Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

MANAJEMEN KOMPONEN-KOMPONEN
SEKOLAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Sekolah
Dosen Pengampu : Rafika Bayu Kusumandari
DISUSUN OLEH :
RATNA KARTIKA SARI

( 4101412198 )

SUHERDI SUSANTO

( 4401412080 )

MELINDA NOVIANA S.

( 7101412143 )

DIAH NURLAINI

( 7101412175 )

LISA YULIAGNI

( 7101412202 )

MKU / MKDK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan rahmat taufik dan hidayah-Nya makalah yang berjudul Manajemen
Komponen-komponen Sekolah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas salah satu mata kuliah
yakni mata kuliah Manajemen Sekolah. Besar harapan kami agar terselesaikanya
makalah ini mampu memberi manfaat bagi segenap tim penyusun serta bagi para
pembacanya.
Keberhasilan penulis dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada rekan-rekan yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk
membantu terselesaikanya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu kami
benahi terkait penyusunan makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini dan sebagai koreksi bagi kami. Sehingga kedepan kami bisa lebih
baik.
Atas segala kekurangan dan kekhilafan dalam penyusunan makalah ini,
segenap tim penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Semarang, 28 September 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang
hampir sama dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup dan bidang
kajian manajemen sekolah juga merupakan ruang lingkup dan bidang kajian
manajemen pendidikan. Namun demikian manajemen pendidikan mempunyai
jangkauan yang lebih luas dari pada manajemen sekolah. Dengan perkataan
lain, manajemen sekolah merupakan bagian dari manajemen pendidikan atau
penerapan manajemen pendidikan dalam organisasi sekolah sebagai salah satu
komponen dari sistem pendidikan yang berlaku. Manajemen sekolah terbatas
pada satu sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh
komponen sistem pendidikan, bahkan bisa menjangkau sistem yang lebih luas
dan besar (suprasistem) secara regional, nasional, bahkan internasional.
Digunakan istilah manajemen sekolah, terjemahan dari school
management dan akan melihat bagaimana manajemen substansi-subtansi
pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah agar dapat
berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem
kerjasama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal yang paling
penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen
terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.
Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola
dengan baik dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran,
tenaga kependidikan, kesisiwaan, keuangan, sarana prasarana pendidikan,
pengelola hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan
khusus lembaga pendidikan. Dengan demikian makalah ini membahas tentang
manajemen komponen-kompenen sekolah tersebut.

B. Rumusan Masalah
a. Apa saja komponen-komponen dalam manajemen sekolah ?
b. Apa saja ruang lingkup manajemen kurikulum ?
c. Apa saja ruang lingkup manajemen peserta didik ?
d. Apa saja ruang lingkup manajemen SDM pendidikan ?
e. Apa saja ruang lingkup manajemen anggaran/biaya pendidikan ?
f. Apa saja ruang lingkup manajemen HUSEMAS ?
g. Apa saja ruang lingkup manajemen layanan khusus ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu diharapakan para pembaca dapat :
a. Menyebutkan komponen-komponen manajemen sekolah
b. Menjelaskan ruang lingkup dan kegiatan-kegiatan yang termasuk di
dalam manajemen kurikulum
c. Menjelaskan ruang lingkup peserta didik atau cara penerimaan siswa baru
d. Menjelaskan ruang lingkup pengelolaan SDM pendidikan
e. Menjelaskan cara pengelolaan SPP / biaya pendidikan
f. Menjelaskan ruang lingkup dan tujuan manajemen HUSEMAS
g. Menjelaskan ruang lingkup dan fungsi manajemen layanan khusus

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Penulis :

Memahami lebih dalam mengenai manajemen komponen-komponen


sekolah dengan berbagai konsep didalamnya

Memperoleh informasi mengenai manajemen komponen sekolah

b. Bagi Pembaca :

Mendapatkan panduan dalam pengelolaan komponen manjamen


sekolah

Menjadi bahan refernsi dalam tulisan yang berkaitang dengan


manajemen komponen sekolah

BAB II
PEMBAHASAN
Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik
dalam rangka MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) yaitu :
a. Kurikulum dan program pengajaran
b. Tenaga pendidikan
c. Kesiswaan
d. Keuangan
e. Sarana prasarana pendidikan
f. Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat
g. Manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan
A. Manajemen Kurikulum
Manajemen Pendidikan sendiri menurut Bush (2003) seperti yang
dikutip

oleh

Amtu,

adalah

kegiatan

yang

bersangkutan

dengan

operasionalisasi organisasi pendidikan.


Manajemen pendidikan harus fokus pada tujuan pendidikan. Di
Indonesia sendiri, tujuan pendidikan nasional adalah

mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu


manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU RI no 2 tahun 1989).
1. Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum mengalami perkembangan dan terus mengalami
perdebatan dari waktu ke waktu.

Berbagai pendapat berbeda mengenai

definisi kurikulum, yaitu sebagai berikut :

a. Saylor dan Alexander (1956) menyebutkan bahwa kurikulum adalah


segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam
ruangan kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah.
b. Albertycs (1965) memandang kurikulum sebagai semua aktifitas yang
disediakan oleh sekolah untuk siswa.
c. Smith, Stanley, dan Shores memandang kurikulum sebagai sejumlah
pengalaman potensial yang diatur di sekolah dalam rangkan
mendisiplinkan anak dan pemuda agar mereka dapat berpikir dan
berbuat sesuai masyarakatnya.
d. Edward A. Krug (1960) melihat kurikulum sebagai cara-cara dan usaha
untuk mencapai tujuan persekolahan.
Pengertian kurikulum memang tidak pernah stagnan. Definisi
kurikulum menurut para ahli bisa jadi mengalami perbedaan makna yang
cukup besar dari waktu ke waktu. Hamalik menjelaskan bahwa pengertian
kurikulum dapat dibedakan menjadi pandangan lama dan pandangan baru.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Pandangan
ini memberi implikasi, bahwa semua murid harus mengikuti mata pelajaran
yang sama. Selain itu, peran aktif dipegang oleh guru untuk menyampaikan
materi pembelajaran.
Pada perkembanngannya, definisi kurikulum meluas. Misalnya
pengertian yang diberikan oleh Romine (1954) seperti yang dikutip oleh
Hamalik (2008:17)
Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses,
activities, and experiences which pupils have under direction of
the school, whether in the classroom or not.
Tafsiran di atas tentu lebih luas. Bukan hanya mata pelajaran, kurikulum
mencakup semua kegiatan dan pengalaman siswa, selama masih menjadi
tanggung jawab sekolah. Selain itu, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di
dalam atau di luar kelas, sehingga kegiatan ekstrakurikuler pun sebenarnya
termasuk dalam kurikulum. Dalam pengertian yang lebih luas ini, menjadi

kewajiban guru untuk mengajar dengan cara yang lebih bervariasi, sehingga
siswa menjadi lebih aktif.
Kurikulum juga dapat dibedakan menjadi kurikulum tradisional dan
kurikulum progresif:
a. Kurikulum tradisional ingin mengawetkan nilai-nilai lama yang berlaku
di masyarakat. Kekuatan hafalan dan kecepatan hitungan, misalnya,
masih dipentingkan dalam kurikulum ini. Kurikulum tradisional masih
berdasarkan subjek atau mata pelajaran yang diberikan terpisah-pisah.
Dalam kurikulum tradisional, diperlukan pengarahan dan control yang
ketat, agar siswa mendapat bahan yang sama dan tingkat penguasaan
yang sama. Pemerataan siswa dalam hal bahan, metode, maupun
evaluasi menjadi ciri lain dari kurikulum tradisional.
b. Kurikulum progresif di sisi lainnya, terbuka pada hal-hal baru.
Kurikulum ini mementingkan kemampuan memecahkan masalah dan
menggunakan pengetahuan fungsional untuk memecahkan masalah
tersebut. Kurikulum ini mengharapkan siswa sanggup berpikir kreatif,
berpikir mandiri, dan mengizinkan perbedaan pendapat. Sambil
memecahkan

masalah,

siswa

akan

mengumpulkan

ilmu

yang

diperlukan. Kurikulum progresif juga mementingkan keunikan dan


perbedaan tiap inidividu, yang mempengaruhi perbedaan bahan,
metode, dan evaluasi. Namun demikian, kurikulum ini mendapat
banyak tentangan dalam pelaksanaannya. Berbagai tentangan dan
kesulitan tersebut, misalnya, adalah banyaknya guru yang bersifat
konservatif, selain itu, juga harapan bahwa kurikulum progresif akan
memberi hasil yang sama seperti kurikulum tradisional.
Dari uraian pengertian manajemen dan kurikulum, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen kurikulum merupakan seluruh proses
kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguhsungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar secara
efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.

2. Kegiatan Manajemen Kurikulum


Setelah mengetahui pengertian manajemen dan kurikulum, dapat kita
simpulkan bahwa manajemen kurikulum adalah suatu proses dan kerangka
kerja yang untuk mencapai keberhasilan kurikulum.
Secara operasional kegiatan administrasi/manajemen kurikulum itu
dapat meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan
tugas guru, peserta didik, dan seluruh sivitas akademika atau warga
sekolah/lembaga pendidikan.
a. Kegiatan yang Berhubungan dengan Tugas Guru/Pengajar
1) Pembagian tugas yang dijabarkan dari struktur program pengajaran,
dan ketentuan tentang beban mengajar wajib bagi guru.
Pembagian tugas biasanya dilakukan dalam rapat guru pada awal
tahun pelajaran atau menjelang awal semester baru. Pembagian tugas ini
dapat bervariasi sesuai kebijakan masing-masing sekolah dan daerahnya.
2) Pembagian tugas dalam mengikuti jadwal pembelajaran
Ada 2 jenis jadwal pelajaran untuk guru, yaitu :
a)

Jadwal pelajaran kurikuler, kokurikuler, dan ekstra kurikuler

Jadwal pelajaran kurikuler


Yaitu jadwal yang disusun secara edukatif oleh guru/tim guru
dengan memerhatikan ketentuan-ketentuan akademik, seperti :
o Keseimbangan berat/ringannya bobot pelajaran setiap hari
o Pengaturan mata pelajaran mana yang perlu didahulukan/di
tengah/di akhir pelajaran
o Mata pelajaran yang bersifat praktikum

Jadwal pelajaran kokurikuler


Yaitu jadwal yang disusun secara strategis sesuai situasi dan
kondisi individual/kelompok peserta didik/siswa sehingga benarbenar dapat meningkatkan pemahaman, keterampilan, serta
mencerna materi pelajaran secara efektif dan efisien.

Jadwal pelajaran ekstra-kurikuler

Yaitu jadwal yang disusun di luar jam pelajaran kurikuler dan


program kokurikuler, dan biasanya bersifat pengembangan
ekspresi, hobi, bakat, minat serta prestasi para peserta didik/siswa

b)

Jadwal pelajaran yang tatap muka dan non tatap muka


Yaitu jadwal pelajaran tatap muka dalam kelas yang dibatasi empat
dinding atau kelas yang berupa lapangan olah raga, pasar, lalu lintas,
dan sebagainya.
3) Tugas guru dalam kegiatan PBM
Tugas ini merupakan serangkaian kegiatan pengajaran/instruksional
untuk mencapai hasil pengajaran yang optimal, yaitu :
a. Membuat persiapan/perencanaan pengajaran (desain instruksional)
Desain instruksional adalah suatu perencanaan pengajaran yang
menggunakan pendekatan sistem, atau pengajaran dianggap
sebagai sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling
berinteraksi dan saling berhubungan satu sama lain untuk
mencapai suatu tujuan.
b. Melaksanakan pengajaran
c. Mengevaluasi hasil pengajaran

3. Pengorganisasian Kurikulum
Menurut Sutikno, terdapat empat bentuk pengorganisasian kurikulum
yang bisa diterapkan dalam lembaga pendidikan.
a. Separated Subject Curriculum.
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam
mata pelajaran (subject) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan
ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain, juga
antara satu kelas dengan yang lain.
b. Correlated Curriculum

10

Bentuk ini menghendaki agar mata pelajaran satu sama lain ada
hubungan, bersangkut paut (correlated) walaupun mungkin batas-batas
yang satu dengan yang lain masih dipertahankan. Korelasi dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu: (1) Antara dua mata
pelajaran diadakan hubungan secara incidental; (2) Terdapat hubungan
yang lebih erat, apabila suatu pokok bahasan tertentu dibahas dalam
berbagai mata pelajaran; (3) Mempersatukan beberapa mata pelajaran
dengan menghilangkan batas masing-masing.
c. Integrated Curriculum
Bentuk ini meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan
kebulatan mata pelajaran, anak diharapkan dapat dibentuk menjadi
pribadi yang integrated yakni manusia yang selaras dengan lingkungan
hidupnya.
d. Core Curriculum
Pada prinsipnya core curriculum memberikan pelajaran yang umum.
Dalam core curriculum diajarkan hal-hal yang perlu diketahui oleh setiap
orang terlepas dari pekerjaan yang akan dilakukan kelak dalam
masyarakat.
4. Peran Kurikulum
Hamalik menjelaskan bahwa terdapat 3 peranan kurikulum, yakni
peran konservatif, peran kritis/evaluatif, dan peran kreatif
a. Peran Konservatif, bahwa kurikulum berperan dalam mentrasnmisikan
dan menafsirkan warissan social pada generasi muda. Kurikulum
berorientasi menjembatani antara masa lampau dengan siswa masa kini.
Sekolah membina dan mempengaruhi siswa dengan nilai-nilai yang
berlaku pada masyarakat.
b. Peran Kritis / Evaluatif. Tidak semua unsur budaya masayarakat
diwariskan kepada anak didik. Sekolah berperan dalam menilai dan
memilih unsur yang tepat untuk diajarkan kepada anak didik. Dengan

11

demikian, kurikulum menekankan pada unsure berpikir kritis dan sebagai


control social dalam masyarakat.
c. Peran Kreatif. Kurikulum harus mampu menciptakan kegiatan kreatif dan
konstruktif dalam menyusun hal baru sesuai kebutuhan masyarakat masa
sekarang dan masa mendatang.
5. Komponen Kurikulum
Telah dibahas pada bagian pengertian kurikulum, bahwa kurikulum
merupakan rencana demi mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, kurikulum harus direncanakan
sebaik-baiknya. Dalam kurikulum itu sendiri terdapat 4 (empat) komponen,
yaitu: komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen
evaluasi.
Gambar 1. Komponen dalam Kurikulum

Terlihat dari Gambar 1, bahwa komponen kurikulum saling berkaitan


satu sama lainnya. Jika salah satu komponen terganggu, atau tidak lengkap,
maka keseluruhan kurikulum akan kacau. Sebaliknya, jika salah satu
komponen

mengalami

perubahan,

komponen

lainnya

pun

harus

menyesuaikan denngan perubahan tersebut.


a. Komponen Tujuan Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan
segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil atau tidaknya program

12

pengajaran di sekolah dapat diukur dari seberapa jauh dan banyaknya


pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan
nasional, kemudian dikhususkan kembali menjadi tujuan-tujuan yang lebih
detail dan lebih sempit lingkupnya. Tujuan-tujuan tersebut meliputi tujuan
Institusional, Tujuan Kurikuler, dan Tujuan Instruksional.
1) Tujuan Pendidikan Nasional
Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, disebutkan
bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

bertujuan

untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang


beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan Pendidikan Nasional ini adalah tujuan akhir yang harus
dicapai oleh pendidikan Indonesia secara keseluruhan. Seluruh
pelaksanaan pembelajaran, penyelenggaraan sekolah, dan pendidikan di
daerah harus menyelenggarakan pendidikan dengan berpedoman pada
tujuan akhir ini.
2) Tujuan Institusional
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu
lembaga pendidikan, artinya apa yang seharusnya dimiliki oleh siswa
setelah tamat dari lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu tujuan
institusional merupakan kemampuan yang diharapkan untuk dimiliki
siswa setelah mereka menyelesaikan program studinya pada lembaga
tersebut.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.

13

a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,


pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan,

pengetahuan,

kepribadian,

akhlak

mulia,

serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih


lanjut sesuai dengan kejuruannya.
3) Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler adalah tujuan bidang studi atau mata pelajaran.
Bila dilihat secara operasional, maka tujuan kurikuler adalah rumusan
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah
menyelesaikan atau mempelajari suatu bidang studi atau mata pelajaran
tersebut. Tujuan kurikuler pada KTSP tergambarkan pada standar isi dan
standar kompetensi lulusan tiap mata pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa.
4) Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional adalah tujuan pengajaran atau tujuan yang
diharapkan dapat dicapai pada saat terjadinya proses belajar mengajar
atau setelah proses pembelajaran. Tujuan ini tergambarkan pada tujuan
pembelajaran yang dibuat guru untuk pada tiap kali pokok bahasan.
Tujuan instruksional ini memuat berbagai hal yang harus dimiliki
ataupun diuasai oleh siswa setelah satu pokok bahasan (atau dalam
KTSP, satu Kompetensi Dasar) selesai dipelajari. Guru mencantumkan
tujuan ini pada RPP yang dibuatnya.
b. Komponen Isi / Materi Kurikulum
Komponen isi atau materi ini merupakan komponen kurikulum yang
amat penting. Pada dasarnya komponen ini menjawab pertanyaan: Apa yang
akan dipelajari? Isi dari kurikulum adalah materi atau bahan pelajaran dan

14

pengetahuan atau pengalaman belajar yang harus diberikan kepada peserta


didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk menentukan isi kurikulum
tersebut harus disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan,
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta kondisi anak didik (psikologis anak) pada
setiap jenjang pendidikan tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan manusia semakin lama semakin
kompleks dan sangat luas, sehingga tidak semua pengetahuan itu dapat
diberikan kepada anak didik. Untuk menentukan materi yang akan dijadikan
bahan pembelajaran, terlebih dahulu harus disesuaikan dengan tujuan
kurikulum. Selanjutnya, dapat digunakan beberapa kriteria yang dapat
digunakan untuk menetapkan isi, yakni: signifikansi, kebutuhan sosial,
kegunaan, minat, perkembangan manusia, dan struktur disiplin ilmu.
Atas dasar pemikiran diatas, perlu adanya seleksi bahan kurikulum,
yaitu :
1.

Bahan kurikulum harus sesuai, tepat, dan bermakna bagi perkembangan


siswa.

2.

Bahan kurikulum harus mencerminkan kehidupan sosio-kultural.

3.

Bahan kurikulum harus dapat mencapai tujuan yang didalamnya


mengandung

aspek

intelektual,

emosional,

sosial,

dan

moral

keagamaan.
c. Komponen Strategi Pelaksanaan Kurikulum
Strategi adalah pola-pola umum kegiatan guru dan murid dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar atau kegiatan kurikuler untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan. Dalam strategi pelaksanaan suatu
kurikulum akan tergambar bagi kita tentang cara-cara pelaksanaan dari
komponen-komponen kegiatan proses belajar mengajar yang meliputi :
penilaian, cara melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, serta cara mengatur
kegiatan sekolah secara keseluruhan.
Strategi pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk bagaimana
kurikulum tersebut dilaksanakan disekolah. Oleh karena itu, komponen

15

strategi pelaksanaan kurikulum memegang peranan penting dalam percapaian


tujuan pendidikan. Dan dalam pelaksanaannya, ada beberapa aspek yang
perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan kurikulum, antara lain :
1) Tingkat dan jenjang pendidikan; dengan adanya jenjang / tingkat
pendidikan tersebut berarti pula terdapat perbedaan dalam hal tujuan
instutional, perbedaan isi dan struktur pendidikan, perbedaan strategi
pelaksanaan kurikulum, perbedaan sarana kurikulum, sistem evaluasi,
dan sebagainya.
2) Proses belajar mengajar; proses belajar mengajar adalah kegiatan guru
sebagai penyampai pesan/materi pelajaran dan siswa sebagai penerima
pelajaran. Dalam proses belajar mengajar keduanya dituntut aktif
sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang harmonis demi
tercapainya

tujuan

pembelajaran.

Tujuan

pembelajaran

adalah

wujud/bentuk kurikulum yang telah ditetapkan/ direncanakan dalam


bentuk program pengajaran.
d. Komponen Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan penilaian terhadap suatu kurikulum
sebagai program pendidikan untuk menentukan efesiensi, efektivitas,
relevansi, dan produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan.
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk menilai sejauh mana tujuan pendidikan
tercapai dan sejauh mana proses kurikulum itu berjalan seperti yang
diharapkan. Hasil dari kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai umpan
balik (feed back) untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum selanjutnya.
Evaluasi kurikulum dapat ditetapkan untuk mencapai dua sasaran,
yakni evaluasi terhadap proses kurikulum dan evaluasi terhadap produk
(hasil) kurikulum. Evaluasi terhadap proses kurikulum, dimaksudkan untuk
mengetahui apakah proses itu berjalan secara optimal sehingga dapat
memungkinkan tercapainya tujuan. Sedangkan evaluasi terhadap produk,
dimaksudkan untuk menilai sejauh mana keberhasilan kurikulum dapat
mengantarkan siswa kearah tujuan yang ditetapkan.

16

Untuk mengadakan evaluasi terhadap dua sasaran di atas, perlu di


perhatikan beberapa prinsip, antara lain :
1) Evaluasi harus mengacu pada tujuan
2) Evaluasi dilakukan secara menyeluruh
3) Evaluasi harus objektif
6. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Menurut Kunandar, pengembangan kurikulum dijenjang sekolah dasar
sampai sekolah menengah yang dikemangkan oleh sekolah dan komite
sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan standar isi, serta
panduan penyusunan kurikulum yang dibuat BSNP, harus didasarkan
perinsip-perinsip sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
d. Rayuan dengan kebutuhan kehidupan
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
f. Belajar sepanjang hayat
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Selain itu, dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan,
perlu menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kurikulum berdasarkan pada potensi, perkembangan, dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna
baginya.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Belajar untuk memahami dan menghayati
3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain
5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati dirinya, melalui
proses pembelajaran yang efektif, kreatif, aktif, dan menyenangkan

17

c. Pelaksanaan

kurikulum

memungkinkan

peserta

didik

mendapat

pelayanan yang baik


d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, hangat,
dan bersifat membangun
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multimedia, yang sumber belajar bersifat keteknoloian.
f. Kurkulum dlaksanakan dengan mendayagunakan, kondisi alam, sosial,
dan budaya, serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidik dengan
muatan seluruh bahan kajian secara optimal
g. Kurikulum dilaksanakan berdasarkan komponen-komponen kurikulum
yang ada.
B. Manajemen Peserta Didik
1.

Pengertian Manajemen Peserta Didik


Manajemen peserta

didik atau pupil

personnel

adminisration adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan,


pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan,
pendaftaran,

layanan

individuan

seperti

pengembangan

keseluruhan

kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah. (Knezevich,


1961). Manajemen peserta didik juga dapat diartikan sebagai usaha
pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik masuk sekolah
sampai dengan mereka lulus sekolah.
2.

Tujuan Manajemen Peserta Didik


Sedangkan tujuan dari manajemen peserta didik yaitu untuk mengatur
kegiatan kegiatan peserta didik agar kegiatan tersebut menunjang proses
pembelajaran disekolah agar berjalan lancar , tertib, dan terartur sehingga
tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dan fungsi dari
manajemen peserta didik sendiri adalah sebagai wahana peserta didik untuk
mengembangkan diri seoptimal mungkin , baik mengenai segi segi
individualismenya , segi sosial , dan segi potensial peserta didiknya .

18

3.

Prinsip Manajemen Peserta Didik


Adapun prinsip agar tujuan manajemen peserta didik dapat tercapai yaitu;
a) Dalam

mengembangkan

program

manajemen peserta

didik, penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada


saat program dilaksanakan.
b) Manajemen peserta

didik dipandang

sebagai

bagian

keseluruhan

manajemen sekolah.
c) Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban
misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik.
d) Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk
mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan
punya banyak perbedaan.
e) Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya
pengaturan terhadap pembimbinganpeserta didik.
f) Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu
kemandirian peserta didik.
g) Kegiatan

manajemen peserta

didik haruslah

fungsional

bagi

kehidupan peserta didik, baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.


4.

Ruang lingkup manajemen Peserta Didik


Ada tiga tugas utama dalam bidang manajemen peserta didik untuk
mencapai tujuan tersebut yaitu penerimaanpeserta didik, kegiatan kemajuan
belajar serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
Dalam pembahasan ini manajemen peserta didik meliputi beberapa kegiatan
yaitu :
a. Perencanaan terhadap peserta didik
b. Pembinaan dan pengembangan peserta didik
c. Pencatatan dan pelaporan peserta didik
a.

Perencanaan Terhadap Peserta Didik

19

Perencanaan peserta

didik akan

langsung

berhubungan

dengan

kegiatan penerimaan dan proses pencatatan atau dokumentasi data pribadi


siswa, yang kemudian tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pencatatan
atau dokumentasi data hasil belajar dan aspek-aspek lain yang diperlukan
dalam kegiatan kurikuler dan ko-kurikuler.
Langkah yang pertama yaitu perencanaan terhadap peserta didik, yaitu
meliputi kegiatan :
1)

Analisis kebutuhan peserta didik


Langkah pertama dalam kegiatan manajemen peserta didik adalah
melakukan analisis kebutuhan yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan
oleh lembaga pendidikan (sekolah). Kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Merencanakan jumlah Peserta Didik yang akan diterima
b) Menyusun program kegiatan siswa

2)

Rekruitmen peserta didik


Rekruitmen Peserta Didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah)
pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian, menentukan dan
menarik pelamar yang mampu untuk menjadi Peserta Didik di lembaga
pendidikan

(sekolah)

yang

bersangkutan.

Langkah-langkah

rekruitmen Peserta Didik adalah sebagai berikut:


a) Pembentukan panitia penerimaan siswa baru, yang terdiri dari semua
unsur guru, tenaga tata usaha dan dewan sekolah/komite sekolah.
Panitia

ini

bertugas

mengadakan

pendaftaran

calon

siswa,

mengadakan seleksi dan menerima pendaftaran kembali siswa yang


diterima.
b) Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan Peserta
Didik baru yang dilakukan secara terbuka.
3)

Seleksi peserta didik


Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan calon peserta
didik untuk

menentukan

diterima

atau

tidaknya

calon

peserta

didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut


berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah:

20

a) Melalui tes atau ujian, yang meliputi psikotest, tes jasmani, tes
kesehatan, tes akademik atau tes ketrampilan.
b) Melalui Penelusuran Bakat Kemampuan
c) Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN.
4)

Orientasi peserta didik baru


Orientasi Peserta Didik (siswa baru) adalah kegiatan penerimaan
siswa baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan
(sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Situasi dan
kondisi ini menyangkut lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial
sekolah.

5)

Penempatan peserta didik (pembagian kelas)


Pembagian kelas yaitu kegiatan pengelompokan peserta didik yang
dilakukan dengan sistem kelas, pengelompokan peserta didik bisa
dilakukan berdasarkan kesamaan yang ada pada peserta didik yaitu jenis
kelamin dan umur. Selain itu juga pengelompokan berdasar perbedaan
yang ada pada individu peserta didik seperti minat, bakat dan
kemampuan.

b.

Pembinaan dan pengembangan Peserta Didik


Pembinaan dan pengembangan peserta didik dilakukan sehingga

anak mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal


kehidupannya di masa yang akan datang. Lembaga pendidikan (sekolah)
dalam pembinaan dan pengembangan peserta didik biasanya melakukan
kegiatan yang disebut dengan kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstra
kurikuler.
Kegiatan kurikuler adalah semua kegiatan yang telah ditentukan
dalam kurikulum yang pelaksanaannya dilakukan pada jam-jam pelajaran.
Kegiatan kurikuler dalam bentuk proses belajar mengajar dengan nama mata
pelajaran atau bidang studi yang ada di sekolah dan bersifat wajib. Sedangkan
kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan diluar kelas
dan ketentuan yang ada didalam kurikulum. Kegiatan ini biasanya terbentuk
berdasarkan bakat dan minat peserta didik.

21

Keberhasilan pembinaan dan pengembangan peserta didik diukur


melalui proses penilaian yang dilakukan oleh lembaga pendidikan (guru).
Ukuran yang sering digunakan adalah naik kelas dan tidak naik kelas
bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat akhir sebuah lembaga
pendidikan (sekolah).
c.

Pencatatan dan pelaporan Peserta Didik


Pencatatan dan pelaporan peserta didik ini dimulai sejak peserta

didik diterima di sekolah sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah.


Tujuan pencatatan tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga
mampu melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik. Sedangkan
pelaporan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam
perkembangan peserta didik di sebuah lembaga.
5.

Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik


Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatankegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses
belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah
dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi
bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat
dan minat peserta didik.
c. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
d. Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat
belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.
Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah sebagai wahana
bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang
berkenaan

dengan

segi-segi

individualitasnya,

segi

sosialnya,

segi

aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.


Fungsi manajemen Peserta Didik secara khususdirumuskan sebagai berikut:

22

a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik,


ialah

agar

mereka

dapat

mengembangkan

potensi-potensi

individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan


tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus
(bakat), dan kemampuan lainnya.
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik
ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya,
dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya
dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan
hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta
didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya.
Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan,
oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta
didik secara keseluruhan.
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya.
Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan
juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.

C. Manajemen Pendidik dan Tenaga Pendidikan


1. Pengertian Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah
Pendidik dan tenaga pendidik disebut juga personel atau pegawai atau
karyawan. Menurut kami, kesemuanya itu memiliki arti yang sama, sehingga
dalam makalah kami ini mungkin kami gunakan istilah-istilah tersebut secara
bergantian.
a. Pendidik
Menurut UU No.20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2, pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan

proses

pembelajaran,

menilai

hasil

pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

23

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan


tinggi.
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir yang dikemukan oleh
Sulistiyorini di dalam bukunya, pendidik dalam Islam adalah orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
afektif, potensi kognitif, maupun potensi pikomotorik.
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi anak didik
yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu pembinaan akhlak mulia,
dan meluruskannya. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan
yang tinggi sebagaimana yang dilukiskan dalam hadits Nabi Muhammad
saw. bahwa :Tinta seorang ilmuwan (ulama) lebih berharga ketimbang
darah seorang syuhada
b. Tenaga kependidikan
Tenaga kependidikan adalah tenaga-tenaga (personil) yang
berkecimpung di dalam lembaga atau organisasi pendidikan yang
memiliki

wawasan

pendidikan

(memahami

falsafah

dan

ilmu

pendidikan), dan melakukan kegiatan pelaksanaan pendidikan (mikro


atau makro) atau penyelenggaraan pendidikan.
Menurut Hasbulloh, yang dimaksud personel adalah orang-orang
yang melaksanakan sesuatu tugas untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Dalam konteks lembaga pendidikan atau sekolah dibatasi dengan sebutan
pegawai.
c. Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan merupakan
kegiatan

yang

pengangkatan,

mencakup
pembinaan,

penetapan

norma,

penatalaksanaan,

standar,

prosedur,

kesejahteraan

dan

pemberhentian tenaga kependidikan sekolah agar dapat melaksanakan


tugas dan fungsinya dalam mencapai tujuan sekolah.

24

Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia


pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara
efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap
dalam kondisi yang menyenangkan. Untuk mewujudkan keseragaman
perlakuan dan kepastian hukum bagi tenaga kependidikan sekolah dasar
dalam melaksanakan tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung
jawabnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Jenis dan Tugas Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Personel merupakan seluruh komponen yang terdapat instansi atau
lembaga kependidikan yang tidak hanya mencakup guru saja, melainkan
keseluruhan yang berpartisipasi di dalamnya. Dilihat dari jabatannya, tenaga
kependidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Tenaga Struktural
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan-jabatan
eksekutif umum (pimpinan) yang bertanggung jawab baik langsung
maupun tidak langsung atas satuan pendidikan. Yang termasuk di
dalamnya diantaranya:
1)

Kepala sekolah
Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan penyelenggaraan
pendidikan di sekolahnya baik ke dalam maupun ke luar yakni dengan
melaksanakan segala kebijaksanaan, peraturan dan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan oleh lembaga yang lebih tinggi. Tugas kepala sekolah
dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan bukanlah
pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya
tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan
pegawai) secara pribadi. Sebagai top leader di sekolah, kepala sekolah
wajib mendayagunakan seluruh personel secara efektif dan efisien agar
tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut tercapai secara
optimal. Pendayagunaan dimaksud ditempuh dengan jalan memberikan
tugas-tugas jabatan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masingmasing individu. Oleh karena itu diperlukan adanya kejelasan tentang

25

job description atau tugas masing-masing sehingga tugas tugas yang


dilaksanakan tidak berjalan serampangan.
Ada beberapa prinsip dasar yang dasar

yang harus dipegang

kepala sekolah dalam menerapkan manajemen personalia, yaitu:


a) Dalam mengembangkan sekolah, sumberdaya manusia adalah
komponen paling berharga;
b) Sumberdaya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola
dengan

baik

sehingga

mendukung

tercapainya

tujuan

institusi/lembaga sekolah;
c) Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial
kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pengembangan sekolah;
d) Manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan
agar setiap warga (guru, staf administrasi, siswa, orang tua siswa,
dan yang terkait) dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk
mencapai tujuan pengembangan sekolah.
2)

Wakil kepala sekolah


a) Wakil kepala sekolah urusan kurikulum bertanggung jawab
membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatankegiatan

yang

berkaitan

langsung

dengan

pelaksanaan

kurikulum dan proses belajar mengajar


b) Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan bertanggung jawab
membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan
kesiswaan dan ekstrakurikuler
c) Wakil kepala sekolah urusan sarana prasarana bertanggung
jawab atas kegiatan-kegiatan inventaris pendayagunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana serta keuangan sekolah
d) Wakil kepala sekolah urusan pelayanan khusus bertanggung
jawab membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan
pelayanan-pelayanan khusus, seperti hubungan masyarakat,

26

bimbingan dan penyuluhan, usaha kesehatan sekolah dan


perpustakaan sekolah.
b. Tenaga Fungsional
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan fungsional
yaitu jabatan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian
akademis kependidikan. Yang termasuk di dalamnya adalah:
1) Guru
Merupakan tombak dalam proses pendidikan. Proses pendidikan
tidak akan berhasil dengan baik tanpa peran guru. Secara institusional,
kemajuan suatu lembaga pendidikan lebih ditentukan oleh pimpinan
lembaga tersebut daripada pihak lain. Akan tetapi, dalam proses
pembelajaran, guru berperan paling menentukan melebihi metode atau
materi. Urgensi guru dalam proses pembelajaran ini terlukis dalam
ungkapan berbahasa Arab yang pernah disampaikan A. Malik Fajar,
al-thoriqoh ahammu min al-maddah walakinna al muddaris ahammu
mi al-thoriqoh (metode lebih penting daripada materi, tetapi guru lebih
penting daripada metode)
Dalam proses pembelajaran, guru memegang peran yang sangat
menentukan,sehingga

diperlukan

langkah-langkah

khusus

dalam

merencanakan pengajaran. Ibrahim Bafadal sebagaimana dikutip oleh


Sulistiyorini, ada 10 langkah yang harus ditempuh di antaranya:
a) Mengenali tujuan pengajaran
b) Melakukan analisis pengajaran
c) Mengenali tingkah laku dan karakteristik murid
d) Merumuskan tujuan performansi
e) Menegmbangkan butir-butir tes acuan patokan
f) Mengembangkan siasat pengajaran
g) Mengembangkan dan memilih materi pelajaran
h) Merancang dan melakukan penilaian formatif
i) Merevisi pengajaran
j) Melakukan penilaian sumatif.

27

Selain hal di atas, guru dituntut memiliki sikap ideal. Dengan


julukan tugas guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar maka mereka
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Guru sebagai pengelola proses pembelajaran
b) Guru sebagai moderator
c) Guru sebagai motivator
d) Guru sebagai fasilitator
e) Guru sebagai evaluator.
Sebagaimana tertera dalam UU sisdiknas No.20 tahun 2003
pasal 1 ayat6:
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
Azhar Arsyad menyebut guru sebagai media berbasis manusia.
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk
mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Guru atau
instruktur dapat merangkai pesannya untuk satu kelompok khusus, dan
setelah itu dirangkai menurut kebutuhan belajar kelompok siswa atau
irama emosinya.
2) Pengembang kurikulum dan teknologi pendidikan
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program programprogram pengembangan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan
pengembangan alat bantu pengajaran.
3) Pengembang tes
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program-program
pengembangan alat pengukuran dan evaluasi kegiatan-kegiatan belajar
dan kepribadian peserta didik.
4) Pustakawan
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program kegiatan
pengelolaan perpustakaan sekolah.
c. Tenaga Teknis Kependidikan

28

Merupakan

tenaga

kependidikan

yang

dalam

pelaksanaan

pekerjaannya lebih dituntut kecakapan teknis operasional atau teknis


administratif. Yang termasuk di dalamnya diantaranya:
1) Laboran
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program kegiatan
pengelolaan laboratorium di sekolah.
2) Teknisi sumber belajar
Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pemberian bantuan
teknis sumber-sember belajar bagi kepentingan belajar peserta didik
dan pengajaran guru
3) Pelatih (olahraga, kesenian, dan keterampilan)
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program-program
kegiatan latihan seperti olahraga, kesenian, keterampilan yang
diselenggarakan
4) Petugas tata usaha
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dan
pelayanan administratif atau teknis operasional pendidikan di sekolah.
3. Komponen Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Manajemen personalia mencakup tujuh komponen. Tujuh komponen
ini dilaksanakan secara urut, tertib, dan berkesinambungan sehingga harus
melalui tahapan-tahapan yang sudah ditentukan. Ketujuh komponen tersebut
adalah:
a. Perencanaan Pegawai
Perencanaan pegawai merupakan kegiatan yang menentukan
kebutuhan pegawai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk
sekarang dan masa depan. Masa lampau telah mengantarkan kondisi
sekarang sehingga bisa dijadikan acuan untuk merencanakan masa depan
berdasarkan potensi yang ada. Sepanjang situasi yang dihadapi di masa
lampau dan masa sekarang masih sama, maka perkembangan masa
lampau yang telah mengantarkan kondisi masa sekarang ini dapat
dijadikan acuan yang sama untuk memprediksi masa depan. Tetapi, jika

29

situasinya sama sekali lain, maka dibutuhkan kejelian membaca


keadaan dalam menyusun perencanaan. Perubahan inilah yang dewasa ini
sering dihadapi oleh para perencana sehingga dibutuhkan jurus-jurus jitu
sebagai upaya antisipasi sedini mungkin.
b. Rekrutmen Pegawai
Rekrutmen

pegawai

merupakan

kegiatan

untuk

memenuhi

kebutuhan pegawai pada suatu lembaga, baik jumlah maupun


kualitasnya. Gorton sebagaimana dikutip oleh Ibrahim Bafadal dan
dikutip kembali oleh Mujamil Qomar mengatakan bahwa : Tujuan
rekrutmen pegawai adalah menyediakan calon pegawai yang betul-betul
baik (surplus of candidates) dan paling memenuhi kualifikasi (most
qualified and outstanding individuals) untuk sebuah posisi.
Sebagaimana disebutkan oleh M. Daryanto, syarat-syarat pegawai
negeri adalah:
1) Segi kepribadian
2) Kesetiaan
3) Kesehatan badan
4) Kecerdasan
5) Kemampuan
6) Ketangkasan
7) Dan syarat-syarat lain yang khusus bagi sesuatu jabatan negeri yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. Pembinaan dan Pengembangan Pegawai
Pegawai sebagai manusai membutuhkan memerlukan pembinaan
dan pengembangan untuk memperbaiki dan meningkatkan

dirinya

termasuk dalam tugasnya. Pembinaan lebih berorientasi pencapaian


standar

minimal,

yaitu

disarankan

untuk

dapat

melakukan

pekerjaan/tugasnya sebaik mungkin dan menghindari pelanggaran.


Sementara itu, pengembangan lebih berorientasi pada perkembangan
karier para pegawai, termasuk upaya manajer untuk memfasilitasi mereka
supaya bisa mencapai jabatan atau status yang lebih tinggi.
d. Promosi dan Mutasi

30

Promosi (kenaikan pangkat) merupakan perubahan kedudukan


yang bersifat vertikal, sehingga berimplikasi pada wewenang tanggung
jawab, dan penghasilan. Di Indonesia, untuk pegawai negeri sipil,
promosi atau pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon
PNS dengan masa percobaan satu atau dua tahun, kemudian ia mengikuti
latihan prajabatan, dan setelah lulus diangkat menjadi pegawai negeri
sipil penuh. Setelah pengangkatan pegawai, kegiatan selanjutnya adalah
penempatan atau penugasan.
Mutasi adalah pemindahan pegawai dari suatu jabatan ke jabatan
lain. Pemindahan ini lebih bersifat horizontal sehingga tidak berimplikasi
pada penghasilan. Mutasi bisa berkonotasi positif namun juga kadang
berkonotasi negative. Jika mutasi dilakukan sebagai penyagaran
organisasi, maka makna konotasinya positif. Namun jika pemindahan itu
karena suatu kasus tertentu maka konotasinya terkesan sebagai langkah
pembuangan. Konotasi ini lebih meyakinkan jika posisi baru yang
ditempati lebih kering dari posisi awal.
e. Pemberhentian Pegawai
Ada batas tertentu yang dimiliki pegawai sehingga suatu ketika
harus diberhentikan. Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah dapat
dilakukan dengan beberapa alasan berikut :
1) Pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik;
2) Perampingan atau penyederhanaan organisasi;
3) Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan
berhak pensiun harus diberhentikan dalam jangka waktu satu tahun;
4) Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik;
5) Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara
atau kurungan;
6) Melanggar sumpah atau janji pegawai negeri sipil.
f. Kompensasi

31

Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada


pegawai, yang dapat dinilai dengan uang dan memiliki kecenderungan
diberikan secara tetap. Pemberian kompensasi selain dalam bentuk gaji,
dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan dan lainlain.
g. Penilaian Pegawai
Penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi
individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak
hanya penting bagi sekolah, tetapi juga pegawai itu sendiri. Bagi para
pegawai, penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal, seperti
kemampuan, keletihan, kekurangan dan potensi yang pada gilirannya
bermanfaat untuk menetukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan
karier. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi kerja tenaga kependidikan
sangat penting dalam pengambilan keputusan berbagai hal, seperti
identifikasi

kebutuhan

program

sekolah

penerimaan,

pemilihan,

pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan, dan aspek lain dari


dari keseluruhan proses efektif sumber daya manusia.

D. MANAJEMEN ANGGARAN/BIAYA PENDIDIKAN


1. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia manajemen artinya
pengelolaan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien. Manajemen
keuangan dimaksudkan sebagai suatu manajemen terhadap fungsi-fungsi
keuangan. Manajemen pembiayaan pendidikan adalah manajemen terhadap
fungsi-fungsi keuangan, yang meliputi sumber pendapatan dana dan
pengunaan dana pendidikan. Menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen
keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang
meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan
pelaporan. Dalam referensi lain istilah yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan pendidikan juga dikenal dengan administrasi biaya pendidikan yang
diartikan dengan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan
secara sengaja dan dijalankan secara kontinu terhadap biaya (dana)

32

operasional sekolah. Dalam hal ini bisa dijelaskan bahwa dalam


pelaksanaannya proses manajemen pendanaan pendidikan meliputi segenap
kegiatan yang berkenaan dengan penataan (pengelolaan) sumber dana,
penggunaan dana serta mencakup pertanggungjawaban pengunaan dana
pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan.
Menurut Thomas H. Jones, sebagaimana yang dikutip oleh Abubakar
dkk dalam bukunya Manajemen Pendidikan, Secara garis besar kegiatan
(tahapan) yang ada dalam administrasi pembiayaan meliputi tiga hal yaitu:
1. Perencanaan anggaran (budgeting), yaitu kegiatan mengkoordinir semua
sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan
secara sistematik.
2. Pelaksanaan (implenmentation involves accounting), yaitu kegiatan
berdasarkan rencana yang telah dibuat.
3. Evaluasi atau pertanggung jawaban (auditing), yaitu proses penilaian
terhadap pencapaian tujuan.
Dengan demikian, dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan
dengan penataan sumber, penggunaan dan pertanggungjawaban dana
pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan. Secara umum kegiatan yang
ada dalam manajemen pembiayaan pendidikan meliputi: penyusunan
anggaran, pembiayaan, pemeriksaan, atau dengan kata lain bisa ditegaskan
bahwa manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan,
pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah,
sehingga dalam prosesnya dapat berjalan secara efektif dan terhindar dari
berbagai penyalah gunaan yang berdampak pada terhambatnya proses
pendidikan, sehingga tujuan pendidikan tidak dapat diwujudkan secara
maksimal. Tanpa perencanaan yang matang, serta pelaksanaan yang sesuai
dengan perencanaan disertai dengan pertanggung jawaban dengan baik, maka
sulit diharapkan pendanaan pendidikan yang sumbernya terbatas akan mampu
mendukung berjalannya proses pendidikan secara efektif.

33

2.

Pembiayaan Pendidikan
Dalam pembahasan masalah pembiayaan pendidikan secara umum

mencakup konsep dasar pembiayaan pendidikan, prinsip-prinsip pengelolaan


keuangan pendidikan, penganggaran (penyusunan aggaran) dan fungsi
penganggaran. Secara lebih rinci bisa dijelaskan sebagai berikut:
a. Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan
Menurut teori human capital, sumber daya manusia merupakan
komponen terpenting dalam rangka merencanakan dan melaksanakan
pembangunan di setiap Negara. Sumber daya manusia tidak semata-mata
dianggap sebagai faktor produksi melainkan penggerak sistem produksi
secara menyeluruh. Investasi di bidang sumber daya manusia sangat
menentukan

bagi

keberlangsungan

dan

keberlanjutan

rencana

pembangunan suatu Negara. Hal ini juga berlaku dalam upaya


menjalankan dan mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan.
Dalam realitasnya, Investasi tersebut diwujudkan dengan
menyelenggarakan pendidikan baik formal maupun nonformal, hal ini
tidak terlepas dari asumsi bahwa dengan pendidikanlah sumber daya
manusia itu bisa ditingkatkan, hal ini terlihat dalam salah satu tujuan
pendidikan yaitu untuk mendapatkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan anggaran
atau pembiayaan untuk pendidikan, hal ini tidak terlepas dari kenyataan
bahwa anggaran pendidikan merupakan salah satu elemen penting untuk
menunjang jalannya seluruh pelaksanaan pendidikan.
Atas dasar pemikiran di atas, maka untuk mewujudkan
pembiayaan pendidikan yang bisa menunjang tercapainya tujuan
pendidikan yaitu meningkatkan mutu SDM maka pembiayaan pendidikan
itu harus dimanage sebaik mungkin. Dengan kata lain bisa ditegaskan
bahwa, supaya berhasil manajemen pembiayaan pendidikan itu harus
dijalankan secara efektif yaitu dengan menjalankan fungsi-fungsi
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan (pertanggungjawaban).
Jadi secara konseptual, dalam manajemen pendanaan pendidikan
langkah yang harus ditempuh adalah sama dengan manajemen secara

34

umum yaitu membuat perencanaan penganggaran dana pendidikan,


menjalankan setiap program yang telah direncanakan, serta mengawasi
pelaksanaan setiap program penganggaran yang telah direncanakan,
sehingga bisa dipertanggung jawabkan dengan baik sehingga penggunaan
anggaran pendidikan terhindar dari penyelewengan-penyelewengan yang
menghambat

tercapainya

tujuan

pendidikan

itu

sendiri

yaitu

meningkatkan SDM.
b. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pendidikan
Dalam manajemen dana (keuangan) pendidikan, agar penggunaan
anggaran bisa berjalan secara efektif maka harus didasarkan pada prinsipprinsip umum pengelolaan keuangan sebagai berikut:
1) Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan.
2) Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/ kegiatan.
3) Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan
lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggung jawabkan serta
disertai bukti penggunaannya.
Sementara itu menurut Nanang Fattah, secara umum prinsi-prinsip
penggunaan dana pendidikan jika dikaitkan dengan fungsi anggaran sebagai
alat perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas disetiap
lini pelaksana proses manjerial.
2) Adanya sistem akuntansi yang jelas dan memadai dalam proses
pelaksanan anggaran.
3) Adanya dukungan dari setiap lini pelaksana proses manajerial dari
tingkat paling atas sampai ketingkat paling bawah.
Sedangkan jika ditinjau dari fungsi anggaran dana pendidikan
sebagai pedoman pelaksanaan program kerja lembaga, maka prinsip-prinsip
anggaran yaitu sebagai berikut:
1) Otorisasi (pelimpahan wewenang) oleh atasan kepada lini dibawahnya.

35

2) Menyeluruh, penganggaran mencakup keseluruhan proses kegiatan


(program), sehingga tidak terjadi kekurangan dana ketika program
sedang dilaksanakan.
3) Periodik, artinya jangka waktu untuk merealisasikan semua anggaran
program dibatasi dengan jelas.
4) Jelas, dan
5) Transparan.
Secara umum kesemua prinsip penggunaan anggaran dan keuangan
pendidikan tidak terlepas dari terbatasnya anggaran pendidikan itu sendiri,
sehingga dalam penggunaannya harus dikelola seefektif dan seefesien
mungkin, dengan kata lain dengan anggaran yang ada harus diupayakan
untuk bisa mencapai tujuan pendidikan secara maksimal.
3.

Penganggaran (Penyusunan Aggaran)


Penganggaran merupakan proses penyusunan anggaran. Menurut

Nanang Fattah penganggaran merupakan rencana operasional yang


dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk uang yang berguna sebagai acuan
(pedoman) dalam jalannya proses kegiatan suatu lembaga dalam jangka
waktu (periode) tertentu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga.
Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif yang sangat
fundamental untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini
melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi, dalam konteks pendanaan
pendidikan maka melibatkan pimpinan satuan pendidikan itu sendiri yaitu
kepala sekolah dan jajarannya. Pada dasarnya, penyusunan anggaran
merupakan negosiasi atau musyawarah antara pimpinan dengan bawahannya
dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran. Sebagai
organisasi sektor public, maka penyusunan anggaran (pendanaan) pendidikan
mempunyai fungsi lebih dari sekedar acuan pengalokasian dana, tetapi lebih
daripada itu juga berfungsi sebagai bentuk akuntabilitas atas penggunaan
dana publik yang dikelolanya. Hasil akhir dari suatu musyawarah tentang

36

rencana penganggaran tersebut merupakan suatu pernyataan tentang (rencana)


pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber dana.
4.

Fungsi Penganggaran
Selain

penganggaran

sebagai
juga

alat

untuk

merupakan

alat

perencanaan
bantu

bagi

dan

pengendalian,

manajemen

dalam

mengarahkan suatu lembaga menempatkan organisasi dalam posisi yang kuat


atau lemah. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa anggaran juga dapat
berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Secara lebih rinci mengenai fungsi
penganggaran dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan, sehingga dengan
fungsi ini lembaga bisa mengetahui arah kebijakan yang akan
dilaksanakan. Dimana semua kebijakan yang akan dilaksanakan sesuai
dengan ketersediaan dana yang telah dianggarkan.
b. Pengendalian
Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian, artinya dengan
adanya perencanaan penganggaran maka lembaga dapat menghindari
pengeluaran yang berlebihan atau adanya pengunaan anggaran yang tidak
proporsional yaitu tidak tepat guna dan tidak semestinya, sehingga
merugikan proses pendidikan itu sendiri.
c. Alat koordinasi dan komunikasi
Selain kedua fungsi di atas, anggaran juga berfungsi sebagai alat
koordinasi artinya dengan dokumen anggaran yang komperhensif maka
setiap lembaga bisa mendeteksi dan mengkoordinir tugas apa saja yang
harus dijalankan oleh unit-unit (bagian) lainnya.
d. Sebagai alat penilaian kinerja.
Artinya anggaran bisa dijadikan sebagai barometer apakan suatu
unit (bagian) telah bekerja sesuai dengan target atau tidak, hal ini
dikarenakan dalam penyusunan perencanaan program kerja telah
disesuaikan antara program yang dirancang dengan dana yang

37

dibutuhkan, sehingga efektif atau tidaknya pelaksanaan program tersebut


bisa diukur dari pemanfaatan dana.
e. Sebagai alat motivasi.
Fungsi motivasi ini akan berfungsi jika anggaran memenuhi sifat
menantang tapi masih realistis (mungkin) untuk dipenuhi. Artinya suatu
anggaran itu hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga sulit untuk
dipenuhi, akan tetapi juga jangan terlalu rendah sehingga menjadi tidak
menantang.
Dengan berbagai fungsi yang telah dijelaskan di atas jelaslah
kiranya betapa pentingnya perencanaan anggaran (penganggaran) dalam
jalannya proses manajemen pendanaan pendidikan, sehingga tanpa
perencanaan anggaran yang matang bisa dikatakan sulit untuk
mengharapkan pengelolaan keuangan pendidikan berjalan secara efektif
dan efesien, sehingga akan berdampak pada terkendalanya pencapaian
tujuan pendidikan itu sendiri secara keseluruhan.
5.

Bentuk-bentuk Pendanaan
Biaya Pendidikan adalah semua pengeluaran yang memiliki kaitan

langsung dengan penyelenggaraan pendidikan. Biaya pendidikan merupakan


sumber daya yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Biaya
pendidikan terdiri dari semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan baik dalam bentuk uang maupun barang dan
tenaga ( yang dapat dihargakan dengan uang ).
Biaya pendidikan meliputi biaya investasi, biaya operasional, dan
biaya personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumber daya manusia serta modal kerja tetap.
Biaya operasioanal meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan, serta
segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan
habis pakai serta biaya pendidikan tak langsung berupa air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur dan
sebagainya. Selain itu juga ada Biaya personal yang mencakup pembiayaan

38

yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Dalam sutu proses pengelolaan (manajemen) pembiayaan, terlebih
dahulu harus memahami jenis-jenis biaya dalam istilah pembiayaan
(pendanaan). Adapun jenis-jenis pendanaan tersebutberdasarkan sifatnya
dapat diklasifikasikan menjadi dua, antara lain:
1.

Pendanaan yang bersifat rutin


Pendanaan rutin di sekolah yaitu pendanaan yang dilakukan
oleh sekolah sebagai lembaga yang dilakukan secara rutin dalam
tenggat atau periode waktu tertentu, misalnya pengeluaran pelaksanaan
proses belajar mengajar, pengeluaran tata usaha sekolah, pendanaan
untuk pemeliharaan sarana/prasarana sekolah, pendanaan untuk
menunjang kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya,
administrasi, dan lain-lain.

2.

Pendanaan yang bersifat tidak rutin


Pendanaan yang bersifat tidak rutin yaitu pendanaan yang
dilakukan oleh sekolah hanya pada waktu tertentu tergantung kebutuhan
dan tidak terjadwal secara periodik sebagaiman pendanaan rutin,
misalnya: pembangunan gedung, pagar, lapangan dan lain-lain.
Sementara itu dalam referensi lain mengenai jenis-jenis anggaran

dalam pendanaan pendidikan dapat diklasifikasikan yaitu sebagai berikut:


1. Anggaran butir per butir
Yang dimaksud dengan anggaran butir-perbutir yaitu dalam
bentuk anggaran ini setiap pengeluaran dikatagorikan berdasarkan jenis
butir. Antara lain yaitu gaji, upah, honor dikatagorikan menjadi satu,
sementara itu anggaran untuk perlengkapan, material, sarana,
dikatagorikan dalam satu butir tersendiri, dan lain-lain.
2. Anggaran Program
Dalam bentuk anggaran program ini anggaran dikelompokkan
(dihitung) berdasarkan jenis program. Sehingga dengan bentuk
anggaran program ini bisa diidentifikasikan biaya setiap program,

39

dalam implementasisnya bisa dijelaskan bahwa pengelompokan


anggaran menurut jenis ini dikelompokkan menurut sub program
sebagai bagian dari program itu sendiri, dalam bentuk yang lebih
kongkrit bisa dicontohkan yaitu: anggaran untuk penataran bidang
studi yang mencakup gaji panitia, gaji penatar, konsumsi, sewa gedung,
ATK dan lain-lain. Sementara itu program untuk alat bantu
pembelajaran dikelompokkan menjadi satu kelompok tersendiri yang
mencakup: Mistar, peta, bola dunia, busur derajat segitiga dan lain-lain.
3. Aggaran Berbasis Nol.
Anggaran berbasis nol yaitu jenis penganggaran dimana setiap
anggaran (setiap program) dimulai dari nol di setiap tahun (periode)
penganggaran. Artinya dalam bentuk penganggaran seperti ini setiap
program yang telah diadakan pada tahun anggaran sebelumnya tidak
secara otomatis bisa dilanjutkan. Sehingga keberlanjutan suatu program
pada tahun anggaran yang berbeda tergantung pada hasil evaluasi
sejauh mana program tersebut berkontribusi untuk pencapaian tujuan
pendidikan.
6.

Sistem Pertanggungjawaban
Dalam

sistem

manajemen

keuangan

(pendanaan),

pertanggungjawaban merupakan salah satu kegiatan sangat vital hal ini


merupakan bentuk akuntabilitasi pengelolaan keuangan suatu lembaga, hal ini
juga berlaku dalam konteks manajemen keuangan pendidikan. Sekolah yang
merupakan lembaga pendidikan, dalam manajemen keuangannya juga
diadakan pertanggung jawaban, hal ini sesuai dengan prinsip dasarnya yaitu
sekolah merupakan lembaga sektor publik yang pengelolaan keuangannya
harus dipertanggungjawabkan seakuntabel mungkin kepada publik. Dalam
implementasinya pertanggungjawaban dalam manajemen sekolah dilakukan
setiap akhir tahun anggaran. Dalam sistem manajemen keuangan lembaga
pendidikan

(sekolah),

pada

akhir

tahun

ajaran

sekolah

harus

mempertanggungjawabkan setiap dana yang telah dikeluarkan selama tahun


anggaran terkait, apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak, sehingga
terhindar penyalahgunaan anggaran pendidikan. Pertanggung jawaban ini

40

dilakukan dalam rapat dewan sekolah, yang diikuti oleh steak holder
pendidikan yang meliputi komponen sekolah, komponen masyarakat dan
pemerintah daerah yang terkait.
Pertanggungjawaban adalah proses pembuktian dan penentuan bahwa
apa yang dilaksananakan sesuai dengan apa yang direncanakan, hal ini
meliputi

pertanggungjawaban

penerimaan

dana,

penyimpanan

dan

pengeluaran dana sesuai dengan perencanaan (proporsional), atau secara lebih


rinci bisa ditegaskan bahwa, pertanggungjawaban keuangan lembaga
pendidikan mencakup seluruh penerimanan hingga pengeluaran dana
pendidikan yaitu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembiayaan proses
pendidikan apakah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan sejauh
mana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini
juga sering diistilahkan dengan proses evaluasi.

E. Manajemen Sarana Prasarana


1.

Pengertian Manajemen Sarana Prasarana


Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen

penting yang harus terpenuhi dalam menunjang sistem pendidikan. Menurut


Ketentuan Umum Permendiknas no. 24 tahun 2007, sarana adalah
perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah, sedangkan prasarana
adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Sarana
pendidikan antara lain gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat media
pembelajaran. Sedangkan yang termasuk prasarana antara lain seperti
halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah dan lain-lain. Tetapi jika
dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, maka
komponen tersebur merupakan sarana pendidikan.
Menurut Rugaiyah (2011:63), Manajemen sarana dan prasarana adalah
kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh sekolah
dalam upaya menunjang seluruh kegiatan baik kegiatan pembelajaran
maupun kegiatan lain sehingga seluruh kegiatan berjalan dengan lancar.
Menurut Asmani (2012:15), manajemen sarana dan prasarana adalah
manajemen sarana sekolah dan sarana bagi pembelajaran, yang meliputi
41

ketersediaan dan pemanfaatan sumber belajar bagi guru, siswa serta penataan
ruangan-ruangan yang dimiliki.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi
secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan kegiatan
pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan,
inventarisasi dan penghapusan.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang bersih, rapi, dan indah sehingga menciptakan
kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di
sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas
belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan
kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses
pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun peserta
didik sebagai pelajar.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan persyaratan pengadaan sarana dan
prasarana dengan membuat daftar prioritas keperluan pada setiap sekolah oleh
tim da tenaga kependidikan yang profesional pada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dengan melakukan need assesment sekolah.
2.

Ruang Lingkup Manajemen Sarana dan Prasarana


Manajemen sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai kegiatan

menata, mulai dari perencanaan/analisis kebutuhan, pengadaan, inventarisasi,


pendistribusian,

pemanfaatan,

pemeliharaan,

pemusnahan

dan

pertanggungjawaban terhadap barang-barang bergerak dan tidak bergerak,


perabot sekolah, alat-alat belajar, dan lain-lain.
Dengan adanya kegiatan tersebut, perawatan terhadap sarana dan
prasarana dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya, sehingga bisa
meningkatkan

kinerja

warga

sekolah,

memperpanjang

usia

pakai,

menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana


dan prasarana.
3.

Kegiatan Manajemen Sarana dan Prasarana

42

a. Perencanaan/Analisis Kebutuhan
Perencanaan merupakan kegiatan analisis kebutuhan terhadap
segala kebutuhan dan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah untuk
kegiatan pembelajaran peserta dan didik dan kegiatan penunjang lainnya.
Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan sekolah
berlangsung. Kegiatan ini biasa dilakukan pada awal tahun pelajaran dan
disempurnakan tiap triwulan atau tiap semester.
Perencanaan dapat dilakukan oleh kepala sekolah, guru kelas dan
guru-guru bidang studi dan dibantu oleh staf sarana dan prasana.
1) Prosedur Perencanaan
a)

Mengadakan analisa materi dan alat/media yang dibutuhkan

b)

Seleksi terhadap alat yang masih dapat dimanfaatkan

c)

Mencari dan atau menetapkan dana

d)

Menunjuk seseorang yang akan diserahkan untuk mengadakan


alat dengan pertimbangan keahlian dan kejujuran.

2) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sarana dan


prasarana pendidikan
a) Perencanaan pengadaan barang harus dipandang sebagai bagian
integral dari usaha kualitas proses belajar mengajar
b) Perencanaan harus jelas, kejelasan suatu rencana dapat dilihat
pada:
c) Tujuan dan sasaran atau target yang harus dicapai, penyusunan
perkiraan biaya/harga keperluan pengadaan
d) Jenis dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan dilaksanakan
e) Petugas pelaksanaan
f) Bahan dan peralatan yang dibutuhkan
g) Kapan dan dimana kegiatan akan dilaksanakan
h) Bahwa

suatu

perencanaan

harus

realistis,

yaitu

dapat

dilaksanakan dengan jelas, terprogram, sistematis, sederhana,


luwes, fleksibel, dan dapat dilaksanakan
i) Rencana harus sistematis dan terpadu

43

j) Rencana harus menunjukkan unsur-unsur insani ataupun


noninsani yang baik
k) Memiliki struktur berdasarkan analisis
l) Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama pihak
perencana
m) Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan
situasi dan kondisi yang tidak disangka-sangka
n) Dapat dilaksanakan dan berkelanjutan
o) Menunjukkan skala prioritas
p) Disesuaikan dengan flapon anggaran
q) Mengacu dan berpedoman pada kebutuhan dan tujuan yang
logis
r) Dapat didasarkan pada jangka pendek (1 tahun), jangka
menengah (4-5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun)
b. Pengadaan
Pengadaan adalah proses kegiatan mengadakan sarana dan
prasarana

yang

dapat

dilakukan

dengan

cara-cara

membeli,

menyumbang, hibah dan lain-lain. Pengadaan sarana dan prasarana


dapat bebrbentuk pengadaan buku, alat, perabot dan bangunan.
c. Penginvetarisasian
Penginvetarisasian adalah kegiatan melaksanakan penggunaan,
penyelenggaraan, pengaturan dan pencatatan barang-barang, menyusun
daftar barang yang menjadi milik sekolah ke dalam satu daftar
inventaris barang secara teratur. Tujuannya adalah untuk menjaga dan
menciptakan tertib administrasi barang milik negara yang dipunyai
suatu organisasi. Yang dimaksud dengan inventaris adalah suatu
dokumen berisi jenis dan julah barang yang ebrgerak maupun yang
tidak bergerak yang menjadi milik negara dibawah tanggung jawab
sekolah.

44

d. Penggunaan atau Pemanfaatan Sarana dan Prasarana


Penggunaan sarana dan prasarana adalah pemanfaatan segala
jenis barang yang sesuai dengan kebutuhan secara efektif dan efisien.
Dalam hal pemanfaatan sarana, harus mempertimbangkan hal berikut:
1) Tujuan yang akan dicapai
2) Kesesuaian antar media yang akan digunakan dengan materi yang
akan dibahas
3) Tersedianya sarana dan prasarana penunjang
4) Karakteristik siswa
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan merawat, memelihara dan
menyimpan

barang-barang

sesuai

dengan

bentuk-bentuk

jenis

barangnya sehingga barang tersebut awet dan tahan lama. Pihak yang
terlibat dalam pemeliharaan barang adalah semua warga sekolah yang
terlibat dalam pemanfaatan barang tersebut. Dalam pemeliharaan, ada
hal-hal khusus yang harus dilakukan oleh petugas khusus pula, seperti
perawatan alat kesenian (piano, gitar, dan lain-lain).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah memberi
Panduan Manajemen Sekolah perawatan preventif di sekolah dengan
cara membuat tim pelaksana, membuat daftar sarana dan prasarana,
menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi
untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan
memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan
kinerja peralatan sekolah dalam rangka memningkatkan kesadaran
merawat sarana dan prasarana sekolah.
Cara-cara untuk melaksanakan program perawatan preventif di
sekolah

antara

lain

memberi

arahan

kepada

tim

pelaksana,

mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi sarana dan prasarana,


menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif
kepada seluruh warga sekolah terutama guru dan peserta didik, dan

45

membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan prasarana


untuk memotivasi warga sekolah.
f. Penghapusan
Penghapusan barang inventaris adalah pelepasan suatu barang
dari kepemilikan dan tanggung jawab pengurusnya oleh pemerintah
ataupun swasta. Penghapusan barang dapat dilakukan dengan lelang
dan pemusnahan.
Adapun syarat-syarat penghapusan:
1) Barang-barang dala keadaan rusak berat
2) Perbaikan suatu barang memerlukan biaya besar
3) Secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak sesuai lagi dengan
biaya pemeliharaan
g. Pertanggungjawaban
Penggunaan

barang-barang

sekolah

harus

dipertanggungjawabkan dengan cara membuat laporan penggunaan


barang-barang tersebut yang diajukan pada pimpinan.
4.

Peran Guru dalam Manajemen sarana dan Prasarana Pendidikan


Sebagai pelaksana tugas pendidikan guru juga mempunyai andil

dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan. Dalam hal ini, guru
lebih banyak berhubungan dengan sarana pengajaran, yaitu alat pelajaran, alat
peraga, dan media pengajaran lainnya dibandingkan dengan keterlibatannya
dengan sarana pendidikan yang tidak langsung berhubungan.
Peranan guru dalam manajemen sarana dan prasara dimulai dari
perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan, serta pengawasan sarana dan
prasarana yang dimaksud.
Dalam perencanaan sarana dan prasarana, guru mengidentifikasi dan
mengusulkan kebutuhan belajar siswa untuk kebutuhan buku atah bahan ajar
dalam bentuk modul, buku paket, ataupun Lembar Kerja Siswa, kebutuhan
alat peraga, peralatan laboratorium, seperti: Laboratorium IPA, Lab. Bahasa,
Lab. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Untuk mata pelajaran olahraga

46

seperti: bola voli, bola basket, dan lain-lain. Kebutuhan matras untuk
senam, stopwatch, cakram dan lain-lain. Usulan dilaksanakan pada setiap
awal tahun pelajaran.
Dalam hal pemanfaatan, guru menggunakan segala sarana sesuai
dengan kebutuhan mata pelajaran masing-masing dan sesuai pula dengan
kajian yang dibahas serta pencapaian indikatornya.
Dalam pemeliharaan dan pengawasan, guru ikut terlibat dengan cara
melibatkan siswa untuk ikut serta merapikan dan menyimpan kembali barangbarang yang telah dgunakan pengawasan yang dilakukan guru dengan
memeriksa kembali segala sarana yang telah digunakan serta mencatat pada
buku kontrol penggunaan sarana.
F. Manejemen

Hubungan

Sekolah

dengan

Masyarakat(HUSEMAS)
Secara Etimologis,hubungan sekolah dan masyarakat diterjemahkan dari
perkataan bahas inggrisPublic School Relation yang berarti hubungan sekolah
dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik antara organisasi (sekolah)
dengan masyarakat.Hubungan sekolah dan masyarakat didefinisikan sebagai
proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat untuk berusaha menanamkan
pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan karya pendidikan serta
pendorong minat dan tanggungjawab masyarakat dalam memajukan sekolah.
Manejemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat merupakan seluruh
proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan
bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati
dari masyarakat pada umumnya serta dari publiknya,pada khususnya,sehingga
kegiatan operasional sekolah/pendidikan semakin efektif dan efisien,demi
membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.Sekolah
merupakan

bagian

yang

tak

terpisahkan

dengan

masyarakat,khususnya

masyarakat publiknya,seperti para orang tua murid/anggota Badan Pembantu


Penyelenggaraan Pendidikan (BP3),dan atasan langsungnya.Demikian pula hasil
pendidikan pelaksanaan sekolah akan menjadi harapa bahkan dambaan bagi

47

masyarakat,maka kegiatan-kegiatan sekolah harus terpadu derap dengan


masyarakatnya tidak boleh ada penyimpangan nilai dan norma.
Sekolah harus berusaha untuk menambah simpati masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan

kurikuler

maupun

ekstrakurikuler,sekolah

meningkatkan

pengetahuan ,keterampilan,kemampuan dan sikap para peserta didiknya agar


dapat mempersiapkan dirinya untuk menyongsong tugas-tugasnya di masa
depan,serta dapat membangun dirinya demi dapat ikut bertanggungjawab terhadap
pembangunan masyarakat,bangsa,dan negaranya,baik secara individual maupun
secara berkelompok.Selain itu,sekolah juga perlu meningkatkan layanannya
kepada

masyarakat,menampilkan

produk-produk

unggulannya

di

bidang

akademik maupun non akademik,sehingga masyarakat percaya dan simpati


terhadap kemampuan sekolah tersebut.
Hubungan serasi,terpadu serta timbalbalik yang sebaik-baiknya antara
sekolah dan masyarakat harus diciptakan dan dilaksanakan agar meningkatkan
mutu pendidikan dan pembangunan masyarakat.Secara lebih jelasnya maka
husemas ini dapat dilihat dari fungsi,tujuan,manfaat,dan bentuk bentuk
operasionalnya.
1. Fungsi Husemas adalah menarik simpati masyarakat pada umumnya serta
publik (masyarakat dekat dan langsung terkait) khususnya,sehingga dapat
meningkatkan relasi serta animo masyarakat terhadap sekolah tersebut yang
pada akhirnya menambah income bagi sekolah yang bermanfaat bagi
bantuan terhadap tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan

Husemas

adalah

menngkatkan

popularitas

sekolah

di

mata

masyarakat,sehingga prestise sekolah dapat meningkat pula.


3. Manfaat dari Husemas adalah menambah simpati masyarakat yang dapat
meningkatkan harga diri (prestise) sekolah,serta dukungan masyarakat terhadap
sekolah secara spiritual dan material/finansial.
4. Bentuk-bentuk operasional Husemas dapat bermacam-macam tergantung pada
kreativitas sekolah,kondisi dan situasi sekolah,fasilitas dan sebagainya.
a. Di bidang sarana akademik:tinggi rendahnya prestasi lulusan,jumlah dan
tingkat kesarjanaan guru-gurunya,sarana dan prasarana akademik termasuk
laboratorium

dan

perpustakaan/pusat

48

sumber

belajar

(PSB),media

pendidikan yang mutakhir serta teknologi instruksional yang mendukung


PBK termasuk ukuran prestasinya.
b. Di bidang prasarana pendidikan gedung/bangunan sekolah termasuk ruangruang belajar,ruang praktikum,ruang kantor,dan sebagainya beserta perabot
yang memadai akan memiliki daya tarik tersendiri bagi popularitas sekolah.
c. Di bidang sosial seperti kerja bakti,perayaan hari besar nasional/keagamaan
,pengamanan

lingkungan,tamanisasi,kebersihan,sanitasi,dan

sebagainya

yang berbentuk kepedulian dan pengabdian kepada masyarakat.


d. Di bidang karyawisata seperti membawa spanduk serta atribut sekolah
untuk membuat sekolah semakin terkenal di masyarakat luar sekolah.
e. Di bidang keolahragaan dan kesenian seperti PORSENI dan lomba antar
sekolah/desa yang membawa keunggulan sekolah dapat membawa nama
harum sekolah tersebut.
f. Menyediakan fasilitas sekolah yang dapat digunakan masyarakat sekitar
sepanjang

tidak

mengganggu

kelancaran

PBM,seperti

lapangan

olahraga,aula,mushola,dan sebagainya.Demikian sebaliknya fasilitas yang


ada

di

masyarakat

sekitar

untuk

kepentingan

sekolah

(masjid,gereja,poliklinik,bengkel,dan sebagainya).
g. Mengikutsertakan civitas akademika sekolah dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat sekitarnya,seperti karang taruna,tamanisasi,siskamling,dan
sebagainya.
h. Mengikutsertakan tokoh-tokoh/pemuka-pemuka/pakar-pakar masyarakat
dalam

kegiatan

kurikuler

dan

ekstrakurikuler

sekolah

seperti

kependudukan,kesehatan,koperasi sekolah,kesenian daerah dan lain-lainnya


baik secara langsung maupun tidak langsung,misalnya untuk muatan lokal.
Adapun sifat hubungan sekolah dengan masyarakat dapat merupakan:
a. Hubungan timbal balik yang menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak.
b. Hubungan yang bersifat sukarela berdasarkan prinsip bahwa sekolah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat.
c. Hubungan yang bersifat kontinu/berkesinambungan antara sekolah dengan
masyarakat.

49

d. Hubungan keluar kampus atau external public relation guna menambah


simpati masyarakat terhadap sekolah.
e. Hubungan ke dalam kampus atau internal public relation guna menambah
keyakinan atau mempertebal pengertian para civitas akademika tentang segala
pemilikan material dan non material sekolah.
Dengan adanya hubungan-hubungan tersebut dapat terjalin kreativitas
serta dinamika kedua belah pihak yang inovatif.Sekolah sebagai pusat kebudayaan
dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat,sedangkan masyarakat juga merupakan
sumber informasi dan inspirasi bagi sekolah serta lapangan pengabdian bagi para
siswa/peserta didik.

G. Manejemen Layanan Khusus


Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian penting
dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang efektif dan efisien. Sekolah
merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
dari penduduk bangsa Indonesia. Sekolah tidak hanya memiliki tanggung jawab
dan tugas untuk mlaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu
penegetahuan dan teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan
kesehatan baik jasmani maupun rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan
UUSPN bab 11 Pasal 4 yang memuat tentang adanya tujuan pendidikan nasional.
Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka sekolah
memerlukan suatu manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala
kebutuhan peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai.
Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya ditetapkan dan di
organisasikan untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat
memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan
di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam
rangka pencapain tujuan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah antara lain
juga berusaha agar peserta didik senanatiasa berada dalam keadaan baik jasmani
dan rohaninya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen layanan khusus
adalah suatu proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta

50

didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa


tercapai secara efektif dan efisien.
Jenis-Jenis Layanan Khusus
Pelayanan khusus yang diberikan sekolah kepada peserta didik, antar
sekolah satu dengan sekolah lainnya pada umumnya sama, tetapi proses
pengelolan dan pemanfaatannya yang berbeda.
Beberapa bentuk manajemen layanan khusus yang ada di suatu sekolah antara
lain:
1. Layanan perpustakaan peserta didik
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kepada
peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran di
sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberi layanan
rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
Menurut Supriyadi (1983) dalam buku Manajemen Peserta Didik oleh Ali
Imron mendefinisikan perpustakaan sekolah sebagai perpustakaan yang
diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga
pendidikan formal seperti sekolah, baik sekolah tingkat dasar maupun menengah,
baik sekolah umum maupun kejuruan. Selain itu, perpustakaan sekolah adalah
salah satu unit sekolah yang memberikan layanan kepada peserta didik di sekolah
sebagai sentra utama, dengan maksud membantu dan menunjang proses belajar
mengajar di sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta
memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka (Imron, 1995:187).
Dari definisi-definisi tersebut tampaklah jelas bahwa perpustakaan sekolah
merupakan suatu unit pelayanan sekolah guna menunjang proses belajar
mengajar di sekolah.
2. Layanan kesehatan peserta didik
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah bernama Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan
masyarakat yang dijalankan sekolah.
Menurut Jesse Ferring William pada buku Pengelolaan Layanan Khusus Di
sekolah oleh Kusmintardjo (1992) mendefinisikan layanan kesehatan adalah
sebuah klinik yang didirikan sebagai bagian dari Universitas atau sekolah yang

51

berdiri sendiri yang menentukan diagnosa dan pengobatan fisik dan penyakit jiwa
dan dibiayai dari biaya khusus dari semua siswa. Selain itu layanan kesehatan juga
dapat diartikan sebagai usaha sekolah dalam rangka membantu (mungkin bersifat
sementara ) murid-muridnya yang mengalami persoalan yang berkaitan dengan
kesehatan.
Dengan demikian,layanan kesehatan peserta didik adalah suatu layanan
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah dan menjadikan peserta didik
sebagai sasaran utama, dan personalia sekolah yang lainnya sebagai sasaran
tambahan.
3. Layanan asrama peserta didik
Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari orang tuanya diperlukan
diperlukan asrama.
4.

Layanan bimbingan dan konseling


Layanan bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang diberikan

kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya


kesulitan yang dihadapi dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga
mereka memahami dan mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai
dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.Jadi
dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah salah satu kegiatan
bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan siswa
pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya.
5. Layanan kafetaria peserta didik
Kantin/ warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah supaya makanan
yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya dan cukup mengandung gizi.
Para guru diharapkan sekali-kali mengontrol kantin sekolah dan berkonsultasi
dengan pengelola kantin mengenai makanan yang bersih dan bergizi. Peran lain
kantin sekolah yaitu supaya para peserta didik tidak berkeliaran mencari makanan
keluar lingkungan sekolah.
Layanan kafentaria adalah layanan makanan dan minuman yang dibutuhkan
oleh peserta didik disela-sela mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah
sesuai dengan daya jangkau peserta didik. Makanan dan minuman yang tersedia di

52

kafentaria tersebut, terjangkau dilihat dari jumlah uang saku peserta didik, tetapi
juga memenuhi syarat kebersihan dan cukup kandungan gizinya.
6. Layanan Laboratorium Peserta Didik
Laboratorium diperlukan peserta didik apabila mereka akan mengadakan
penelitiam yang berkaitan dengan percibaan-percobaan tentang suatu obyek
tertentu.
Laboratorium adalah suatu tempat baik tertutup maupun terbuka yang
dipergunakan untuk melakukan penyelidikan, pecobaan, pemraktekan, pengujian,
dan pengembangan. Laboratorium sekolah adalah sarana penunjang proses belajar
mengajar baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan untuk melaksanakan
praktikum, penyelidikan, percobaan, pengembangan dan bahkan pembakuan.
7. Layanan koperasi peserta didik
Layanan koperasi mendidik para peserta didik untuk dapat berwirausaha. Hal
ini sangat membantu peserta didik di kehidupan yang akan datang.
Koperasi sekolah adalah koperasi yang dikembangkan di sekolah, baik sekolah
dasar, sekolah menengah, maupun sekolah dan dalam pengelolannya melibatkan
guru dan personalia sekolah. Sedangkan koperasi peserta didik atau biasa disebut
disebut koperasi siswa (Kopsis) adalah koperasi yang ada di sekolah tetapi
pengelolaanya adalah oleh pesera didik, kedudukan guru di dalam Kopsis adalah
sebagai pembimbing saja
8. Layanan keamanan
Layanan keamanan yaitu layanan yang dapat memberikan rasa aman pada
siswa selama siswa belajar di sekolah misalnya adanya penjagaan oleh satpam
sekolah.
Keterkaitan antara Manajemen Layanan Khusus dengan Manajemen
Sarana dan Prasarana
Menurut Bafadal (2003:2), sarana pendidikan adalah semua perangkat
peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses
pendidikan di sekolah. Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, ada

53

sejumlah pakar pendidikan yang mengklasifikasikan menjadi beberapa macam


sarana pendidikan yang ditinjau dari berbagai macam sudut pandang. Pertama,
ditinjau dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu
sarana pendidikan yang habis pakai dan sarana pendidikan yang tahan lama.
Kedua, ditinjau dari bergerak tidaknya, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu
sarana pendidikan yang bergerak dan sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak.
Ketiga, ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar ada dua jenis
sarana pendidikan di sekolah, yaitu sarana pendidikan yang secara langsung
digunakan dalam proses belajar mengajar, dan sarana pendidikan yang secara
tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi
dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan
untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang
praktik keterampilan, dan ruang laboratorium. Kedua, prasarana sekolah yang
keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara
langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mangajar. Beberapa contoh
tentang prasarana sekolah jenis terakhir tersebut di antaranya adalah ruang kantor,
kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha
kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir
kendaraan.
Jadi,suatu layanan khusus tanpa didukung oleh sarana dan prasarana maka
pelayanan yang diberikan tidak akan maksimal karena tidak ada fasilitas yang
mendukung. Sebagian besar layanan khusus memerlukan tempat dan peralatan
dalam memberikan pelayanannya kepada peserta didik. Sebagai contoh pelayanan
perpustakaan. Pelayanan perpustakaan ini memerlukan tempat yang berupa ruang
perpustakaan serta memerlukan perabot dan peralatan seperti rak, buku, alamari
dan lain-lain untuk melakukan kegiatan pelayanan kepada peserta didik. Begitu
juga dengan layanan-layanan yang lainnya.

54

55

Anda mungkin juga menyukai