Anda di halaman 1dari 22

ASKEP KEP

1. Definisi
Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan patologis yang disebabkan kekurangan energi
dan protein. KEP disebut pula sebagai protein energy malnutrition (PEM), protein calorie
malnutrition (PCM), dan kurang kalori protein (KKP). Salah satu jenis KEP berat adalah
marasmus atau kwasiorkor.
Marasmus adalah bentuk PEM terutama disebabkan oleh kekurangan kalori berat dalam
jangka lama, terutama terjadi setelah tahun pertama kehidupan.
Kwashiorkor adalah suatu bentuk PEM yang ditimbulkan oleh defisiensi protein yang berat
(Dorland, 2002). Ahli penyakit anak-anak di Britania Cicely D. Williams memperkenalkan
nama Kwashiorkor ke dunia international sejak tahun 1935. Ketika seorang anak
sedangdalam perawatan, yang menerima protein tertentu, bahan yang penting untuk
pertumbuhan ini didapatkan dari air susu ibu. Ketika anak dipisahkan dari ibu, sedangkan jika
diet yang menggantikan susu adalah karbohidrat dengan tajin yang tinggi, dan protein
yangtak mencukupi pada umumnya kebutuhan diet anak, maka anak akan berkembang kearah
kwashiorkor (Wikipedia, 2007).
Kejadian marasmus meningkat sebelum umur satu tahun sedangkan kejadian kwashiorkor
meningkat setelah umur 18 bulan. (Wikipedia, 2007).

1. Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang energi protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999). Marasmus
dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun
dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116). Marasmus diakibatkan oleh
suatu keseimbangan energi ke arah negatif. Ketidakseimbangan ini dapat diakibatkan oleh
suatu masukan energi dikurangi, penggunaan energi yang ditingkatkan, atau kedua-duanya,
seperti halnya pada penyakit yang akut atau penyakit kronis. Anak-Anak beradaptasi terhadap
suatu defisit energi dengan suatu penurunan aktivitas phisik, kelesuan, suatu penurunan
metabolisme energi fundamental, lambat pertumbuhan, dan akhirnya menimbang kehilangan
berat badan (Gehri, M, 2006)
Kwashiorkor terjadi paling umum pada daerah yang kelaparan, persediaan makanan yang
terbatas, dan untuk tingkat rendah pendidikan, yang dapat mendorong kearah pengetahuan
yang tidak cukup tentang diet yang sesuai (Newmark, C, 2002). Faktor yang utama yang
menyebabkan suatu defisit kalori dan masukan protein meliputi yang berikut: transisi dari

masa menyusui ke nutrisi dari makanan pada masa kanak-kanak, infeksi/peradangan yang
akut pada traktus gastrointestinal, dan infeksi/peradangan kronis seperti HIV atau
Tuberkulose. Ketidak seimbangan antara masukan energi dan protein (kurang dari kebutuhan
mengakibatkan suatu keseimbangan energi yang negative (Anonim, 2007).

4. PATOFISIOLOGI
KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan seharihari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya
kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat
kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi,
pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.Malnutrisi sekunder bila kondisi
masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan
bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan
kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan
nutrisi.Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan
makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran
cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses
katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan
meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini
terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor
(malnutrisi akut/"decompensated malnutrition"). Pada kondisi ini penting peranan radikal
bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD,
maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat
teradaptasi
sampai
dibawah
-3
SD
maka
akan
terjadilah
marasmik
(malnutrisikronik/compensated malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi :
gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin,
penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.

Manifestasi Klinik
Kwashiorkor adalah kondisi yang disebabkan oleh suatu kekurangan masukan protein. Gejala
khas adalah lesu, sifat lekas marah dan cepat lelah. Jika kondisi mengancam/lebih lanjut akan
tampak penurunan massa otot dan pertumbuhan dan perut bulat/membucit akibat
kegagalan/bengkak. Tanda lebih lanjut adalah rambut rontok warna putih yang tidak teratur
pada badan. Biasanya shock dan coma akan terjadi sebelum kematian.
Sedangkan Marasmus adalah suatu kondisi yang terjadi disebabkan oleh kekurangan
beberapa bahan makanan seperti kekurangan protein dan masukan kalori. Penyakit ini
menyebabkan infeksi/peradangan serius dan ketidak-mampuan anak untuk bertahan dari
penyakit sehingga sering berlanjut ke kematian. Kebanyakan kematian pada anak-anak muda
dikaitkan dengan adanya kurang gizi yang disebabkan oleh gangguan ini (Anonim, 2002).

(Gambar 2. WHO, 2000)

Beberapa kekurangan gizi mengambarkan adanya oedema kedua kaki, atau pembuangan
beberapa beberapa jenis bahanmakanan (< 70% berat badan atau <- 3SD (a)), atau beberapa
tanda klinis dari kekurangan gizi menjengkelkan. Tidak ada perbedaan yang telah dibuat
antara kondisi-kondisi kwashiorkor yang klinis, marasmus, dan kwashiorkor marasmic sebab
pendekatan keperawatan yang diberikan pada mereka adalah serupa. Anak-Anak dengan
beberapa kekurangan gizi berhadapan dengan beberapa resiko masalah yang mengancam
kehidupan seperti hypoglycaemia, hypothermia, infeksi/peradangan serius, dan gangguan
keseimbangan asam basa. Oleh karena mempunyai sifat mudah luka, maka memerlukan
pemeriksaan yang seksama dan hati-hati, manajemen dan perawatan khusus, dengan
pemberian makan reguler dan monitoring. Perawatan di rumah sakit harus diorganisir baik
dan diberikan oleh staff yang terlatih secara khusus. Kesembuhan panyakit ini dapat dicapai
dalam beberapa minggu (WHO, 2000).

DIAGNOSA BANDING
Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmik-kwashiorkor perlu
dibedakan dengan :
- Sindroma nefrotik
- Sirosis hepatis
- Payah jantung kongestif
- Pellagra infantil

Marie dan Mahan (1984) (dikutip dari Almatsier, 2004) menyebutkan salah satu cara
untuk membedakan marasmus dan kwasiorkor adalah sebagai berikut:

Tanda yang ada

Tetapan

Tanda yang ada

Tetapan

Serum Albumin Protein total


(gr/100ml) (gr/100ml)
7
3

<1,00 (<3,25)

1,00-1,49 (3,25-3,99)

Edema

Dermatosis

5
6

1,50-1,99 (4,00-4,74)

Edema + dermatosis

4
1

2,00-2,49 (4,75-5,49)

Perubahan rambut

3
1

2,50-2,99 (5,50-6,24)

Hepatomegali

2
3,00-3,49 (6,25-6,99)
1
3,50-3,99 (7,00-7,74)
0
>4,00 (>7,75)

Skor 0-3 = marasmus


Skor 4-8 = marasmik kwasiorkor
Skor 9-15 = kwasiorkor

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi KEP ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (KEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (KEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (KEP berat)

4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (KEP berat)
(Ngastiyah, 1997)
Pemeriksaan Laboratorium:

Gula darah: Hipoglikemia (> 2 mmol/L)

Pemeriksaan hapus darah tepi secara mikroskopi tampak parasit bila disertai dengan
infeksi

Hemoglobin: pada tingkal < 40 g/L diindikasikan adanya anemia.

Pemeriksaan urine dan kultur, terdapat leukosit lebih dari 10 per high-power field bila
ada infeksi.

Pada pemeriksaan feses secara mikroskopis dijumpai adanya parasit dan darah
mengindikasikan adanya disentri.

Albumin: Meskipun tidak selalu dijadikan sebagai dasar untuk mendiagnosis, jika
albumin < 35 g/L, dapat diartikan sintesis protein mengalami gangguan yang masiv.

Electrolit: Pengukuran elektrolit dapat membantu dan dapat membantu terapi yang
tepat, terutama sehubungan dengan hiponatremia.

Pada pemeriksaan roentgen dada dijumpai adanya infeksi pada paru seperti lesi
tuberculosis, kardiomegali atau tanda rakhitis

Tes kulit (tuberculin) menunjukkan adanya tuberkulosis

a.Pathways Marasmus

b. Pathways Kwashiorkor

1. Penatalaksaan Medis dan Keperawatan


Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :

1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)


1.1. Penanganan hipoglikemi
1.2. Penanganan hipotermi
1.3. Penanganan dehidrasi
1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
1.5. Pengobatan infeksi
1.6. Pemberian makanan
1.7. Fasilitasi tumbuh kejar
1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
1.10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

2. Pengobatan penyakit penyerta


1. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau
sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan
vit. A dengan dosis :
* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
* umur 6 12 bulan : 100.000 SI/kali
* umur 0 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan :
Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi
sekunder, antara lain oleh Candida.
Tatalaksana :
a. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1%
selama 10 menit
b. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
c. usahakan agar daerah perineum tetap kering
d. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral

3. Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antihelmintik lain.
4. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan
formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis
merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan
pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam
selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi)
dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman
pengobatan TB.
3. Tindakan kegawatan
a. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap
terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan

status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti


di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian
Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam,
selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).
Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal ini,
berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah
sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian
mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
Hb <>
Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung

Transfusi darah :
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan 'packed red cells' untuk transfusi dengan
jumlah yang sama.
Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak
dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap <>

7. Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan
Riwayat Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu
dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan
protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan
pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain.
Pengkajian Fisik
.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan
umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri
(berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
Penurunan ukuran antropometri
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat
paha)
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom.

Adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi.
Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga
perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Pengkajian data Fokus
Menurut Suriyadi dan Yuliani, R (2001) pengkajian fokus yang dapat dilakukan pada anak
dengan malnutrisi kalori dan protein adalah sebagai berikut:
1. Kwashiorkor
1. Muka sembab
2. Lethargi
3. Edema
4. Jaringan otot mengecil
5. Jaringan subkutan tipis dan lembut
6. Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
7. Kulit kering dan bersisik
8. Alopecia atau rambut rontok/ mudah dicabut
9. Anorexia/ kehilangan nafsu makan
10. Gagal dalam pertumbuhan
11. Tampak anemia
2. Marasmus
1. Badan kurus kering
2. Tampak seperti orang tua
3. Lethargi
4. Iritabel
5. Kulit keriput
6. Ubun-ubun cekung pada bayi
7. Jaringan subkutan hilang

8. Turgor kulit jelek


9. Malaise
10. Apatis
11. Kelaparan

8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak kekurangan energi dan protein
menurut Suriyadi dan Yuliani, R (2001) adalah:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
intake nutrisi.
2. Kurangnya volume cairan dan konstipasi berhubungan dengan kurangnya intake
cairan.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan makanan
yang cukup.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun sekunder dari malnutrisi.
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak tahu memberikan intake nutrisi
yang adekuat pada anak.
6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan albumin serum
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder terhadap atropi
otot
8. Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan
penurunan intake energi dan protein

9. Perencanaan Perawatan

Menurut Suriyadi dan Yuliani, R (2001) rencana keperawatan yang dapat diberikan untuk
mengatasi masalah keperawatan di atas antara lain

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
intake nutrisi.
o Tujuan: Anak akan memperlihatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi secara
adekuat yang ditandai dengan berat badan normal sesuai dengan usia, napsu
makan meningkat, dan tidak ditemukan manifestasi malnutrisi.
o Intervensi :

Kaji antropometri

Kaji pola makan

Berikan intake makanan tinggi : kalori, protein, mineral dan vitamin.

Frekuensi makan dapat ditingkatkan setiap 3 4 jam dan selingi


dengan makanan kecil yang tinggi kalori dan protein.

Timbang berat badan setiap hari

Tingkatkan pemberian ASI dengan pemasukan intake nutrisi yang


adekuat pada orang tua (ibu)

Kurangnya volume cairan dan konstipasi berhubungan dengan kurangnya intake


cairan.
o Tujuan : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan
ubun-ubun tidak cekung, turgor kulit normal, membran mukosa lembab,
output urine sesuai, berat jenis urine normal dan anak menunjukkan kebiasaan
buang air besar dengan konsistensi lembek.

Intervensi :

Berikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisi

Berikan cairan per oral

Berikan cairan atau nutrisi perparenteral, pantau kepatuhan infus

Ukur intake dan output 2 3 ml / kg / jam

Ukur berat jenis urine

Auskultasi bising usus

Kaji tanda-tanda dehidrasi

Pantau adanya overload cairan

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan makanan


yang cukup.
o Tujuan : Anak menunjukkan keutuhan integritas kulit yang ditandai dengan
kulit tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitas kulit normal.
o Intervensi :

Kaji keutuhan kulit setiap pergantian dinas

Berikan suplemen vitamin

Berikan alas matras yang lembut

Berikan cream kulit

Ganti segera pakaian yang lembab atau basah

Lakukan kebersihan kulit

Hindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit

Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun sekunder dari malnutrisi.
o Tujuan : Anak akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh
normal dan lekosit dalam batas normal
o Intervensi

Kaji tanda-tanda infeksi, ukur suhu tubuh setiap 4 jam

Gunakan standar pencegahan universal, kebersihan, mencuci tangan


yang benar bila akan kontak pada anak, menghindari dari anak yang
infeksi.

Berikan immunisasi bagi anak yang belum immunisasi.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak tahu memberikan intake nutrisi


yang adekuat pada anak.
o Tujuan :Orang tua memahami pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak.
o Intervensi :

Ajarkan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat

Jelaskan kondisi yang terkait dengan malnutrisi

Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk


meningkatkan produksi ASI.

Libatkan keluarga dalam perawatan anak untuk pemenuhan kebutuhan


sehari-hari.

Susun perencanaan pulang:

Jelaskan kebutuhan nutrisi yang adekuat dengan menggunakan


gambar-gambar

Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi

Ajarkan dan jelaskan orang tua untuk mengkonsumi makanan


yang tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.

Berikan penjelasan tentang makanan yang perlu diberikan pada


anak.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan albumin serum


o Tujuan : Klien menunjukkan keseimbangan cairan
o Interevensi

Monitor output dan input cairan 24 jam

Timbang BB tiap hari

Batasi intake cairan dan diet rendah garam

Rubah posisi 1-2 jam, tinggikan bagian kaki

Catat adanya edema

Monitor vital sign tiap 4 jam

Dengar kan bunyi nafas secara rutin

Kolaburasi pemberian diuretic

Kolaburasi pemberian diet tinggi protein

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot sekunder terhadap atropi


otot
o Tujuan : Klien mampu mentoleransi peningkatan aktivitas secara progresif
dengan kriteria hasil:

Tidak sesak nafas setelah aktivitas

Peningkatan frekuensi nadi kembali normal setelah 3 menit

o Intervensi

Anjurkan tirah baring pada fase sesak nafas

Sarankan melakukan aktivitas secara bertahap, misalnya membaca


ditempat tidur, sikat gigi di tempat tidur

Rujuk klien dalam latihan fisik di fisioterapi

Anjurkan klien latihan minimal selama 15 menit bagian pemanasan

Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi fisik dan mental untuk mencegah


ancaman serangan

Sarankan klien untuk menggunakan inhaler sebelum aktivitas

Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan


penurunan intake energi dan protein

Menurut Alimul Hidayat (2005) untuk mengatasi masalah keperawatan risiko


gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang mengalami hospitalisasi
akibat kejang demam antara lain :
o Tujuan : Klien dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai umur dan
dapat meminimalkan dampak serangan kejan Intervensi:

Berikan kesempatan anak untuk melaksanakan tugas perkembangan


anak.

Lakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kelompok usia tumbuh


kembang seperti di bawah ini :

0 1 tahun

Berikan stimulasi dengan menggunakan bermacam


mainan yang berwarna di tempat tidur seperti mobil,
mainan dengan musik, dan lain-lain.

Pangku atau gendong anak saat mau makan dalam


lingkungan yang tenang.

Berikan waktu istirahat dan lakukan observasi kepada


orang tua selama interaksi dan makan.

Berikan perawatan secara penuh (pengasuhan).

Biarkan tangan dan kaki bebas jika memungkinkan.

1 3 tahun

Anjurkan melakukan perawatan diri sendiri seperti


makan sendiri, pakai baju sendiri, mandi, dan lain-lain.

Berikan stimulasi atau dorong untuk mengemukakan


kata atau bahasa.

Beri kesempatan bermain dengan kelompok sebayanya


seperti teka-teki, buku dengan gambar-gambar, mobilmobilan, balok mainan, dan lain-lain.

Anjurkan orang tua untuk aktif dalam perawatan anak.

3 - 5 tahun

Anjurkan melakukan perawatan diri sendiri seperti


pakai baju sendiri, mandi, merawat mulut rambut, dan
lain-lain.

Beri kesempatan bermain dengan kelompok seperti


model mainan musik, boneka, buku-buku, kendaraan
sepeda roda tiga, dan lain-lain. Dan berikan buku cerita.

Anjurkan orang tua untuk aktif dalam perawatan anak.

5 11 tahun

Bicarakan dengan anak tentang perawatan yang akan


dilakukan dan mintakan masukan dari anak.

Beri kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan


anak-anak lainnya. dan Hargai perilaku yang positif.

Berikan buku cerita dan mainan seperti buku teka-teki,


video games, melukis atau lainnya.

Orientasikan dengan lingkungan sekitar.

11 15 tahun

Bicarakan dengan anak tentang perawatan yang akan


dilakukan dan mintakan masukan dari anak.

Beri kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan


anak-anak lainnya.

Libatkan dalam segala tindakan keperawatan.

Anjurkan orang tua, saudaranya untuk berkunjung atau


berinteraksi dengan anak.

Lakukan identifikasi minat atau hobi anak.

Daftar Pustaka
Alimul, H, 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Cetekan I, Jakarta:
Penerbit Salemba Medika

Anonim
2002.
Nutrition
and
Malnutrition,
http://contedaux.acadiau.ca/conted/Outreach/Smedia2002/NUT.html, diakses tanggal 17
Maret 2009
Anonim, 2007. Marasmus, http://www.hpathy.com/diseases/marasmus.asp,
diakses tanggal 17 Maret 2009

Anonim,2007.Marasmus,http://www.faqs.org/nutrition/KwaMen/Marasmus.html, diakses tanggal 17 Maret 2009

Benyamin,2006. Kwashiorkor, http://www.umm.edu/ency/article/001604.htm,


diakses tanggal 17 Maret 2009
Gehri, M, 2006. Marasmus, http://www.emedicine.com/ped/topic164.htm,
diakses tanggal 17 Maret 2009

Anda mungkin juga menyukai