Bab FGD11
Bab FGD11
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Masalah gizi masyarakat yang utama di Indonesia masih dominan oleh masalah gizi
kurang energy protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya yodium (GAKY), masalah
kurangnya vitamin A (KVA), dan masalah anemia gizi (Suprariasa dkk, 2000). Zat gizi yang
paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi adalah zat besi. Defisiensi besi merupakan
penyebab utama anemia gizi banding anemia defisiensi zat gizi laon seperti asam folat , vitanib
B12,vitamin
C
dan
trace
element
lainnya
(
Wirakusumah,
1998).
Anemia yang paling umum ditemukan pada masyarakat adalah anemia defisiensi besi .
diperkirakann 25% dari penduduk dunia atau setara dengan 3,5 milyar orang menderita anemia
(Urtular dan Triasih, 2005). Estimiasi prevalen secara global sekitar 51%, dimana penyakit ini
cenderung berlangsung pada Negara yang sedang berkembang daripada Negara yang telah maj.
Terdapat 36% dari perkiraan populasi 3.800 juta orang di Negara yang sedang
berkembang,menderita , anemia jenis ini, sedangkan prevelensi anemia di Negara majuhanya
sekitar 8% dari perkiraan populasi dari 1.200 juta orang (DeMaeyer, 1995).
Pendidikan, kesehatan dan ekonomi dimana ketiga factor tersebut erat dengan kaitannya
dengan setatus gizi adalah pendidikan diindonesia yang masih lemah dengan pengetahuan
tentang
gizi.
Penyebab utama seseorang mengalami anemia, adalah kekurangan zat besi. Difesiensi
besi adalah penyebab anemia paling umum.. Kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan
melalui beberapa tahapan Mula-mula, simpanan zat besi dalam tubuh menurun, hingga
mengurangi produksi hemoglobin dan sel darah merah secara perlahan. Defesiensi besi dapat
terjadi dari pola makan sehari-hari yang rendah besi. Kurang protein, asam folat, vitamin B12
dari makanan sehari-hari juga memungkinkan terjadinya anemia, mengingat pentingnya unsureunsur tersebutdalam pembentukan sel-sel darah merah.
Anemia juga bisa disebabkan hal-hal lain seperti pendarahan kecil tetapi terus menerus
(slow bleeding) seperti akibat wasir, tukak lambung, kanker lambung atau usus dan efek
penggunaan aspirin atau obat-obat nonsteroid anti inflamasi terus menerus, menstruasi berat,
penyakit yang berhubungan dengan darah seperti leukemia dan infeksi (cacing, malaria).
Pecandu alcohol, perokok, pasien dengan penyakit saluran pencernaan vegetarian ekstrim, orang
lanjut usia dan wanita hamil termasuk yang beresiko defisiensi besi, akibat gizi buruk atau
kurang gizi atau penyerapan gizi kurng baik. Terganggunya tugas sel darah merah di dalam tubuh
disebabkan karena beberapa hal,seperti menurunnya hemoglobin sel darah merah karena
kekurangan zat besi (Fe), kerusakan sel darah merah. Penyebabnya bisa karena kurang gizi,
adanya zat beracun atau patogen, factor keturunan (genetis), penyakit Hodgkin atau kanker yang
terdapat pada organ penyimpanan (hati), adanya zat-zat penghambat penyerapan zat besi, seperti
1
asam fitat, asam oksalat, tannin yang banyak terdapat pada serealia, kacang-kacangan dan the,
gangguan-gangguan secara fisik, seperti kehilangan darah karena luka berat, tindakan
pembedahan, menstruasi, melahirkan, dan terlalu sering menjadi pendonor darah.dan
kemungkinan terdapatnya parasit di dalam tubuh (cacing tambang dan cacing pita).
Diketahui prevalensi Anemia Remaja Putri di Kabupaten Melati tahun 2014
Puskemas
Prevalensi (%)
Kamboja
25,3
Anggrek
25,6
Mawar
28,3
Flamboyan
26,1
Kenanga
25,8
Semangka
26,4
Manggis
25,7
Apel
26,2
I.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui cara menanggulangi Anemia gizi di wilayah Puskesmas Mawar
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
oleh masalah :
1.Pengertian Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein
pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan
menurun.
.
2. Tanda-tanda Anemia
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:
a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lebih lanjut adalah konjungtiva, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat.
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan
besar yaitu sebagai berikut:
1) Gejala Umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala
umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada
kadar hemoglobin yang menurun di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ
target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut
apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktivitas,
angina pektoris, dan gagal jantung.
5
b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan
otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c) Sistem Urogenital: dismenore dan libido menurun.
d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan
halus.
4. Klasifikasi Anemia
1. Anemia Hipokromik Mikrositik
6
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal penurunan Indeks Eritrosit
( MCV,MCH,MCHC).
2. Anemia Normokromik Normositik
Anemia normokromik normositik disebabkan oleh karena perdarahan akut, peningkatan
destruksi (hemolisis), dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
3. Anemia Makrositik
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkromik karena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal.
Contohnya : 1. Anemia Defesiensi Asam Folat (B9)
2. Anemia Defesiensi Asam Kobalamin (B12)
Masalah gizi yang sering terjadi di Indonesia adalah Anemia defisiensi besi. Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk
eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang (Bakta, 2006).
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai
oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan
konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib, 2009).
.
Anemia defisiensi zat besi terdapat pada golongan rentan, salah satunya adalah wanita
hamil (Dep.Kes,1995). Masalah gizi yang sering dihadapi oleh ibu hamil salah satunya adalah
anemia gizi.
Terjadinya defisiensi (Fe) pada ibu hamil karena cadangan besi dalam tubuh lebih
sedikit sedangkan kebutuhannya lebih tinggi yaitu antara 1-2 mg zat besi (Fe) secara normal,
apabila hal ini terjadi secara berulang atau berlanjut berdampak pada kadar Hemoglobin ibu
tidak normal dan menyebabkan terjadinya anemia. Anemia juga dapat menyebabkan seorang ibu
melahirkan berat bayi rendah (BBLR) dan anemia pada yang bayi yang dilahirkan (Muryanti,
2006) .
Anemia kekurangan zat besi dan juga anemia kekurangan asam folat sebenarnya tidak
terjadi bila makanan sehari hari cukup mengandung besi dan asam folat. Pola konsumsi
masyarakat Indonesia yang semakin besar terdiri dari serelia kacang-kacangan dan sayuran yang
memiliki tingkat absorpsi yang rendah karena jenis pangan tersebut tergolong non heme iron.
Intervensi melalui makanan cukup sukar karena sumber makanan besi dari nabati penyerapannya
kurang dari 5% sedangkan besi heme dari sumber makanan hewani daya serap besinya lebih dari
15% tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat (Muhilal, 2000).
5. Etiologi
Menurut Bakta (2006) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya asupan
besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:
a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker
lambung, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b. Saluran genitalia (perempuan): menorrhagia.
c. Saluran kemih: hematuria.
d. Saluran nafas: hemoptisis.
2. Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan (asupan yang kurang)
atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang rendah.
3. Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, dan
kehamilan.
4. Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau dikonsumsi bersama
kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium
(susu dan produk susu).
6. Dampak Anemia gizi
Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri
antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya
aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan
menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa remaja
merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan
mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2004).
Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) dampak anemia pada
remaja adalah:
a. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena tidak adanya
gairah belajar dan konsentrasi
b. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak sempurna
c. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit
d. Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot
7. Alternatif Penyelesaian Masalah Gizi dan Prioritas
Berdasarkan penyebab yang di uraikan diatas maka alternative penyelesaian masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan melalui penyuluhan, terutama makanan
sumber hewani yang mudah diserap seperti hati, ikan ,daging dan lain-lain. Selain itu perlu
ditingkatkan juga makanan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin A (buah-buahan
dan sayuran). Untuk membantu penyerapan besi dan membantu proses pembentukan Hb.
2. Pemberian suplementasi dengan tablet besi .Untuk menanggulangi akibat buruk yang diderita
penderita anemia terutama yang disebabkan oleh kekurangan zat besi maka perlu diberi
tambahan zat besi
3. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi. Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis gizi
kedalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitas pangan suatu kelompok masyarakat.
Keuntungan Fortifikasi diantaranya dapat diterapkan pada populasi yang besar dan biaya relatif
murah. Fortifikasi bahan makanan dapat dilakukan dengan menambahkan zat besi,asam folat,
vitamin A dan asam amino pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok
sasaran. (Wirakusumah, Emma S,1999)
8. Upaya cara pelaksanaan menanggulanginya :
yang
sedang pada fase pubertas, yang ditandai dengan rasa letih dan lesu
pada penderritanya. Anemia dapat terjadi bukan hanya dikarenakan defisiensi Fe, namun pada
scenario 1 ,anemia yang terjadi disebabkan oleh cacing parasit salah satunya Soil Transmitted
Helminth (STH), yang termasuk STH yaitu:
1.
2.
3.
4.
Ascarislumbricoides.
Necatoramericanusdanancylostomaduodenale
Trichuristrichiura.
Strongyloidesstecoralis.
Melihat dari lokasi dan pekerjaan petani yang bekerja sehari-hari di daerah tanah
berlumpur atau lembab yang dimana merupakan tempat cacing tambang (Hookworm) salah
satunya necator americanus yang paling banyak ditemukan di ASIA dan merupakan kosmoploit
atau tersebar diseluruh dunia, cacing tersebut sering kali berada pada tanah yang lembab seperti
dipersawahan dan para petani sering kali saat membajak sawah atau ladang tidak menggunakan
10
alas kaki atau boots, sehingga kemungkinan besar necator americanus masuk melalui sub-cutan
atau menembus kulit, sering kali necator americanus yang dapat menembus kulit (sub-cutan)
adalah larva filariform yang berbentuk langsing, sehingga memudahkan menembus kulit.
Hubungan hookworm dengan kejadian anemia pada petani adalah dimana necator
americanus ini pada saat menembus kulit dia akan masuk dan berada pada mukosa duodenum
dan jujenum dan pada bagian kepala necator americanus di dapatkan bentukan seperti taring
yang berisikan antikoagulan, dimana jika cacing ini masuk dan menggit mukosa duodenum dan
jujenum akan mengakibatkan pendarahan yang menerus dikarenakan darah tidak dapat membeku
,akibat antikoagulan dari necatoramericanus, sehingga penderita dapat mengalami anemia
hipokrom makrositik. Pada penularannya larva filariform dapat menembus kulit (sub-cutan),
pencegahan dapat dilakukan dengan upaya memakaia alas kaki bila berjalan didaerah tanah
lembab, dan hindari kontak langsungdengan tanah lembab. Anemia juga dapat disebabkan karena
malabsorbsi akibatinfeksi cacing diusus, melihat latarbelakang sebagai petani dan tingkat
pengetahuan informasi yang tidak lengkap dapat mengindikasikan bahwa makanan yang tidak
dicuci di air mengalir dan juga tidak mencuci tangan sebelum makan, dalam hal ini cacing yang
dapat menginfeksi salah satunya adalah ascarislumbricoides yang dimana nantinya dapat
berakibat malabsorbsi, terutama malabsorbsi zatbesi (Fe) yang dapat berakibat anemia
hipokrom-makrositik.
11
12
BAB III
RENCANA PROGRAM
3.1 PERENCANAAN
1. Asesmen
Analisis keadaan sasaran
Analisis kapasitas organisasi (PKK, posyandu, puskesmas, dll)
2. IdentifikasiMasalah
Identifikasi akar permasalahan dari data-data yang diperoleh
Analisis masalah
3.Penetapan Tujuan
13
Proses untuk menentukan konsep kegiatan dan langkah-langkah yang akan dilakukan
5. Rencana kegiatan
Merancang konsep acara yang lebih rinci, mencakup :
Manajemen waktu
Sumber daya keuangan
Monitoring dan evaluasi
3.4 EVALUASI.
14
1. Evaluasi
Mengevaluasi hasil
Mengevaluasi tujuan
Mengevaluasi manajemen keuangan
Mengevaluasi dampak program kegiatan
Mengevaluasi proses
15
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
4.1
Kesimpulan
Jadi kami menduga anemia yang dialami oleh petani adalah Anemia Hipokrom
makrositik yaitu anemia yang disebabkan defisiensi zat besi (Fe). Kekurangan zat besi
menyebabkan tidak terbentuknya sel darah merah sehingga tubuh mengalami kekurangan sel
darah merah yang dimana pada scenario salah satu penyebabnya disebabkan oleh Helminth
(cacing), factor lingkungan dapat dilihat dari area persawahan yang biasanya para petani bekerja
dan juga factor kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum makan dan sayuran pada air
mengalir.
4.2
Saran
Masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah harus saling bekerjasama untuk mencegah
dan menanggulangi Anemia gizi.
16
17
DAFTAR REFERENSI
18