dalam
arti
lawan
dari
keburukan
(ketidakbenaran)
(Syafii dalam
Teori konsistensi adalah pendalaman dan kelanjutan yang teliti dan teori korespondensi
merupakan pernyataan dari arti kebenaran.
Teori konsistensi atau koherensi menganggap suatu pernyataan benar bila di dalamnya
tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya yang
telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu
dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima
kebenarannya.
Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan truth is consistency. Jika
A = B dan B = C maka A = C.
Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini
menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar.
Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan idealis. Contoh dari teori ini adalah :
Premis 1 : Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi 2
Premis 2 : 4 habis dibagi 2
Kesimpulan : 4 adalah bilangan genap
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza
dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan
tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama
yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
3. Teori Pragmatisme
Pragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal para pendidik sebagai
metode project atau metode problem solving dalam pengajaran. Mereka akan benar hanya jika
mereka berguna dan mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika
mengembalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan
kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam
keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutantuntutan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi
lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah. Jika
teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat
secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori
atau dalil itu memliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia
(Musrida, 2010). Salah satu contoh teori ini dalam matematika adalah pada trigonometri
pengukuran sudut berguna untuk menentukan arah, kemiringan bidang atau mendesain dan
membuat suatu bangun ruang. Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan
kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat yang memuaskan (satisfactor
consequence). Oleh karena itu, tidak ada kebenaran yang mutlak/ tetap, kebenarannya
tergantung pada manfaat dan akibatnya. Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis
adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsuf Amerika tokohnya adalah
Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859).
Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada
konsekuensi, pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsekuensi tidaklah terletak di
dalam ide itu sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan.
Teory Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak
langsung melalui kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala
sesuatu melalui praktek di dalam problem solving.