Anda di halaman 1dari 6

TANDA DAN GEJALA (GAMBARAN KLINIS)

Onikomikosis biasanyaasimtomatik, karena itu, pasien biasanya pertama kali hadir untuk
alasan kecantikan fisik tanpa keluhan. Ketika penyakit berkembang, onikomikosis dapat
mengganggu aktivitas

berdiri, berjalan, dan berolah raga. Pasien dapat mengeluh

ketidaknyamanan dan kehilangan ketangkasan (Budi, 2008; Tosti, 2009).


Kuku yang terinfeksi memiliki bentuk yang tidak normal tetapi tidak gatal atau terasa sakit
sekali. Infeksi ringan hanya memberikan sedikit gejala atau bahkan tidak menimbulkan gejala.
Pada infeksi yang lebih berat, kuku tampak keputihan, menebal dan terlepas dari dasar kuku.
Biasanya sisa-sisa peradangan terkumpul dibawah ujung kuku (Budi, 2008; Tosti, 2009).
Ada empat jenis onikomikosis :
1.Onikomikosis subungual distal dan lateral (OSDL)
Merupakan bentuk onikomikosis yang paling sering dijumpai. Infeksi dari distal dapat meluas
ke lateral kuku sehingga memberi gambaran Onikomikosis distal dan lateral. Lempeng kuku
bagian distal berwarna kuning atau putih. Terjadi hiperkeratosis subungual yang menyebabkan
onikolisis (terlepasnya lempeng kuku dari nail bed ) dan terbentuknya ruang subungual berisi
debris yang menjadi myotic reservoir bagi infeksi sekunder oleh bakteri. Penyebab tersering
adalah T. Mentagrophytes, T. Tonsurans, dan E. Fluccosum (Roderick, 2011; Tosti, 2009).

Gambar 1. Onikomikosis subungual distal dan lateral : hiperkeratosis subungual, onikolisis dan
alur kuning.

2.Onikomikosis superfisial putih (OSPT)


Gambaran klinis kedua yang paling banyak sesudah onikomikosis subungual distal lateral.
Nama lainnya adalah Leukonikia Mikotika, mencakup sekitar 10 % dari seluruh kasus
onikomikosis. Invasi jamur terjadi pada permukaan superfisial lempeng kuku. Gambaran khas
adalah white island berbatas tegas pada permukaan kuku, tumbuh secara radial, berkonfluensi,
dapat menutupi seluruh permukaan kuku. Pertumbuhan jamur mejalar melalui lapisan tanduk
menuju nail bed (bantalan kuku) dan hiponikium. Lambat laun kuku menjadi kasar, lunak dan
rapuh. Penyebab tersering P. Mentagrophytes (Roderick, 2011; Tosti, 2009).

Gambar 2. Onikomikosis superfisial putih


3.Onikomikosis subungual proksimal (OSP)
Merupakan gambaran klinis yang sering ditemukan pada pasien immunokompromais,
penderita vaskular perifer, dan paling jarang ditemukan pada populasi imunokompeten.
Didahului dengan invasi jamur pada lipat kuku proksimal kemudian menuju distal dan matriks,
sehingga pada akhrnya menginvsi lempeng kuku dari arah bawah. Gambaran klinis berupa
hiperkeratotik subungual, onikolisis proksimal, leukonikia, dan akhirnya mengakibatkan
destruksi lempeng kuku proksimal. Penyebab tersering adalah T. Rubrum (Roderick, 2011; Tosti,
2009).

Gambar 3. Onikomikosis subungual proksimal


4.Onikomikosis Distrofik Total
Jamur mennginfeksi lempeng kuku sehingga mengalami kerusakan berat. Infeksi dimulai
dengan lateral atau distal onikomikosis dan kemudian menginvasi seluruh kuku secara progresif.
Kuku tampak berkerut dan hancur. Fragmen-fragmen lempeng kuku masih tinggal akan merusak
dan terlihat sebagai tungkul kayu pada lipatan kuku bagian proksimal. Keluhan subjektif
dirasakan sebagai nyeri ringan dan lebih berat dapat terjadi infeksi sekunder (Roderick, 2011;
Tosti, 2009).

Gambar 4. Onikomikosis Distrofik Total

PROGNOSIS
Pada kasus onikomikosis dibutuhkan pengobatan dalam waktu yang panjang. Diagnosis
serta identifikasi penyebab yang tepat membantu penyembuhan serta mencegah kekambuhan
pada penyakit ini. Onikomikosis tahap awal lebih mudah diobati pada orang muda, dan individu
sehat dibandingkan dengan individu yang sudah tua dengan kondisi kesehatan yang buruk
(Wolff, 2007).
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan onikomikosis adalah menghilangkan faktor predisposisi yang
memudahkan terjadinya penyakit, serta terapi dengan obat anti jamur yang sesuai dengan
penyebab dan keadaan patologi kuku. Perlu ditelusuri pula sumber penularan. Pengobatan pada
onikomikosis yaitu dengan pemberian obat anti jamur baik secara topikal maupun sistemik
(Budi, 2008).
Obat topikal dengan formulasi khusus dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kuku,
yakni (Wolff, 2007):
a Amorolfin : merupakan derivat morfolin yang bersifat fungisidal. Bekerja dengan cara
menghambat biosintesis ergosterol jamur. Untuk infeksi jamur pada onikomikosis
digunakan amorolfin dalam bentuk cat kuku konsentrasi 5% untuk kuku jari tangan,
dioleskan satu atau dua kali setiap minggu selama 6 bulan sedangkan untuk kuku kaki
b

harus digunakan selama 9-12 bulan.


Siklopiroks merupakan anti jamur sintetik hydroxypiridone, bersifat fungisidal,
sporosidal dan anti jamur ini mempunyai penetrasi yang baik pada kulit dan kuku. Untuk
pengobatan onikomikosis digunakan siklopiroks nail lacquer 8%. Setelah dioleskan pada
kuku yang sakit, larutan tersebut akan mengering dalam waktu 30-45 detik, zat aktif akan
segera dibebaskan dari pembawa berdifusi menembus lapisan lempeng kuku hingga ke
dasar kuku dalam beberapa jam sampai kedalaman 0,4 mm dan hasil pengobatan akan
dicapai setelah 24-48 kali pemakaian. Diberikan 2 hari sekali selama bulan pertama,
setiap 3 hari sekali pada bulan kedua dan seminggu sekali pada bulan ketiga hingga bulan
keenam pengobatan. Dianjurkan pemakaian cat kuku siklosporik tidak melebihi dari 6
bulan.
Dibutuhkan ketekunan pasien karena umumnya masa pengobatan panjang. Meskipun

penggunaan obat topikal mempunyai keterbatasan, namun masih dapat digunakan sebagai
pengobatan tinea unguium karena tidak mempunyai risiko sistemik, relatif lebih murah dan

dapat digunakan sebagai kombinasi dengan oral untuk memperpendek masa pengobatan,
selain itu bentuk cat kuku juga mudah digunakan
Obat Sistemik
Tabel 1. Obat yang dianjurkan pada tinea onikomikosis (Elwski, 2008)
Flukonazol

Griseofulvi

n
Kuku tangan dan kuku kaki
150200
12 g/hari
mg/minggu

hingga kuku

9 bulan

normal

Dosis
anakanak

Terbinafin

200 mg/hari 12

250 mg/hari 12

minggu
Atau
200 mg 1

minggu

minggu/bulan selama

Dosis
Dewas

Itrakonazol

34 bulan
Hanya kuku tangan
150200
12 g/day
mg/minggu

hingga kuku

6 bulan

normal

6 mg/kg/

20

minggu 12

mg/kg/hari

16 minggu

hingga kuku

(kuku tangan)

normal

200 mg/hari 6

250 mg/hari 6

minggu
Atau
200 mg 1 bulan

minggu

selama 2 bulan
5 mg/k/hari (<20 kg),
100 mg/hari (2040
kg), 200 mg/hari (40

or 1826

50 kg)
Atau
200 mg (>50 kg) 1

minggu (kuku

minggu/bulan for 2

kaki)

(kuku tangan) atau 3

62.5 mg/hari (<20


kg)
125 mg/hari (2040
kg) or
250 mg/hari (>40
kg) 6 minggu
(kuku tangan) or 12
minggu (kuku kaki)

(kuku kaki) bulan


Obat sistemik yang dapat digunakan untuk pengobatan onikomikosis yaitu derivat azol dan
derivat alilamin. Derivat azol bersifat fungistatik tetapi mempunyai spektrum anti jamur luas
dan derivat alilamin bersifat fungisidal namun efektif terutama terhadap dermatofita.
Terapi Bedah
Pengangkatan kuku dengan tindakan bedah skalpel selain menyebabkan nyeri juga dapat
memberi gejala sisa distrofi kuku. Tindakan bedah dapat dipertimbangkan bila kelainan hanya
1-2 kuku, bila ada kontraindikasi terhadap obat sistemik dan pada keadaan patogen resisten

terhadap obat. Tindakan bedah tetap harus dengan kombinasi obat anti jamur topikal atau
sistemik. Sebagai alternatif

lain adalah pengangkatan (avulsi) kukudengan bedah kimia

menggunakan formulasi urea 20-40%. Umumnya bentuk salep dalam bebat oklusi pada
lempeng kuku dengan melindungi kulit sekitar kuku (Budi, 2008).

DAPUS
Budi IP. Onikomikosis. Medan: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Universitas
Sumatera Utara. 2008; hal.9-12.
Elewski BE, Hughey LC, Sobera JO, Hay R. Fungal disease. In: Bolognia J L, Lorizzo J L,
Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd ed. New York: Mosby Elsevier; 2008; p. 1265-70.
Roderick J, Hay MD, Robert B. Oncyhomycosis: A purposed revision of the clinical
clasification. J Am Acad Dermatol. 2011;65;1219-27.
Tosti, Antonella., Elston, Dirk. 2009. Oncyhomycosis. Medscape
Wolff KL. Johnson RA. Disorder of The Nail Apparatus. In: Fitzpatricks Color Atlas &
Sinopsis Of Clinical Dermatology, 5th ed. New York: The McGraw-Hill companies;
2007. p.1016-21.

Anda mungkin juga menyukai