Makalah Isbd Yogyakrta
Makalah Isbd Yogyakrta
TUGAS
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
Disusun Oleh :
Igon
Growol
Godjer
JR
Rian
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Bab 1. DESKRIPSI WILAYAH
( Letak geografis, batas administratif, luas wilayah, penduduk )
Bab 2. KEBUDAYAAN
2.1. Sistem religi
2.2. Bahasa
2.3. Perlengkapan hidup manusia
2.3.1. Pakaian
2.3.2. Perumahan
2.4. Sistem kemasyarakatan
2.5. Kesenian
2.5.1. Seni tari
2.5.2. Seni suara
2.5.3. Seni rupa
2.5.4. Seni pahat
2.6. Sistem perekonomian
Bab 3. POTENSI SUMBER DAYA ALAM
3.1. Pariwisata
3.2. Pertambangan
Bab 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
laporan Ilmu Sosial Budaya Dasar tentang KEBUDAYAAN DAN POTENSI
SUMBER DAYA ALAM PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ini. Dan
juga kami berterima kasih pada Bapak Adi Prabowo ST, MT selaku Dosen mata
kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kebudayaan yang ada di kota tempat
kami tinggal,provinsi DIY serta bisa lebih mengenal apa saja potensi potensi yang
terdapat di provinsi DIY . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB 1
DESKRIPSI WILAYAH
km 2
ini terdiri
atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan
438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk
3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta
memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per
km 2 i ni terletak di bagian
tengah-selatan Pulau Jawa, secara geografis terletak pada 73- 812 Lintang
Selatan dan 11000 - 11050 Bujur Timur. Berdasarkan bentang alam, wilayah
DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi
Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu,
satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa
yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah di
bagian lainnya. Batas wilayah dengan Propinsi Jawa Tengah meliputi :
BAB 2
KEBUDAYAAN
DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun
yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya
dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan,
sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam
masyarakat.
Kejawen dalam opini umum berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap
serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti spiritualistis atau
spiritualistis suku Jawa.
Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai
agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen,
tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang
dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan "ibadah"). Ajaran kejawen biasanya
tidak
terpaku
pada
aturan
yang
ketat,
dan
menekankan
pada
konsep
2.2. Bahasa
Dengan mayoritas berpenduduk dari suku jawa ,sudah pasti bahasa jawa
menjadi bahasa komunikasi sehari hari di Yogyakarta. Jika dilihat dari
tingkatannya, bahasa jawa memiliki tingkatan khusus, yaitu :
lebih sering
juga
memperlihatkan
tingkat
status
setiap
orang.
Ketika
2.3.1. Pakaian
Gb. Contoh pakaian adat jogja saat dipakai di royal wedding GRAj Nur Astuti Wijareni
khusus itu akan muncul secara menarik dan berwibawa. Demikianlah secara
keseluruhan pakaian adat itu tidak pernah musnah dilanda kemajuan zaman,
tetapi tetap terpelihara dengan baik dan selalu dimunculkan pada saat-saat
penting.
Pakaian adat tradisional masyarakat Yogyakarta terdiri dari seperangkat
pakaian yang memiliki unsur unsur yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya. Kelengkapan berbusana tersebut merupakan ciri khusus pemberi
identitas bagi pemakainya yang meliputi fungsi dan peranannya. Oleh karena
itu, cara berpakaian biasanya sudah dibakukan secara adat, kapan
dikenakan, di man dikenakan, dan siapa yang mengenakannya.
Secara keseluruhan seperangkat pakaian terdiri atas bagian atas,
bagian tengah, dan bagian bawah. Bagian atas meliputi tutup kepala dan tata
rias rambut (sanggul, konde, dan sebagainya); bagian tengah terdiri dari baju
(kebaya, dan lain-lain) dan perhiasan (aksesori); serta bagian bawah berupa
alas kaki. Demikian pula pakaian dari suatu daerah dapat dibedakan atas
pakaian sehari-hari/kerja dan pakaian upacara/pesta adat. Dari pembagian
tersebut dapat digolongkan lagi jenis-jenis pakaian berdasarkan jenis kelamin,
usia, dan status sosial pemakainya.
Adapun yang dimaksud dengan pengertian pakaian sehari-hari di sini
adalah seperangkat pakaian yang dikenakan di rumah, saat bekerja, dan saat
bepergian. Pemakainya dapat digolongkan berdasarkan jenis kelamin, usia,
dan status sosial. Sejak kecil putra-putri Sultan telah mengenal beberapa
peraturan yang mem-bedakan dirinya dengan status individu lainnya,
diantaranya melalui bentuk pakaian yang harus dikenakan. Busana yang
dirancang untuk anak-anak terdiri dari busana kencongan untuk anak laki-laki,
dan busana sabukwala untuk anak perempuan.
Busana untuk anak laki-laki model kencongan terdiri dari kain batik yang
dikenakan dengan model kencongan, baju surjan, lonthong tritik, ikat
pinggang berupa kamus songketan dengan cathok atau timang terbuat dari
suwasa (emas berkadar rendah). Sedangkan busana seharihari bagi pria
remaja dan dewasa terdiri dari baju surjan, kain batik dengan wiru di tengah,
2.3.2. Perumahan
keluarga. Dalam ruang ini terdapat tiga buah senthong (kamar) yaitu
senthong kiri, senthong tengah dan senthong kanan.
PENDHOPO sebagai ruang terbuka berfungsi untuk menerima tamu.
Struktur bangunan pada pendhopo menggunakan umpak sebagai alas soko,
4 buah soko guru ( tiang utama) sebagai symbol 4 arah mata angin dan 12
soko pengarak, serta Tumpang sari merupakan susunan balik yang disangga
oleh soko guru. Umumnya tumpang sari terdapat pada pendopo bangunan
yang disusun bertingkat. Tingkatan-tingkatan ini dapat pula diartikan sebagai
tingkatan untuk menuju pada suatu titik puncak, yang terdiri dari serengat,
tarekat, hakekat, dan makrifat. Menurut kepercayaan jawa, tingkatantingkatan ini akan menyatu pada satu titik. Pada umumnya pendopo tidak di
beri meja ataupun kursi, hanya diberi tikar apabila ada tamu yang datang,
sehingga antara tamu dan yang punya rumah mempunyai kesetaraan dan
juga dalam hal pembicaraan atau ngobrol terasa akrab rukun (rukun agawe
santosa).
NDALEM ini adalah pusat susunan ruang-ruang di sekitarnya. Fungsi
utamanya adalah sebagai ruang keluarga. Sifat ruangan ini pribadi, suasana
yang ada di dalamnya tenang dan berwibawa. Pada pola tata ruang ndalem
terdapat perbedaan ketinggian lantai sehingga membagi ruang menjadi 2
area. Pada lantai yang lebih rendah di gunakan sebagai sirkulasi sedangkan
pada bagian yang lebih rendah digunakan sebagai ruang keluarga dan
senthong ( kamar ).
PRINGGITAN
memiliki
makna
konseptual
yaitu
tempat
untuk
dilakukan
oleh
warga
kampung
dengan
sukarela
tanpa
mengharapkan upah atas pekerjaaannya itu karena didasari oleh asas principle of
reciprocity, yaitu siapa yang membantu tetangganya yang membutuhkan maka suatu
saat pasti ia akan dibantu ketika sedang membutuhkan. Selain itu sambatan juga
dilandasi oleh falsafah hidup sapa nandur kabecikan, mesti bakal ngunduh.
Sambatan berasal dari kata sambat, yang berarti minta tolong, minta bantuan
kepada orang lain. Karena seseorang punya kepentingan atau keperluan yang tidak
bisa dilakukan sendiri maka dia akan sambat/minta tolong pada orang lain agar
membantunya. Maka terlaksanakanlah kegiatan sambatan, misalnya seseorang
akan membangun rumah.
Sambatan adalah realisasi dari gotong royong yang melibatkan banyak orang
yang dilaksanakan bersama-sama dan sukarela. Gotong royong untuk kepentingan
bersama digerakkan oleh semangat solidaritas mekanik, dilakukan karena adanya
rasa kebersamaan dan senasib, bersifat tradisional yang pembagian kerja dalam
masyarakat masih rendah, norma-norma yang cenderung represif dimana apabila
ada yang melanggar maka akan dikenai sanksi sosial, dan masih adanya kesatuan
dan integrasi sosial (social integrity) yang tinggi.
Semangat bergotong royong berupa sambatan, melibatkan warga beramairamai membantu warga lainnya yang sedang punya gawe. Mereka ikut
memperbaiki, bahkan mendirikan rumah tanpa mengharap imbalan apa pun. Budaya
sambatan dengan muatan sikap simpati dan empati itu merupakan bagian dari
budaya adiluhur masyarakat Jawa, dan terasa manfaatnya bagi masyarakat yang
kurang mampu.
2.5. Kesenian
2.5.1. Seni Tari
Sama seperti provinsi lain, Yogyakarta mempunyai tari tari tradisional yang
tak kalah menarik dengan daerah lain.
o Tari Angguk
Seni tari angguk memiliki nilai estetika yang tinggi sebagai sarana hiburan
bagi masyarakat Yogyakarta. Namun, tidak hanya nilai estetika dan hiburan
saja yang terkandung didalam gerakan tarian Angguk. ada nilai kerohanian
yang begitu dalam yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena kemurahanNya memberikan hasil panen yang melimpah.
Sejarah singkat tari Angguk
Tari angguk adalah tarian tradisional yang berasal dari Yogyakarta dan
menceritakan kisah tentang Umarmoyo Umarmadi dan Wong Agung
Jayengrono dalam Serat Ambiyo. Tarian ini dimainkan secara berkelompok
oleh 15 penari wanita yang berkostum menyerupai serdadu Belanda dan
dihiasi gombyok barang emas, sampang, sampur, topi pet warna hitam, dan
kaos kaki warna merah atau kuning dan mengenakan kacamata hitam. Tarian
ini biasanya dimainkan selama durasi 3 hingga 7 jam.
Pada mulanya Tari Angguk adalah tari permainan atau hiburan yang biasa
dimainkan oleh muda- mudi. Namun dalam perkembangannya Tari Angguk
mulai disisipin hal-hal mistis. Konon, Tari Angguk juga dianggap bisa
mengundang roh halus untuk ikut bermain dengan menggunakan media
tubuh sang penari.
Tarian yang disajikan dalam kesenian angguk terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Tari Ambyakan, adalah tari angguk yang dimainkan oleh banyak
penari. Tarian ambyakan terdiri dari tiga macam yaitu: Tari Bakti, Tari
Srokal, Tari Penutup
2. Tari
Pasangan,
adalah
tari
angguk
yang
dimainkan
secara
berpasangan. Tari pasangan ini terdiri dari delapan macam, yaitu: Tari
Gerakan tangan yang lambat dan gemulai, merupakan ciri khas dari tarian
Serimpi. Menurut Kanjeng
Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat unsur dari
dunia, Yakni grama (api), angin (udara), toya (air), dan bumi (tanah). Selain itu
kata srimpi juga diartikan dengan akar kata impi [dalam bahasa Jawa] atau
mimpi.
Dahulu Tari Srimpi diperuntukan hanya untuk masyarakat di lingkungan istana
Yogyakarta, yakni pada saat menyambut tamu kenegaraan atau tamu agung.
Dalam
perkembanganya,
tari
Srimpi
mengalami
perubahan,
sebagai
Sangopati)
diperuntukan
kepada
Belanda.
Tari
Srimpi
dikisahkan
dalam
syair
vokalianya. Tari
Serimpi
Tari bedaya merupakan tarian keraton yang dipentaskan dalam acara resmi
oleh tujuh atau sembilan penari wanita yang belum menikah dengan irama
lembut dan gerak gemulai. Koreografi tarian bedaya merupakan formasi
kelompok dengan pola dasar asimetris. Jalan cerita dibacakan seorang
narator (dalang) dalam bentuk prosa dan nyanyian dengan diiringi paduan
suara (gerong) serta gamelan.
2.5.2.Seni suara
Yogyakarta merupakan salah satu kota seni budaya yang ada di
Indonesia. Bukan tanpa alasan, karena beranekaragamnya seni yang ada di
Yogyakarta. Dalam hal seni suara ,orang Jawa khususnya orang Yogyakarta
pasti tidak asing dengan yang namanya campur sari yang merupakan seni
suara asli dari jawa.
Istilah campursari dalam dunia musik nasional Indonesia mengacu pada
campuran (crossover) beberapa genre musik kontemporer Indonesia. Nama
campursari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik
campursari di wilayah Jawa bagian tengah hingga timur khususnya terkait
dengan modifikasi alat-alat musik gamelan sehingga dapat dikombinasi
dengan instrumen musik barat, atau sebaliknya. Dalam kenyataannya,
instrumen-instrumen 'asing' ini 'tunduk' pada pakem musik yang disukai
masyarakat setempat: langgam Jawa dan gending.
Langgam Jawa sendiri mempunyai pengertian bentuk adaptasi musik
keroncong ke dalam idiom musik tradisional Jawa, khususnya gamelan.
Genre ini masih dapat digolongkan sebagai keroncong. Sedangkan gending
diartikan sebagai aneka suara yang didukung oleh suara suara tetabuhan.
Dengan keterangan di atas, kiranya dapat kita sederhanakan bahwa gending
adalah lagu yang diungkapkan oleh suara tetabuhan. Pengertian dari
tetabuhan ini tidak terbatas pada alat-alat gamelan saja, tetapi alat-alat non
gamelan pun termasuk di dalamnya, seperti kacapi, calung, angklung dan
lain-lain
Campursari
pertama
kali
dipopulerkan
oleh
Manthous
dengan
adalah
ensembel
musik
yang
biasanya
menonjolkan
nada.Jadi karawitan adalah seni musik yanng hanya menggunakan lima nada
pokok saja.
Ditinjau dari segi bentuk dan fungsinya,karawitan dibagi menjadi 3 yaitu
karawitan vokal, karawitan instrumental, karawitan vokal dan instrumental /
campuran.
1.
Karawitan Vokal
Asal kata vokal iala voces yanng mengandung arti suara manusia. Jadi,
seni suara yang mempergunakan suara manusia diebut seni suara vokal. Yng
menghidangkan seni suara vikal dinamakan vokalis dan hidangannya
dinamakan vokalia. Dalam seni karawitan, vokalis pria biasa disebut
wiraswara, sedangkan vokalis putri disebut swarawati atau pesindhen.
2.
Karawitan Instrumental
Instrumental dari kata instrumen yang artinya alat, perkakas. Disini yang
dimaksud alat musik. Instrumen dalam karawitan disebut ricikan. Jadi
kumpulan atau penyatuan ricikan-ricikan yang terdapat dalam karawitan
tanpa memisahkan atu dengan yang lainnya diebut Gamelan. Jadi yang
disebut instrumental disini adalah permainan karawitan dengan instrumen
saja tanpa vokal. Karawitan Instrumental pada dasarnya dibagi menjadi 2
bagian, yaitu pakurmatan dan bonangan
3.
Wayang yang menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa
tahan lebih lama dibandingkan dengan yang bront.
Selain wayang kulit, ada juga ketropak yang tak kalah popular dengan
wayang kulit. Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak) adalah sejenis seni pentas
yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang
diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan.
Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam.
Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil
cerita dari luar negeri.
Tak lengkap rasanya jika batik tidak dimasukkan kedalam salah satu
seni rupa tradisional yang ada di Yogyakarta. Di Yogyakarta sendiri ada
beberapa motif batik yang terkenal ,yaitu :
a. Motif Batik Kawung
Motif batik kawung adalah motif batik tulis dengan zat pewarna Napthol
dan digunakan sebagai kain panjang. Makna Filosofi dalam batik ini
adalah sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.
Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau
kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi
secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai
gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang
merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan
kesucian.
Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya
bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu.
Misalnya : Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh
bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh
senyang bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif
kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung
Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya
lebih besar daripada picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan
kawung yang bentuknya bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung
Bribil disebut Kawung Sen.
b. Motif Parang Kusumo
Motif parang kusumo adalah Motif Batik Tulis dengan zat pewarna
Napthol dan digunakan sebagai kain saat tukar cincin
Dalam motif Parang Kusumo terkandung suatu makna bahwa suatu
kehidupan harus dilandasi dengan
mencapai keharuman lahir dan batin. Hal ini bisa disamakan dengan
harumnya suatu bunga (kusuma). Juga dalam falsafat Jawa.
Suatu kehidupan dalam
dapatkan adalah
norma-normadan nilai
Motif batik tambal adalah motif batik tulis dengan zat pewarna soga
alam. Unsur motif yang digunakan adalah ceplok, parang, meru, dll
dengan ciri khas kerokan. Digunakan sebagai kain panjang.
Makna Filosofi dalam motif ini adalah Ada kepercayaan bila orang
sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh,
karena tambal artinya menambah semangat baru.
e. Motif Batik Pamiluto
Motif batik pamiluto menggunakan zat pewarna Soga Alam yang
digunakan sebagai kain panjang saat pertunangan. Unsur Motif yang
terkandung di dalamnya adalah Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya.
Sementara filosofi dalam batik ini adalah Pamiluto berasal dari kata
pulut, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut
[tertarik].
Seni pahat yang ada di Indonesia mula-mula dapat kita lihat dari
perkembangan seni ukir yang ada di Indonesia. Bangsa Indonesia
mulai mengenal ukir sejak zaman batu muda (Neolitik), yakni sekitar
tahun 1500 SM. Pada zaman itu, nenek moyang bangsa Indonesia
telah membuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat atau bahan
lain yang ditemuinya. Motif dan pengerjaan ukiran pada zaman itu
masih sangat sederhana. Umumnya bermotif geometris yang berupa
garis, titik, dan lengkungan, dengan bahan tanah liat, batu, kayu,
bambu, kulit, dan tanduk hewan. Sedangkan padazaman perunggu
yang berkisar tahun 500 hingga 300 SM, bahan untuk membuat ukiran
telah mengalami perkembangan yaitu menggunakan bahan perunggu,
emas, perak dan lain sebagainya. Dalam pembuatan ukirannya sendiri
menggunakan teknologi cor. Motif-motif yang di gunakan pada masa
zaman perunggu adalah motif meander, tumpal, pilin berganda,
topeng, serta binatang maupun manusia.
Motif meander ditemukan pada nekara perunggu dari gunung
merapi dekat Bima. Motif tumpal ditemukan pada sebuah buyung
perunggu dari kerinci Sumatera Barat. Motif pilin berganda ditemukan
pada nekara perunggu dari Jawa Barat dan pada bejana perunggu dari
kerinci, Sumatera. Motif topeng ditemukan pada leher kendi dari
Sumba. Dan pada kapak perunggu dari danau Sentani, Irian Jaya.
Motif ini menggambarkan muka dan mata orang yang memberi
kekuatan magis yang dapat menangkis kejahatan. Sedangkan motif
binatang dan manusia ditemukan pada nekara dari Sangean, setelah
agama Hindu, Budha, Islam masuk ke Indonesia.
Seni ukir mengalami perkembangan yang sangat pesat, dalam
bentuk desain produksi, dan motif. Ukiran banyak ditemukan pada
bagian-bagian candi dan prasasti-prasasti yang dibuat orang pada
masanya untuk memperingati para raja-raja. Bentuk ukirannya dapat
kita lihat pada senjata-senjata (keris dan tombak), batu nisan, masjid,
keraton, alat-alat musik (seperti;gamelan), dan wayang. Motif ukiran,
selain menggambarkan bentuk, terkadang berisi tentang kisah para
dewa,
mitos
kepahlawanan,
dan
lain-lain.
Bukti-bukti
sejarah
dan
Seperti
pariwisata
alam,
banyak
penduduk
setiap
ahir
pekan
tergolong rapi karena apa? Tata letak usaha mereka tergolong rapi karena mereka
membuat usaha tidak di sembarang tempat membuka usaha, melainkan mencari
tempat tempat strategis, banyak pengunjung dan tidak merusak tata kota
Yogyakarta sehingga banyak usaha yang sampai ke daerah pedesaan contohnya
minimarket 24jam seperti Indomaret dan Alfamart walaupun terbilang kecil namun
cabang nya dijogja tidak hanya 1 ataupun 2 melainkan puluhan. Nah apa untung nya
itu semua bagi provinsi daerah istimewa Yogyakarta sendiri? Keuntungan jelas bagi
provinsi daerah istimewa Yogyakarta dikarena kehadiran itu semua mengangkat
derajat kedaerahan. Yang dulu nya daerah tersebut dianggap tertinggal menjadi
maju dan ramai akibat kehadiran itu semua dan menyebabkan harga jual dan omset
pendapatan daerah tersebut menjadi tinggi.
BAB 3
POTENSI SUMBER DAYA ALAM
3.1. Pariwisata
Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya objek dan daya tarik
wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara
maupun wisatawan nusantara. Pada 2010 tercatat kunjungan wisatawan sebanyak
1.456.980 orang, dengan rincian 152.843 dari mancanegara dan 1.304.137 orang
dari nusantara[20]. Bentuk wisata di DIY meliputi wisata MICE (Meeting, Incentive,
Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata alam, wisata minat khusus dan
berbagai fasilitas wisata lainnya, seperti resort, hotel, dan restoran. Tercatat ada 37
hotel berbintang dan 1.011 hotel melati di seluruh DIY pada 2010. Adapun
penyelenggaraan MICE sebanyak 4.509 kali per tahun atau sekitar 12 kali per hari.
Keanekaragaman upacara keagamaan dan budaya dari berbagai agama serta
didukung oleh kreativitas seni dan keramahtamahan masyarakat, membuat DIY
mampu menciptakan produk-produk budaya dan pariwisata yang menjanjikan. Pada
tahun 2010 tedapat 91 desa wisata dengan 51 di antaranya yang layak dikunjungi.
Tiga desa wisata di kabupaten Sleman hancur terkena erupsi gunung Merapi sedang
14 lainnya rusak ringan.
Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata
yang terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi
motor kegiatan perekonomian DIY yang secara umum bertumpu pada tiga sektor
andalan yaitu: jasa-jasa; perdagangan, hotel dan restoran; serta pertanian. Dalam
hal ini pariwisata memberi efek pengganda (multiplier effect) yang nyata bagi sektor
perdagangan
disebabkan
meningkatnya
kunjungan
wisatawan.
Selain
itu,
ke
kerajaan
Ngayogyakarto
Hadiningrat
,datanglah
ke
Kraton
3.2. Pertambangan
Kondisi geologi dan geomorfologi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang
beragam mengakibatkan terjadinya variasi potensi geologi yang diwujudkan dalam
potensi bahan tambang. Bahan tambang terbesar di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta berupa bahan galian Golongan C yang tersebar di seluruh Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sumber daya mineral atau tambang yang ada di DIY adalah
Bahan Galian C yang meliputi, pasir, kerikil, batu gamping, kalsit, kaolin, dan zeolin
serta breksi batu apung. Selain bahan galian Golongan C tersebut, terdapat bahan
galian Golongan A yang berupa Batu Bara. Batu bara ini sangat terbatas jumlahnya,
begitu pula untuk bahan galian golongan B berupa Pasir Besi (Fe), Mangan (Mn),
Barit (Ba), dan Emas (Au) yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo.
andesit,
tras,
bentonit,
dan
pasir
besi.
Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang cukup luas terletak di
sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, membentang sepanjang
sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari sampai Kecamatan Girisubo. Potensi hasil
laut dan wisata sangat besar dan terbuka untuk dikembangkan.Potensi lainnya
adalah industri kerajinan, makanan, pengolahan hasil pertanian yang semuanya
sangat potensial untuk dikembangkan. Berikut adalah beberapa potensi bahan
tambang dan bahan galian yang dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul :
Andesit : Jumlah kandungan berkisar antara 3.752 m3 131.531.250 m3 terdapat di
Kecamatan Panggang, Patuk dan Gedangsari. b.Batu dan Pasir : Jumlah
kandungan berkisar antara 2.345 m3 560.410 m3 terdapat di Kecamatan Playen,
Ngawen
dan
Gedangsari.
Ngawen,
Patuk
dan
Gedangsari.
Desa
Giricahyo,
Kecamatan
Purwosari.
.Batu Gamping Keras (Bedhes) : Dengan jumlah kandungan bervariasi dan terdapat
di
hampir
seluruh
wilayah
Kabupaten
Gunungkidul.
Semin,
Ngawen,
Karangmojo
dan
Ponjong.
POTENSI / CADANGAN :
D i K a b u p a t e n S l e m a n t e r d a p a t c a d a n g a n / p o t e n s i g a l i a n golongan C
meliputi sirtu sebanyak 108.663.500 m, andesit sebanyak 555.272.300 m, gamping
sebanyak 2.500 m, breksi b a t u a p u n g s e b a n y a k 2 1 4 . 8 3 5 . 0 0 0 m , p a s i r
s e b a n y a k 35.247.600 m, d a n t a n a h l i a t s e b a n y a k 1 1 1 . 4 7 8 . 2 2 3
m
.B a h a n g a l i a n g o l o n g a n C s i r t u d a n p a s i r s i f a t n y a d i n a m i s sebanding
dengan banyaknya suplai hasil aktivitas gunung apiMerapi.K o n d i s i
udara
di
meminta pemerintah setempat untuk memperhatikan hal ini. potensi yang ada
ini harus dieksploitasi dengan benar dan baik sehingga nantinya bisa
dimanfaatkan untuk mensejahterakan masyarakat sekitar lokasi tambang
yaitu warga kulon progo. IR Said juga menyatakan bahwa tambang pasir besi
Kulon Progo ini memiliki cadangan sebesar 28 juta meter kubik dan
diperkiraka bisa hasbis hingga 30 tahun. bayangkan saja betapa luar
biasanya potensi tambang di daerah trersebut. Daerah penelitian yang
merupakan bagian sebelah timur dari Pegunungan Serayu Selatan, secara
stratigrafis termasuk ke dalam stratigrafis Pegunungan Kulon Progo. Unit
stratigrafis yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo dikenal
dengan Formasi nanggula, kemudian secara tidak selaras diatasnya
diendapkan batuan-batuan dari Formasi Jonggaran dan Formasi Sentolo,
yang menurut Van Bemmmelen (1949, hal.598), kedua formasi terakhir ini
mempunyai umur yang sama, keduanya hanya berbeda faises. Formasi
Nanggulan merupakan formasi yang paling tua di daerah pegunungan Kulon
Progo. Singkapan batuan batuan penyusun dari Formasi Naggulan dijumpai
di sekitar desa Nanggulan, yang merupakn kaki sebelah timur dari
Pegunungan Kulon Progo.
Penyusun batuan dari formasi ini menurut Wartono Raharjo dkk (1977)
terdiri dari Batupasir dengan sisipan Lignit, Napal pasiran, Batulempung
dengan konkresi Limonit, sisipan Napa dan Batugamping, Batupasir dan Tuf
serta kaya akan fosil foraminifera dan Moluska. Diperkirakan ketebalan
formasi ini adalah 30 meter.
Profil Komoditi Unggulan
No
Sektor / Komoditi
Unggulan
/ Tidak
Deskripsi
PrimerPerikanan:Perikanan
Tangkap
PrimerPertambangan:Emas
Sekunder-
Industri:Industri Semen
SekunderIndustri:Industri Batu
Kapur, Kalsit Dolomit
PrimerPertambangan:Barit
10 PrimerPertambangan:Marmer
Unggulan
11 PrimerPertambangan:Tras
Unggulan
12 PrimerPertambangan:Andesit
Unggulan
13 PrimerPertambangan:Sirtu
Unggulan
14 PrimerPertambangan:Batu
Gamping
Unggulan
15 PrimerPertambangan:Parsir
Kuarsa
Unggulan
16 PrimerPertambangan:Tanah
Liat
Unggulan
17 PrimerPertambangan:Batu
Mulia
Unggulan
18 PrimerUnggulan
Pertambangan:Mangaan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang berbudaya dan
memiliki banyak potensi bahan galian. Budaya tersebut berpengaruh banyak
terhadap kepribadian dan karakter masyarakat Yogyakarta yang terkenal sangat
ramah. Ditambah Yogyakarta merupakan daerah yang masih menganut sitem
monarki(kerajaan) sehingga kebudayaanya masih melekat sampai saat ini.
Kebudayaan yang masih melekat ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang
menggunakan budaya lama kedalam kehidupan sehari-hari seperti sambatan. Selain
budaya , di Yogyakarata juga banyak terdapat bahan galian yang sudah di
Eksploitasi maupun yang masih dalam tahap eksplorasi. Contohnya : Emas (Kab.
Kulonprogo),Pasir
(Kab.
Sleman),Breksi
Batu
apung
(Kab.Gunung
Kidul),Lempung(Kab. Bantul)
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya
dengan
judul
makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.