Dunia kedokteran saat ini mengalami kemajuan pesat terutama dengan perkembangan
dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi turut berkembang mulai dari
pencitraan organ sampai ke pencitraan selular atau molekular.1 Perkembangan Radiologi dimulai
dengan penemuan sinar-X oleh William Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh
Fierre dan Marie Curie, 3 tahun kemudian, penemuan sinar-X ini telah menimbulkan demam
penggunaan radiasi pada masyarakat. Sejalan dengan perkembangan zaman, meskipun radiasi
menimbulkan efek yang negatif bagi tubuh manusia ternyata kemajuan teknologi radiasi dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia terutama di dunia kedokteran. Pemanfaatan radiasi ini
meliputi tindakan radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir.2
Gambar 1.
Print of Wilhelm Rntgen's first "medical" X-ray, of his wife's hand, taken on 22
December 1895
Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau
reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. 3 Di
Indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada Survai Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 5 sebagai
penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992
menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat
ke - 6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia.3
Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut yaitu kebiasaan merokok yang
masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70 %), pertambahan penduduk, meningkatnya usia
rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an,
industrialisasi dan polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan.3
Paru obstruktif kronis penyakit ( PPOK ) ini ditandai oleh aliran udara keterbatasan. Dari
sudut pandang patogen, beberapa penyebab diantaranya adalah peradangan kronis, kerusakan
parenkim paru-paru, dan penyempitan saluran napas. Perubahan tersebut terjadi pada waktu yang
sama dan dominasi dari satu di atas perubahan patologis lainnya ditentukan oleh berbagai faktor.4
Sesuatu yang menghalang sinar x maka akan memberikan gambaran putih (opaq)
Gambar 1.
Radioanatomy of the Lungs
Pada gambar di atas pulmo nampak lucent karena mengandung banyak udara pada
alveolinya. Namun dibandingkan dengan udara di luar tubuh, udara dalam paru memiliki warna
lucent yang lebih rendah. Jika warna lucent paru-paru sama dengan udara luar tubuh maka ada
kemungkinan pnemothorax (thorax memiliki udara) misal saat luka tusuk yg mengakibatkan
paru-paru mengempis, maka di luar paru-paru terdapat udara.
Ukuran jantung dewasa: tidak boleh melebihi setengah diameter interthoracal (CTR:
Cardio Thoracic Ratio)
Ukuran jantung Batita : > setengah (sekitar 0,6 atau 0,7) tetapi jika melebihi ukuran
tersebut maka dicurigai bahwa jantung anak tersebut membesar.
Pemotretan thorax dapat dilakukan dengan 2 cara:
Gambar 2.
Proyeksi Lateral Paru- paru
Gambar 3.
Perbandingan Foto thorax PA saat Inspirasi dan Ekspirasi
Saat inspirasi adalah saat dimana udara masuk ke dalam paru paru. Oleh sebab itu pada
foto thoraks didapatkan gambaran diafragma yang mendatar/rendah (ketinggiannya adalah
sebesar/ sejajarcostae 10 dihitung dari bawah). Pada orang yang menderita asma biasanya
ketinggian diaphragma hingga costae 12. Orang yang menderita asma jika melakukan inspirasi
mudah, tetapi kesulitan untuk ekspirasi. Pada orang yang menderita asma biasanya ketinggian
diaphragma hingga costae 12. Orang yang menderita asma jika melakukan inspirasi mudah,
tetapi kesulitan untuk ekspirasi.
Saat ekspirasi adalah saat dimana udara keluar dari paru paru. Oleh sebab itu pada foto
thoraks didapatkan gambaran diafragma yang melengkung (ketinggiannya kurang dari costae
10). Warna sinus costophrenicus harus lucent, jika warnanya opaq maka disana terdapat cairan
yang disebut efusi. Jika terjadi efusi paru maka sinus costophrenicusnya terlihat tumpul.
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran
napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis
kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal
bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tandatanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang
tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.3
Faktor Resiko 3
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh
lebih penting dari faktor penyebab lainnya.
A. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
-
Perokok aktif
Perokok pasif
Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah ratarata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
-
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat : >600
Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal,
duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan
struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi
otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.3
Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru
Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :
A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
- Keluhan
- Riwayat penyakit
- Faktor predisposisi
b. Pemeriksaan fisis
B. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
b. Pemeriksaan khusus
Diagnosis Banding3
Asma
SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah
penyakit
obstruksi
saluran
napas
yang
ditemukan
pada
penderita
struktur
parenkim
diawali
terjadinya
inflamasi
khronis
yang
akan
mengakibatkan destruksi jaringan elastin dinding jalan napas. Bentuk kelainan struktur yang
dijumpai adalah destruksi serat elastin septum interalveoli dan ditemukannya peningkatan serat
kolagen sebagai bentuk remodelling jaringan ikat paru akibat destruksi serat elastin tersebut.
Keadaan inilah yang berkaitan dengan terjadinya penurunan fungsi paru. Elastin dan kolagen
merupakan komponen utama dari anyaman (network) jaringan ikat paru yang secara bersama
menentukan daya elastisitas paru. 5
Destruksi serat elastin, deposisi dan bentuk remodelling kolagen, merupakan kelainan
yang mendasari terjadinya pembesaran ruang udara pada emfisema. Kelainan struktur jaringan
dapat memberi manifestasi pada gambaran radiologi foto thorax proyeksi posterio-anterior (foto
thorax PA) sehingga pendekatan pemeriksaan foto thorax PA diharapkan mampu memberi
kontribusi penegakan diagnosis yang cepat dan akurat pada emfisema pulmonum dan merupakan
pemeriksaan yang lebih nyaman bagi pasien dibandingkan spirometri.5
Gambar 4.
Gambaran Radiologis Emfisema ( X Foto Toraks Proyeksi AP )
Berdasarkan pada Foto toraks proyeksi AP , emfisema dapat ditunjukkan dengan adanya
gambaran paru paru yang besar dan inflasi yang meningkat ( hyperinflated ). Tanda- tanda
hiperinflasi adalah:7
Diafragma yang rendah paling baik ditentukan oleh proyeksi lateral dada
Vertical heart
Tanda - tanda hiperinflasi dapat juga ditemui pada bronchitis kronik asma dan
emfisema. Kita bisa menyebutnya emfisema hanya ketika hiperinflasi dikaitkan dengan
blebs ( lung bullae ) dan tanda tanda berkurangnya vaskularisasi.
4,7
Gambar 5.
Gambaran Hiperinflasi Paru
Gambar 6.
Proyeksi PA ( Gambaran Bleb Wall)
Gambar 7.
Perbandingan skematik gambaran radiologis paru normal dan emfisema
Gambar 8.
Penebalan dinding bronkial di daerah perihilar
Gambar 9.
CT Scan Paru paru menggambarkan densitas yang tidak homogen pada penderita PPOK