Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas
standar (Yasmin, 1993). Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian
(angka prevalensi) yang cukup tinggi dan dikaitkan dengan kematian dari hampir
14 ribu pria di Amerika setiap tahunnya. Hipertensi ikut berperan dalam kematian
ribuan orang lain karena penyakit ikutannya yang berbahanya seperti: stroke,
serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal (Leila, 2002).
Hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar bagi penderitanya untuk
menderita stroke. Di Amerika diperkirakan sekitar 64 juta lebih penduduknya
yang berusia diantara 18 75 tahun menderita hipertensi (Lany. S., Dkk 2004).
Hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke karena
perdarahan atau steroemboli. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap
kenaikan tingkat tekanan darah ( Ismudianti, 1996).
Penyakit Hipertensi adalah penyakit yang makin banyak dijumpai di
Indonesia terutama di kota kota besar, ia merupakan faktor resiko langsung
terhadap timbulnya infark miokard akut dan CVA (Cerebro Vaskuler Accident)
( Tambayong, 2000).
Di Indonesia, sesuai dengan survey yang dilakukan dalam masyarakat
selama ini yang telah dikumpulkan angka angkanya, prevalensi hipertensi

berkisar 6 15 % dari seluruh penduduk di Indonesia (Soeparman, 2005).


Sedangkan data dari Medical Record RS Roemani Semarang tahun 2005
didapatkan 1790 pasien menderita hipertensi yang dirawat diruang rawat inap dan
dari angka tersebut 210 pasien terkena stroke.
Berdasarkan data tersebut dapat di simpulkan bahwa pasien yang
menderita hipertensi mempunyai faktor resiko terkena stroke. Serangan stroke
dapat terjadi tiba tiba, umumnya karena pasien tidak mengetahui gejala
terjadinya serangan stroke dan tidak melakukan upaya yang tepat untuk
mengurangi stroke. Upaya untuk mengurangi stroke dapat dilakukan dengan olah
raga secara teratur, diet teratur, perubahan pola hidup, dapat mengurangi
terjadinya serangan stroke. Agar seorang pasien hipertensi dapat mengurangi
serangan stroke diperlukan pengetahuan yang cukup tentang cara pengelolaan dan
perawatan hipertensi yang benar.
Mengingat pengetahuan dan upaya untuk mengurangi stroke pada pasien
hipertensi sangat penting maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan upaya mengurangi serangan stroke pada pasien
hipertensi. Penelitian ini dilakukan di RS Roemani karena 11 % kasus stroke di
RS Roemani karena hipertensi.
B.

Perumusan Masalah
Masalah keperawatan yang dapat dirumuskan dari penelitian ini adalah

bagaimana tingkat pengetahuan tentang upaya mengurangi serangan stroke pada


pasien hipertensi di rawat inap RS Roemani Semarang.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan dengan upaya mengurangi

serangan stroke pada pasien hipertensi


2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan pasien hipertensi untuk mengurangi
stroke.
b. Mendeskripsikan upaya-upaya untuk mengurangi upaya serangan stroke
pada pasien hipertensi.
c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan upaya
mengurangi serangan stroke pada pasien hipertensi di RS Roemani
Semarang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai sumber informasi mengenai pengetahuan tentang upaya mengurangi
serangan stroke pada pasien hipertensi dan upaya untuk mengurangi serangan
stroke yang dilakukan.
2. Bagi Akademik

Menambah bahan pustaka mata ajar tindakan keperawatan yang berhubungan


dengan masalah kesehatan.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien dan upaya yang
dilakukan untuk mengurangi serangan stroke sebagai bahan pertimbangan
dalam pengkajian pasien sehingga perawat dapat melakukan pengelolaan
asuhan keperawatan.

E. Bidang ilmu
Berdasarkan segi keilmuwan, penelitian ini merupakan bidang medikal
bedah yang memfokuskan pada bidang perawatan, khususnya mengurangi
stroke pada penderita hipertensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Peorwodarminto (1976) pengetahuan adalah segala apa yang
terjadi.

Menurut Soekidjo Notoadmodjo. (2002) Pengetahuan atau knowledge


adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu obyek tertentu.. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni
melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Notoadmodjo (2002), yang mengutip dari Bloom tingkatan
pengetahuan didalam domain kognitif meliputi :
a.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari.
Sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall). Sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang diterima.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain mampu menyebutkan, menguraikan mendefinisikan, dan
5
sebagainya. Sebagai contoh dapat mendefinisikan arti penyakit stroke, mampu
menyebutkan tanda dan gejala penyakit stroke, mampu menyebutkan etiologi
penyakit stroke.

b. Memahami (compherensif )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan
materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan dan sebagainya terhadap
obyek yang dipelajari.

c. Penerapan (aplication)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata sebelumnya.
d. Analisis (analysa)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu obyek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (syntesa)
Menunjuk

kepada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


f. Evaluasi (evaluation)
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek penelitian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan kriteria yang sudah ada.

B. Hipertensi
1. Pengertian dan Klasifikasi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg menetap
atau tekanan darah diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg (Barbara. E, 1993).
Menurut Tambayong. J. (2000) hipertensi juga sering digolongkan
berdasarkan tekanan diastolik yaitu:
a.

Hipertensi ringan bila tekanan diastolik 95 104 mmHg

b.

Hipertensi sedang bila tekanan diastolik 105 114 mmHg

c.

Hipertensi berat bila tekanan diastolik > 115 mmHg

2. Jenis Hipertensi
Menurut Lily Ismudianti. R. (1996) jenis hipertensi dibedakan menjadi 2
yaitu Hipertensi Primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi Primer Penyebabnya
belum di ketahui dan ini menyangkut + 90 % dari kasus hipertensi. Hipertensi
Sekunder Penyebabnya diketahui dan ini menyangkut +

10 % dari kasus

hipertensi.

3. Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan
tekanan perifer. Kelainan hipertensi terutama pada peningkatan tahanan perifer,
kenaikan tahanan perifer terutama disebabkan oleh vasokonstriksi arteriol
akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi
sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan struktural pada
pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika intima dan hipertropi tunika
media.
Kerja jantung pada penderita hipertensi akan bertambah berat karena
naiknya tahanan perifer. Lambat jauh akan berakibat terjadinya hipertensi
ventrikel kiri. Bila hipertensi sudah melampaui batas maka sel-sel jantung tidak
hanya bertambah ukuran (hipertropi) tetapi juga akan bertambah selnya
(hiperplasi). Dengan terjadinya hipertropi dan hiperplasi maka sirkulasi darah
dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoxia relatif.
Keadaan ini diperberat dengan adanya sklerosis koroner. Akhirnya akan dan di

ikuti dilatasi ventrikel kiri, bila berlangsung terus-menerus maka akan di ikuti
hipertropi dan dilatasi jantung kanan dan akhirnya jantung kanan juga akan
mengalami dekompensasi (I. Siaw. S., 1994).

4. Etiologi
Menurut Tambayong. (2000) dan Yasmin (1993) faktor predisposisi dari
hipertensi terdiri dari :
a.

Usia : Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.


Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan
insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.

b.

Jenis kelamin : Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada
wanita sehingga pada usia diatas 65 tahun insiden wanita lebih tinggi.

c.

Ras : Hipertensi pada ras yang berkulit hitam lebih sedikit 2 kalinya pada
yang berkulit putih.

d.

Pola hidup : Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan


atau pekerjaan yang penuh stres agaknya berhubungan dengan insiden
hipertensi yang tinggi, obesitas di pandang sebagai resiko utama, merokok
di pandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi.

e.

Obesitas : Meningkatnya berat badan pada masa anak anak atau usia
pertengahan, resiko terjadinya hipertensi meningkat.

f.

Diet: Meningkatnya resiko dengan diet stadium tinggi resiko meninggi pada
masyarakat industri dengan tinggi lemak, diet tinggi kalori.

g.

Merokok: Resiko dihubungkan dengan jumlah rokok lamanya berapa tahun


merokok.

h.

Riwayat keluarga: % hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

i.

Aktifitas : Aktifitas yang berlebihan, istirahat yang kurang dapat


meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.

j.

Hipertensi Sekunder terjadi karena adanya penyakit atau kondisi lain dalam
tubuh yaitu:
1). Kelainan parenkim ginjal: Penyempitan Arteri Renalis
2). Kehamilan: Kapasitas dalam pembuluh darah
3). Gangguan pembuluh darah: Penebalan dinding arteri
4). Stres akut karena penyakit: Peningkatan ventilasi paru, defisiensi
gangguan glukosa darah, luka bakar, radang pankreas.
5). Obat-obatan : Pil Kontrasepsi, glukokorticoid, syklosporine.
6). Gangguan syaraf: Tumor otak, penghentian pernapasan, encephalitis
atau bentuk gabung yang menghubungkan dengan otak.

5. Gejala Hipertensi
Lanny. S., dkk (2004) menyebutkan bahwa gejala hipertensi terdiri dari:
sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernapas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, sering buang air kecil
terutama di malam hari, telinga berdenging, dan dunia terasa berputar (vertigo).

10

6. Komplikasi
a.

Kerusakan pembuluh darah


Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dapat pula menyebabkan dinding
arteri rusak atau luka dan mendorong proses terbentuknya pengendapan
plak pada arteri koroner (arterosklerosis).

b.

Pembesaran dan kegagalan jantung


Kalau tekanan darah tinggi dibiarkan tanpa perawatan tepat, jantung harus
memompa dengan sangat kuat untuk mendorong darah kedalam arteri lamakelamaan dinding otot jantung menjadi tebal. Sebuah jantung yang
membesar abnormal adalah jantung yang tidak sehat karena menjadi kaku
dan irama denyutnya cenderung tidak teratur. Hal ini akan menjadikan
pemompaan kurang efektif akhirnya akan menyebabkan kegagalan jantung.
Kegagalan jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak mampu
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh.

c.

Stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan saluran arteri di otak pecah dan
terjadi penumpukan darah ke otak (Soeharto, Iman, 2002).

11

A. Stroke
1. Pengertian
Pengertian stroke menurut beberapa ahli adalah :
a.

Stroke atau cerebro vaskuler accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang di akibatkan oleh berhentinya suplay darah kebagian otak (Brunner
dan Suddart, 2002).

b.

Stroke atau cerebro vaskuler accident (CVA) adalah gangguan fungsi saraf
yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul
secara mendadak (dalam waktu beberapa detik) atau secara cepat dengan
segala atau isyarat yang sesuai dengan darah otak yang mengalami pasokan
darah (Margatan. A., 1995).

2. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddart (2002) penyebab dari stroke terdiri dari :
a.

Trombosis : Bekuan darah didalam pembuluh darah.

b.

Embolisme serebral : Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain.

c.

Iskemia : Penurunan aliran darah keotak.

d.

Hemoragi serebral : Pecahnya penbuluh darah serebral dengan perdarahan


kedalam jaringan atau ruang sekitar otak.

3. Faktor Resiko

12

Leila Henderson (2002) menyebutkan bahwa faktor resiko dari stroke


adalah sebagai berikut yaitu :
a.

Tekanan darah tinggi (hipertensi)


Sebanyak 70 % dari orang yang terserang stroke mempunyai tekanan darah
tinggi. Hipertensi dapat merusak arteri di ikuti oleh penyempitan dan
akhirnya menyumbat pembuluh darah.

b.

Penyakit arteri
Calon penderita stroke jika telah mengalami kerusakan arteri.

c.

Penyakit jantung
Ditemukan 2 sampai 3 kali lebih sering pada pasien yang pernah
mengalami stroke dibanding dengan yang tidak.

d.

Bekuan darah
Polycythaemia ruba vera yaitu jumlah sel darah merah yang berlebihan,
yang sebenarnya jarang terjadi yang menyebabkan darah menggumpal lebih
mudah dan karena itu merupakan satu faktor resiko stroke.

4. Patofisiologi
Tekanan darah yang terlalu tinggi pada hipertensi dapat menyebabkan
pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah bila hal ini terjadi pada
pembuluh darah di otak maka terjadi perdarahan otak yang dapat menyebabkan
kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang
macet dan pembuluh darah yang menyempit (Sustrani Lanny, dkk 2004).
5. Tanda dan gejala

13

Doengoes (2000) menyebutkan bahwa tanda dan gejala dari stroke adalah
sebagai berikut yaitu : Merasa kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
nyeri atau kejang otot, gangguan penglihatan menurun, gangguan tingkat
kesadaran, nafsu makan hilang dan kesulitan menelan, sakit kepala, gangguan
pengecapan dan penciuman, gangguan atau kehilangan fungsi bahasa, gangguan
atau kehilangan fungsi bahasa, kehilangan kemampuan menggunakan motorik
saat bergerak, pernapasan sulit dan tidak teratur, gangguan respon panas atau
dingin, tingkah laku yang tidak stabil, dan emosi labil.

D. Penatalaksanaan Umum Upaya Mengurangi Stroke Pada Pasien


Hipertensi
Pencegahan primer adalah usaha pencegahan serangan stroke yang bertujuan
untuk mencegah stroke yang terjadi pertama kali, sedangkan pencegahan sekunder
adalah usaha pencegahan pada penderita yang pernah mengalami serangan stroke
dan ingin menghindari serangan berikutnya ( Thomas. D. J. 1993).

1. Pencegahan primer
a.

Pengobatan tekanan darah


Pada pasien yang memiliki tekanan darah tinggi (tekanan sistolik lebih dari
150 mmHg) harus memperoleh pengobatan tekanan darah tinggi untuk
mencegah serangan stroke. Pengobatan dilakukan dengan hati-hati
memakai preparat atau takaran kecil, dan kemudian kalau perlu dapat
ditambahkan

preparat

antagonis

kalsium

(seperti

nifedipin)

serta

14

selanjutnya salah satu anggota dari anggota kelompok obat yang disebut
penghambat beta (misal atenol).
b.

Kadar lemak darah


Penderita hipertensi usia pertengahan dan usia lanjut mempunyai
permasalahan yang berhubungan dengan lemak. Penderita yang usianya
lebih muda harus memperoleh nasehat diet rendah lemak jenuh dan rendah
hidrat arang (kalori seimbang). Kadang-kadang diperlukan juga obat untuk
menurunkan kadar lemak yang berbahanya (seperti klofibrat). Beberapa
preparat minyak ikan ternyata juga berkhasiat. Minyak ikan terbukti
memiliki khasiat antiplatelet.

c.

Problem pembuluh darah


Penderita yang pernah mengalami serangan iskemik sepintas atau
penyempitan pembuluh arteri karotis harus menjalani pemeriksaan antara
lain pemeriksaan gelombang suara ultra untuk mengetahui keadaan arteri
karotis jika dijumpai kelainan dilakukan pemeriksaan angiografi. Bila
penyempitan arteri karotis berat dilakukan pembedahan dan bila
penyempitanya ringan dilakukan pemantauan arteri karotis secara teratur
dan harus mendapat terapi antiplatelet. Pilihan terapi antiplatelet antara
lain: aspirin tablet 300 gram satu atau dua hari sekali, minyak ikan, dan
dipiridamol.

2. Pencegahan sekunder
a.

Pengobatan yang tepat

15

Perlu diketahui serangan stroke yang pertama kali terjadi disebabkan oleh
perdarahan atau infark serebral. Preparat anti koagulan tidak boleh
diberikan kepada penderita yang pernah mengalami perdarahan otak namun
dapat dipakai orang yang mengalami infark serebral.
b.

Sebutir aspirin tiap hari


Aspirin diberikan dengan takaran rendah 300 mg (satu tablet) diminum tiga
hari selama satu minggu, aspirin berguna dalam pencegahan serangan
stroke berikutnya bagi penderita stroke yang diakibatkan trombosis.
Sebagian penderita juga dapat ditolong dengan pemberian obat dipridamol
tetapi obat ini mengakibatkan nyeri kepala khususnya penderita migrain.

c.

Warfarin
Penderita kelainan jantung yang dapat menimbulkan trombosis dapat
diberikan antikoagulan warfarin dan juga dapat mereka yang terkena
hipertensi dengan serangan otak sepintas.
Upaya-upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan

stroke pada penderita hipertensi menurut Arcole Margattan (1995) antara lain
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut yaitu :
a.

Olah raga yang teratur


Yaitu olah raga yang tidak mengeluarkan banyak tenaga misalnya jalan kaki
dengan cepat, jogging, dan bersepeda. Dengan melakukan olah raga yang
teratur dan dinamis dapat memperbaiki aliran darah keotot- otot dan
memperbaiki metabolisme otot itu sendiri. Hal ini akan membantu
terjadinya pelebaran pembuluh darah sehingga tensi menjadi turun. Kecuali

16

itu olah raga juga menambah kesegaran dan kebugaran jasmani yang pada
gilirannya nanti akan meningkatkan daya tahan tubuh penderita
menghadapi serangan komplikasi penyakit hipertensi antara lain stroke.
b.

Diet yang rendah garam


Kemungkinan terjadi stroke pada penderita hipertensi sangat tinggi bila
penderita mengkonsumsi garam dapur terlalu banyak. Orang yang normal
biasanya mengkonsumsi garam dapur antara lain 5 15 gram perhari. Pada
penderita hipertensi dianjurkan makan garam seminimal mungkin sekitar 2
3 gram perhari. Mengurangi penggunaaan garam baik dari garam dapur
maupun bahan adiptif seperti monosodium glutamat, natrium benzoat, dan
natrium bikarbonat dapat mengurangi terjadinya serangan stroke karena
bahan bahan tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
yang menyebabkan terganggunya aliran darah dalam otak dan dapat
mengakibatkan stroke.

c.

Perubahan pola hidup


1) Mengurangi kegemukan
Orang yang gemuk yang banyak mengkonsumsi kalori tinggi
mempunyai resiko besar terjadi hipertensi dan akhirnya biasanya terjadi
stroke. Dengan mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan
darah dengan jalan mengurangi asupan kalori dengan makan makanan
yang kandungan lemaknya rendah, gunakan susu krim untuk menambah
kandungan protein dalam sereal, dan sup. Jangan gunakan santan
sebagai bahan untuk menggurihkan makanan.

17

2) Authoterapi hipertensi
Menanggulangi stroke pada pasien hipertensi bisa dilakukan dengan
cara meditasi. Syaratnya harus dilakukan secara rutin, tanpa mengenal
rasa bosan dan dalam waktu kurang lebih 3 4 bulan. Meditasi ini
dilakukan setiap hari selama kurang lebih 20 menit boleh dilakukan
pada pagi hari atau waktu luang.
3) Hentikan kebiasan merokok
Pengapuran

atau

pengerasan

pembuluh

darah

yang

disebut

arterosklerosis, merupakan akibat pertama kali dari merokok, dan juga


terjadi berkurangnya volume pasca darah, rokok dapat menyebabkan
kenaikan tekanan darah 2 10 menit setelah dihisap, karena merangsang
saraf mengeluarkan hormon yang bisa menyebabkan pengerutan
pembuluh darah sehingga tensi menjadi naik dan menyebabkan faktor
resiko terjadi stroke.
4) Menghindari stres
Perubahan pola hidup yang serba otomatis menyebabkan tubuh kurang
gerak dan perubahan yang meliputi lingkungan, fisik, dan sosial
mempengaruhi manusia menimbulkan stres dengan berbagai manifestasi
diantaranya hipertensi dan dapat menyebabkan stroke. Hal ini dapat
dicegah dengan cara berusaha relaksasi dalam menghadapi masalah,
melakukan refresing, dan dapat juga dengan mendalami agama dan
berusaha menciptakan keluarga yang bahagia.

18

E. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
a. Pengetahuan
b. Kebiasaan
c. Kepercayaan
d. Tradisi

Faktor Pendukung
a. Ketersediaan
fasilitas
b. Ketercapaian
fasilitas

Faktor Pendorong
a. Pengetahuan
petugas kesehatan
b. Sikap petugas
c. Ketrampilan
(Psikomotor)

Perilaku pencegahan
penyakit

19

(S
umber : Notoadmodjo, 1985)

F. Kerangka Konsep
Variabel Bebas

Variabel Terikat

Tingkat Pengetahuan pasien


hipertensi tentang upaya
mengurangi stroke

Upaya mengurangi stroke

G. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat

Upaya

mengurangi

serangan

stroke

pada

pasien

Tingkat pengetahuan tentang upaya untuk mengurangi

hipertensi.
2. Variabel bebas

serangan stroke pada pasien hipertensi.

20

H. Hipotesa Penelitian
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien hipertensi dengan upaya
mengurangi serangan stroke.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan


Penelitian ini merupakan penelitian ini adalah diskriptif analitik yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyekitf serta mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Metode pendekatannya
adalah cross sectional dimana penelitian dilakukan saru waktu, tidak mengikuti
kedepan atau kebelakang (Notoadmodjo. S., 2002).

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi

21

Populasi adalah seluruh pasien yang menderita hipertensi yang dirawat


inap di RS Roemani Semarang dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2006,
sejumlah 30 orang.
2. Sampel
Sampel yang diambil sebanyak 30 orang (sampel Jenuh).

C. Definisi Operasional, variabel dan Skala Penelitian


No
1

22 Definisi Operasional
Variabel
Skala
Tingkat pengetahuan Hal hal yang diketahui Interval
pasien

hipertensi pasien

tentang

hipertensi

mengenai

upaya stroke meliputi :

mengurangi

a. Pengertian stroke

serangan stroke

b. Tanda dan gejala stroke


c. Hal

yang

meningkatkan

dapat
kejadian

stroke
d. Penyebab stroke
e. Upaya untuk mengurangi
serangan stroke
f. Diet pasien hipertensi
g. Olah raga pasien hipertensi
h. Pola

hidup

kegemukan,
rokok,
hipertensi,

meliputi
menghindari
authoterapi
menghindari

stres
Tingkat

pengetahuan

mengurangi serangan stroke

22

diukur

dengan

20

item

pertanyaan dengan kriteria


jawaban

benar mendapat

skore 5 dan jawaban yang


salah mendapat skore 0.
Dengan

pemberian

kuesioner pada pasien satu


2.

persatu.
Upaya atau cara-cara Hal-hal yang diketahui pasien Interval
mengurangi

hipertensi untuk mengurangi

serangan stroke

terjadinya

serangan

stroke.

Meliputi :
a. Perubahan pola hidup
b. Pengobatan tekanan darah
c. Pengaturan olah raga
d. Kebiasan merokok
e. Pengelolaan stres
f. Pengaturan makanan
Upaya untuk mengurangi
serangan stroke diukur dengan
sepuluh
item
pertanyaan
dengan kriteria jawaban yang
paling tepat diberi nilai 3,
mendekati tepat diberi nilai 2
dan yang tidak tepat diberi
nilai 1. Dengan pemberian
kuesioner pada pasien satu
persatu.

D. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara sebagai berikut yaitu :
1. Pendekatan kepada responden, memperkenalkan diri, dan menjelaskan
maksud dan tujuan kepada responden.

23

2. Jika responden setuju maka mempersilahkan untuk membaca lembar


persetujuan kemudian tanda tangan.
3. Setelah setuju pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung,
dalam menggunakan panduan daftar pertanyaan yang telah disiapkan dalam
kuesioner. Pengumpulan data dilakukan pada tiap responden satu persatu.
4. Data tentang karakteristik responden dikumpulkan berdasarkan kuesioner
karakteristik responden.
5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang pencegahan stroke data
diperoleh dari kuesioner tingkat pengetahuan.
Pengukuran dengan kriteria :
a.

Tinggi : bila skor > 75 % dari nilai maksimal.

b.

Sedang: bila skor > 50 % - < 75 % dari nilai


maksimal.

c.

Rendah

: bila skor < 50 % dari nilai

maksimal.
6. Untuk mengetahui upaya mengurangi terjadinya stroke diperoleh dari
kuesioner upaya mengurangi terjadinya stroke.
Pengukuran dengan kriteria :
a. Upaya tinggi bila skor 21 30.
b. Upaya sedang bila skor 10 20.
c. Upaya kurang bila sekor < 10.

24

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan data
Setelah pengumpulan data segera diperiksa hasil data yang terkumpul
untuk melihat kelengkapan isian kuosioner. Apabila data yang kurang lengkap
segera dilengkapi, kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut yaitu :
a.

Pengkodean (Coding)
Mengklasifikasikan jawaban responden dan melakukan pengkodean dan
dipindah kelembar koding. Pengkodean untuk setiap variabel

b.

Edit (Editing)
Meneliti setiap kuosioner tentang kelengkapan, kejelasan, dan kesesuaian
antara satu dengan yang lain.

c.

Tabulasi (Tabulating)
Mengelompokkan data sesuai tujuan kemudian memasukkan kedalam tabel
yang telah disiapkan.

2. Validitas dan reabilitas


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

25

a.

Data demografi : usia, alamat, suku bangsa, pendidikan terakhir, jenis


kelamin, status perkawinan, dan riwayat hipertensi pada keluarga.

b.

Instrument untuk menilai tingkat pengetahuan pada pasien hipertensi yang


berisi instrument pertanyaan pilihan ganda dengan penilaian yang benar
diberi nilai 5 dan yang salah diberi nilai 0.

c.

Instrumen untuk menilai upaya mengurangi serangan stroke pada pasien


hipertensi yang berisi instrumen pertanyaan pilihan ganda dengan penilaian
yang paling tepat diberi nilai 3, mendekati tepat diberi nilai 2 dan yang
tidak tepat diberi nilai 1.
Setelah instrument penelitian dibuat lalu pertanyaan diuji dengan validitas
dan reabilitas karena instrumen dibuat sendiri oleh peneliti.
a. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar

benar mengukur apa yang diukur (Danim.S., 2003: hal 23).


Lembar kuesioner tingkat pengetahuan berdasarkan Waridjan

(1991),

kemudian dikembangkan sendiri oleh peneliti diuji oleh korelasi product


momen, yaitu :

26

Rxy =

Nxy (x)( y)

{Nx (x )}{N y ( y )}
2 2

2 2

Keterangan :
Rxy

: Indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan.

: Skor butir

: Skor total

Keputusan uji :
Bila r hitung lebih besar dari r tabel artinya variabel valid.
Bila r hitung lebih kecil dari r tabel artinya variabel tidak valid.
Hasil uji validitas instrumen menunjukkan bahwa nilai validitas tersebut
valid. Ditunjukkan dengan nilai R hitung lebi besar dari nilai R tabel
dengan taraf kesalahan () : 5 %
Hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan dalam rentang 0,611 0,916 artinya kuesioner
tingkat pengetahuan valid, karena nilai tersebut lebih besar daripada
0,514.
2. Upaya mengurangi stroke dalam rentang 0,596 0,870. Artinya
kuesioner upaya mengurangi stroke valid, karena nilai tersebut lebih
besar daripada 0,514.

27

b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, yaitu :

k
h ]
][1
n= [
2
( k 1)
1
2

Keterangan :
r1

: Reliabilitas instrumen.

2
h

: Jumlah varians butir.

: Banyaknya butir pertanyaan atau item.

12

: Varians total.

Dasar menggunakan keputusan :


1) Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel
tersebut tidak reliabel.
2) Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka butir atau variabel
tersebut tidak reliabel.
3) Jika r Alpha > r Alpha tapi bertanda negatif, maka butir atau variabel
tersebut tidak reliabel.

28

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berbeda


dalam rentang 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati angka 1 (> 0,6)
reliabilitasnya semakin tinggi, sebaliknya jika semakin mendekati angka 0
reliabilitasnya semakin rendah.
Hasil uji realiabilitas menunjukkan reabel sehingga instrumen tersebut
reabel, ditunjukkan dengan nilai alfa crombach lebih besar dari 0,6,
hasilnya adalah sebagai berikut :
1) Tingkat Pengetahuan
Hasil uji realiabilitas = 0,958, artinya kuesioner tersebut reabel
karena nilai tersebut lebih besar dari 0,6.
2) Upaya Mengurangi Stroke
Hasil uji realiabilitas = 0,887, artinya kuesioner tersebut reabel
karena nilai tersebut lebih besar dari 0,6.
3. Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptik dan analitik.
a.

Univariat
Yang termasuk data univariat adalah tingkat pengetahuan pasien hipertensi
tentang upaya-upaya mengurangi serangan stroke. Yang secara deskriptif
yang masing-masing disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, tabulasi
silang, kurva, dan grafik dengan menggunakan bantuan program komputer
SPSS Windows versi 10.

b.

Bivariat

29

Sebelum diuji bivariat, data diuji kenormalan data dengan uji kolmogorof
spinof. Data bivariat adalah hubungan antara tingkat pengetahuan pasien
tentang hipertensi terhadap upaya mengurangi serangan stroke yang
dianalisis secara analitik dengan menggunakan salah satu uji statistik
parametrik yaitu menggunakan uji korelasi produk moment jika
distribusinya normal, jika distribusinya tidak normal maka menggunakan
uji statistik non parametrik yaitu dengan uji korelasi Spearman dengan
bantuan Program Komputer SPSS Windows versi 10.

G. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian peneliti mengajukan permohonan ijin kepada
direktur RS Roemani Semarang untuk mendapatkan persetujuan, kemudian
kuesioner dikirim kesubyek yang diteliti. Menurut Nursalam

(2001), dalam

melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan masalah etika penelitian yaitu :


1. Lembar persetujuan (Informed concent)
Diberikan kepada responden. Tujuannya adalah supaya subyek mengetahui
maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan
data.
Jika subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan.
Jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan
menghormati dia.
2. Tanpa nama (Anonimiti)

30

Untuk menjaga kerahasian identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan


nama subyek pada lembar pengumpulan data

(kuesioner) yang diisi

oleh subyek.
3. Kerahasiaan (Confidenciality)
Kerahasian informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai