Anda di halaman 1dari 4

Pervagina (supositoria)

Untuk obat ini bentuknya hampir sama atau menyerupai obat yang diberikan secara
rektal, hanya saja dimasukan ke dalam vagina
MEMBERIKAN OBAT MELALUI VAGINA
I. Persiapan alat :
a. suppositoria vagina
b. sarung tangan
c. handuk bawah
d. piala ginjal
kertas klosed
II. Pelaksanaan :
a. memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
b. menyiapkan lingkungan
c. membuka pakaian bawah, menutupi dengan handuk bawah
d. memberikan posisi dorsal recumbent
III. Langkah-langkah :
a. membuka pembungkus suppositoria
b. menggunakan sarung tangan
c. k/p melumasi suppositoria tipis-tipis
d. membuka libia agar nampak meatus vagina
e. masukkan suppositoria ke dalam liang vagina kurang lebih 8-10 cm atau
sedalam mungkin
f. mengeluarkan jari tangan dan membuka sarung tangan
g. memberikan posisi supine selama 5-10 menit, meninggikan panggul dengan satu
bantal
h. mencuci tangan
IV. Sikap :
a. hati-hati
b. teliti
c. sopan
Parenteral
Adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran
pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau
suntikan. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasara. Kelebihannya bisa
untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara
pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam
tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
Topikal/lokal

Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep, tetes
telinga dan lain-lain
Melalui parenteral
Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat selain melalui enteral atau
saluran pencernaan. Lazimnya, istilah parenteral dikaitkan dengan pemberian obat secara injeksi
baik intradermal, subkutan, intramuscular, atau intravena. Pemberian obat secara parenteral
mempunyai aksi kerja lebih cepat disbanding dengan secara oral.
Namun, pemberian secara parenteral mempunyai berbagai resiko antara lain merusak
kulit, menyebabkan nyeri pada pasien, salah tusuk dan lebih mahal. Demi keamanan pasien,
salah tusuk dan mahal. Demi keamanan pasien, perawat harus mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang cara pemberian obat secara parenteral termasuk cara menyiapkan, memberikan
obat dan menggunakan teknik steril.
Dalam memberikan obat secara parenteral, parawat harus mengetahui dan dapat
menyiapkan peralatan yang benar yaitu alat suntik (spuit/syringe), jarum, vial dan ampul).
Menurut bentuknya spuit mempunyai tiga bagian yaitu ujung yang berkaitan dengan jarum,
bagian tabung dan bagian pendorong obat
Dilihat dari bahan pembuatannya spuit dapat berupa spuit kaca (jarang digunakan) dan spuit
plastik (disposable). Ditinjau dari penggunaannya spuit dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
spuit standard hipodermik, spuit insulin dan spuit tuberculin
Jarum merupakan alat pelengkap spuit. Jarum injeksi terbuat dari bahan stainless yang
mempunyai ukuran panjang dan besar yang bervariasi. Jarum mempunyai ukuran panjang yang
berkisar antara 1,27 sampai dengan 12,7 cm. besar jarum di nyatakan dengan satuan gauge antara
nomor 14 sampai dengan 28 gauge. Semakin besar ukuran gauge-nya semakin kecil diameternya.
Diameter yang besar dapat menimbulkan rasa sakit saat ditusukkan. Penggunaan ukuran jarum
ini disesuaikan dengan keadaan pasien yang meliputi umur, gemuk/kurus, jalur yang akan
dipakai dan obat yang akan dipakai dan obat yang akan dimasukkan.
Cairan obat untuk diberikan secara parenteral, biasanya dikemas dalam ampul atau vial Ampul
biasanya terbuat dari bahan gelas. Sebagian besar leher ampul mempunyai tanda berwarna
melingkar yang dapat dipatahkan. Bila bagian leher tidak
Mempunyai tanda berarti bagian pangkal leher harus digergaji dengan
gergaji ampul sebelum dipatahkan. Vial mempunyai ukuran yang bervariasi. Bagian penutupnya
biasanya terbuat dari plastik yang dilindungi dengan bagian logam.
Vial dibuka dengan cara membuka logam tipis penyegel bagian atas vial sehingga bagian karet
akan kelihatan. Cairan obat diambil dengan cara menusuk jarum spuit pada karet penutup vial.
Untuk lebih jelasnya bacalah cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial.

a.
b.
c.
d.
e.

Cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial :


Siapkan peralatan yang meliputi :
Vial atau ampul yang berisi cairan obat steril
Kapas alcohol
Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan
Air steril atau normal salin bila diperlukan
Kassa pengusap

f. Turniket untuk injeksi antravena


g. Kartu obat atau catatan rencana pengobatan.
Periksa dan yakinkan bahwa order pengobatan dan cara pemberiannya telah akurat.
Siapkan ampul atau vial yang berisi obat sesuai yang diperlukan dan kemudian buka dengan cara
sebagai berikut :
a. untuk ampul ; pegang ampul dan bila cairan obat banyak terletak di bagian kepala,
jentiklah kepala ampul atau putar ampul beberapa kali sehingga obat akan turun ke
bawah. Bila perlu bersihkan bagian leher ampul. Ambil kassa steril letakkan diantara
ampul dan ibu jari dengan jari- jari anda kemudian patahkan leher ampul kea rah
berlawanan dengan anda.
b. Untuk vial ; Bila perlu campur larutan dengan memutar- mutar vial dalam genggaman
anda (bukan dengan mengocok). Buka logam penyegel kemudian disinfeksi karet vial
dengan kapas alcohol 70 %.
Ambil cairan obat dengan cara sebagai berikut :
a. Untuk obat dalam ampul ; sebaiknya gunakan jarum berfilter. Buka penutup jarum
kemudian secara hati- hati masukkan jarum yang sesuai yang si butuhkan. Bila spuit akan
digunakan untuk injeksi, ganti jarum filter dengan jarum biasa.
b. Untuk obat dalam vial ; Pasang jarum berfilter pada spuit, buka penutup jarum dan tarik
pengokang spuit agar udara masuk ke tabung spuit agar udara masuk ke tabung spuit.
Secara hati- hati tusukkan jarum di tengah karet penutup vial lalu masukkan udara.
Pertahankan jarum tidak menyentuh cairan obat sehingga udara tidak membuat
gelembung. Pegang vial sejajar dengan mata vial tarik obat secukupnya secara hati- hati.
Tarik spuit dari vial kemudian tutup jarum dengan kap penutup lalu ganti jarum pada
spuit dengan jarum biasa.
c. Bila obat berbentuk bubuk (powder), bacalah cara pengunaannya. Obat injeksi bentuk
bubuk harus dibuat dalam larutan dulu sebelum diambil. Untuk membuat larutan obat
bubuk maka sebelum dibuat larutan, hisap udara dalam vial, yang berisi obat tersebut
dengan spuit 9kecuali untuk obat yang tidak diperbolehkan). Masukkan air steril atau
cairanlain sesuai yang dibutuhkan kedalamnya, kemudian putar- putar vial sampai obat
menjadi larutan. Bila obat merupakan multidosis, beri label pada vial tersebut tentang
tanggal dicampur, banyaknya obat dalam vial dan tanda tangan anda. Bila perlu disimpan,
baca cara penyimpanannya sesuai yang dianjurkan oleh pabrik farmasi.
d. Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua vial, maka perawat harus
berupaya mencegah tercampurnya obat pada kedua vial tersebut. Cara mencampur obat
dari dua vial adalah : masukkan udara secukupnya pada vial A dan jaga jarum tidak
menyentuh cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap udara secukupnya lalu masukkan
pada vial B. Hisap cairan obat B sesuai yang diperlukan kemudian cabut spuit tersebut.
Ganti jarum kemudian tusukkan pada vial A dan hisap cairan obat dari vial A sesuai yang
diperlukan berikutnya cabut spuit dari vial A.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Melalui supositoria
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui
anus atau rektum dalam bentuk suppositoria. Organ-organ yang dapat diberi obat suppositoria
adalah rectum dan vagina.
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar.
Persiapan Alat
Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
Aplikator untuk krim vagina
Pelumas untuk supositoria
Sarung tangan sekali pakai
Pembalut
Handuk bersih
Gorden / sampiran

Fase Kerja
1. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
4. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
5. Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.
6. Siapkan klien
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
7. Kenakan sarung tangan
8. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan dengan jeli, beri
pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.
9. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan sfingterani.
Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
10. Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang tersarungi, masukan
supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang
dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap dan
memberikan efek terapeutik
11. Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
12. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit untuk mencegah
keluarnya suppositoria
13. Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol pemanggil dalam
jangkauan klien agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
14. Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
15. Cuci tangan
16. Kaji respon klien
17. Dokumentasikan seluruh tindakan.

Anda mungkin juga menyukai