Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Masalah gizi masyarakat yang utama di Indonesia masih dominan oleh masalah gizi
kurang energy protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya yodium (GAKY), masalah
kurangnya vitamin A (KVA), dan masalah anemia gizi (Suprariasa dkk, 2000). Zat gizi yang
paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi adalah zat besi. Defisiensi besi merupakan
penyebab utama anemia gizi banding anemia defisiensi zat gizi laon seperti asam folat , vitanib
B12,vitamin
C
dan
trace
element
lainnya
(
Wirakusumah,
1998).
Anemia yang paling umum ditemukan pada masyarakat adalah anemia defisiensi besi .
diperkirakann 25% dari penduduk dunia atau setara dengan 3,5 milyar orang menderita anemia
(Urtular dan Triasih, 2005). Estimiasi prevalen secara global sekitar 51%, dimana penyakit ini
cenderung berlangsung pada Negara yang sedang berkembang daripada Negara yang telah maj.
Terdapat 36% dari perkiraan populasi 3.800 juta orang di Negara yang sedang
berkembang,menderita , anemia jenis ini, sedangkan prevelensi anemia di Negara majuhanya
sekitar 8% dari perkiraan populasi dari 1.200 juta orang (DeMaeyer, 1995).
Pendidikan, kesehatan dan ekonomi dimana ketiga factor tersebut erat dengan kaitannya
dengan setatus gizi adalah pendidikan diindonesia yang masih lemah dengan pengetahuan
tentang
gizi.
Penyebab utama seseorang mengalami anemia, adalah kekurangan zat besi. Difesiensi
besi adalah penyebab anemia paling umum.. Kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan
melalui beberapa tahapan Mula-mula, simpanan zat besi dalam tubuh menurun, hingga
mengurangi produksi hemoglobin dan sel darah merah secara perlahan. Defesiensi besi dapat
terjadi dari pola makan sehari-hari yang rendah besi. Kurang protein, asam folat, vitamin B12
dari makanan sehari-hari juga memungkinkan terjadinya anemia, mengingat pentingnya unsureunsur tersebutdalam pembentukan sel-sel darah merah.
Anemia juga bisa disebabkan hal-hal lain seperti pendarahan kecil tetapi terus menerus
(slow bleeding) seperti akibat wasir, tukak lambung, kanker lambung atau usus dan efek
penggunaan aspirin atau obat-obat nonsteroid anti inflamasi terus menerus, menstruasi berat,
penyakit yang berhubungan dengan darah seperti leukemia dan infeksi (cacing, malaria).
Pecandu alcohol, perokok, pasien dengan penyakit saluran pencernaan vegetarian ekstrim, orang
lanjut usia dan wanita hamil termasuk yang beresiko defisiensi besi, akibat gizi buruk atau
kurang gizi atau penyerapan gizi kurng baik. Terganggunya tugas sel darah merah di dalam tubuh
disebabkan karena beberapa hal,seperti menurunnya hemoglobin sel darah merah karena
kekurangan zat besi (Fe), kerusakan sel darah merah. Penyebabnya bisa karena kurang gizi,
adanya zat beracun atau patogen, factor keturunan (genetis), penyakit Hodgkin atau kanker yang
terdapat pada organ penyimpanan (hati), adanya zat-zat penghambat penyerapan zat besi, seperti
1

asam fitat, asam oksalat, tannin yang banyak terdapat pada serealia, kacang-kacangan dan the,
gangguan-gangguan secara fisik, seperti kehilangan darah karena luka berat, tindakan
pembedahan, menstruasi, melahirkan, dan terlalu sering menjadi pendonor darah.dan
kemungkinan terdapatnya parasit di dalam tubuh (cacing tambang dan cacing pita).
Diketahui prevalensi Anemia Remaja Putri di Kabupaten Melati tahun 2014
Puskemas

Prevalensi (%)

Kamboja

25,3

Anggrek

25,6

Mawar

28,3

Flamboyan

26,1

Kenanga

25,8

Semangka

26,4

Manggis

25,7

Apel

26,2

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pencegahan dan penangulangan terjadinya Anemia gizi ?

I.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui cara menanggulangi Anemia gizi di wilayah Puskesmas Mawar

BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Secara Epidemiologi


2.1 Masalah Gizi di Indonesia
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak
dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya
masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus
melibatkan berbagai sektor yang terkait.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang masih didominasi


1.Anemia
2. Kurang energi protein (KEP)
3.Masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)
4.Masalah kurang vitamin A (KVA)
5. Obesitas

oleh masalah :

1.Pengertian Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein
pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan
menurun.
.
2. Tanda-tanda Anemia
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:
a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lebih lanjut adalah konjungtiva, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat.

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan
besar yaitu sebagai berikut:
1) Gejala Umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala
umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada
kadar hemoglobin yang menurun di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ
target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut
apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktivitas,
angina pektoris, dan gagal jantung.
5

b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan
otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c) Sistem Urogenital: dismenore dan libido menurun.
d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan
halus.

2) Gejala Khas Masing-masing anemia


Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut:
a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda tanda infeksi.

3) Gejala Akibat Penyakit Dasar


Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena penyakitpenyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh
infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak
tangan berwarna pucat. Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan
kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada
defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :
a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.

4. Klasifikasi Anemia
1. Anemia Hipokromik Mikrositik
6

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal penurunan Indeks Eritrosit
( MCV,MCH,MCHC).
2. Anemia Normokromik Normositik
Anemia normokromik normositik disebabkan oleh karena perdarahan akut, peningkatan
destruksi (hemolisis), dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.

3. Anemia Makrositik
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkromik karena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal.
Contohnya : 1. Anemia Defesiensi Asam Folat (B9)
2. Anemia Defesiensi Asam Kobalamin (B12)

Masalah gizi yang sering terjadi di Indonesia adalah Anemia defisiensi besi. Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk
eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang (Bakta, 2006).
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai
oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan
konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib, 2009).
.

Anemia defisiensi zat besi terdapat pada golongan rentan, salah satunya adalah wanita

hamil (Dep.Kes,1995). Masalah gizi yang sering dihadapi oleh ibu hamil salah satunya adalah
anemia gizi.

Terjadinya defisiensi (Fe) pada ibu hamil karena cadangan besi dalam tubuh lebih

sedikit sedangkan kebutuhannya lebih tinggi yaitu antara 1-2 mg zat besi (Fe) secara normal,
apabila hal ini terjadi secara berulang atau berlanjut berdampak pada kadar Hemoglobin ibu
tidak normal dan menyebabkan terjadinya anemia. Anemia juga dapat menyebabkan seorang ibu

melahirkan berat bayi rendah (BBLR) dan anemia pada yang bayi yang dilahirkan (Muryanti,
2006) .
Anemia kekurangan zat besi dan juga anemia kekurangan asam folat sebenarnya tidak
terjadi bila makanan sehari hari cukup mengandung besi dan asam folat. Pola konsumsi
masyarakat Indonesia yang semakin besar terdiri dari serelia kacang-kacangan dan sayuran yang
memiliki tingkat absorpsi yang rendah karena jenis pangan tersebut tergolong non heme iron.
Intervensi melalui makanan cukup sukar karena sumber makanan besi dari nabati penyerapannya
kurang dari 5% sedangkan besi heme dari sumber makanan hewani daya serap besinya lebih dari
15% tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat (Muhilal, 2000).

5. Etiologi
Menurut Bakta (2006) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya asupan
besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:
a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker
lambung, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b. Saluran genitalia (perempuan): menorrhagia.
c. Saluran kemih: hematuria.
d. Saluran nafas: hemoptisis.
2. Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan (asupan yang kurang)
atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang rendah.
3. Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, dan
kehamilan.
4. Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau dikonsumsi bersama
kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium
(susu dan produk susu).
6. Dampak Anemia gizi

Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri
antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya
aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan
menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa remaja
merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan
mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2004).
Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) dampak anemia pada
remaja adalah:
a. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena tidak adanya
gairah belajar dan konsentrasi
b. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak sempurna
c. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit
d. Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot
7. Alternatif Penyelesaian Masalah Gizi dan Prioritas
Berdasarkan penyebab yang di uraikan diatas maka alternative penyelesaian masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan melalui penyuluhan, terutama makanan
sumber hewani yang mudah diserap seperti hati, ikan ,daging dan lain-lain. Selain itu perlu
ditingkatkan juga makanan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin A (buah-buahan
dan sayuran). Untuk membantu penyerapan besi dan membantu proses pembentukan Hb.
2. Pemberian suplementasi dengan tablet besi .Untuk menanggulangi akibat buruk yang diderita
penderita anemia terutama yang disebabkan oleh kekurangan zat besi maka perlu diberi
tambahan zat besi
3. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi. Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis gizi
kedalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitas pangan suatu kelompok masyarakat.
Keuntungan Fortifikasi diantaranya dapat diterapkan pada populasi yang besar dan biaya relatif
murah. Fortifikasi bahan makanan dapat dilakukan dengan menambahkan zat besi,asam folat,
vitamin A dan asam amino pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok
sasaran. (Wirakusumah, Emma S,1999)
8. Upaya cara pelaksanaan menanggulanginya :

1.Pembasmian infeksi cacing secara berkala


Penanggulangan anemia perlu disertai dengan pemberian obat cacing didaerah yang di
duga prevalensi cacingnya tinggi. Prioritas pemerintah sekarang ini adalah pembasmian cacing
untuk anak sekolah, daerah vital produksi, daerah terpencil dan daerah kumuh. Direktorat Bini
Gizi masyarakat perlu berpartisipasi dalam rangka memperluas gerakan pembasmian cacing ini.
Direktorat Bini Gizi masyarakat juga perlu membantu pergerakan pembasmian cacing yang
dilakukan secara swadaya oleh masyarakat ataupun swasta.
Dalam rangka pembasmian cacing ini perlu diperhatikan bahwa pembasmian hanya akan
langgeng bila disertai degan kegiatan untuk mengubah perilaku penduduk kearah hidup yang
lebih bersih ( seperti cuci tangan, memggunakan sandal dan kegiatan untuk mengubah
lingkungan ( seperti jambanisasi) agar siklus hidup cacing bisa diputus secara permanan).
2. Pemberian obat anti malaria untuk daerah endemis
Pemberian obat anti malaria didaerah endemis malaria juga perlu diberikan
sekaligus pada waktu pemberian tablet tambah darah (TTD). Direktorat jendral P2MPLP
sekarang sudah memberikan anti malaria sekaligus tablet tambah darah (TTD), namun
baru daerah prioritas, seperti transmigrasi, daerah potensi wabah daerah pembangunan
dan daerah perbatasan.
2.2 Hubungan Anemia pada Petani atau Buruh Tani
Anemia adalah kondisi dimana tubuh kekurangan zat besi dan sering ditemukan pada
remaja perempuan

yang

sedang pada fase pubertas, yang ditandai dengan rasa letih dan lesu

pada penderritanya. Anemia dapat terjadi bukan hanya dikarenakan defisiensi Fe, namun pada
scenario 1 ,anemia yang terjadi disebabkan oleh cacing parasit salah satunya Soil Transmitted
Helminth (STH), yang termasuk STH yaitu:
1.
2.
3.
4.

Ascarislumbricoides.
Necatoramericanusdanancylostomaduodenale
Trichuristrichiura.
Strongyloidesstecoralis.
Melihat dari lokasi dan pekerjaan petani yang bekerja sehari-hari di daerah tanah

berlumpur atau lembab yang dimana merupakan tempat cacing tambang (Hookworm) salah
satunya necator americanus yang paling banyak ditemukan di ASIA dan merupakan kosmoploit
atau tersebar diseluruh dunia, cacing tersebut sering kali berada pada tanah yang lembab seperti
dipersawahan dan para petani sering kali saat membajak sawah atau ladang tidak menggunakan
10

alas kaki atau boots, sehingga kemungkinan besar necator americanus masuk melalui sub-cutan
atau menembus kulit, sering kali necator americanus yang dapat menembus kulit (sub-cutan)
adalah larva filariform yang berbentuk langsing, sehingga memudahkan menembus kulit.
Hubungan hookworm dengan kejadian anemia pada petani adalah dimana necator
americanus ini pada saat menembus kulit dia akan masuk dan berada pada mukosa duodenum
dan jujenum dan pada bagian kepala necator americanus di dapatkan bentukan seperti taring
yang berisikan antikoagulan, dimana jika cacing ini masuk dan menggit mukosa duodenum dan
jujenum akan mengakibatkan pendarahan yang menerus dikarenakan darah tidak dapat membeku
,akibat antikoagulan dari necatoramericanus, sehingga penderita dapat mengalami anemia
hipokrom makrositik. Pada penularannya larva filariform dapat menembus kulit (sub-cutan),
pencegahan dapat dilakukan dengan upaya memakaia alas kaki bila berjalan didaerah tanah
lembab, dan hindari kontak langsungdengan tanah lembab. Anemia juga dapat disebabkan karena
malabsorbsi akibatinfeksi cacing diusus, melihat latarbelakang sebagai petani dan tingkat
pengetahuan informasi yang tidak lengkap dapat mengindikasikan bahwa makanan yang tidak
dicuci di air mengalir dan juga tidak mencuci tangan sebelum makan, dalam hal ini cacing yang
dapat menginfeksi salah satunya adalah ascarislumbricoides yang dimana nantinya dapat
berakibat malabsorbsi, terutama malabsorbsi zatbesi (Fe) yang dapat berakibat anemia
hipokrom-makrositik.

11

2.3 Hubungan BBLR dengan Anemia Gizi


Anemia pada saat hamil dapat mengakibatkan efek buruk baik pada ibu maupun kepada
bayi yang akan dilahirkannya. Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu
karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen yang dapat mengakibatkan efek
tidak langsung pada ibu dan bayi antara lain kamatian bayi, bertambahnya kerentanan ibu
terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur (Setyawan, 1996).
Pada anemia ringan mengakibatkan terjadinya kelahiran prematur dan BBLR. Sedangkan
pada anemia berat selama masa hamil dapat mengakibatkan resiko morbiditas dan mortalitas
pada ibu maupun bayi yang di lahirkan. Selain itu, anemia juga dapat mengakibatkan habatan
tumbuh kembang janin dalam rahim, ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba, 1998).

12

BAB III
RENCANA PROGRAM
3.1 PERENCANAAN
1. Asesmen
Analisis keadaan sasaran
Analisis kapasitas organisasi (PKK, posyandu, puskesmas, dll)
2. IdentifikasiMasalah
Identifikasi akar permasalahan dari data-data yang diperoleh
Analisis masalah
3.Penetapan Tujuan

Menentukan tujuan berdasarkan kriteria SMART (Spesific, Measureable, Achievable,


Realistic, Time-bound)

13

4.Strategi dan Metodelogi

Proses untuk menentukan konsep kegiatan dan langkah-langkah yang akan dilakukan

untuk mencapai tujuan


Penentuan metodelogi didasarkan pada latar belakang, tujuan, sumberdaya yang dimiliki,
waktu, dansasaran

5. Rencana kegiatan
Merancang konsep acara yang lebih rinci, mencakup :

Outcome (hasil) dan indicator keberhasilan


Sasaran
Tempat dan waktu pelaksanaan
Timeline kerja
Konsep program (Metode follow up dan metode evaluasi)
Kepanitiaan
Anggaran

3.2 PENDEKATAN MELALUI PENGEMBANGAN ORGANISASI.


1. Menggalang kerja sama dengan para organisasi seperti, Ibu PKK, posyandu, puskesmas.
Ini bertujuan untuk bertukar informasi dan bertujuan untuk mengurangi angka kejadian
anemia di KabupatenMelati.
2. Meningkatkan kerjasama dan meningkatkan pengetahuan penduduk akan penyebab
anemia.
3. Ikut serta dalam setiap kegiatan kelurahan atau kegiatan RW, hal ini bertujuan untuk
bonding atau pendekatan dengan masyarakat agar nantinya tidak ada hambatan saat
pelaksanaan program.
3.3 PELAKSANAAN.
1. Pengelolaan sumber daya dan Implementasi

Manajemen waktu
Sumber daya keuangan
Monitoring dan evaluasi

3.4 EVALUASI.

14

1. Evaluasi

Mengevaluasi hasil
Mengevaluasi tujuan
Mengevaluasi manajemen keuangan
Mengevaluasi dampak program kegiatan
Mengevaluasi proses

15

BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
4.1

Kesimpulan

Jadi kami menduga anemia yang dialami oleh petani adalah Anemia Hipokrom
makrositik yaitu anemia yang disebabkan defisiensi zat besi (Fe). Kekurangan zat besi
menyebabkan tidak terbentuknya sel darah merah sehingga tubuh mengalami kekurangan sel
darah merah yang dimana pada scenario salah satu penyebabnya disebabkan oleh Helminth
(cacing), factor lingkungan dapat dilihat dari area persawahan yang biasanya para petani bekerja
dan juga factor kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum makan dan sayuran pada air
mengalir.
4.2

Saran

Masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah harus saling bekerjasama untuk mencegah
dan menanggulangi Anemia gizi.

16

17

DAFTAR REFERENSI

18

Anda mungkin juga menyukai