Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Hipertensi di Indonesia
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan sebagian
besarkasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari
hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% dimana hanya 7,2%
penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hannya 0,4%
kasus yang minum obat hipertensi. Ini menunjukkan 76% kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui
bahwa merek menderita hipertensi. Data Riset Kesehatan Dasar 2007 juga
menyebutkan,

propinsi

dengan

angka

prevalensi

paling

tinggi

ditempatiKepulauan Natuna dengan 53,3%. Sedangkan posisi buncit


ditempati Propinsi Papua Barat dengan angka prevalensi 6,8 persen.
Hipertensi secara perlahan dapat merusak sistem organ tubuh kita, yang
lambat laun akan menunjukkan gejala kerusakan organ yang lebih progresif.
Salah satu efek hipertensi jika tidak dirawat dengan baik adalah merusak
pembuluh arteri. Arteri yang rusak menyebabkan terganggunya aliran darah,
yang artinya kebutuhan oksigen dan nutrisi pada organ dan jaringan tubuh
lain juga akan terganggu.

Hipertensi menyebabkan timbulnya suatu penyakit yang dibawa akibat


tekanan darah yang tinggi seperti menimbulkan resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal,
perdarahan pada retina mata, pecahnya pembuluh darah di otak, serta
kelumpuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah host, agent, dan environment dari penyakit hipertensi ?
2. Bagaimana chain of hipertensi ?
3. Bagaimana riwayat alamiah dari penyakit hipertensi ?
4. Bagaimana saudara sebagai seorang sarjana kesehatan melakukan
preventif ?
5. Bagaimana saudara sebagai seorang sarjana kesehatan melakukan
edukasi pada masyarakat ?
6. Menurut saudara apakah perlu dilakukan surveilans atau screening?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan host, agent, dan environment dari penyakit hipertensi
2. Menjelaskan chain of hipertensi
3. Menjelaskan riwayat alamiah dari penyakit hipertensi
4. Menjelaskan peran sebagai seorang sarjana kesehatan dalam melakukan
preventif
5. Menjelaskan peran sebagai seorang sarjana kesehatan dalam melakukan
edukasi pada masyarakat
6. Menjelaskan tentang apakah perlu dilakukan surveilans atau screening
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Host, Agent, dan Environment dari Penyakit Hipertensi.
FAKTOR HOST ( PENJAMU )
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu :
a. Daya Tahan Tubuh Terhadap Penyakit

Daya tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas,


dan istirahat. Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga membuat
orang kurang berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan
merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi
menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.
b. Genetis
Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.
c. Umur
Penyebaran hipertensi menurut golongan umur agaknya terdapat
kesepakatan dari para peneliti di Indonesia. Disimpulkan bahwa prevalensi
hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur. Sebagai gambaran
saja, berikut ini dikutipkan salah satu hasil penelitian tentang penyebaran
menurut umur tersebut .
Prevalensi 6-15% pada orang dewasa. Prevalensi meningkat
menurut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia
55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis.
Tetapi di atas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami
menapouse ) berpeluang lebih besar. Para pakar menduga perubahan
hormonal berperan besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan wanita
usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi tidak memandang
golongan umur.
d. Jenis Kelamin
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan
prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia

cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya
lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan.
Wanita > Pria pada usia > 50 tahun
Pria > wanita pada usia < 50 tahun
e. Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan
bagi orang tersebut seperti:
Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam
situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan
adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang
berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok,
minum alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam

daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.


Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk
memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga
sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi
garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi

makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).


Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai
penyumbang

utama

terjadinya

hipertensi.

Makanan

yang

diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah


tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah kerana mengandung
natrium dalam jumlah yang berlebih.
f. Pekerjaan
Stress pada pekerjaan cenderung

menyebabkan

terjadinya

hipertensi berat. Pria yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya


penyandang jabatan yang menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai
wewenang pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah yang
lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekannya mereka

yang jabatan nya lebih longgar tanggung jawabnya . Stres yang terlalu
besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit
kepala,sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.
g. Ras/Suku
Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit
hipertensi terjadi secara bervariasi.

FAKTOR AGENT ( PENYEBAB PENYAKIT )


Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi
perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi agen
adalah :
a. Faktor Nutrisi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium memegang
peranan penting terhadap timbulnya hipertensi. Konsumsi natrium
yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler

meningkat.

Untuk

menormalkannya,

cairan

intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler


meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak

kepada timbulnya hipertensi.


Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.
Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masakmemasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan
garam. Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk

memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga

sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar.


Minuman berkafein dan beralkohol.Minuman berkafein seperti

kopi dan alkohol juga dapat meningkatkan resiko hipertensi.


Juga terbukti adanya hubungan antara resiko hipertensi dengan
makanan cepat saji yang kaya daging. Makanan cepat saji juga
merupakan salah satu penyebab obesitas (berat badan berlebih ).
Dilaporkan bahwa 60% penderita hipertensi mempunya berat

badan berlebih.
b. Faktor Kimia
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis
(dalam jumlah sangat besar).
c. Faktor Biologi
Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun
peniliti telah membuktikan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan
dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan kadar insulin
(hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan resistensi
insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok
abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserid, dan
HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan hormon

yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.


Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun
hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari
interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat
mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara
konsisten.

Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian


telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus

dianggap sebagai faktor resiko terjadi hipertensi.


d. Faktor Fisik
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika

beristirahat.
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang

diturunkan.
Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak
dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa
darah agar bisa menggerakkan berlebih dari tubuh terdebut. Karena itu
obesitas termasuk salah satu yang meningkatkan resiko hipertensi.

FAKTOR ENVIRONMENT ( LINGKUNGAN )


Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia
serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan manusia. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya
hidup misalnya gaya hidup kurang baik seperti gaya hidupnya penuh
dengan tekanan (Stres). Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya
berbagai penyakit seperti hipertensi. Dalam kondisi tertekan adrenalin dan
kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan darah agar tubuh siap beraksi.
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol
atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orangorang memiliki kepekaan yang diturunkan. Terdapatnya perbedaan
keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih berisiko terjadinya penyakit

hipertensi dibading dengan daerah pegunungan, karena daerah pantai lebih


banyak terdapat natrium bersama klorida dalam garam dapur sehingga
Konsumsi natrium pada penduduk pantai lebih besar dari pada daerah
pegunungan.
Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia
dengan prevalensi yang cukup tinggi. Dimana daerah perkotaan lebih
dengan gaya hidup modern lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi
dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Berikut ini adalah factor-faktor yang dapat menyebabkan obesitas menurut
teori HL Blum yaitu :
a. Faktor Genetik
Peneliti juga telah mengidentifikasi selusin gen yang mempunyai
kontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Walaupun sepertinya hipertensi
merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya tidak sederhana.
Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga
tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko
untuk terjadi hipertensi secara konsisten. Riwayat penyakit yang di derita,
bagi keturunan penderita hipertensi Jika ada anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi, walaupun belum adanya tes genetik secara
konsisten terhadap penyakit hipertensi tetaplah berhati-hati. Karena dalam
garis keluarga pasti punya struktur genetik yang sama.
b. Faktor Perilaku
Faktor perilaku seperti misalnya gaya hidup kurang baik seperti
pengkonsumsian makanan cepat saji yang kaya daging dan minuman
bersoda, memiliki kadar kolesterol darah yang tinggi,Kegemukan
(obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), gaya hidup

stres,stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk


sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya
akan kembali normal. Kebiasaan mengkonsumsi minuman berkafein dan
beralkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi
pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Serta kebiasaan
merokok karena rokok dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa
yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana
aktivitasnya), seperti : Indra perasa kita yang sejak kanak-kanak telah
dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin,
sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi
garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi
makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).

d. Faktor Pelayananan
Faktor pelayanan kesehatan adalah kurangnya pemberdayaan masyarakat
dalam usaha pencegahan penyakit hipertensi dengan pemeriksaan tekanan
darah

secara

teratur, kurangnya

perencanaan

program mengenai

pencegahan penyakit hipertensi dari provider (pelayanan kesehatan) di


puskesmas mengenai pencegahan penyakit hipertensi dengan pengaturan
pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup, kurangnya kerja
sama dengan berbagai sektor terkait guna pencegahan terjadinya penyakit
hipertensi, serta kurangnya penilaian, pengawasan dan pengendalian
mengenai program pencegahan penyakit hipertensi di Puskesmas.
2. 2 Chain of Hipertensi
PORT OF ENTRY

Gaya hidup, pola makan, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol,


rokok, dan kurang olahraga, merupakan faktor pemicu terjadinya
hipertensi. Perhatian serius juga diungkapkan pihak Kementerian
Kesehatan (Kemenkes). Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Pembinaan
Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Tjandra Yoga Aditama,
prevalensi hipertensi diIndonesia saat ini sudah sebesar 31,7 persen.
Prosentase itu menunjukkan, bahwa 1 dari 3 orang mengalami hipertensi.
Dan parahnya, 76,1 persen tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi,
sehingga tidak mendapatkan pengobatan yang memadai.
Dia menambahkan, bahwa hipertensi bisa diderita setiap orang.
Tidak ada perbedaan dari jenis kelamin, usia, status sosial dan ekonomi.
Setiap orang bisa terkena hipertensi. Tanpa terkecuali! tegasnya.
Proporsi laki-laki dengan hipertensi sekitar 31,3 persen, sedangkan
perempuan 31,9 persen. Proporsi masyarakat dengan tingkat sosial
ekonomi rendah sebanyak 30,5 persen dan ekonomi tinggi sebanyak 33,0
persen. Jadi, terbukti, bahwa hipertensi bukan soal kaya miskin, laki-laki
atau perempuan, tapi lebih kepada persoalan gaya hidup dan pola makan,
serta kurangnya berolahraga. Khusus kaum urban yang kesibukannya
tinggi, sehingga lupa pentingnya berolahraga.
PORT OF EXIT
Hipertensi merupakan penyakit yang menurun, faktor yang melatar
belakangi terjadinya hipertensi biasanya faktor intrinsik. Selain dari faktor
keturunan hipertensi juga dari gaya hidup seseorang itu.
2. 3 Riwayat alamiah dari penyakit hipertensi

Secara umum, hipertensi tidak menunjukkan tanda-tanda yang


khas. Perjalanan ini berlangsung perlahan bahkan bisa bertahun-tahun
tanpa disadari oleh penderita. Seringkali kondisi tersebut baru diketahui
secara tiba-tiba misalnya saat check up kesehatan.
1. Tahap Pre-Patogenesa :
Pada keadaan ini penyakit belum ditemukan oleh karena pada umumnya
daya tahan tubuh pejamu masih kuat. Dengan perkataan lain seseorang
berada dalam keadaan sehat.

2. Tahap Inkubasi
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ
yang bermakna.
3. Tahap Penyakit Dini
Peningkatan tekanan darah merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi
ringan. Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul
dapat berbeda-beda, hipertensi baru tampak bila telah terjadi komplikasi
pada organ target/vital seperti ginjal, jantung, otak, dan mata. Gejala
seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, marah, telinga berdenging, kaku
kuduk, migren, insomnia, mata berkunang-kunang, muka merah,
kelelahan, dan gelisah dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi.

4. Tahap Penyakit Lanjut


Gagal jantung, gangguan penglihatan, gangguan neurology, dan
gangguan fungsi ginjal paling banyak ditemukan pada hipertensi berat.
5. Tahap Akhir Penyakit :

Tahap Akhir Penyakit hipertensi : Komplikasi (infark miokardium,


stroke, gagal ginjal.) dan kematian.
2. 4 Peran sebagai Seorang Sarjana Kesehatan dalam Melakukan
Preventif
Perawat sebagai tenaga kesehatan dengan jumlah proporsi terbesar
di Indonesia dapat berperan strategis dalam upaya kesehatan, baik yang
bersifat promotif maupun preventif, khususnya dalam mempromosikan gaya
hidup sehat dan melakukan deteksi dini hipertensi beserta komplikasi yang
mungkin menyertainya. Sebagai salah satu bentuk penyakit degeneratif, saat
ini hipertensi merupakan salah satumasalah kesehatanmasyarakat Indonesia
yang perlu segera dicarikan upaya-upaya sistematis dalam pencegahannya.
Hipertensi sebenarnyamerupakan penyakit yang lebih banyak dicetuskan
karena gaya hidup. Banyak sekali faktor risiko hipertensi yang berkaitan
dengan perilaku manusia, seperti stres,merokok, hiperlipidemia, diabetes
mellitus, obesitas, dan lain sebagainya. Perawat sebagai tenaga kesehatan
dengan jumlah proporsi terbesar di Indonesia dapat berperan strategis dalam
upaya kesehatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, khususnya
dalam mempromosikan gaya hidup sehat dan melakukan deteksi dini
hipertensi besertakomplikasi yangmungkinmenyertainya. Metode yang

digunakan untuk mengatasi masalah hipertensi di masyarakat tetap


memperhatikan aspek 3 level preventif (WHO,2004) .
Pencegahan

dan Penanggulangan hipertensi dimulai

dengan

meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang


lebih sehat. Untuk itu Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
dasar perlu

melakukan

Pencegahan

primer

yaitu

kegiatan

untuk

menghentikan atau mengurangi faktor risiko Hipertensi sebelum penyakit


hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan
cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan
aktifitas

dan

tidak

merokok.

Puskesmas juga perlu melakuka encegahan sekunder yang lebih ditujukan


pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan
kasus,

maka

dapat

dilakukan

pengobatan

secara

dini.

Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan


kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak
lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur
agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi
seperti penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat
juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat
penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik. Pencegahan tertier
dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih

lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama


ketahanan hidup.

Setelah permasalahan dapat diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah


mengidentifikasi beberapa alternatif pemecahan masalah yang ditunjukkan
dengan pelaksanaan rangkaian beberapa kegiatan pengabdian masyarakat
sebagaimana telah disebutkan di atas. Kegiatan-kegiatan pengabdian
masyarakat tersebut adalah:
1. Pembentukan Posbindu
a. Definisi
Posbindu

merupakan

salah

satu

bentuk

upaya

kesehatan

bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat


berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya
penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos Pembinaan
Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu
dikhususkan

untuk pembinaan para orang tua baik yang akan

memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes,


2007).
b. Tujuan
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya
Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina

kesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk


keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan tugas
pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa beraktivitas,
namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri
selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang
membutuhkan (Depkes, 2007).
c. Proses Pembentukan
Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan

yang

digunakan dalam pembentukan posbindu dimasyarakat sesuai dengan


kondisi dan situasi masing-masing daerah, misalnya mengambangkan
kelompok-kelompok yang sudah ada seperti kelompok pengajian,
kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain.
Pembentukan

Posbindu

dapat

pula

menggunakan

pendekatan

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).


Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum
dilaksanakan dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk
pembentukan Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1) Pertemuan tingkat desa
2) Survey mawas diri
3) Musyawarah Masyarakat Desa
4) Pelatihan kader
5) Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6) Pembinaan dan pelestarian kegiatan

d. Komponen
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat,
akan berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa
komponen pokok, yaitu : adanya proses kepemimpinan, terjadinya
proses pengorganisasian, adanya anggota dan kader serta tersedianya
pendanaan.
1)

Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat.
Untuk pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus
dan memimpin penyelenggaraan

kegiatan tersebut

kegiatan yang dilaksanakan mencapai

sehingga

hasil yang optimal.

Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari anggota Posbindu itu


sendiri.
2)

Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur
dan sebagainya. Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri
dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beberapa seksi dan kader.

3)

Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang.
Perlu

diperhatikan

kegiatan

juga

dalam penentuan

jarak antara

sasaran dengan lokasi

jumlah anggota, sehingga apabila

terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota Posbindu kurang


dari 50 orang atau lebih dari 100 orang.

4)

Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.

5)

Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu,
berupa iuran atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti
donatur atau sumber lain yang tidak mengikat.

e. Pelayanan Kesehatan
Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut
sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal
penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan
yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman
Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi
kesehatan

yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan

kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut dikelompok sebagai


berikut:
1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living)
melipui kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit.

3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan


pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa
Tubuh (IMT);
4) Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit;
5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli;
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit gula (diabetes mellitus);
7) Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal;
8) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan;
9) Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi
sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan
atau kelompok usia lanjut;
10) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi

anggota

kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan


perawatan kesehatan masyarakat (public health nursing)
11) Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan
contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan
gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal
dari daerah tersebut;

12) Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.
f. Sarana dan Prasarana
Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan
prasarana penunjang antara lain:
1) Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2) Meja dan kursi
3) Alat tulis
4) Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5) Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur
tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium
sederhana termometer.
6) Kartu Menuju Sehat (KMS) usi lanjut
g. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia
lanjut di kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya
digunakan sistem 5 tahapan/5 meja sebagai berikut:
a. Tahap pertama : Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan
pelayanan
b. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan

sehari-hari

yang dilakukan

usila, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan


c. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan
dan pemeriksaan status mental

d. Tahap

keempat:

Pemeriksaan

air

seni

dan

kadar

darah

(laboratorium sederhana)
e. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling
2. Rekrutmen dan Pelatihan Kader Posbindu
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau
dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi
kader. Adapun persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1) Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan
kondisi setempat;
2) Mau dan mampu bekerja secara sukarela;
3) Bisa membaca dan menulis huruf latin;
4) Sabar dan memahamil usia lanjut.
Mekanisme pelaksanaan:
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah di
tingkat RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang
rekrutmen kader Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika sampai
pada waktu yang ditetapkan masih sedikit, maka panitia bersama pengurus
RW melakukan musyawarah kembali untuk menentukan kader Posbindu
berdasarkan pertimbangan tokoh masyarakat setempat.
Setelah rekrutmen kader Posbindu selesai, maka dilanjutkan dengan
penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu dengan materi pelatihan
meliputi:
1) Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2) Surveilans hipertensi (survey mawas diri)

3) Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya


4) Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5) Pencegahan hipertensi
6) Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler
3. Surveilans hipertensi
Setelah kader Posbindu dilatih, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan
surveilans. Yang dimaksud dengan surveilans adalah survey lapangan
untuk mengumpulkan data tentang prevalensi hipertensi di masyarakat.
Surveilans dilakukan oleh kader Posbindu yang telah diberikan pelatihan
surveilans, dan data yang terkumpul diolah dan dianalisis bersama oleh
kader, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan. Instrumen surveilans
berupa angket/kuesioner yang terlebih dahulu telah disiapkan oleh tim
pengabdian masyarakat.

4. Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi


Data hasil surveilans dijadikan dasar untuk menyusun peta kewaspadaan
hipertensi di komunitas. Peta ini sekaligus sebagai bukti dokumentasi hasil
surveilans yang telah dilakukan dan diberi kode-kode khusus berdasarkan
kesepakatan tim tentang kategori masyarakat dalam kaitannya dengan
kewaspadaan hipertensi.
5. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
Pemeriksaan tekanan darah secara rutin merupakan bagian dari pelayanan
Posbindu. Namun demikian dalam kasus tertentu, pemeriksaan tekanan

darah tidak dilakukan secara pasif (menunggu di Posbindu), tetapi justru


dilakukan secara aktif dari rumah ke rumah (door to door) pada kelompok
masyarakat yang memiliki faktor risiko dan kelompok lansia atau dikenal
sebagai penemuan kasus hipertensi secara aktif (active case finding).
Penemuan kasus secara aktif ini merupakan upaya penapisan (screening)
kasus hipertensi di masyarakat sebagai salah satu upaya deteksi dini kasus
hipertensi dan komplikasinya.
6. Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin
Kegiatan senam jantung sehat dan senam lansia juga merupakan bagian
dari pelayanan Posbindu. Dalam konteks ini, pelaksanaan senam ini juga
bukan saja diikuti oleh kelompok masyarakat berisiko atau kelompok
lansia saja, tetapi juga bisa diikuti oleh seluruh elemen masyarakat.
Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya pencegahan penyakit
jantung dan pembuluh darah serta pengendalian salah faktor risiko
hipertensi.

7. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi


Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program
ini dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik dalam
masyarakat itu sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Berdasarkan hal tersebut maka strategi promosi kesehatan yang akan
dikembangkan dalam rangka pencegahan hipertensi adalah:
a. Advokasi (advocacy)

Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu


kebijakan di tingkat kecamatan dan desa. Diharapkan melalui advokasi
ini, semua aparatur pemerintahan di Desa Randobawa Ilir bisa
memberikan dukungan, baik dukungan moral maupun material,
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.
b. Dukungan sosial (social support)
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama
yang ada di Desa Randobawa Ilir. Diharapkan para tokoh masyarakat
dan tokoh agama tersebut dapat menjembatani komunikasi antara
pengelola program kesehatan dan masyarakat.
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagai sasaran
primer promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat
memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya sendiri (self reliance in health). Bentuk kegiatannya lebih
ditekankan pada penggerakkan masyarakat untuk kesehatan, dalam hal
ini adalah pengelolaan Posbindu.
Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga
(rumah tangga) dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan
tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan, promosi kesehatan yang
dilakukan hanya berada pada level promosi kesehatan, perlindungan
spesifik, serta diagnosis dini dan pengobatan segera.

Kegiatan

promosi kesehatan pada setiap level tersebut dapat dijelaskan sebagai


berikut:

a. Promosi kesehatan:
1) Senam jantung sehat dan senam lansia
2) Kampanye anti-rokok
3) Penyuluhan gizi lansia
4) Pelatihan pemeriksaan tekanan darah bagi keluarga lansia
b. Pencegahan spesifik:
1) Pemberian multivitamin bagi lansia
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera:
1) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
2) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan
protein urin, pemeriksaan neurologis, dll)

8. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan & penatalaksanaan


hipertensi
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi kesehatan
yang tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat menghindari
perilaku-perilaku yang berisiko meningkatkan kejadian hipertensi dan/atau
melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah hipertensi pada
masyarakat dan keluarga penderita hipertensi.
9. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan
keluarga penderita hipertensi

Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek akses
pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam
melakukan pemantauan (monitoring) terhadap kondisi kesehatannya. Pada
akhirnya setiap keluarga dari penderita hipertensi dapat melakukan
pemantauan tekanan darah penderita hipertensi secara teratur, tanpa harus
pergi ke Puskesmas yang memakan waktu dan biaya transportasi. Karena
itu, ketersediaan tensimeter atau sphygmomanometer di Posbindu harus
cukup sebagai antisipasi bagi kebutuhan terhadap pemantauan tekanan
darah secara mandiri oleh keluarga penderita. Sudah barang tentu, anggota
keluarga yang dilatih adalah mereka yang memenuhi syarat tertentu
sehingga dimungkinkan mampu menguasai dalam mempraktikkan dan
menginterpretasikan hasil pengukuran tekanan darahnya.
10. Pengumpulan dana sosial Tanggap Hipertensi
Kegiatan ini merupakan manifestasi nyata dari strategi gerakan masyarakat
sebagai salah satu strategi promosi kesehatan. Dalam hal pengumpulan
dana sosial maka dibutuhkan dukungan dari para pengambil keputusan di
tingkat desa dan kecamatan, serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri.
Tentu dalam kondisi yang tidak mengikat, kegiatan ini bersifat fleksibel
terutama ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan tingkat kemampuan
ekonomi menengah ke atas. Dana sosial ini ditujukan untuk membantu
pembiayaan warga masyarakat yang mengalami komplikasi hipertensi
sehingga membutuhkan pengobatan lebih kompleks atau rujukan ke rumah
sakit.

2. 5 Peran sebagai Seorang Sarjana Kesehatan dalam Melakukan Edukasi


pada Masyarakat
a. Penyuluhan ke sehatan tentang penceg ahan & penatalaksanaan
hipertensi
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi
kesehatan yang tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat
menghindari perilaku-perilaku yang berisiko meningkatkan kejadian
hipertensi dan/ataumelakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah hipertensi pada masyarakat dan keluarga penderita hipertensi
b. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan keluarga
penderita hipertensi
Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek
akses pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam
melakukan pemantauan (monitoring) terhadap kondisi kesehatannya.
Pada akhirnya setiap keluarga dari penderita hipertensi dapat
melakukan pemantauan tekanan darah penderita hipertensi secara
teratur, tanpa harus pergi ke Puskesmas yang memakan waktu dan
biaya

transportasi.

Karena

itu,

ketersediaan

tensimeter

atau

sphygmomanometer di Posbindu harus cukup sebagai antisipasi bagi


kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah secara mandiri oleh
keluarga penderita. Sudah barang tentu, anggota keluarga yang dilatih
adalah mereka yang memenuhi syarat tertentu sehingga dimungkinkan
mampu menguasai dalam mempraktikkan dan menginterpretasikan
hasil pengukuran tekanan darahnya.
2. 6 Apakah Perlu Dilakukan Surveilans atau Screening

Menurut WHO : Surveilans adalah suatu proses pengumpulan,


pengolahan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus
menerus dan penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk
melakukan tindakan.
Tujuan :
1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak)
2. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan
pengendalian penyakit,
3. Memasok informasi utk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,
perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.
4. Monitoring kecenderungan (Tren) penyakit endemis dan mengestimasi
dampak penyakit di masa mendatang.
5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

Manfaat dan Kegunaan

Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada populasi


sehingga dapat efektif dalam investigasi, controling dan pencegahan
penyakit di populasi.

Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan epidemiologi


penyakit (siapa, kapan dan dimana terjadinya, serta keterpaparan faktor
resiko)

Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk memperkirakan


tindakan pencegahan dan kontrol dalam pengembangan dan pelaksanaan.

Screening
Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi
penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau
prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang
mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
Tujuan Screening :
1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap
orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu
orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).
2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan
secara tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan
tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Yang dimaksud dengan surveilans penyakit hipertensi adalah survey lapangan
untuk mengumpulkan data tentang prevalensi hipertensi di masyarakat.
Surveilans dilakukan oleh kader Posbindu yang telah diberikan pelatihan
surveilans, dan data yang terkumpul diolah dan dianalisis bersama oleh kader,
tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan. Instrumen surveilans berupa
angket/kuesioner

yang

pengabdianmasyarakat.

terlebih

dahulu

telah

disiapkan

oleh

tim

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Almastar, Sunita. Penuntun Diet. 2006.Jakarta : Gramedia.


Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. 2007.Jakarta : EGC
Francin Paath, Erna, dkk. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. 2005.Jakarta: EGC
www. cermindunia.com/edisi khusus 80/1992. diakses

Kamis, 04 Desember

2014. 23.00 WIB


http://www.balita-anda.com. diakses diakses Kamis, 04 Desember 2014. 23.30
WIB

http://www.depkes.go.id/article/view/1909/masalah-hipertensi-di-indonesia.html
diakses Kamis, 04 Desember 2014. 22.00 WIB
British Hypertenson Society. Guidelines for management of hypertension: Report
ol' the Fourth Working Party lor the British HypertensionSociety.
JHumHypertension. 2004:18:139-85.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. The Seventh Report of the Joint
National

Committee

on

Prevention,

Detection.

Evaluation,

and

TreatmentofHigh Blood Pressure.Hypertension. 2003;42:1206-52.


Yogiantoro,M.Hipertensi Esensial.DalamBuku Ajar Ilmu PenyakitDalam.
Editor: Aru W. Sudoyo., Bambang Setiyohadi., Idrus Alwi., Marcellus
Simadibrata K., Siti Setiati. Interna Publishing. Jilid II Edisi V. 2010:169183.

TAMBAHAN DAPUS
Ardiansyah,Muhamad.MedikalBedah,DivaPress,Edisi I.2012: 53-103
European Society of HypertensionEuropean Society of Cardiology Gui
d e l i ne s Committee . 20 0 3 Eu rop e an S oc i e t y o f
HypertensionEuropean Society of Cardiology Guidelines for the
Management of Arterial Hypertension. J Hypertens. 2003:21:101 153.
Evidence Based Recommendation Task Force of the Canadian
Hypertension Education Program 2004. Canadian Hypertension
EducationProgramRecommendation. January 2004.
Agusman,Fery. Asuhan Keperawatan Komunitas: Suatu Pengantar.
Badan
PenerbitUniversitasDiponegoro, 2011.
Hanley & Belfus, Inc. Hypetension: A Clinician's Guide to Diagnosis and
Treatment. Edition: Sobel, Barry J., and Bakris, George L. Medical
Publishers. Phildelphia 1999.

Izzo, Joseph L. and Black, Henry R. Hypertension Primer: The Essentials


of High Blood Pressure. Respect Copyricnt. American Heart
Association 1999.
Kaplan NM. Primary hypertension: pathogenesis. Kaplan's clinical
hypertension. 8 edition. Philadelphia: LippincottWilliams &Wilkins:
2002. p. 56-135.
National Kidney Foundation. K/DOQI clinical practice guidelines on
hypertension and antuhypertensive agents in chronic kidney
disease. AmJKidneyDis. 2004:43 (suppl1):S I-5290.
Laporan RisetKesehatanDasarNasional, 2007
Udjiyanti,W. Keperawatan kardiovaskular,Salemba Medika. Edisi I.
2010:101-116
WarnockDG, Textor SC. Core curriculumin nephrology: hypertension.
Am J KidneyDis.2004:44:369-75.
Word Health Organization, International Society of HypertensionWriting
Group. 2003 World Health Organization International Society of
Hypertension Statement of Management of Hypertension. J
Hypertens. 2003:21:1983-92.
Word
Health
Organization,
Comprehensive
Homebased, World Health Organization. 2004

Community-

and

Anda mungkin juga menyukai