1. Pendahuluan
Pada satu dekade terakhir, mikroalga merupakan
mikroorganisme yang sangat banyak digunakan dalam
industri akuakultur, kesehatan, pakan, maupun
makanan. Satu di antara mikroalga yang banyak
digunakan di dunia industri adalah Spirulina sp. karena
memiliki kandungan nutrisi seperti protein, asam
lemak, vitamin, dan antioksidan yang tinggi. Selain
digunakan dalam dunia industri, Spirulina sp. juga
dapat dikonsumsi langsung oleh manusia, seperti oleh
orang-orang yang tinggal di Danau Chad, Republik
Chad, Afrika dan di Danau Texcoco, Meksiko yang
menjadikannya sebagai makanan tambahan/suplemen
dan makanan tradisional (Belay, 2008).
Peningkatan penggunaan Spirulina sp. dalam
berbagai bidang industri mengakibatkan tingkat
konsumsi Spirulina sp. dari tahun ke tahun semakin
besar, akan tetapi hal itu tidak diimbangi dengan
produksi Spirulina sp. karena hingga saat ini masih
mengandalkan produksi dari habitat alami dengan
41
2. Metode
2.1 Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah peralatan tempat kultur beserta kelengkapannya
(aerator, filter, pipa PVC, selang silikon, regulator,
pipa kaca, batu aerasi, botol 1 L, tanki 19 L, tabung
infus, selang infus, dan lampu TL 40 W), mikroskop
cahaya (American Optical), Sedgewick Rafter, counter,
pH-meter (Cyberscan PC 300), Lux-meter (Extech
Model 407026), spektrofotometer (Spectronic 20),
autoklaf, timbangan digital (Ohauss), dan oven
(Precision).
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain medium Schlosser, larutan pemutih,
Na2S2O3, KH2PO4, NaNO2, NH4Cl, KNO3, reagen
Nessler, larutan garam Seignette, larutan asam
sulfanilat, larutan naftil, larutan NaCl, larutan H2SO4,
larutan brusin sulfanilat, larutan HCl, larutan amonium
molibdat, dan larutan SnCl2. Bahan medium Schlosser
memiliki kualitas komersial sedangkan bahan lainnya
memiliki kualitas pro analisis.
Laju
pertumbuhan
eksponensial
atau
exponential growth rate () Spirulina sp. dihitung
ln( N n ) ln( Ni )
dengan menggunakan rumus: =
(tn ti )
dengan:
Suantika dkk., Efektivitas Teknik Kultur menggunakan Sistem Kultur Statis, Semi-kontinyu 43
Gambar 1. Skema penelitian efektivitas teknik kultur Arthospira sp.(a) High Blow, (b ) PVC (d=0,1 m, t=1 m) berisi
kapas lemak steril, (c) Tanki (1,4,7=kultur statis; 2,5,8=kultur semi-kontinyu; 3,6,9=kultur kontinyu), (d) PVC 0, 02 m
(e) Regulator, (f) Tabung infus, (g) Rak, (h) Keran, (i) Lampu TL. Semua tanki disimpan dalam rak. Udara yang berasal
dari High Blow disaring melewati filter untuk mengurangi kontaminan dan dialirkan melalui pipa steril hingga mencapai
tanki dengan laju aerasi 8000 mL/menit yang diatur menggunakan regulator. Intensitas cahaya sebesar 4000 lux
berasal dari lampu TL 36 Watt dengan fotoperiodisme terang/gelap (24 : 0 jam).
Jumlah sel/mL
Hari ke-
Laju
Pertumbuhan
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1819
Hari ke-
Gambar 4. Kepadatan sel Spirulina sp. selama uji efektivitas teknik kultur dalam tanki 16L
Suantika dkk., Efektivitas Teknik Kultur menggunakan Sistem Kultur Statis, Semi-kontinyu 45
Tabel 1. Kepadatan populasi rata-rata dan simpangan baku Spirulina sp. pada tiga teknik kultur
Hari
0
Hari 0-8
( x 103 sel/mL)
Kultur Statis
Hari 8-16
( x 103 sel/mL)
Hari 16-24
( x 103 sel/mL)
1,050,01
a
1
2
3
4
5
6
7
1,340,09 (0,29)
2,490,22a(0,62)
5,300,51a(0,75)
8,771,17a(0,50)
12,030,67a(0,32)
15,932,22a(0,28)
20,432,40a(0,25)
8
9
22,530,81a(0,1)
Kultur
Semi-kontinyu
(Hari 0-24)
( x 103 sel/mL)
1,050,01
a
1,100,01
1,450,11a(0,37)
10
11
2,480,19a(0,54)
5,610,05a(0,82)
12
13
8,780,58a(0,45)
11,370,87a(0,26)
14
15
14,170,90a(0,22)
16,732,33a(0,17)
16
17
21,071,01a(0,23)
1,090,01
1,540,10a(0,43)
18
19
3,670,34a(0,87)
5,440,34a(0,39)
20
21
8.630.37a(0,46)
11.740.45a(0,31)
22
23
14,731,16a(0,23)
17,602,10a(0,18)
24
20,842,96a(0,17)
1,360,09 (0,31)
2,380,21a(0,56)
5,420,33a(0,82)
8,110,69ab(0,40)
12,970,65a(0,47)
17,070,29a(0,27)
19,171,72a(0,12)
21,831,63a(0,13)
20,00
25,600,75b(0,25)
30,100,82b(0,16)
20,00
24,401,14b(0,20)
b
30,331,56 (0,22)
20,00
24,171,34b(0,19)
b
28,630,31 (0,17)
20,00
23,530,86b(0,16)
b
27,971,48 (0,17)
20,00
23,171,00b(0,15)
b
26,030,68 (0,12)
20,00
22,580,37b(0,12)
24,960,08b(0,10)
20,00
21,580,69b(0,08)
23,900,56b(0,10)
20,00
22,000,46b(0,10)
23,630,85a(0,07)
20,00
Hari 0-8
( x 103 sel/mL)
Kultur Kontinyu
Hari 8-16
( x 103 sel/mL)
Hari 16-24
( x 103 sel/mL)
1,050,01
2,420,20b(0,89)
4,221,32b(0,55)
10,502,57b(0,91)
12,223,08b(0,15)
15,174,53a(0,22)
17,895,05a(0,16)
21,436,85a(0,18)
1,100,01
23,656,68a(0,10)
2,450,30c(0,89)
4,900,45c(0,69)
9,681,22c(0,68)
11.741.54c(0.19)
14.791.78c(0.23)
15,430,93a(0,04)
17,872,06a(0,15)
1,090,01
22,003,52a(0,21)
2,170,32a(0,78)
4,710,46c(0,77)
9,350,95c(0,68)
12,581,22c(0,30)
14,582,03c(0,15)
15,752,04a(0,08)
17,280,95a(0,09)
20,511,16a(0,78)
Ket: - huruf yang sama pada satu baris menunjukkan nilai rata-rata yang tidak berbeda secara signifikan (p>0,05)
- huruf yang dicetak tebal menunjukkan kepadatan populasi saat dilakukan pemanenan
- ( ) = laju pertumbuhan spesifik
Suantika dkk., Efektivitas Teknik Kultur menggunakan Sistem Kultur Statis, Semi-kontinyu 47
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 6. Hasil pengukuran berbagai faktor fisika kimia kultur, pH (a), nitrat (b), nitrit (c), amonium (d), dan
orthofosfat (e).
Nitrat (NO3-) merupakan senyawa nitrogen
utama yang diserap oleh berbagai mikroalga termasuk
Spirulina sp. untuk pertumbuhannya. Nitrat akan
direduksi oleh nitrit reduktase menjadi nitrit (NO2-)
yang kemudian direduksi menjadi amonium (NH4+)
sehingga dapat memasuki jalur sintesis berbagai
senyawa amino, yaitu asam glutamat, asam aspartat dan
asparagin. Berdasarkan Gambar 6 (b), konsentrasi nitrat
selama periode kultur berlangsung cenderung
mengalami penurunan. Pada kultur statis dan kultur
semi-kontinyu terjadi penurunan konsentrasi nitrat
Suantika dkk., Efektivitas Teknik Kultur menggunakan Sistem Kultur Statis, Semi-kontinyu 49
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa kultur semi-kontinyu
merupakan teknik kultur yang paling efektif untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas kultur
Spirulina sp. yang ditunjukkan dengan kepadatan sel
tertinggi (30,331,56x103 sel/mL), trikom terpanjang
(49467 m), biomassa terbanyak (7,510,22 g),
kontaminan terendah (6761 individu/mL), dan
kualitas air mendukung pertumbuhan Spirulina sp. (pH
9,24-10,24; amonium 0,35-1,54 ppm; nitrit 0-6,44 ppm;
nitrat 2,33-7,08; orthofosfat 1,69-3,09).
Daftar Pustaka
Belay, A., Spirulina ( Spirulina sp.) : Production and
Quality Assurance, in Gershwin, M. E and A.
Belay, (Eds.), 2008, Spirulina in Human
Nutrition and Health, CRC Press, California,
2-26.
Belkin, S. and S. Boussiba, 1991, High Internal pH
Conveys Ammonia Resistance in Spirulina
sp. (Spirulina) platensis. Bioresource Tech.
38, 167-169.
Bhaya, D., R. Schwarz, and A. R. Grossman, Molecular
Responses to Environmental Stress., in The
Ecology of Cyanobacteria : Their Diversity in
Time and Space. Whitton, B. A and Potts, M.,
(Eds), 2000, Kluwer Academic Publ., Boston:
397-442.
Coutteau, P., 1998, Algal Production, University of
Gent, Belgium.
Costa, J. A. V., L. M. Colla, and P. F. D. Filho, 2004,
Improving Spirulina platensis Biomass Yield
Using A Fed-Batch Process, Biores. Tech., 92,
237-241.
Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Jimenez, C., B. R. Cossio, and F. X. Niell, 2003,
Relationship
between
Physicochemical
Variables and Productivity in Open Ponds for
the Production of Spirulina sp. (Spirulina): A
Predictive Model of Algal Yield, Aquacult.,
221, 331-345.
Jones, A. B., 1993, Macroalgal Nutrient Relationships,
Department of Botany, University of
Queensland.