PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan bahan-bahan kimia semakin besar
sehingga pembangunan industri kimia perlu lebih diprioritaskan. Industri kimia merupakan salah
satu industri vital dan strategis, untuk itu hampir setiap negara di dunia, tak terkecuali Indonesia
banyak memberikan perhatian pada pengembangan industri kimia, mengingat industri ini banyak
mempunyai keterkaitan dengan pengembangan industri lainnya.
Salah satu bahan kimia yang banyak digunakan adalah soda ash atau natrium karbonat. Soda
ash merupakan komoditas kimia yang sekitar 75% produksi dunia adalah abu sintetis yang dibuat
dari natrium klorida melalui proses solvay atau proses yang sejenis, sisanya yang 25% di
produksi dari natrium karbonat alami. Dalam dunia perdagangan. (Kirk and Othmer, 1979).
Soda ash merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan oleh masyarakat dalam
pengolahan makanan dan bahan baku dalam berbagai industri kimia. Industri kimia yang paling
banyak menggunakan soda ash sebagai bahan bakunya adalah industri Chlor Alkali. Produk
utama dari industri ini adalah chlorine (Cl) dan Natrium Hidroksida (NaOH), yang banyak
dibutuhkan oleh industri lain seperti industri gelas, pulp dan kertas, tekstil, deterjen, sabun dan
pengolahan air limbah. (Lesdantina dan Istikomah, 2009)
Ada beberapa proses dalam pembuatan soda ash, yaitu proses La Blanc, Solvay, dan proses
natural. Berdasarkan ketersediaan bahan baku dan efisiensi energi, maka proses solvay lebih
menguntungkan. Hal ini dikarenakan bahan baku pada pembuatan soda ash dengan proses solvay
adalah garam, batu kapur, dan ammonia. Selain itu proses solvay bekerja pada suhu yang relative
rendah sehingga lebih hemat dalam hal supplai energi.
Proyeksi kebutuhan soda ash di Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan setiap
tahun. Namun produksi soda ash dalam negeri sangat sedikit karena industri soda ash di
Indonesia masih belum berkembang. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan soda ash di
Indonesia sampai saat ini harus melalui impor dari luar negeri. Berdasarkan data dari Biro Pusat
Statistik, impor natrium karbonat dari tahun 2000-2006 sebagai berikut :
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Impor (ton/tahun)
2008
803,025,691
617,420,535
559,133,887
738,287,849
776,529,440
625,047,347
743,755,822
Dari paparan di atas, maka peluang industri soda ash di Indonesia sangat menjanjijkan.
Selain itu, dengan adanya pabrik soda ash di Indonesia akan membawa dampak positif bagi
industri dalam negeri khususnya dalam pemenuhan kebutuhan soda ash. Sehingga impor akan
soda ash dapat dikurangi. Untuk jangka pajang, pemenuhan soda ash untuk pasar global juga
dapat dilakukan sehingga bisa menembus pasar expor International
1.2 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi soda ash atau soda abu dengan
menggunakan proses solvay yaitu garam, batu gamping (limestone), kokas atau gas bumi serta
menggunakan ammonia sebagai reagen siklus (Shreve, 1984).
1.2.1 NaCl (Garam Industri)
Garam (NaCl) merupakan senyawa yang diproduksi dari brine dan digunakan pada
industri klor dan alkali. Untuk bahan baku garam diperoleh dari PT Garam Industri Surabaya
karena garam yang dihasilkan sudah dimurnikan. Sehingga kebutuhan akan NaCl dapat
terpenuhi.
1.2.2 Batu kapur (limestone)
Batu kapur (limestone) dihasilkan dari penambangan galian C yang tersebar di seluruh
indonesia. Khususnya wilayah Jawa Timur keberadaan tambang batu kapur tersebar di 117
kabupaten (Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Ponorogo, Ngawi, Bojonegoro, Tuban,
Lamongan, Nganjuk, Jember, Bondowoso, Banyuwangi, Bangkalan, Sampang, Pamekasan,
Tabel 1.2.1 Pasokan dan kebutuhan garam nasional (dalam ribu ton)
.
Sumber : kementrian perindustrian, 2010
Tabel 1.2.2. Data Impor abu soda tahun 1999-2006