena di Yogyakarta kini mulai banyak
pengusaha-pengusaha yang menanam saham di perusahan di daerah istimewa
Yogyakarta dan tidak itu pula ada pula pengusaha yang membuka perusahan sendiri
yang biasa disebut CV sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga
Yogyakarta sendiri dan tidak itu pula, kini semakin banyak tempat tempat wisata di
daerah istimewa Yogyakarta yang terbilang di daerah pedesaan maupun perkotaan
sehingga banyak wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Keuntungan dari tempat wisata itu sendiri tidak hanya berdampak pada
wisatawan yang banyak datang ke Yogyakarta tapi juga berdampak kepada
masyarakat local seperti hadirnya alat transportasi yang terbilang kuno yang
menandakan ciri khas Yogyakarta seperti becak, andhong , dll. Kembali ke
pengusaha tadi, pengusaha tersebut tidak hanya berasa dari daerah istimewa
Yogyakarta melainkan berasal dari luar daerah juga. Sehingga perekonomian
Yogyakarta pun semakin bertambah. Dan kenapa dikatakan rapi ? salah satu ciri
khas kota jogja, kota yang berhati nyaman. Kenapa begitu? Walaupun banyak
pengusaha baik dari dalam daerah maupun luar daerah namun usaha mereka

tergolong rapi karena apa? Tata letak usaha mereka tergolong rapi karena mereka
membuat usaha tidak di sembarang tempat membuka usaha, melainkan mencari
tempat tempat strategis, banyak pengunjung dan tidak merusak tata kota
Yogyakarta sehingga banyak usaha yang sampai ke daerah pedesaan contohnya
minimarket 24jam seperti Indomaret dan Alfamart walaupun terbilang kecil namun
cabang nya dijogja tidak hanya 1 ataupun 2 melainkan puluhan. Nah apa untung nya
itu semua bagi provinsi daerah istimewa Yogyakarta sendiri? Keuntungan jelas bagi
provinsi daerah istimewa Yogyakarta dikarena kehadiran itu semua mengangkat
derajat kedaerahan. Yang dulu nya daerah tersebut dianggap tertinggal menjadi
maju dan ramai akibat kehadiran itu semua dan menyebabkan harga jual dan omset
pendapatan daerah tersebut menjadi tinggi.

BAB 3
POTENSI SUMBER DAYA ALAM

3.1. Pariwisata
Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya objek dan daya tarik
wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara
maupun wisatawan nusantara. Pada 2010 tercatat kunjungan wisatawan sebanyak
1.456.980 orang, dengan rincian 152.843 dari mancanegara dan 1.304.137 orang
dari nusantara[20]. Bentuk wisata di DIY meliputi wisata MICE (Meeting, Incentive,
Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata alam, wisata minat khusus dan
berbagai fasilitas wisata lainnya, seperti resort, hotel, dan restoran. Tercatat ada 37
hotel berbintang dan 1.011 hotel melati di seluruh DIY pada 2010. Adapun
penyelenggaraan MICE sebanyak 4.509 kali per tahun atau sekitar 12 kali per hari.
Keanekaragaman upacara keagamaan dan budaya dari berbagai agama serta
didukung oleh kreativitas seni dan keramahtamahan masyarakat, membuat DIY
mampu menciptakan produk-produk budaya dan pariwisata yang menjanjikan. Pada
tahun 2010 tedapat 91 desa wisata dengan 51 di antaranya yang layak dikunjungi.
Tiga desa wisata di kabupaten Sleman hancur terkena erupsi gunung Merapi sedang
14 lainnya rusak ringan.
Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata
yang terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi
motor kegiatan perekonomian DIY yang secara umum bertumpu pada tiga sektor
andalan yaitu: jasa-jasa; perdagangan, hotel dan restoran; serta pertanian. Dalam

hal ini pariwisata memberi efek pengganda (multiplier effect) yang nyata bagi sektor
perdagangan

disebabkan

meningkatnya

kunjungan

wisatawan.

Selain

itu,

penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat


signifikan. Di jogja sebelah selatan ,kita disuguhkan dengan banyaknya pantai yang
indah di sepanjang pesisir Gunung Kidul, Bantul, maupun Kulon Progo. Jika merasa
sudah bosan dengan pantai ,banyak gua alam di daerah Gunung Kidul. Tak kalah
menarik juga ,di sebelah utara ,tepatnya di Sleman terdapat Gunung Merapi bagi
yang hobi hiking atau sekedar menikmati sejuknya udara pegunungan.
Jangan lupakan sektor pariwisata sejarah maupun budaya. Jika ingin
berkunjung

ke

kerajaan

Ngayogyakarto

Hadiningrat

,datanglah

ke

Kraton

Yogyakarta. Disana kita akan melihat menakjubkannya budaya jawa dan


modernisasi berjalan beriringan.
Berikut ini beberapa daftar tempat pariwisata yang ada di Yogyakarta :
o Wisata Candi = Candi Prambanan, Candi Boko, Candi Ijo, Candi Sambisari,
Candi Plaosan, Candi Kedulan, dll.
o Wisata Pantai = Pantai Indrayanti, Pantai Parangtritis, Pantai Baron, Pantai
Krakal, Pantai Glagah, dll.
o Wisata Alam = Gunung Merapi, Gunung Nglanggeran, Air Terjun Sri Gethuk,
Kaliurang, dll.
o Wisata Belanja = Beringharjo, Malioboro, Kasongan, Pasar Seni Gabusan.
o Wisata Sejarah = Taman Sari, Kraton Yogyakarta, Warungboto, dll
o Dll

3.2. Pertambangan
Kondisi geologi dan geomorfologi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang
beragam mengakibatkan terjadinya variasi potensi geologi yang diwujudkan dalam
potensi bahan tambang. Bahan tambang terbesar di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta berupa bahan galian Golongan C yang tersebar di seluruh Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sumber daya mineral atau tambang yang ada di DIY adalah
Bahan Galian C yang meliputi, pasir, kerikil, batu gamping, kalsit, kaolin, dan zeolin
serta breksi batu apung. Selain bahan galian Golongan C tersebut, terdapat bahan
galian Golongan A yang berupa Batu Bara. Batu bara ini sangat terbatas jumlahnya,

begitu pula untuk bahan galian golongan B berupa Pasir Besi (Fe), Mangan (Mn),
Barit (Ba), dan Emas (Au) yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo.

3.2.1 Kabupaten Bantul


Kabupaten Bantul selain mempunyai keunggulan di sektor pertanian juga
memiliki potensi dengan sumber daya alamnya (SDA). Bahan tambang yang ada
meliputi pasir/kerikil, tanah liat, batu putih/batu gamping, kalsit, breksi, batu apung,
mangaan,

andesit,

tras,

bentonit,

dan

pasir

besi.

Di Kecamatan Dlingo memiliki Khusus bahan galian mangaan (bahan galian


Golongan B) dengan cadangan yang relatif sedikit dan tidak berpotensi untuk
ditambang. Pertambangan bahan galian di Kabupaten Bantul umumnya ditambang
oleh masyarakat setempat dengan menggunakan ijin SIPR, akan tetapi sampai saat
ini banyak penambangan yang tidak berijin. Berdasarkan data pada yang masuk
maka jumlah usaha penggalian bahan tambang dari tahun 2007 sampai tahun 2008
mengalami kenaikan. Bahan galian yang telah diusahakan adalah tanah liat sebagai
bahan pembuatan bata merah, gerabah, dan keramik serta digunakan sebagai
bahan urug. Untuk pasir/kerikil digunakan sebagai bahan bangunan dan untuk batu
putih/batu gamping yang umumnya digunakan sebagai bahan dasar untuk
pembuatan kapur tohor. Sedangkan Breksi batu apung telah dimanfaatkan sebagai
bahan pondasi ringan, ornamen/partisi, breksi cone, dan barang kerajinan.
Bahan galian yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Pasir besi yang terdapat
di kawasan pantai dan dalam penambangannya, perlu perhatian khusus pada aspek
lingkungan.
3.2.2 Kabupaten Gunung Kidul
Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai
dari pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, flora dan fauna, industri, tambang
serta potensi pariwisata. Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian
besar adalah lahan kering tadah hujan ( 90 %) yang tergantung pada daur iklim
khususnya curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar
sawah tadah hujan. Sumberdaya alam tambang yang termasuk golongan C berupa :
batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir kuarsa.

Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang cukup luas terletak di
sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, membentang sepanjang
sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari sampai Kecamatan Girisubo. Potensi hasil
laut dan wisata sangat besar dan terbuka untuk dikembangkan.Potensi lainnya
adalah industri kerajinan, makanan, pengolahan hasil pertanian yang semuanya
sangat potensial untuk dikembangkan. Berikut adalah beberapa potensi bahan
tambang dan bahan galian yang dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul :
Andesit : Jumlah kandungan berkisar antara 3.752 m3 131.531.250 m3 terdapat di
Kecamatan Panggang, Patuk dan Gedangsari. b.Batu dan Pasir : Jumlah
kandungan berkisar antara 2.345 m3 560.410 m3 terdapat di Kecamatan Playen,
Ngawen

dan

Gedangsari.

Batu Pasir Urug : Jumlah Kandungan berkisar antara 244.063.500 m3 terdapat di


Kecamatan

Ngawen,

Patuk

dan

Gedangsari.

batu Pasir Tufan : Jumlah kandungan bervariasi terdapat di Kecamatan Patuk,


Panggang, Purwosari, Gedangsari, Nglipar, Semin, Ngawen dan Ponjong.
Batu Pasir Silika : Jumlah kandungan 24.000 m3 terdapat di Dusun Wuni dan
Gabug,

Desa

Giricahyo,

Kecamatan

Purwosari.

.Batu Gamping Keras (Bedhes) : Dengan jumlah kandungan bervariasi dan terdapat
di

hampir

seluruh

wilayah

Kabupaten

Gunungkidul.

Batu Gamping Lunak (Keprus) : Jumlah kandungan bervariasi terdapat di


Kecamatan Paliyan, Saptosari, Purwosari dan Panggang. h.Fospat : Terdapat di
Kecamatan Playen , Desa Getas, Dusun Sengok dengan jumlah kandungan 66 m3.
i.Breksi Pumis : Jumlah kandungan bervariasi terdapat di Kecamatan Patuk,
Gedangsari,

Semin,

Ngawen,

Karangmojo

dan

Ponjong.

Kalsilotit : Jumlah kandungan berkisar antara 301.020 m3 sampai 7.400.000 m3


terdapat di Kecamatan Playen dan Paliyan. k.Kaolin : Terdapat diKecamatan Semin
dengan jumlah kandungan 4.840.500 m3 dan di Kecamatan Ponjong dengan jumlah
kandungan 343.300 m3. l.Kalsedon (Batu Rijang) : Jumlah kandungan berkisar
antara 8000 m3 sampai 30.000m3 terdapat di Kecamatan Panggang dan Ponjong.
m.Kalsit (Kalsium Karbonat) : Jumlah kandungan 221.238 m3 terdapat di Kecamatan
saptosari, Panggang, Purwosari, Girisubo, Paliyan dan Ponjong.
3.2.3 Kabupaten Sleman

Gunung Merapi yang merupakan salah satu tujuan wisata di Kabupaten


Sleman terletak 25 km sebelah utara Kota Yogyakarta memiliki ketinggian 2.968 m di
atas permukaan laut. Gunung Merapi pertama kali terbentuk sekitar 60.000-80.000
tahun yang lalu. Namun sejarah aktivitasnya mulai diamati dan didokumentasi sejak
tahun 1791. Kawah Gunung Merapi berbentuk dataran tinggi yang berpasir dengan
luas kurang lebih 4 hektar dengan beberapa kawah-kawah lebih kecil yang masih
aktif. Puncak gunung berapi dapat diamati dari lereng sebelah barat yaitu desa Turi,
sekitar 15 km dari Yogyakarta. Untuk mendapatkan pandangan yang lebih jelas,
wisatawan dapat mengunjungi tempat pengamatan di Plawangan. Pendakian hingga
puncak gunung Merapi dapat ditempuh dalam 7 hingga 8 jam. Jalur terpendek
menuju puncak adalah melalui desa Selo, desa antara Merapi dan Merbabu, yang
hanya membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk mencapai puncak Merapi.

POTENSI / CADANGAN :
D i K a b u p a t e n S l e m a n t e r d a p a t c a d a n g a n / p o t e n s i g a l i a n golongan C
meliputi sirtu sebanyak 108.663.500 m, andesit sebanyak 555.272.300 m, gamping
sebanyak 2.500 m, breksi b a t u a p u n g s e b a n y a k 2 1 4 . 8 3 5 . 0 0 0 m , p a s i r
s e b a n y a k 35.247.600 m, d a n t a n a h l i a t s e b a n y a k 1 1 1 . 4 7 8 . 2 2 3
m
.B a h a n g a l i a n g o l o n g a n C s i r t u d a n p a s i r s i f a t n y a d i n a m i s sebanding
dengan banyaknya suplai hasil aktivitas gunung apiMerapi.K o n d i s i

udara

di

K a b u p a t e n S l e m a n s e c a r a u m u m m a s i h cukup baik, tetapi pada daerah yang


berbatasan dengan KotaYogyakarta dan pada daerah yang padat lalu lintasnya
sudahmenunjukkan indikasi adanya penurunan kualitas (parameterHC dan debu)

3.2.4 Kabupaten Kulon Progo


Kulon Progo ternyata memiliki potensi tambang pasir besi yang luar
biasa. salah satu pakar pertambangan UPN IR Said Fadhillah menyatakan
bahwa KUlon progo memiliki potensi tambang yang sangat menjanjikan.
bahkan beliau mengatakan potensi yang ada di Kulon Progo ini mirip dengan
tambang freeport yang ada di Papua. oleh karena itu banyak pihak yang

meminta pemerintah setempat untuk memperhatikan hal ini. potensi yang ada
ini harus dieksploitasi dengan benar dan baik sehingga nantinya bisa
dimanfaatkan untuk mensejahterakan masyarakat sekitar lokasi tambang
yaitu warga kulon progo. IR Said juga menyatakan bahwa tambang pasir besi
Kulon Progo ini memiliki cadangan sebesar 28 juta meter kubik dan
diperkiraka bisa hasbis hingga 30 tahun. bayangkan saja betapa luar
biasanya potensi tambang di daerah trersebut. Daerah penelitian yang
merupakan bagian sebelah timur dari Pegunungan Serayu Selatan, secara
stratigrafis termasuk ke dalam stratigrafis Pegunungan Kulon Progo. Unit
stratigrafis yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo dikenal
dengan Formasi nanggula, kemudian secara tidak selaras diatasnya
diendapkan batuan-batuan dari Formasi Jonggaran dan Formasi Sentolo,
yang menurut Van Bemmmelen (1949, hal.598), kedua formasi terakhir ini
mempunyai umur yang sama, keduanya hanya berbeda faises. Formasi
Nanggulan merupakan formasi yang paling tua di daerah pegunungan Kulon
Progo. Singkapan batuan batuan penyusun dari Formasi Naggulan dijumpai
di sekitar desa Nanggulan, yang merupakn kaki sebelah timur dari
Pegunungan Kulon Progo.
Penyusun batuan dari formasi ini menurut Wartono Raharjo dkk (1977)
terdiri dari Batupasir dengan sisipan Lignit, Napal pasiran, Batulempung
dengan konkresi Limonit, sisipan Napa dan Batugamping, Batupasir dan Tuf
serta kaya akan fosil foraminifera dan Moluska. Diperkirakan ketebalan
formasi ini adalah 30 meter.
Profil Komoditi Unggulan
No

Sektor / Komoditi

Unggulan
/ Tidak

Deskripsi

PrimerPerikanan:Perikanan
Tangkap

Unggulan Produksi Tahun Terakhir (2003) : 645.00 ton

PrimerUnggulan Lokasi di Girimulyo, dengan cadangan 1.229.640 ton


Pertambangan:Batubara

PrimerPertambangan:Emas

Unggulan Lokasi di Kokap dengan cadangan 5.887,5 ton biji


emas

Sekunder-

Unggulan Industri Semen/pendirian pabrik semen dipromosikan

Industri:Industri Semen

untuk non fasilitas/BUMD untuk memenuhi


kebutuhan regional D.I. Yogyakarta dan sekitarnya.
Lokasi
yang
ditawarkan
di
Sentolo.
- Batu Gamping merupakan salah satu bahan semen
portland yang terdapat di Lendah, Sentolo, Pengasih,
Girimulyo dan Samigaloh dengan kadar CaO dan
MgO aktif minimum 55,77% - 56,87%.
- Lempung sebagai bahan sekunder yang terdapat di
Banjarharjo dan Banjararum (Kalibawang), Wjimulyo
dan Donomulyo (Nanggulang) dan Sentolo dengan
cadangan
27.812.500
m3.
- Pasir Kwarsa merupakan bahan korektif terdapat di
Hargowilis (Kokap) dengan cadangn 88.042 m3.
- Tras terdapat di Pagerharjo, Ngargosari dan
Gerbosari (Samigaluh) dengan cadangan 4.704.688
m3.
Mengingat kebutuhan semen DIY dan sekitarnya
selama ini disuplai dari Cilacap maupun Gresik,
ketergantungan tersebut menjadikan peluang pasar
350.000 sampai 500.000 ton/tahun dengan
peningkatan pasar per tahun kurang lebih 10% dengan
nilai investasi Rp. 10.000.000.000

SekunderUnggulan Untuk saat ini kebutuhan regional masih impor dari


Industri:Industri Marmer
daerah lain misal : Tulung Agung, Citatah/Bandung
atau impor dai luar negeri. Industri Pengolahan
Marmer
dipromosikan
untuk
Non
Fasilitas/BUMD/kerjasama berlokasi di Samigaluh
dengan
nilai
investasi
Rp.
4.000.000
Bahan baku & Ketersediaan di daerah (Untuk Kom.
Sekunder Tersier) Marmer (194,364,000.00 m3)

SekunderIndustri:Industri Batu
Kapur, Kalsit Dolomit

PrimerUnggulan Lokasi di Sepanjang Pantai Selatan dengan cadangan


Pertambangan:Pasir Besi
605.000.000 ton

PrimerPertambangan:Barit

PrimerUnggulan Lokasi di Nanggulan dengan cadangan 260.858.851


Pertambangan:Bentonite
ton

10 PrimerPertambangan:Marmer

Unggulan Pengolahan Batu Andesit (Stone Crusher Plant)


dipromosikan untuk Non Fasilitas/BUMD untuk
memenuhi kebutuhan lokal kurang lebih 200.000 m3
dengan
nilai
Rp.20.000/m3,
memenuhi
pembanghunan jalan dan jembatan (perluasan jalan
negara Yogyakarta-Solo), pemeliharaan rutin bantalan
rel dari Solo Purwokerto, rencana pembangunan
ganda rel (Double track) Solo Purwokerto Yogyakarta.
Berlokasi di Lendah, Pengasih, Kokap (Kalirejo)
dengan nilai investasi Rp. 1.500.000.000

Unggulan Lokasi di Kokap dengan cadangan 22.500 M3

Unggulan

Lokasi di Samigaluh dengan cadangan 5.200.000 ton

11 PrimerPertambangan:Tras

Unggulan

Lokasi di Kalibawang, Temon, Pengasih dan


Samigaluh dengan cadangan 230.194.300 ton

12 PrimerPertambangan:Andesit

Unggulan

Lokasi di Samigaluh, Kokap dengan cadangan


240.000.000 ton

13 PrimerPertambangan:Sirtu

Unggulan

Lokasi di Sungai Progo, Sudu, Tinalah dan Serang


dengan cadangan 1.406.000 M3

14 PrimerPertambangan:Batu
Gamping

Unggulan

Lokasi di Samigaluh, Kalibawang, Sentolo, Pengasih,


Lendah dan Girimulyo dengan cadangan 214.531.000
ton

15 PrimerPertambangan:Parsir
Kuarsa

Unggulan

Lokasi di Kokap dengan cadangan 2.306.311 ton

16 PrimerPertambangan:Tanah
Liat

Unggulan

Lokasi di Kokap, Kalibawang, Nanggulan dengan


cadangan 27.812.500 M3

17 PrimerPertambangan:Batu
Mulia

Unggulan

Lokasi di Samigaluh dengan cadangan 930.125 M3

18 PrimerUnggulan
Pertambangan:Mangaan

Lokasi di Kokap dan Samigaluh 11.500.000 ton

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang berbudaya dan
memiliki banyak potensi bahan galian. Budaya tersebut berpengaruh banyak
terhadap kepribadian dan karakter masyarakat Yogyakarta yang terkenal sangat
ramah. Ditambah Yogyakarta merupakan daerah yang masih menganut sitem
monarki(kerajaan) sehingga kebudayaanya masih melekat sampai saat ini.
Kebudayaan yang masih melekat ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang
menggunakan budaya lama kedalam kehidupan sehari-hari seperti sambatan. Selain
budaya , di Yogyakarata juga banyak terdapat bahan galian yang sudah di
Eksploitasi maupun yang masih dalam tahap eksplorasi. Contohnya : Emas (Kab.
Kulonprogo),Pasir

(Kab.

Sleman),Breksi

Batu

apung

(Kab.Gunung

Kidul),Lempung(Kab. Bantul)
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya

dengan

judul

makalah

ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

Anda mungkin juga menyukai