Anda di halaman 1dari 18

BAB II

GAS REAL
2.1. Pendahuluan
Kenyataan menunjukkan bahwa hukum gas ideal tidak dapat mendiskripsi
sifat sifat gas real secara tepat. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
Jika kita mempunyai satu mol gas, berada pada ruang bertekanan 1 atm
dan 0o C, menurut persamaan gas ideal, gas tersebut bervolume 22,4 liter. Tetapi
kenyataan menunjukkan bahwa pada pengukuran sesungguhnya ternyata volume
1 mol gas pada 1 atm dan 0 o C selalu lebih dari 22,4 liter. Di lain pihak, jika kita
menpunyai 1 mol gas dari 0o C yang ditempatkan pada bejana bervolume 22,4
liter, ternyata tekanannya kurang dari 1 atm.
Dari kenyataan ini, maka tampak bahwa pada pengukuran gas
sesungguhnya (real), diperoleh hasil pengukuran yang menyimpang formulasi
persamaan keadaan yang lebih realistik dan menyelidiki implikasi persamaan
keadaan tersebut.
2.2. Persamaan Van der Walls
Persamaan Van der Walls, merupakan salah satu bentuk persamaan
yang lebih mendekati realitas. Meskipun demikian, persamaan inipun belum
sepenuhnya benar. Untuk mendapatkan persamaan ini, kita berangkat dari
persamaan serta sifat gas ideal. Masalah yang akan dibahas, berangkat dari fakta,
bahwa pengukuran terhadap gas real, menyimpang dari keidealan. Diduga, bahwa
penyimpangan gas real terhadap keidealan disebabkan karena terdapat dua syarat
keidealan yang tidak pernah dapat dipenuhi oleh gas real, yaitu :
1. Molekul molekul gas ideal dipandang sebagai titik massa yang tak
bervolume atau tidak memakan tempat. Dengan demikian jika ke dalam
ruangan dimasukkan gas, maka seolah olah partikel gas tidak membutuhkan
tempat. Padahal sebenarnya, tidak ada materi yang tidak makan tempat. Itulah
sebabnya maka volume gas real lebih besar dari pada gas ideal. Jika

Gas Real-11

penyimpangan volume ini disebut b, maka hubungan antara V gas real dan V
gas ideal adalah :
V = V id + b
atau
V id = V b

(2.1)

dengan V adalah volume molar gas real sedang Vid adalah volume molar gas
ideal.
2. Pada gas ideal diasumsikan bahwa setiap partikal molekul bekerja gaya atraksi
sedemikian rupa sehingga resultantenya = 0, atau dengan perkataan lain, pada
molekul gas ideal tidak terdapat gaya atraksi sama sekali. Padahal
kenyataannya, untuk molekul molekul yang berada didekat dinding, masih
bekerja gaya straksi. Pengabaian gaya atraksi yang besarnya berbanding
terbalik kuadrat volume atau a/V2 inilah yang mengakibatkan pengecilan
tekanan gas real dibandingkan gas ideal dalam relasi :
a
p id = p +
2
V

(2.2)

dengan p adalah tekanan gas real.


Untuk mendapatkan persamaan Van der Walls, kita bertolak dari
persamaan gas ideal. Karena sesungguhnya persamaan Van der Walls adalah
persamaan gas ideal yang dimodifikasi dengan memperhitungkan volume partikel
serta atraksi antar molekul. Telah kita ketahui bahwa untuk gas ideal berlaku :
pid V id = R T
Jika persamaan 1, dimasukkan ke dalam persamaan ini di atas, maka di peroleh :
p id ( V b ) = R T

(2.3)

Selanjutnya, substitusi persamaan (2.2) ke dalam persamaan (2.3), menghasilkan


(p+

a
V

) (Vb) = RT

(2.4a)

atau
Gas Real-12

(2.4b)
RT
a

2
(Vb) V
Persamaan (2.4a) atau (2.4b) itulah yang disebut persamaan Van der Walls.
p =

2.3 Faktor Kompresibilitas (Z) Gas Van der Walls


Telah diuraikan bahwa pengukuran terhadap tekanan, volume molar
serta temperatur suatu gas tidak memenuhi persaman p V = RT, dan itu terjadi
pada sembarang gas. Karena menyimpang dari sifat keidealan maka gas real juga
disebut gas non ideal. Pernyataan kuantitatif atas besarnya penyimpangan
terhadap keidealan, disebut faktor kompresibilitas Z (berbeda dengan koefisien
kompresibilitas K) dengan Z adalah resiko antar volume molar suatu gas yang
diamati atau gas real (V), dengan volume molar gas ideal (V id). Jadi :
Z=

(2.5)

V id

Karena V id = RT / p maka :
Z=

pV
RT

Z=p

atau

V
RT

(2.6)

Untuk gas ideal, harga Z = 1, dan tidak bergantung pada temperatur


dan tekanan, sedang untuk gas real Z merupakan fungsi temperatur dan tekanan
atau ditulis Z = ( T,p ). Untuk mendapatkan harga Z dan hubungannya dengan T
dan p, kita ikuti langkah langkah berikut :
Jika harga p pada persamaan (2.4b) dimasukka ke dalam persamaan
(2.6), akan diperoleh :
R T
a
Z =
2
V
(Vb)

RT

atau :

(2.7)
V
a
Z =
(Vb) V R T
Suku pertama ruas kanan persamaan (2.7) di atas dibagi dengan V baik pembilang
maupun penyebutannya, sehingga persamaan (2.7) menjadi :
Z =

1
1-

b
V

a
V RT

Gas Real-13

(2.8)
Tujuan mengubah suku pertama menjadi berbentuk

b
1V
matematika, mengenai deret terdapat hubungan bahwa :

, karena dalam

1
= 1 + x + x 2 + x 3 + x 4 ...........
1- x

(2.9)

asal x mendekati nol. Padahal b/V jelas mendekati nol, sehingga dengan
menggunakan sifat persamaan (2.9 ) dapat ditulis ;
1
1-

b
V

= 1 + b/ V + ( b/ V ) 2 + ( b/ V ) 3 ...........

(2.10)

Jika persamaan (2.10) dimasukkan ke dalam persamaan (2.8), dihasilkan :


Z = 1 + b/ V + ( b/ V ) 2 + ( b/ V ) 3 ...........

a
V R T

atau :
Z = 1 + b/ V

a
+ ( b/ V ) 2 + ( b/ V ) 3 ...........
V R T

atau :
Z =1 + ( b

a
) / V + ( b/ V ) 2 + ( b/ V ) 3 ...........
R T

(2.11)

Persamaan (2.11) adalah Z sebagai fungsi volume, sedang lazimnya Z dinyatakan


sebagai fungsi volume. Untuk itu V harus dinyatakan dalam p. Sudah barang
tentu, seharusnya relasi yang digunakan harus relasi Van der Walls, tetapi mencari
harga V dalam p untuk relasi Van der Walls, tentu tidak sederhana, karena
persamaan Van der Walls merupakan persamaan order 3 dalam V. oleh karena itu
kita menggunakan relasi gas ideal untuk mengubah V dalam p, yaitu :
V=p/RT
Gas Real-14

Sehingga persamaan 11menjadi


Z =1 +

1
a
b 2 2
b
(b
) P +(
) p +(
) 3 p 3 + .........
(2.12)
RT
RT
R T
R T

Persamaan (2.12) itulah Z sebagai fungsi T dan p yang dicari.


2.4 Temperatur Boyle Pada Persamaan Van der Walls
Temperatur Boyle TB adalah temperatur yang menghasilkan Z maksimum
(penyimpangan maksimum dari keidealan) pada p mendekati nol. Jadi untuk
mencari harga TB, maka syarat pertama Z harus maksimum jika turunan pertama
terhadap p harganya nol. Jadi :
Z

= 0
P T
atau

1
a
b 2
b 3 2
(b
) + (
) p+(
) p + ............ = 0
RT
R T
RT
RT

(2.13)

Syarat yang kedua, harga p mendekati nol. Untuk mendeteksi nol, maka
persamaan (2.13) menjadi :
atau :

1
a
(b
) =0
RT
R T
(b

(2.14)

a
) =0
R T

Harga T yang didapat dari persamaan (2.14) itulah yang disebut TB. Jadi :
TB =

a
bR

(2.15)

2.5 Kurva Isotermal Pada Gas Real

Gas Real-15

Kurva isotermal adalah kurva dengan p sebagai ordinat dan V sebagai


absis diukur padatemperatur konstan. Contoh kurva isotarmal gas real pada
berbagai temperatur dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Kurva isotermal gas real


Dari gambar di atas tampak, bahwa makin tinggi temperatur konstan
digunakan, kurva isotermalnya makin mirip dengan kurva gas ideal dan makin
rendah temperatur pengukuran, makin besar perbedaannya dengan kurva p-V gas
ideal. Segmen garis horisontal pada kurva temperatur rendah adalah bentuk
perbedaan yang nyata antara kurva ideal dengan real.
Dibayangkan dalam sebuah kontainer gas yang keadaannya dinyatakan
sebagai titik A pada gambar di atas, dan dibayangkan bahwa tutup kontainer itu
adalah yang dapat bergerak, maka jika piston kita tekan dan temperatur dijaga
selalu konstan pada T1, akibatnya tekanan akan membesar seirama dengan
mengecilnya volume kontainer sampai kedudukan V2.
Ketika piston ditekan lagi, ternyata tekanan tidak lagi membesar tetapi
konstan sampai kedudukan V3, dan tekanan kembali naik secara tajam, setelah
volume dikecilkan lagi. Pada Kedudukan V4 yang hanya sedikit lebih kecil,
ternyata tekanannya adalah p', yang jauh lebih besar daripada pe yaitu tekanan
pada V3 sampai V2. Pada perubahan volume ini terdapat segmen yang perlu

Gas Real-16

mendapat perhatian, yaitu ketika volume diperkecil dan V2 sampai V3 ternyata


tekanannya konstan yaitu pe. Keadaan seperti ini tidak dijumpai pada gas ideal.
Untuk gas ideal berlaku, setiap pengecilan volume pada T konstan selalu
diikuti dengan membesarnya tekanan. Yang menarik sehubungan dengan tidak
berubahnya tekanan pada saat volume diperkecil dari V2 sampai V3 adalah
ternyata fase gas berubah menjadi cair ketika volume diperkecil dari V2 sampai
V3. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa p e merupakan tekanan
keseimbangan fase cair dan gas. Pada saat volume diperkecil sampai V 3, semua
gas habis menjadi cairan. Dan setelah itu baru tekanan naik lagi secara tajam
sesuai dengan mengecilnya volume. Pada tahap ini yang ditekan sudah bukan lagi
gas tetapi cairan yang berasal dari gas tersebut.
Jika pekerjaan yang sama yaitu kompresi gas pada temperatur konstan
dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi, maka jarak V2 dan V3 ini semakin
pendek, atau kurva horisontalnya makin pendek. Pada temperatur tertentu, tidak
lagi terbentuk kurva horisontal tetapi hanya sebuah titik belok kurva. Temperatur
yang hanya menghasilkan titik belok kurva disebut temperatur kritis. Sementara
itu jika kompresi dilakukan pada temperatur di atas temperatur kritis, akan
dihasilkan kurva yang sangat mirip dengan kurva gas ideal.
2.6 Kontinyuitas Keadaan Gas Real
Gambar 2.2 adalah sebuah kurva isotermal gas real, yang diambil pada T
konstan yang besarnya < TC. Pada ujung ujung kurva dihubungkan dengan garis
lengkung putus putus.

Gas Real-17

Gambar 2.2 Daerah dua fase, dan kontinyuitas keadaan gas


Berdasarkan pembahasan sebelumnya, titik A yang terletak di sebelah kiri
gambar 2.2 tersebut mewakili fase cair, sedang titik C mewakili fase gas. Daerah
yang terletak di bawah garis lengkung putus putus tetapi di atas kurva horisontal
adalah mewakili keadaan sistem yang berada pada keseimbangan antara fase gas
dan cair yang co-eksist. Mengapa garis lengkung itu digambar putus putus ?
Sebabnya adalah tidak mungkin untuk membuat pembatas yang jelas antara fase
cair dengan fase gas padadaerah tersebut. Fakta bahwa tidak selalu dapat dibuat
pembatas yang jelas antara cair da gas di sebut prinsip kontinyuitas keadaan.
Pada gambar 2.2 di atas, titik A dan C terletak pada satu kurva istermal T 1.
Titik C jelas mewakili keadaan gas sedang titik A jelas mewakili keadaan cair
yang diperoleh melaluikompresi isotermal terhadap suatu gas. Tetapi benarkah
bahwa titik A memang jelas mewakili keadaan cair ?. Jika kita melihat A sebagai
salah satu titik yang terletak pada kurva sotermal T1, memang demikianlah halnya,
tetapi jika kita melihatnya dari sisi lain, ternyata A belum tentu mewakili fase cair.
Sekarang, kita akan mencoba untuk melihat sisi itu, yaitu sebagai berikut :
Seandainya kita berangkat dari C juga, tetapi perubahan dilakukan dengan
cara menaikkan temperatur pada volume konstan. Tekanan tentu akan naik, dan
Gas Real-18

pada gambar 2.2 di atas digambarkan oleh garis C ke D. Setelah mencapai titik D,
gas didinginkan tetapi pada tekanan tetap, sehingga sudah barang tentu volume
akan mengecil. Pengecilan volume digambarkan oleh garis D-E. Setelah mencapai
E, temperatur diturunkanlagi pada volume konstan, sehingga tekanan turun lagi,
dan baru dihentikan setelah mencapai titik A. tampak bahwa jalur C D E A,
tidak melalui daerah keseimbangan cair gas, yaitu daerah yang terletak di bawah
garis lengkung putus putus. Dengan demikian kondensasi tidak berlangsung,
atau gas tidak mencair. Dengan demikian meskipun tekanan dan volume di A
adalah sama, baik melalui jalur isotermal, maupun jalur C D E A, namun
kenyataan yang didapat berbeda, yaitu gas belum mencair. Jadi kita tidak dapat
menyatakan bahwa pada p, V atau T tertentu suatu substansi pasti berada pada
keadaan cair atau pasti dalam keadaan gas. Inilah hakekat prinsip kontinyuitas
tersebut.

2.7 Kurva Isotermal Gas Van der Walls


Kita lihat kembali salah satu bentuk persamaan gas Van der Walls, yaitu
p=

R T
Vb

a
2

V
Jika volume sangat besar, maka persamaan Van der Walls mendekati keidealan,
karena untuk V yang sangat besar, b dan a/V 2 boleh diabaikan. Keadaan seperti ini
berlaku untuk sembarang harga T. Hanya yang juga perlu dicatat, bahwa jika T
sangat tinggi, maka suku a/V2 juga boleh diabaikan, meskipun V tidak terlalu
besar.
Kurva yang diperoleh dari perhitungan menggunakan persamaan Van der
Walls aalah sebagai berikut seperti terlihat pada gambar 2.3. dari gambar tersebut
tampak bahwa untuk volume yang besar, maka kurva gas Van der Walls sangat
mirip dengan gas ideal, demikian pulah kurva pada temperatur yang tinggi yaitu
T3.

Gas Real-19

Pada temperatur serta volume yang rendah, kurva memberikan harga


maksimum (di titik C) dan minimum ( di titik D ). Sedang pada temperatur
tertentu yang disebut TC kurva hanya mengasilkan belokan.
Jika kurva Van der Walls yang diperoleh melalui perhitungan ini
dibandingkan dengan kurva gas real yang diperoleh melalui eksperimen yaitu
pada gambar 1, maka terdapat persamaan pada bagian tertentu, yaitu kurva pada
TC yang bentuknya sangat mirip baik pada gas Van der Walls maupun gas real.

Gambar 2.3 Kurva isotermal gas Van der Walls


Jika kondisi tekana Pe pada gambar 2.1, diplotkan pada gambar 2.3 maka
terdapat 3 harga V pada tekanan Pe sedang pada gambar 1 semua harga volume
dari V2 sampai dengan V3 bertekanan Pe.
Penggalan kurva AB dan CD pada kurva Van der Walls (gambar 2.3),
dapat direalisaikan melalui ekperimen, tetapi pengalan BC tidak dapat
diekperimenkan, karena menurut pengalan BC tersebut, membesarnya volume
diikuti oleh membesarnya tekanan. Sekarang kita akan merealisaikan peggalan
DC :

Gas Real-20

Di dalam kontainer dimasukkan gas pada temperatur konstan T2. volume


gas etrsebut diperkecil. Maka tekanan akan membesar dankurva bergerak sampai
titik D yaitu pada tekanan Pe. pada tekanan ini terjadi kondensasi, namun cairan
ada kemungkinan tidak terbentuk, ini ditunjukkan dari kurva, apabila pengecilan
volume dilanjutkan. Jika cairan terbentuk, maka pengecilan volume berikutnya
akan berakibat tekanan tidak berubah, padahal menurut gambar 2.3, pada
pengecilan setelah D, kurva bergerak naik ke arah C. ini berarti tekanan berubah
(membesar), jadi cairan boleh jadi tidak terbentu. Padasegmen DC ini berada
dalam keseimbangan dengan tekanan uap Pe pada T2. Titik titik pada segmen
DC menunjukkan kondisi super-jenuh.
Sekarang kita lanjutkan ke segmen AB. Jika kontainer diperkecil
volumenya sampai titi A dengan tekanan P e maka cairan gas akan mengalami
penguapan. Tetapi ada kemungkinan uap tidak terbentuk, dengan penjelasan yang
sama dengan penjelasan segmen DC tadi. Titik pada segmen AB berada pada
keseimbangan dengan cairan pada tekanan Pe dan temperatur T2.
2.8 Persamaan Keadaan Kritis pada Gas Van der Walls
Keadaan kritis adalah volume, temperatur dan tekanan pada titik belok
kurva kritis dari kurva Van der Walls.
Dari gambar 2.3 kita ketahui bahwa pada tekanan tertentu, persamaan Van
der Walls mempunyai 3 harga yang memenuhi. Ini berarti persamaan Van der
Walls adalah persamaan orde 3 dalam V dengan V yang memenuhi itu merupakan
akar akar persamaan pangkat tiga.
Untuk mendapatkan akar akarnya maka persamaan Van der Wallsharus
kita bawa ke bentuk umum persamaan pangkat 3 yaitu :
3

V + aV + bV + d =0
Untuk ini maka persamaan Van der Walls yang semula berbentuk :
P=

RT
a
2
(Vb) V
Gas Real-21

kita jadikan salah satu ruasnya nol, sehingga menjadi :


P=

RT
a
+ 2 =0
(Vb) V

Selanjutnya penyebut dihilangkan, sehingga menjadi :


2

P ( V b ) V RT V + a ( V b ) = 0
atau :
3

P V pb V RT V + a V ab = 0
atau :
3

P V (pb RT ) V + a V ab = 0
atau :
3

V (b+

(2.16)

2 a
RT
ab
)V + V
=0
p
p
p

Pada kondisi kritis maka tekanan dan temperaturnya tentu san saja p c dan
Tc sehingga persamaan (2.16) dapat ditulis :
3

V (b+

(2.17)

2
R Tc
a
ab
)V + V
=0
pc
pc
pc

Tampak bahwa persamaan (2.16) sudah sama bentuknya dengan bentuk umum
persamaan orde 3. Kita tahu bahwa jika persamaan orde 3 mempunyai 3 buah akar
yaitu V 1 , V 2 dan V 3 , bentuk umumnya juga dapat berupa :
( V V ) ( V V 2 ) ( V V3 ) = 0

(2.18)

Pada kondisi kritis, seperti tampak pada kurva gambar 2.3, hanya terdapat
belokan kurva, ini berarti persamaan pangkat tiga itu hanya mempunyai satu akar
saja, atau dengan perkataan lain ketiga akar itu berarga sama, yaitu kita sebut
. sehingga persamaan (2.18) dapat ditulis :

V C.

Gas Real-22

( V VC ) ( V VC ) ( V VC ) = 0
atau :
( V V C )3 = 0
atau :
3

V 3 VC V + 3 V

2
C

V-V

3
C

=0

Dengan membandingkan persamaan (2.17) terhadap (2.19), maka


3 VC = b +

R TC
pC

diperoleh :
Dari persamaan (2.20) tersebut dapat diperoleh :
VC = 3b

p C = a / (27b 2 )

3 VC =

a
pC

V3 C =

ab
pC

TC =

8a
27 Rb

atau :
R TC
pC VC

8
3

Persamaan (2.22) itulah yang disebut persamaan keadaan kritis gas Van
der Walls. Sudah barang tentu jika kita bertolak dari persamaan gas yang lain,
persamaan keadaan kritisnya tidak selalu berharga 8/3
2.9 Persamaan-persamaan Gas yang lain
Persamaan Van der Walls yang kita bicarakan, hanyalah salah satu di
antara banyak persamaan gas yang lain, yan diajukan para ilmuwan dalam rangka

Gas Real-23

mengobservasi data p V dan T dari fase gas. Persamaan persamaan yang itu
adalah :

1.

Persamaan Van Der Walls :


p=

2.

R T
e a/ VRT
Vb

R T
= 3,69
p C VC

Persamaan Berthelot :
p=

4.

R T
= 8 / 3 = 2,
p C VC

Persamaan Dieterici :
p=

3.

R T
a
2
Vb V

R T
a

2
Vb TV

R T
= 2,67
p C VC

Persamaan Virial Bentuk Umum :

B
C
D
p V = RT 1 +
+ 2 + 3 + ..........
V
V
V

B, C, D, adalah koefisien virial pertama, kedua, ke dan seterusnya.


B, C, D, . Adalah fungsi temperatur

5.

Deret Ekspansi dinyatakan dalam tekanan

p V = RT 1 + B' p1 + C' p 2 + D' p 3 ..........


B, C, D, . Adalah juga fungsi temperatur
6.

Persamaan Beattie Bridgeman


* Bentuk virial :
pV = RT +

+ 2 +
V
V3
V

* Bentuk eksplisit dalam volume


Gas Real-24
R T

V=
+
+Ao P + c ' p 2

R T
= R Tp Bo
3
RT
T


= R T - Bo b +

Ao a
RT

Bo c

T3

Bo b c
= RT

T3

2


' =

R T R T R T
Sebagai kelengkapan, berikut ini disertakan beberapa tabel yang akan dapat

3

3

' = (
)

+ 2

2
R T
R T (RT)
R T
dimanfaatkan untuk menyelesaikan soal soal tentang gas real :

Tetapan Van DerWalls


Gas
He
H2
CO2
H2O
Hg
O2

a/Pa m6mol -2
0,00345
0,0247
0,366
0,580
0,820
0,138

a/10 -6 m3 mol -1
23,4
26,6
42,9
31,9
17,0
31,8

Tetapkan Kritis beberapa gas


He

H2

O2

CO2

2,19

20,01

151,09

507,31

242

59,84

-5,06

25,62

71,32

170

14,00

20,96

46,24

104,76

34

0,0

-43,58

4,208

72,35

191

Ao
10-3Pam6mol -2
a
10-6m3mol -1
Bo
-6

10 m mol

-1

b
10-6m3mol -1
c

Gas Real-25

10-6m3mol -1

0,040

0,504

48,0

660,0

4768

Temperatur Boyle Beberapa gas


Gas
TB/K

He
23,8

H2
116,4

N2
332

Ar
410

CH4
506

CO2
600

C2H4
624

NH3
995

2.10

Soal-Soal

1.

Mengapa PV = nRT atau PV = RT tidak cocok bila diterapkan untuk gas


real ?

2.

Faktor apa saja yang membedakan gas ideal dengan gas real ?

3.

Apakah yang dimaksud dengan faktor kompresibilitas atau Z ?


Apakah artinya jika gas real A mempunyai harga Z lebihd besar dari pada
gas real B ?

4.

Jika gas real mempunyai harga Z = 1,00054 dilihat dengan persamaan Van
Der Walls (pada 0o, 1 atm) dan harga temperatur Boyl TB = 107 K,
estimasilah harga a dan b pada persamaan Van Der Walls tersebut.

Petunjuk :
1. Z = Faktor kompresibilitas =

V real / V ideal

2. Temperatur Boyle (TB) = Temperatur ketika turunan (diferensial) faktor


kompresibilitas terhadap tekanan harganya nol. Untuk persamaan Van
der Walls : Tb =
5.

a
Rb

Bagaimana hubungan antara tetapan tetapan kritis dengan tetapan


tetapan a, b dan R bertolak dari persamaan Van Der Walls ?
Langkah langkah :
1. Tulis persamaan Van Der Walls untuk 1 mol gas real
2. Kalikan dengan V2/p
Gas Real-26

3. Aturlah persamaan tersebut sehingga berbentuk :


4. Persamaan tersebut adalah persamaan pangkat 3 dalam V jadi
mempunyai 3 buah harga akar yaitu V 1, V2, dan V3. Jika ketiga akar itu
sama maka akar itu disebut volume kritis (VC).
Persamaan tersebut dalam VC tentu saja :
( V VC )3 = 0
atau :
3

V 3VC V + 3VC .2. V - 3 V C . . = 0


6.

Bandingkan koefisien persamaan pada butir 3 dan butir 4 maka akan


diperoleh hubungan antara a, b, R dengan TC, PC, VC.
TC = 374 oC

PC = 22,1 Mpa

VC = 0,056 L/mol

Tentujan harga a, dan b bertolak dari persamaan Van Der Walls. Tentukan
pula volume molar gas tersebut pada 298,5 K dan tekanan 1 atm.
7.

Tetapan tetapan kritis untuk air adalah sebagai berikut :

8.

Seperti soal nomor 5, tetapi bertolak dari persamaan Berthelot

9.

Tentukan tetapan tetapan kritis untuk gas ideal 9. Diketahui untuk etama,
harga TC = 32,3 dan PC = 48,2 atm.
Tentukan volume kritis bertolak dari persamaan :
a. gas ideal
b. Van Der Walls
c. Berthelot

10.

Tekanan jenuh uap air pada 298, 15 K adalah 23,8 Torr dan pada 373,15 K
adalah 760 Torr. Dengan data di atas buktikan dan menggunakan persamaan
Van Der Walls, tentukan pada berapa uap air tersebut lebih mendekati
keidealan.
Petunjuk :
Carilah Z pada 298,15 K dan Z pada 100,15 K. yang Z-nya lebih mendekati
harga 1, berarti lebih ideal. Ingat harga Z gas ideal adalah 1.

Gas Real-27

11.

Tentukan dengan persaman Beattie Bridgemen volume molar karbon


dioksida pada 300oC dan tekanan 200 atm.
Diketahui harga tahapan tetapan Beattie Brudgeman dalam SI untuk
karbon dioksida adalah
Ao

= 507,31 10-3

= 71,32. 10-6

Bo

= 104,76. 10-

= 72,35.10-6

b
12.

= 660

Tentukan dengan persamaan Van Der Walls volume molar Karbon


dioksida pada 300oC dan tekanan 200 atm.
Diketahui harga tatapan tetapan Van Der Walls untuk karbon dioksida
dalam Si adalah
a = 0,366

13.

= 42,9

Pada tekanan yang rendah persamaan Berthelot boleh ditulis :


a. Tentukan harga (koefisien ekspansi termal) dalam T dan P
b. Entukan harga temperatur Boyle dalam a, b dan R, jika secara umum T B
adalah temperatur ketika Z = 0
p T

Gas Real-28

Anda mungkin juga menyukai