SGD Integritas Kulit
SGD Integritas Kulit
Pembahasan :
1. Jelaskan fungsi kulit terkait dengan:
Fungsi Kulit :
a. Thermoregulation :
- Mengontrol suhu badan dengan konveksi, evaporasi, konduksi dan radiasai
- Membantu tubuh menyesuaikan dengan suhu lingkungan
- Menghilangkan panas saat beraktivitas
- Membuat tubuh menggigil dan bulu uduk berdiri, untuk mempertahankan tubuh
tetap hangat walau di suhu dingin
- Mendinginkan tubuh saat terjadi evaporasi
Selain itu thermoregulation adalah kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di
pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah
banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar
dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit
keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi
pengeluaran panas oleh tubuh
b. Metabolisme :
- Membantu aktivasi vitamin D dan mengunakan vitamin D
- Membantu tubuh mengeluarkan zat sisa
- Menyerap medikasi
- Menyimpan lemak
- Berperan dalam regulasi cardiac outputdan tekanan darah
Selain itu metabolisme adalah membantu aktivasi vitamin D dan mengunakan vitamin
D Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan
menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan
dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Tubuh memang mampu menghasilkan vitamin D dengan sendirinya tetapi masih belum
mampu memenuhi kebutuhan tubuh secara menyeluruh sehingga pemberian vitamin D secara
buatan atau yang dapat diperoleh dari sumber makanan, buah-buahan dan sayuran yang
banyak mengandung vitamin D masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula
mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di
bawah kulit.
c. Sensation :
- Merasakan adanya sensai : dingin, panas, nyeri, tekanan dan sentuhan
- Menyalurkan sensai sosial dan seksual
- Membantu keintiman secara fisik
2. Integritas kulit adalah suatu kesatuan(adekuat) kulit baik dalam bentuk struktur dan fungsi
3.
atau penyakit degeneratif. Istilah dekubitus sebenarnya kurang tepat dipakai untuk
menggambarkan luka tekan karena asal kata dekubitus adalah decumbere yang artinya
berbaring. Ini diartikan bahwa luka tekan hanya berkembang pada pasien yang dalam
keadaan berbaring. Padahal sebenarnya luka tekan tidak hanya berkembang pada pasien
yang berbaring, tapi juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan kursi roda atau
prostesi. Oleh karena itu istilah dekubitus sekarang ini jarang digunakan di literatur
literatur untuk menggambarkan istilah luka tekan.
Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan diri yang
didefenisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka
waktu lebih dari 6 jam (Sabandar, 2008). (National pressure Ulcer Advisory panel
(NPUAP), 1989 dalam Potter & perry, 2005) mengatakan dekubitus merupakan nekrosis
jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan
tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama. Terjadi gangguan
mikrosirkulasi jaringan lokal dan mengakibatkan hipoksia jaringan. Jaringan memperoleh
oksigen dan nutrisi serta membuang sisa metabolisme melalui darah. Beberapa faktor yang
mengganggu proses ini akan mempengaruhi metabolisme sel dengan cara mengurangi atau
menghilangkan sirkulasi jaringan yang menyebabkan iskemi jaringan.
4. Perbedaan Luka dengan Luka Tekan
1
Berdasarkan Pengertiannya :
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah
kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier,
1995).
Luka tekan merupakan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam
jangka waktu lebih dari 6 jam (Sabandar, 2008).
2
Berdasarkan Penyebabnya :
Luka :
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh
kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung lukanya akan melebar.
Luka Tekan
1
Mobiltas dan aktivitas mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol
posisi tubuh sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang
berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi
untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian
luka tekan. Penelitian yang dilakukan Suriadi (2003) di salah satu rumah sakit
di Pontianak jugamenunjukan bahwa mobilitas merupakan faktor yang
signifikan untuk perkembanganluka tekan.
Penurunan
sensori
persepsi.
Pasien
merasakansensari
nyeri
akibat
tekanan
diatas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan
mudah terkena luka tekan
3
Luka dekubitus merupakan dampak dari tekanan yang terlalu lama pada area
permukaan tulang yang menonjol dan mengakibakan berkurangnya sirkulasi darah pada area
yang tertekan dan lama kelamaan jaringan setempat mengalami iskemik, hipoksia dan
berkembang menjadi nekrosis. Tekanan yang normal pada kapiler adalah 32 mmHg. Apabila
tekanan kapiler melebihi dari tekanan darah dan struktur pembuluh darah pada kulit, maka
akan terjadi kolaps. Dengan terjadi kolaps akan menghalangi oksigenisasi dan nutrisi ke
jaringan, selain itu area yang tertekan menyebabkan terhambatnya aliran darah. Dengan
adanya peningkatan tekanan arteri kapiler terjadi perpindahan cairan ke kapiler, ini akan
menyokong untuk terjadi edema dan konsekuensinya terjadi autolysis. Hal lain juga bahwa
aliran limpatik menurun, ini juga menyokong terjadinya edema dan mengkontribusi untuk
terjadi nekrosis pada jaringan.
iskemik
nekrotik
Menurut Potter & Perry (2005), ada berbagai faktor yang menjadi predisposisi terjadi luka
dekubitus pada pasien yaitu:
mungkin
dapat
merasakan
tekanan,
tetapi
tidak
mampu
memahami
bagaimana
menghilangkan tekanan itu. Pasien koma tidak dapat merasakan tekanan dan tidak mampu
mengubah ke posisi yang labih baik. Selain itu pada pasien yang mengalami perubahan
tingkat kesadaran lebih mudah menjadi binggung. Beberapa contoh adalah pada pasien yang
berada di ruang operasi dan untuk perawatan intensif dengan pemberian sedasi.
Gips, Traksi, Alat Ortotik dan Peralatan Lain
Gips dan traksi mengurangi mobilisasi pasien dan ekstermitasnya. Pasien yang
menggunakan gips beresiko tinggi terjadi dekubitus karena adanya gaya friksi eksternal
mekanik dari permukaan gips yang bergesek pada kulit. Gaya mekanik kedua adalah tekanan
yang dikeluarkan gips pada kulit jika gips terlalu ketat dikeringkan atau ekstremitasnya
bengkak. Peralatan ortotik seperti penyangga leher digunakan pada pengobatan pasien yang
mengalami fraktur spinal servikal bagian atas. Luka dekubitus merupakan potensi komplikasi
dari alat penyangga leher ini. Sebuah studi yang dilakukan plaiser dkk, (1994) mengukur
jumlah tekanan pada tulang tengkorak dan wajah yang diberikan oleh emapt jenis penyangga
leher yang berbeda dengan subjek berada posisi terlentang dan upright (bagian atas lebih
tinggi). Hasilnya menunjukkan bahwa pada beberapa penyangga leher, terdapat tekanan yang
menutup kapiler. Perawat perlu waspada terhadap resiko kerusakan kulit pada klien yang
menggunakan penyangga leher ini. Perawat harus mengkaji kulit yang berada di bawah
penyangga leher, alat penopang (braces), atau alat ortotik lain untuk mengobservasi tandatanda kerusakan kulit (Potter & Perry, 2005).
Daftar Pustaka