PENDAHULUAN
propinsi
dengan
angka
prevalensi
paling
tinggi
cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya
lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan.
Wanita > Pria pada usia > 50 tahun
Pria > wanita pada usia < 50 tahun
e. Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan
bagi orang tersebut seperti:
Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam
situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan
adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang
berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok,
minum alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam
utama
terjadinya
hipertensi.
Makanan
yang
menyebabkan
terjadinya
yang jabatan nya lebih longgar tanggung jawabnya . Stres yang terlalu
besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit
kepala,sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.
g. Ras/Suku
Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit
hipertensi terjadi secara bervariasi.
meningkat.
Untuk
menormalkannya,
cairan
badan berlebih.
b. Faktor Kimia
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis
(dalam jumlah sangat besar).
c. Faktor Biologi
Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun
peniliti telah membuktikan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan
dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan kadar insulin
(hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan resistensi
insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok
abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserid, dan
HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan hormon
beristirahat.
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.
Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak
dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa
darah agar bisa menggerakkan berlebih dari tubuh terdebut. Karena itu
obesitas termasuk salah satu yang meningkatkan resiko hipertensi.
d. Faktor Pelayananan
Faktor pelayanan kesehatan adalah kurangnya pemberdayaan masyarakat
dalam usaha pencegahan penyakit hipertensi dengan pemeriksaan tekanan
darah
secara
teratur, kurangnya
perencanaan
program mengenai
2. Tahap Inkubasi
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ
yang bermakna.
3. Tahap Penyakit Dini
Peningkatan tekanan darah merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi
ringan. Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul
dapat berbeda-beda, hipertensi baru tampak bila telah terjadi komplikasi
pada organ target/vital seperti ginjal, jantung, otak, dan mata. Gejala
seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, marah, telinga berdenging, kaku
kuduk, migren, insomnia, mata berkunang-kunang, muka merah,
kelelahan, dan gelisah dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi.
dengan
melakukan
Pencegahan
primer
yaitu
kegiatan
untuk
dan
tidak
merokok.
maka
dapat
dilakukan
pengobatan
secara
dini.
merupakan
salah
satu
bentuk
upaya
kesehatan
yang
Posbindu
dapat
pula
menggunakan
pendekatan
d. Komponen
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat,
akan berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa
komponen pokok, yaitu : adanya proses kepemimpinan, terjadinya
proses pengorganisasian, adanya anggota dan kader serta tersedianya
pendanaan.
1)
Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat.
Untuk pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus
dan memimpin penyelenggaraan
kegiatan tersebut
sehingga
Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur
dan sebagainya. Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri
dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beberapa seksi dan kader.
3)
Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang.
Perlu
diperhatikan
kegiatan
juga
dalam penentuan
jarak antara
4)
Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
5)
Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu,
berupa iuran atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti
donatur atau sumber lain yang tidak mengikat.
e. Pelayanan Kesehatan
Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut
sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal
penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan
yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman
Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi
kesehatan
anggota
12) Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.
f. Sarana dan Prasarana
Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan
prasarana penunjang antara lain:
1) Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2) Meja dan kursi
3) Alat tulis
4) Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5) Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur
tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium
sederhana termometer.
6) Kartu Menuju Sehat (KMS) usi lanjut
g. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia
lanjut di kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya
digunakan sistem 5 tahapan/5 meja sebagai berikut:
a. Tahap pertama : Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan
pelayanan
b. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan
sehari-hari
yang dilakukan
d. Tahap
keempat:
Pemeriksaan
air
seni
dan
kadar
darah
(laboratorium sederhana)
e. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling
2. Rekrutmen dan Pelatihan Kader Posbindu
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau
dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi
kader. Adapun persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1) Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan
kondisi setempat;
2) Mau dan mampu bekerja secara sukarela;
3) Bisa membaca dan menulis huruf latin;
4) Sabar dan memahamil usia lanjut.
Mekanisme pelaksanaan:
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah di
tingkat RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang
rekrutmen kader Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika sampai
pada waktu yang ditetapkan masih sedikit, maka panitia bersama pengurus
RW melakukan musyawarah kembali untuk menentukan kader Posbindu
berdasarkan pertimbangan tokoh masyarakat setempat.
Setelah rekrutmen kader Posbindu selesai, maka dilanjutkan dengan
penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu dengan materi pelatihan
meliputi:
1) Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2) Surveilans hipertensi (survey mawas diri)
Kegiatan
a. Promosi kesehatan:
1) Senam jantung sehat dan senam lansia
2) Kampanye anti-rokok
3) Penyuluhan gizi lansia
4) Pelatihan pemeriksaan tekanan darah bagi keluarga lansia
b. Pencegahan spesifik:
1) Pemberian multivitamin bagi lansia
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera:
1) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
2) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan
protein urin, pemeriksaan neurologis, dll)
Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek akses
pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam
melakukan pemantauan (monitoring) terhadap kondisi kesehatannya. Pada
akhirnya setiap keluarga dari penderita hipertensi dapat melakukan
pemantauan tekanan darah penderita hipertensi secara teratur, tanpa harus
pergi ke Puskesmas yang memakan waktu dan biaya transportasi. Karena
itu, ketersediaan tensimeter atau sphygmomanometer di Posbindu harus
cukup sebagai antisipasi bagi kebutuhan terhadap pemantauan tekanan
darah secara mandiri oleh keluarga penderita. Sudah barang tentu, anggota
keluarga yang dilatih adalah mereka yang memenuhi syarat tertentu
sehingga dimungkinkan mampu menguasai dalam mempraktikkan dan
menginterpretasikan hasil pengukuran tekanan darahnya.
10. Pengumpulan dana sosial Tanggap Hipertensi
Kegiatan ini merupakan manifestasi nyata dari strategi gerakan masyarakat
sebagai salah satu strategi promosi kesehatan. Dalam hal pengumpulan
dana sosial maka dibutuhkan dukungan dari para pengambil keputusan di
tingkat desa dan kecamatan, serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri.
Tentu dalam kondisi yang tidak mengikat, kegiatan ini bersifat fleksibel
terutama ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan tingkat kemampuan
ekonomi menengah ke atas. Dana sosial ini ditujukan untuk membantu
pembiayaan warga masyarakat yang mengalami komplikasi hipertensi
sehingga membutuhkan pengobatan lebih kompleks atau rujukan ke rumah
sakit.
transportasi.
Karena
itu,
ketersediaan
tensimeter
atau
Screening
Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi
penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau
prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang
mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
Tujuan Screening :
1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap
orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu
orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).
2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan
secara tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan
tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Yang dimaksud dengan surveilans penyakit hipertensi adalah survey lapangan
untuk mengumpulkan data tentang prevalensi hipertensi di masyarakat.
Surveilans dilakukan oleh kader Posbindu yang telah diberikan pelatihan
surveilans, dan data yang terkumpul diolah dan dianalisis bersama oleh kader,
tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan. Instrumen surveilans berupa
angket/kuesioner
yang
pengabdianmasyarakat.
terlebih
dahulu
telah
disiapkan
oleh
tim
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kamis, 04 Desember
http://www.depkes.go.id/article/view/1909/masalah-hipertensi-di-indonesia.html
diakses Kamis, 04 Desember 2014. 22.00 WIB
British Hypertenson Society. Guidelines for management of hypertension: Report
ol' the Fourth Working Party lor the British HypertensionSociety.
JHumHypertension. 2004:18:139-85.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. The Seventh Report of the Joint
National
Committee
on
Prevention,
Detection.
Evaluation,
and
TAMBAHAN DAPUS
Ardiansyah,Muhamad.MedikalBedah,DivaPress,Edisi I.2012: 53-103
European Society of HypertensionEuropean Society of Cardiology Gui
d e l i ne s Committee . 20 0 3 Eu rop e an S oc i e t y o f
HypertensionEuropean Society of Cardiology Guidelines for the
Management of Arterial Hypertension. J Hypertens. 2003:21:101 153.
Evidence Based Recommendation Task Force of the Canadian
Hypertension Education Program 2004. Canadian Hypertension
EducationProgramRecommendation. January 2004.
Agusman,Fery. Asuhan Keperawatan Komunitas: Suatu Pengantar.
Badan
PenerbitUniversitasDiponegoro, 2011.
Hanley & Belfus, Inc. Hypetension: A Clinician's Guide to Diagnosis and
Treatment. Edition: Sobel, Barry J., and Bakris, George L. Medical
Publishers. Phildelphia 1999.
Community-
and