MANAJEMEN KOMPONEN-KOMPONEN
SEKOLAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Sekolah
Dosen Pengampu : Rafika Bayu Kusumandari
DISUSUN OLEH :
RATNA KARTIKA SARI
( 4101412198 )
SUHERDI SUSANTO
( 4401412080 )
MELINDA NOVIANA S.
( 7101412143 )
DIAH NURLAINI
( 7101412175 )
LISA YULIAGNI
( 7101412202 )
MKU / MKDK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan rahmat taufik dan hidayah-Nya makalah yang berjudul Manajemen
Komponen-komponen Sekolah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas salah satu mata kuliah
yakni mata kuliah Manajemen Sekolah. Besar harapan kami agar terselesaikanya
makalah ini mampu memberi manfaat bagi segenap tim penyusun serta bagi para
pembacanya.
Keberhasilan penulis dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada rekan-rekan yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk
membantu terselesaikanya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu kami
benahi terkait penyusunan makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini dan sebagai koreksi bagi kami. Sehingga kedepan kami bisa lebih
baik.
Atas segala kekurangan dan kekhilafan dalam penyusunan makalah ini,
segenap tim penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang
hampir sama dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup dan bidang
kajian manajemen sekolah juga merupakan ruang lingkup dan bidang kajian
manajemen pendidikan. Namun demikian manajemen pendidikan mempunyai
jangkauan yang lebih luas dari pada manajemen sekolah. Dengan perkataan
lain, manajemen sekolah merupakan bagian dari manajemen pendidikan atau
penerapan manajemen pendidikan dalam organisasi sekolah sebagai salah satu
komponen dari sistem pendidikan yang berlaku. Manajemen sekolah terbatas
pada satu sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh
komponen sistem pendidikan, bahkan bisa menjangkau sistem yang lebih luas
dan besar (suprasistem) secara regional, nasional, bahkan internasional.
Digunakan istilah manajemen sekolah, terjemahan dari school
management dan akan melihat bagaimana manajemen substansi-subtansi
pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah agar dapat
berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem
kerjasama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal yang paling
penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen
terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.
Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola
dengan baik dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran,
tenaga kependidikan, kesisiwaan, keuangan, sarana prasarana pendidikan,
pengelola hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan
khusus lembaga pendidikan. Dengan demikian makalah ini membahas tentang
manajemen komponen-kompenen sekolah tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja komponen-komponen dalam manajemen sekolah ?
b. Apa saja ruang lingkup manajemen kurikulum ?
c. Apa saja ruang lingkup manajemen peserta didik ?
d. Apa saja ruang lingkup manajemen SDM pendidikan ?
e. Apa saja ruang lingkup manajemen anggaran/biaya pendidikan ?
f. Apa saja ruang lingkup manajemen HUSEMAS ?
g. Apa saja ruang lingkup manajemen layanan khusus ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu diharapakan para pembaca dapat :
a. Menyebutkan komponen-komponen manajemen sekolah
b. Menjelaskan ruang lingkup dan kegiatan-kegiatan yang termasuk di
dalam manajemen kurikulum
c. Menjelaskan ruang lingkup peserta didik atau cara penerimaan siswa baru
d. Menjelaskan ruang lingkup pengelolaan SDM pendidikan
e. Menjelaskan cara pengelolaan SPP / biaya pendidikan
f. Menjelaskan ruang lingkup dan tujuan manajemen HUSEMAS
g. Menjelaskan ruang lingkup dan fungsi manajemen layanan khusus
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Penulis :
b. Bagi Pembaca :
BAB II
PEMBAHASAN
Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik
dalam rangka MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) yaitu :
a. Kurikulum dan program pengajaran
b. Tenaga pendidikan
c. Kesiswaan
d. Keuangan
e. Sarana prasarana pendidikan
f. Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat
g. Manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan
A. Manajemen Kurikulum
Manajemen Pendidikan sendiri menurut Bush (2003) seperti yang
dikutip
oleh
Amtu,
adalah
kegiatan
yang
bersangkutan
dengan
mencerdaskan
kewajiban guru untuk mengajar dengan cara yang lebih bervariasi, sehingga
siswa menjadi lebih aktif.
Kurikulum juga dapat dibedakan menjadi kurikulum tradisional dan
kurikulum progresif:
a. Kurikulum tradisional ingin mengawetkan nilai-nilai lama yang berlaku
di masyarakat. Kekuatan hafalan dan kecepatan hitungan, misalnya,
masih dipentingkan dalam kurikulum ini. Kurikulum tradisional masih
berdasarkan subjek atau mata pelajaran yang diberikan terpisah-pisah.
Dalam kurikulum tradisional, diperlukan pengarahan dan control yang
ketat, agar siswa mendapat bahan yang sama dan tingkat penguasaan
yang sama. Pemerataan siswa dalam hal bahan, metode, maupun
evaluasi menjadi ciri lain dari kurikulum tradisional.
b. Kurikulum progresif di sisi lainnya, terbuka pada hal-hal baru.
Kurikulum ini mementingkan kemampuan memecahkan masalah dan
menggunakan pengetahuan fungsional untuk memecahkan masalah
tersebut. Kurikulum ini mengharapkan siswa sanggup berpikir kreatif,
berpikir mandiri, dan mengizinkan perbedaan pendapat. Sambil
memecahkan
masalah,
siswa
akan
mengumpulkan
ilmu
yang
b)
3. Pengorganisasian Kurikulum
Menurut Sutikno, terdapat empat bentuk pengorganisasian kurikulum
yang bisa diterapkan dalam lembaga pendidikan.
a. Separated Subject Curriculum.
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam
mata pelajaran (subject) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan
ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain, juga
antara satu kelas dengan yang lain.
b. Correlated Curriculum
10
Bentuk ini menghendaki agar mata pelajaran satu sama lain ada
hubungan, bersangkut paut (correlated) walaupun mungkin batas-batas
yang satu dengan yang lain masih dipertahankan. Korelasi dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu: (1) Antara dua mata
pelajaran diadakan hubungan secara incidental; (2) Terdapat hubungan
yang lebih erat, apabila suatu pokok bahasan tertentu dibahas dalam
berbagai mata pelajaran; (3) Mempersatukan beberapa mata pelajaran
dengan menghilangkan batas masing-masing.
c. Integrated Curriculum
Bentuk ini meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan
kebulatan mata pelajaran, anak diharapkan dapat dibentuk menjadi
pribadi yang integrated yakni manusia yang selaras dengan lingkungan
hidupnya.
d. Core Curriculum
Pada prinsipnya core curriculum memberikan pelajaran yang umum.
Dalam core curriculum diajarkan hal-hal yang perlu diketahui oleh setiap
orang terlepas dari pekerjaan yang akan dilakukan kelak dalam
masyarakat.
4. Peran Kurikulum
Hamalik menjelaskan bahwa terdapat 3 peranan kurikulum, yakni
peran konservatif, peran kritis/evaluatif, dan peran kreatif
a. Peran Konservatif, bahwa kurikulum berperan dalam mentrasnmisikan
dan menafsirkan warissan social pada generasi muda. Kurikulum
berorientasi menjembatani antara masa lampau dengan siswa masa kini.
Sekolah membina dan mempengaruhi siswa dengan nilai-nilai yang
berlaku pada masyarakat.
b. Peran Kritis / Evaluatif. Tidak semua unsur budaya masayarakat
diwariskan kepada anak didik. Sekolah berperan dalam menilai dan
memilih unsur yang tepat untuk diajarkan kepada anak didik. Dengan
11
mengalami
perubahan,
komponen
lainnya
pun
harus
12
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
13
pengetahuan,
kepribadian,
akhlak
mulia,
serta
14
2.
3.
aspek
intelektual,
emosional,
sosial,
dan
moral
keagamaan.
c. Komponen Strategi Pelaksanaan Kurikulum
Strategi adalah pola-pola umum kegiatan guru dan murid dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar atau kegiatan kurikuler untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan. Dalam strategi pelaksanaan suatu
kurikulum akan tergambar bagi kita tentang cara-cara pelaksanaan dari
komponen-komponen kegiatan proses belajar mengajar yang meliputi :
penilaian, cara melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, serta cara mengatur
kegiatan sekolah secara keseluruhan.
Strategi pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk bagaimana
kurikulum tersebut dilaksanakan disekolah. Oleh karena itu, komponen
15
tujuan
pembelajaran.
Tujuan
pembelajaran
adalah
16
17
c. Pelaksanaan
kurikulum
memungkinkan
peserta
didik
mendapat
personnel
layanan
individuan
seperti
pengembangan
keseluruhan
18
3.
mengembangkan
program
manajemen peserta
didik dipandang
sebagai
bagian
keseluruhan
manajemen sekolah.
c) Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban
misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik.
d) Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk
mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan
punya banyak perbedaan.
e) Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya
pengaturan terhadap pembimbinganpeserta didik.
f) Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu
kemandirian peserta didik.
g) Kegiatan
manajemen peserta
didik haruslah
fungsional
bagi
19
Perencanaan peserta
didik akan
langsung
berhubungan
dengan
2)
(sekolah)
yang
bersangkutan.
Langkah-langkah
ini
bertugas
mengadakan
pendaftaran
calon
siswa,
menentukan
diterima
atau
tidaknya
calon
peserta
20
a) Melalui tes atau ujian, yang meliputi psikotest, tes jasmani, tes
kesehatan, tes akademik atau tes ketrampilan.
b) Melalui Penelusuran Bakat Kemampuan
c) Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN.
4)
5)
b.
21
dengan
segi-segi
individualitasnya,
segi
sosialnya,
segi
22
agar
mereka
dapat
mengembangkan
potensi-potensi
proses
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran,
23
wawasan
pendidikan
(memahami
falsafah
dan
ilmu
yang
pengangkatan,
mencakup
pembinaan,
penetapan
norma,
penatalaksanaan,
standar,
prosedur,
kesejahteraan
dan
24
Kepala sekolah
Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan penyelenggaraan
pendidikan di sekolahnya baik ke dalam maupun ke luar yakni dengan
melaksanakan segala kebijaksanaan, peraturan dan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan oleh lembaga yang lebih tinggi. Tugas kepala sekolah
dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan bukanlah
pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya
tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan
pegawai) secara pribadi. Sebagai top leader di sekolah, kepala sekolah
wajib mendayagunakan seluruh personel secara efektif dan efisien agar
tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut tercapai secara
optimal. Pendayagunaan dimaksud ditempuh dengan jalan memberikan
tugas-tugas jabatan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masingmasing individu. Oleh karena itu diperlukan adanya kejelasan tentang
25
baik
sehingga
mendukung
tercapainya
tujuan
institusi/lembaga sekolah;
c) Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial
kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pengembangan sekolah;
d) Manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan
agar setiap warga (guru, staf administrasi, siswa, orang tua siswa,
dan yang terkait) dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk
mencapai tujuan pengembangan sekolah.
2)
yang
berkaitan
langsung
dengan
pelaksanaan
26
diperlukan
langkah-langkah
khusus
dalam
27
28
Merupakan
tenaga
kependidikan
yang
dalam
pelaksanaan
29
pegawai
merupakan
kegiatan
untuk
memenuhi
dirinya
minimal,
yaitu
disarankan
untuk
dapat
melakukan
30
31
kebutuhan
program
sekolah
penerimaan,
pemilihan,
32
33
2.
Pembiayaan Pendidikan
Dalam pembahasan masalah pembiayaan pendidikan secara umum
bagi
keberlangsungan
dan
keberlanjutan
rencana
34
tercapainya
tujuan
pendidikan
itu
sendiri
yaitu
meningkatkan SDM.
b. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pendidikan
Dalam manajemen dana (keuangan) pendidikan, agar penggunaan
anggaran bisa berjalan secara efektif maka harus didasarkan pada prinsipprinsip umum pengelolaan keuangan sebagai berikut:
1) Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan.
2) Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/ kegiatan.
3) Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan
lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggung jawabkan serta
disertai bukti penggunaannya.
Sementara itu menurut Nanang Fattah, secara umum prinsi-prinsip
penggunaan dana pendidikan jika dikaitkan dengan fungsi anggaran sebagai
alat perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas disetiap
lini pelaksana proses manjerial.
2) Adanya sistem akuntansi yang jelas dan memadai dalam proses
pelaksanan anggaran.
3) Adanya dukungan dari setiap lini pelaksana proses manajerial dari
tingkat paling atas sampai ketingkat paling bawah.
Sedangkan jika ditinjau dari fungsi anggaran dana pendidikan
sebagai pedoman pelaksanaan program kerja lembaga, maka prinsip-prinsip
anggaran yaitu sebagai berikut:
1) Otorisasi (pelimpahan wewenang) oleh atasan kepada lini dibawahnya.
35
36
Fungsi Penganggaran
Selain
penganggaran
sebagai
juga
alat
untuk
merupakan
alat
perencanaan
bantu
bagi
dan
pengendalian,
manajemen
dalam
37
Bentuk-bentuk Pendanaan
Biaya Pendidikan adalah semua pengeluaran yang memiliki kaitan
38
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Dalam sutu proses pengelolaan (manajemen) pembiayaan, terlebih
dahulu harus memahami jenis-jenis biaya dalam istilah pembiayaan
(pendanaan). Adapun jenis-jenis pendanaan tersebutberdasarkan sifatnya
dapat diklasifikasikan menjadi dua, antara lain:
1.
2.
39
Sistem Pertanggungjawaban
Dalam
sistem
manajemen
keuangan
(pendanaan),
(sekolah),
pada
akhir
tahun
ajaran
sekolah
harus
40
dilakukan dalam rapat dewan sekolah, yang diikuti oleh steak holder
pendidikan yang meliputi komponen sekolah, komponen masyarakat dan
pemerintah daerah yang terkait.
Pertanggungjawaban adalah proses pembuktian dan penentuan bahwa
apa yang dilaksananakan sesuai dengan apa yang direncanakan, hal ini
meliputi
pertanggungjawaban
penerimaan
dana,
penyimpanan
dan
ketersediaan dan pemanfaatan sumber belajar bagi guru, siswa serta penataan
ruangan-ruangan yang dimiliki.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi
secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan kegiatan
pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan,
inventarisasi dan penghapusan.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang bersih, rapi, dan indah sehingga menciptakan
kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di
sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas
belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan
kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses
pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun peserta
didik sebagai pelajar.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan persyaratan pengadaan sarana dan
prasarana dengan membuat daftar prioritas keperluan pada setiap sekolah oleh
tim da tenaga kependidikan yang profesional pada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dengan melakukan need assesment sekolah.
2.
pemanfaatan,
pemeliharaan,
pemusnahan
dan
kinerja
warga
sekolah,
memperpanjang
usia
pakai,
42
a. Perencanaan/Analisis Kebutuhan
Perencanaan merupakan kegiatan analisis kebutuhan terhadap
segala kebutuhan dan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah untuk
kegiatan pembelajaran peserta dan didik dan kegiatan penunjang lainnya.
Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan sekolah
berlangsung. Kegiatan ini biasa dilakukan pada awal tahun pelajaran dan
disempurnakan tiap triwulan atau tiap semester.
Perencanaan dapat dilakukan oleh kepala sekolah, guru kelas dan
guru-guru bidang studi dan dibantu oleh staf sarana dan prasana.
1) Prosedur Perencanaan
a)
b)
c)
d)
suatu
perencanaan
harus
realistis,
yaitu
dapat
43
yang
dapat
dilakukan
dengan
cara-cara
membeli,
44
barang-barang
sesuai
dengan
bentuk-bentuk
jenis
barangnya sehingga barang tersebut awet dan tahan lama. Pihak yang
terlibat dalam pemeliharaan barang adalah semua warga sekolah yang
terlibat dalam pemanfaatan barang tersebut. Dalam pemeliharaan, ada
hal-hal khusus yang harus dilakukan oleh petugas khusus pula, seperti
perawatan alat kesenian (piano, gitar, dan lain-lain).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah memberi
Panduan Manajemen Sekolah perawatan preventif di sekolah dengan
cara membuat tim pelaksana, membuat daftar sarana dan prasarana,
menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi
untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan
memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan
kinerja peralatan sekolah dalam rangka memningkatkan kesadaran
merawat sarana dan prasarana sekolah.
Cara-cara untuk melaksanakan program perawatan preventif di
sekolah
antara
lain
memberi
arahan
kepada
tim
pelaksana,
45
barang-barang
sekolah
harus
dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan. Dalam hal ini, guru
lebih banyak berhubungan dengan sarana pengajaran, yaitu alat pelajaran, alat
peraga, dan media pengajaran lainnya dibandingkan dengan keterlibatannya
dengan sarana pendidikan yang tidak langsung berhubungan.
Peranan guru dalam manajemen sarana dan prasara dimulai dari
perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan, serta pengawasan sarana dan
prasarana yang dimaksud.
Dalam perencanaan sarana dan prasarana, guru mengidentifikasi dan
mengusulkan kebutuhan belajar siswa untuk kebutuhan buku atah bahan ajar
dalam bentuk modul, buku paket, ataupun Lembar Kerja Siswa, kebutuhan
alat peraga, peralatan laboratorium, seperti: Laboratorium IPA, Lab. Bahasa,
Lab. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Untuk mata pelajaran olahraga
46
seperti: bola voli, bola basket, dan lain-lain. Kebutuhan matras untuk
senam, stopwatch, cakram dan lain-lain. Usulan dilaksanakan pada setiap
awal tahun pelajaran.
Dalam hal pemanfaatan, guru menggunakan segala sarana sesuai
dengan kebutuhan mata pelajaran masing-masing dan sesuai pula dengan
kajian yang dibahas serta pencapaian indikatornya.
Dalam pemeliharaan dan pengawasan, guru ikut terlibat dengan cara
melibatkan siswa untuk ikut serta merapikan dan menyimpan kembali barangbarang yang telah dgunakan pengawasan yang dilakukan guru dengan
memeriksa kembali segala sarana yang telah digunakan serta mencatat pada
buku kontrol penggunaan sarana.
F. Manejemen
Hubungan
Sekolah
dengan
Masyarakat(HUSEMAS)
Secara Etimologis,hubungan sekolah dan masyarakat diterjemahkan dari
perkataan bahas inggrisPublic School Relation yang berarti hubungan sekolah
dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik antara organisasi (sekolah)
dengan masyarakat.Hubungan sekolah dan masyarakat didefinisikan sebagai
proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat untuk berusaha menanamkan
pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan karya pendidikan serta
pendorong minat dan tanggungjawab masyarakat dalam memajukan sekolah.
Manejemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat merupakan seluruh
proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan
bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati
dari masyarakat pada umumnya serta dari publiknya,pada khususnya,sehingga
kegiatan operasional sekolah/pendidikan semakin efektif dan efisien,demi
membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.Sekolah
merupakan
bagian
yang
tak
terpisahkan
dengan
masyarakat,khususnya
47
kurikuler
maupun
ekstrakurikuler,sekolah
meningkatkan
masyarakat,menampilkan
produk-produk
unggulannya
di
bidang
Husemas
adalah
menngkatkan
popularitas
sekolah
di
mata
dan
perpustakaan/pusat
48
sumber
belajar
(PSB),media
lingkungan,tamanisasi,kebersihan,sanitasi,dan
sebagainya
tidak
mengganggu
kelancaran
PBM,seperti
lapangan
di
masyarakat
sekitar
untuk
kepentingan
sekolah
(masjid,gereja,poliklinik,bengkel,dan sebagainya).
g. Mengikutsertakan civitas akademika sekolah dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat sekitarnya,seperti karang taruna,tamanisasi,siskamling,dan
sebagainya.
h. Mengikutsertakan tokoh-tokoh/pemuka-pemuka/pakar-pakar masyarakat
dalam
kegiatan
kurikuler
dan
ekstrakurikuler
sekolah
seperti
49
50
51
berdiri sendiri yang menentukan diagnosa dan pengobatan fisik dan penyakit jiwa
dan dibiayai dari biaya khusus dari semua siswa. Selain itu layanan kesehatan juga
dapat diartikan sebagai usaha sekolah dalam rangka membantu (mungkin bersifat
sementara ) murid-muridnya yang mengalami persoalan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Dengan demikian,layanan kesehatan peserta didik adalah suatu layanan
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah dan menjadikan peserta didik
sebagai sasaran utama, dan personalia sekolah yang lainnya sebagai sasaran
tambahan.
3. Layanan asrama peserta didik
Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari orang tuanya diperlukan
diperlukan asrama.
4.
52
kafentaria tersebut, terjangkau dilihat dari jumlah uang saku peserta didik, tetapi
juga memenuhi syarat kebersihan dan cukup kandungan gizinya.
6. Layanan Laboratorium Peserta Didik
Laboratorium diperlukan peserta didik apabila mereka akan mengadakan
penelitiam yang berkaitan dengan percibaan-percobaan tentang suatu obyek
tertentu.
Laboratorium adalah suatu tempat baik tertutup maupun terbuka yang
dipergunakan untuk melakukan penyelidikan, pecobaan, pemraktekan, pengujian,
dan pengembangan. Laboratorium sekolah adalah sarana penunjang proses belajar
mengajar baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan untuk melaksanakan
praktikum, penyelidikan, percobaan, pengembangan dan bahkan pembakuan.
7. Layanan koperasi peserta didik
Layanan koperasi mendidik para peserta didik untuk dapat berwirausaha. Hal
ini sangat membantu peserta didik di kehidupan yang akan datang.
Koperasi sekolah adalah koperasi yang dikembangkan di sekolah, baik sekolah
dasar, sekolah menengah, maupun sekolah dan dalam pengelolannya melibatkan
guru dan personalia sekolah. Sedangkan koperasi peserta didik atau biasa disebut
disebut koperasi siswa (Kopsis) adalah koperasi yang ada di sekolah tetapi
pengelolaanya adalah oleh pesera didik, kedudukan guru di dalam Kopsis adalah
sebagai pembimbing saja
8. Layanan keamanan
Layanan keamanan yaitu layanan yang dapat memberikan rasa aman pada
siswa selama siswa belajar di sekolah misalnya adanya penjagaan oleh satpam
sekolah.
Keterkaitan antara Manajemen Layanan Khusus dengan Manajemen
Sarana dan Prasarana
Menurut Bafadal (2003:2), sarana pendidikan adalah semua perangkat
peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses
pendidikan di sekolah. Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, ada
53
54
55