Hernia Pada Otak
Hernia Pada Otak
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya
yang normal melalui sebuah defek congenital atau yang didapat (long,
1996:246)
Bagian-bagian Hernia :
Anatomi Fisiologi
Ruang intrakranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh sesuai dengan
kapasitasnya dengan unsur yang tidak dapat ditekan : cairan serebrospinal (+ 75
ml), dan darah (+ 75 ml), otak (1400 g).
Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) adalah cairan jernih yang mengelilingi otak dan korda
spinalis. CSS melindungi otak terhadap getaran fisik. Antara CSS dan jaringan
saraf terjadi pertukaran zat-zat gizi dan produk sisa. Walaupun CSS dibentuk dari
plasma yang mengalir melalui otak, konsentrasi elektrolit dan glukosanya berbeda
dari plasma.
CSS dibentuk sebagai hasil filtrasi, difusi, dan transport aktif melintasi kapilerkapiler khusus ke dalam ventrikel (rongga) otak, terutama ventrikel lateralis.
Jaringan kapiler yang berperan dalam pembentukan CSS disebut pleksus
koroideus. Setelah berada didalam ventrikel, CSS mengalir ke batang otak.
Melalui lubang-lubang kecil dibatang otak, CSS beredar ke permukaan otak dan
korda spinalis. Di permukaan otak, CSS masuk ke sistem vena dan kembali ke
jantung. Dengan demikian CSS terus-menerus mengalami resirkulasi melalui
susunan saraf pusat. Apabila saluran CSS diventrikel mengalami sumbatan, maka
dapat terjadi penimbunan cairan. Akibatnya akan terjadi peningkatan tekanan
didalam atau dipermukaan otak.
Sawar Darah Otak
Sawar darah otak mengacu pada kemampuan sistem vaskular otak untuk
memanipulasi komposisi cairan interstisium sehingga berbeda dibandingkan
dengan cairan interstisium dibagian tubuh lainnya. Sawar darah otak terbentuk
dari sel-sel endotel yang saling berkaitan erat dikapiler otak, dan dari sel-sel yang
melapisi ventrikel yang membatasi filtrasi dan difusi. Fungsi transfor khusus
mengatur cairan apa yang keluar dari sirkulasi uum untuk membasahi sel-sel otak.
Sawar darah otak melindungi sel-sel otak yang halus dari pajanan bahan-bahan
yang potensial berbahaya. Banyak obat dan zat kimia tidak dapat menembus
sawar darah otak.
Otak menerima aliran darah sawar otak sekitar 15% curah jantung. Tingginya
tingkat aliran darah ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan otak yang terusmenerus akan glukosa dan oksigen.
Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh
tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan oksigen dan glukosa melalui aliran
darah adalah kontan. Metabolisme otak merupakan proes tetap dan kontinu, tanpa
ada masa istirahat. Aktivitas otak yang tak pernah berhenti ini berkaitan dengan
fungsinya yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik
dan system efektor perifer tubuh, dan fungsi sebagai pengatur informasi yang
masuk, simpan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku.
Otak terdiri dari batang otak, serebelum, diensefalon, sistim limbik dan sererum.
Peningkatan volume salah satu diantara ketiga unsur utama ini mengakibatkan
desakan pada ruangan yang ditempati oleh unsur lainnya dan menaikkan tekanan
intracranial.
B. Patofisiologi
Etiologi :
Hemoragia otak
Hematoma subdural
Abses otak
Hidrosefalus akut
Edema otak
Proses Terjadinya
Ruang intracranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal.
Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang menghasilkan suatu tekanan
intracranial normal sebesar 50 sampai 200 mmH2O atau 4 sampai 5 mmHg.
Dalam keadaan normal, tekanan intracranial dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari
dan dapat meningkat sementara waktu sampai tingkat yang jauh lebih tinggi dari
pada normal. Beberapa aktivitas tersebut adalah pernapasan abdominal dalam,
batuk, dan mengedan atau valsalva maneuver. Kenaikan sementara TIK tidak
menimbulkan kesukaran, tetapi kenaikan tekanan yang menetap mengakibatkan
rusaknya kehidupan jaringan otak.
Ruang intracranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh sesuai
kapasitasnya dengan unsur yang tidak dapat ditekan : otak (1400 g), cairan
serebrospinal (sekitar 75 ml), dan darah (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada
salah satu dari ketiga unsur utama ini mengakibatkan desakan ruang yang
ditempati oleh unsur lainnya dan menaikan tekanan intracranial. Hipotesis MonroKellie memberikan suatu contoh konsep pemahaman peningkatan TIK. Teori ini
menyatakan bahwa tulang tengkorak tidak dapat meluas sehingga bila salah satu
dari ketiga ruangannya meluas, dua ruang lainnya harus mengkompensasi dengan
mengurangi volumenya (apabila TIK masih konstan). Mekanisme kompensasi
intracranial ini terbatas, tetapi terhentinya fungsi neural ini dapat menjadi parah
bila mekanisme ini gagal. Kompensasi terdiri dari meningkatnya aliran CSF
kedalam kanalis spinalis dan adaptasi otak terhadap peningkatan tekanan tanpa
meningkatkan TIK. Edema menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan dan
akhirnya meningkatkan TIK, yang pada gilirannya akan menurunkan aliran darah
otak (ADO), iskemia, hipoksia, asidosis (penurunan pH dan peningkatan PCo2),
Mekanisme kompensasi yang berpotensi mengakibatkan kematian adalah
penurunan aliran darah ke otak dan pergeseran otak ke arah bawah atau horizontal
(herniasi) bila TIK makin meningkat Perdarahan, pembengkakan dan penimbunan
cairan (edema) memiliki efek yang sama yang ditimbulkan oleh pertumbuhan
massa di dalam tengkorak. Karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka
Perubahan berbicara
Kejang
Pingsan
Penurunan kesadaran
Dilatasi pupil
Bradikardi
Muntah
Hipertermi
Komplikasi
Defisit neurologi
Nyeri kepala
Kematian
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan Medis
1. Menurunkan volume darah otak
Hiperventilasi
Cegah hiperpireksia
VP shunt
PENGKAJIAN
a) Pengumpulan Data
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, pendidikan, alamat,
diagnosa medis, tanggal/jam MRS dan tanggal/jam pengkajian.
2. Riwayat Kesehatan
a.Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien dan
merupakan alasan pokok klien masuk RS (Keluhan utama saat
MRS). Keluhan utama yang lain adalah keluhan utama saat
dilakukan pengkajian (beberapa saat atau hari setelah klien
MRS). Keluhan ini biasanya berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial dan adanya gangguan fokal, seperti nyeri
kepala hebat, muntah muntah, kejang, dan penurunan tingkat
kesadaran.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisikan tentang keadaan dan keluhan klien saat timbulnya
serangan, waktu, frekuensi, penjalaran, kualitas, tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi serangan. Kaji adanya keluhan nyeri
kepala, mual, muntah, dan penurunan tingkat kesadaran dengan
pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam
intrakranial. Keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak
responsif, dan koma.
c.Eleminasi
Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
d. Gerak dan aktifitas
Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi,
ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat,
adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan.
e.Istirahat Tidur (kurang tidur, terganggu)
Perubaan pola istirahat : adanya gejala susah tidur/insomnia,
faktor - faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas,
keterbatasan dalam hobi dan dan latihan.
f. Kebersihan diri (kurang perawatan diri)
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Rasa nyaman
Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan
biasanya lama.
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik diri dari rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
i. Rasa aman
Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan
sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
j. Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau
kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium,
agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
k. Seksualitas,
b.B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada
medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi.
c.B3 (Brain)
e.B5 (Bowel)
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut karena akibat rangsangan pusat muntah
pada medulla oblongata. Pola defekasi terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
f.B6 (Bone)
Adanya
kesulitan
untuk
beraktivitas
karena
kelemahan,
Hipotermi
Hipotensi
Data Subjektif
Kesimpulan
- Pasien merasa nyeri Perubahan
kepala
jaringan serebral
perfusi
Pasien
terlihat
merintih
dan
menangis
Perubahan
pola
komunikasi
nyeri
komunikasi
Perubahan
respon
terhadap rangsangan
bisa
Konsentrasi buruk
Perubahan
pola
perilaku
mengenali sensori
Pasien
mengeluh
perubahan
disorientasi
waktu,
Berat
Pasien
dari
sebelumnya.
pada
indra penglihatan
badan
berkurang
persepsi
dan muntah
-
Pasien
mengatakan
sulit menelan
-
Pasien
mengatakan
Pasien
mengalami
hemiparase
Pasien
berpindah
tempat
-
Pasien
bertanya
tanya
tentang
tidak
penyakitnya
-
Tampak
tentang penyakitnya
lingkar
Pasien
pengetahuan
kondisi
penanganan penyakit
dan
sulit
tidur
terbangun
dan
pada
malam hari
Pasien
mengeluh Penurunan curah jantung
Pasien
lemah
Pasien
muntah
proyektil,
papil
nyeri hebat
edema
RR >
x/mnt,
Pasien
tampak retraksi
GDA
hipoksemia,
sulit bernafas
Pasien
mengeluh Kerusakan pertukaran gas
hiperkapnia
Disorientasi
sesak
Pasien
24
sulit
-
sulit konsentrasi
Faktor resiko : penurunan kesdaran
dan
Risiko cidera
d) Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
suplai darah akibat penekanan jaringan otak.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompresi medulla
oblongata.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pada
jaringan otak.
5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan traktus
sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kompresi medulla oblongata.
7. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada daerah
dan lintasan motorik di dekat herniasi.
8. Defisit pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi.
9. Penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
gangguan
kontraktilitas jantung
10. Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala.
11. Peningkatan TIK berhubungan dengan kompresi medulla oblongata
12. Perubahan
proses
berfikir
berhubungan
dengan
penekanan
mesensefalon.
13. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan disfungsi pernafasan
14. Risiko cidera berhubungan dengan penekanan jaringan otak.
I.
PERENCANAAN
a) Prioritas Masalah
1. Peningkatan TIK
2. Penurunan curah jantung
3. Perubahan perfusi jaringan serebral
4. Kerusakan pertukaran gas
5. Pola nafas tidak efektif
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
7. Nyeri
8. Kerusakan mobilitas fisik
9. Perubahan pola tidur
10. Perubahan persepsi sensori
11. Kerusakan komunikasi verbal
12. Perubahan proses berfikir
13. Defisit pengetahuan
14. Risiko cidera
b) Rencana Keperawatan
Dx.1 Peningkatan TIK b/d penekanan medulla oblongata
Tujuan: Setelah diberi askep selam 1 x 24 jam diharapkan pasien
mengalami penurunan TIK.
Kriteria:
1.
2.
3.
4.
Intervensi :
2.
3.
Pantau
haluaran
urine,
catat
penurunan
haluaran
dan
kepekatan/konsentrasi urine
R/ : Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan
cairan dan natrium. Haluaran urine biasanya menurun selama sehari
karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada
malam hari, sehingga cairan kembali ke sirkulasi bila pasien tidur
4.
5.
6.
7.
8.
Mengeluarkan
napas
sewaktu
bergerak
atau
Dx4.
medulla oblongata
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan pasien
memperlihatkan perbaikan dalam pertukaran gas dengan kriteria hasil :
melaporkan penurunan dispnea, menunjukan gas-gas darah arteri yang
normal
Intervensi :
diafragmatik
R/ : memperbaiki ventilasi dengan membuka jalan nafas
3. Berikan oksigen dengan metode yang diharuskan
R/ : oksigen akan memperbaiki hipoksemia
Gangguan
rasa
nyaman
nyeri
berhubungan
dengan
Intervensi :
1. Ajarkan tehnik relaksasi dengan menarik nafas panjang.
Rasional : membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami klien.
2. Observasi penyebab timbulnya nyeri (takut, marah, cemas)
Rasional : dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan
tindakan untuk mengurangi nyeri.
3. Monitor karakteristik nyeri melalui respon verbal dan hemodinamik.
Rasional : perubahan respon verbal dan dan hemodinamik dapat
mendeteksi adanya perubahan kenyamanan.
4. Observasi adanya gambaran nyeri yang dialami klien meliputi
tempatnya, intensitas, durasi, kualitas dan penyebarannya.
Rasional : nyeri merupakan perasaan subyektif yang dialami dan
digambarkan sendiri oleh klien dan harus dibandingkan dengan gejala
penyakit lain sehingga didapatkan data yang akurat.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman, kurangi aktivitas, batasi pengunjung.
Rasional : membantu mengurangi rangsangan dari luar yang dapat
menambah ketenangan sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang
dan daya kerja jantung tidak terlalu keras.
6. Observasi tanda tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat
narkotik.
Rasional : obat jenis narkotik dapat menyebabkan depresi pernafasan
dan hipotensi.
Dx8.
untuk
mengembangkan
keseimbangan
dudukl
(seperti
5. Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema, atau tanda lain
dari gangguan sirkulasi.
Rasional : Jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami
trauma dan penyembuhannya lambat.
6. Bangunkan pasien dari kursi sesegera mungkin setelah tanda-tanda vital
stabil kecuali pada hemoragik serebral.
Rasional : Membantu menstabilkan tekanan darah (tonus vasomotor
terjaga), meningkatkan keseimbangan ekstremitas dalam posisi normal
dan pengosongan kandung kemih/ginjal, menurunkan risiko terjadinya
batu kandung kemih dan infeksi karena urine yang statis.
7. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
menggunakan
ekstremitas
yang
tidak
sakit
untuk
Rasional : Menurunkan stimulus sensori dengan menghambat suarasuara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak.
Dx10.
perilaku
untuk
mengkompensasi
terhadap
defisit/hasil
Intervensi :
1. Lihat kembali proses patologis kondisi individual.
Rasional : Kesadaran akan tipe/daerah yang terkena membantu dalam
mengkaji/mengantisipasi defisit spesifik dan perawatan.
2. Evaluasi adanya gangguan penglihatan. Catat adanya penurunan lapang
pandang, perubahan ketajaman persepsi (bidang horizontal atau
vertikal), adanya diplopia (pandangan ganda).
Rasional : Munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negatif
terhadap
kemampuan
pasien
untuk
menerima
lingkungan
dan
karena adanya
pandangan ganda.
4. Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang
membahayakan.
Rasional : Menurunkan/membatasi jumlah stimulasi penglihatan yang
mungkin
dapat
menimbulkan
kebingungan terhadap
interpretasi
Membantu
melatih
kembali
jaras
sensorik
untuk
Menurunkan
ansietas
dan
respons
emosi
yang
pasien
dapat
berkomunikasi
dengan
baik,
mampu
dapat
merealisasikan
mengklarifikasi percakapan.
pengertian
klien
dan
dapat
Rasional
: Mengurangi
kebingungan
atau
kecemasan
terhadap
Memungkinkan
klien
dihargai
karena
kemampuan
mesensefalon.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan perubahan proses fikir pasien dapat diatasi.
Kriteria hasil :
1. Mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya
2. Konsentrasi baik
Intervensi :
1.
3.
4.
Intervensi :
1. Bantu pasien mengerti tentang tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Rasional
Pengetahuan
yang
diharapkan
akan
membantu
pengajaran/instruksi tertulis
Rasional : Membantu meningkatkan pengetahuan dan memberikan
sumber tambahan untuk referensi perawatan di rumah.
Dx14. Risiko cidera berhubungan dengan penekanan jaringan otak.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien tidak mengalami cidera.
Kriateria hasil : pasien dalam keadaan baik baik saja.
Intervensi :
1. Pantau adanya kejang/kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot
wajah yang lain.
Rasional : Mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang
memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk
mencegah komplikasi.
2. Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantalan pada
penghalang tempat tidur, pertahankan penghalang tempat tidur tetap
terpasang.
Rasional : Menghindarkan cidera pada pasien.
3. Mempertahankan tirah baring
DAFTAR PUSTAKA
1.
Carpenito-Moyet,
Lynda
Juall.
Buku
Saku
Diagnosa
3.
4.
5.
6.
HTTP//Google.com