kemampuan
bersaing
yang tinggi.
Kompetensi
customer.
kepada
lintas
batas
Kompetensi
organisasi.
inti adalah
komitmen
nilai
the things that some companies or regions know how to do uniquely well and that have the
scope to provide them with a better- than average degree of success over the long term.
Dalam perspektif ekonomi regional, kompetensi inti adalah kemampuan suatu daerah
dalam menciptakan infrastruktur baik fisik dan non-fisik untuk menarik investor baik
asing maupun dari dalam negeri. Kompetensi inti (core competence) diartikan oleh para
pakar
dengan
kekuatan
berbagai
(strength),
macam
berbagai
istilah
seperti
berbagai
sumberdaya
keahlian
(skills),
berbagai
kemampuan
(resources),
(capabilities),
competence)
mengemukakan
sumberdaya
dan
(intangible
kemampuan
assets). Barney
(capabilities) menjadi
penting bagi persaingan apabila memililki sifat: (1) bernilai, (2) langka, dan (3) sulit ditiru.
Prahalad dan Hamel (1994) mengemukakan,
untuk mengidentifikasi
akses potensial pada beragam pasar; (2) apakah kompetensi inti dapat memberikan kontribusi
yang berarti pada pelanggan; dan (3) apakah kompetensi inti yang dimiliki perusahaan
membuat pesaing mengalami kesulitan untuk meniru.
Agar kompetensi inti dapat menjadi dasar bagi keunggulan bersaing yang berkelanjutan
(sustainable), maka kompetensi inti harus dapat memenuhi kriteria- kriteria sebagai
berikut: (1) kompetensi inti berhubungan dengan aktivitas atau proses yang mendasari
value dari produk barang atau jasa yang dihasilkan; (2) kompetensi inti merupakan kinerja
atau performance yang jauh lebih baik dari pesaing; (3) kompetensi inti sulit ditiru pesaing.
Untuk menjadikan kemampuan
perusahaan
dapat menjadi
kompetensi
inti, maka
2.
3.
Kemampuan yang tidak dapat ditiru secara sempurna (imperfect imitable capabilities)
yaitu kemampuan menghasilkan produk barang atau jasa yang tidak dapat ditiru pesaing
dengan mudah.
4.
didefinisikan
perusahaan
yang
sebagai
memiliki
sekumpulan
keunikan
sumberdaya
tinggi
yang
dan
kemampuan
diperlukan
untuk
(aset- aset)
mencapai tujuan-
tujuan strategi perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena yang dikembangkan
semata-mata
bukan
perpaduan
antara
knowledge
kemampuan
yang
berbagai sumberdaya
yang dimiliki
sehingga
membentuk
kompetensi
inti.
Konsep
kompetensi inti ini merupakan hasil dari pembelajaran secara bersama (collective learning)
beragam
dan
dengan
kompetensi
inti.
Pertama,
penciptaan
kompetensi
inti
muncul
setelah melalui proses kewirausahaan atau kemampuan inovasi. Oleh karena itu, teori
kewirausahaan dan inovasi perlu dikuasai oleh perusahaan baik menyangkut persyaratan
menjadi pengusaha maupun bagaimana inovasi terjadi dalam perusahaan. Kedua, upaya-upaya
yang dilakukan dalam melindungi kompetensi inti untuk menjaga tetap memiliki keunggulan
komperatif. Ketiga, perlu perencanaan secara komprehensif mengenai insentif terutama
untuk mengatasi perilaku masyarakat organisasi terhadap insentif
yang berbeda-beda
spesialisasi
ini didorong
akan
berakibat
semestinya
pada
perbedaan
mengkhususkan
diri
negara
ongkos
pada
suatu produk yang bisa dihasilkan dengan biaya yang rendah berbasis pada keunggulan
sumberdaya yang dimilikinya, baik secara alam ataupun keahliannya.
Konsep
pembangunan ekonomi
berdasarkan
One
Vilage One Product (OVOP) yang dikembangkan di Jepang oleh Hiramatsu (Gubernur
Oita), pada tahun 1979. Inti dari program OVOP adalah bahwa setiap kota dan desa lebih
baik mengembangkan produk yang paling cocok untuk kota atau desanya masing-masing,
daripada mengkonsentrasi ke beberapa jenis produk yang tumbuh di mana-mana sekitar
daerah. OVOP kemudian
di seluruh
Jepang.
Pada
untuk
bekerja
sama dengan
pemerintah
dalam mengembangkan komoditas unggulan lokal untuk kepentingan bersama. OTOP telah
banyak membantu sebagian besar warga Thailand dalam meningkatkan pendapatannya,
membuka kesempatan kerja baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah
pedesaan. Pada gilirannya, hal ini memberikan
kesempatan
berkembang karena sektor usaha kecil dan menengah berkesempatan untuk memperoleh
keuntungan dari kerjasama dan kemitraan dengan masyarakat/organisasi setempat. Upayaupaya
seperti
sumberdaya
alam,
permintaan
pasar,
strategi
rivals) antar pelaku kegiatan ekonomi yang sama akan mendorong inovasi yang secara terus
agenda
utama
yang
tidak
dapat
dilepaskan
dari
pemikiran
tentang
perkembangan wilayah. Dalam sejarah pemikiran tentang strategi pemasaran dikenal konsep
atau pendekatan
geographic
yang menyatakan
barang sangat ditentukan oleh desain tata ruang suatu wilayah. Peranan pemerintah dalam
menata wilayah akan sangat menentukan perkembangan ekonomi wilayah tersebut, seperti
pada Gambar 2.2. di bawah ini:
Gambar Pengembangan Industri Berbasis Kompetensi Inti Daerah
Industri Pendukung
SDM
Pasar
Kelembagaann
Kluster Industri
Konsep kompetensi inti daerah merupakan konsep dinamis yang mempunyai arti
sebagai sesuatu atau himpunan karakteristik positif yang menonjol dan kompetitif,
seperti potensi sumberdaya, ketersediaan SDM, keunikan produk, daya serap pasar, atau
keberadaan klaster industri.
Kompetensi
pada
upaya
untuk
di
masa
depan
harus
didefinisikan
Iebih
termasuk
oleh Prahalad
adalah sebagai kumpulan keterampilan dan teknologi yang memungkinkan suatu organisasi
atau perusahaan
dapat menyediakan
sumberdaya
dan
kemampuan
yang
dimiliki organisasi, baik tangible assets maupun intangible assets. Konsep ini sama dengan
one village and one product yang dikembangkan oleh Hiramatsu di daerah Oita-Jepang
atau konsep SAKASAKTI (Satu Kota Satu Kompetensi Inti) untuk membangun daya saing
daerah diperlukan penciptaan kompetensi inti daerah.
Untuk membangun
kompetensi
peranan
birokrasi
baik di
akan keberhasilan
dan
harus memiliki komitmen yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan sebagai berikut:
1.
sumber
daya saing (kompetensi inti), meliputi seluruh aset yang bersifat tangibles, intangibles,
maupun very intangibles.
2. Kota akan memiliki daya saing yang dikembangkan berdasarkan kompetensi inti industri
daerah yang bersangkutan.
3. Kerjasama atau kemitraan antar daerah dimungkinkan melalui penguasaan kompetensi inti
industri daerah yang berbeda melalui pendekatan
kedekatan geografis.
MEMBANGUN DAYA SAING DAERAH DENGAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI
DAERAH
Proses pembangunan
dampak yang lebih menguntungkan. Kompetensi inti akan menjadi katalisator untuk menarik
pembangunan lainnya dibandingkan proses pembangunan yang bersifat broad spectrum yang
dianggap
sudah
ketinggalan
mengarah pada konsep makro untuk mendapatkan keuntungan absolute (absolute advantage).
Konsep
ini
dikembangkan
dalam
ekonomi
theory) pada
abad ke-18. Tokoh-tokohnya antara lain Adam Smith, David Hume dan John Lock. Menurut
konsep ini, sebaiknya setiap negara mengkhususkan diri dalam berproduksi sesuai dengan
kondisi alamnya untuk mendapatkan
membuat
kenyataan
akan
berbagai macam
produk.
bahwa masing-masing
berakibat pada
hasil
yang
Pemikiran
daerah
menguntungkan,
spesialisasi
memiliki
ini
perbedaan
walaupun
didorong
ia
mampu
oleh
suatu
yang
bangsa
semestinya mengkhususkan diri pada suatu produk yang bisa dihasilkan dengan biaya
yang rendah berbasis pada keunggulan sumberdaya yang dimilikinya, baik secara alam
ataupun keahliannya.
Kompetensi inti daerah akan mengarahkan keunggulan daerah dan akan menentukan
kekhasan daerah yang terwujud dalam bentuk berbagai bangunan dan budaya sebagai hasil
dari pikiran, rasa, dan kemauan masyarakat daerah, atau hasil dari cipta, rasa, karsa, dan
karya. Semuanya merupakan hasil dari buah budi yang terwujud dalam hasil karya cipta
manusia dengan kekuatan
jiwa
(pikiran,
perasaan,
kemauan,
intuisi,
imajinasi, dan
fakultas-fakultas lainnya) dan raganya. Secara garis besar hasil buah budi ini terbentuk
dalam bentuk im-material, dan material. Im-material meliputi filsafat, ilmu pengetahuan,
kesenian, bahasa,
kaidah-kaidah
budaya,
lain
sebagainya.
Sedangkan hasil budi material meliputi alat-alat penguasaan alam seperti teknologi, bendabenda kebutuhan hidup, dan seluruh kasil karya. Hasil karya tersebut akan menjadi simbol
identitas daerah sebagai alat pendorong dan pemersatu yang menuntun anggota masyarakat
untuk berbuat kebajikan. Nilai-nilai seperti itu akan mempengaruhi perilaku, cara berkerja,
penciptaan produk, tari-tarian, bangunan-bangunan, kegiatan bisnis, dan sebagainya. Karena
itu sudah seyogianya menjadi pertimbangan dalam meningkatkan produktivitas masyarakat,
dalam meningkatkan
ayam bangkok,
selalu dibikin
pepaya bangkok
misalnya
jambu
tantangan utama dan terbesar bangsa untuk membangun suatu kepercayaan diri menjadi
bangsa yang besar dalam mengolah sumberdaya yang melimpah untuk kemakmuran dan
kesejahteraan bangsa.
Kompetensi inti daerah berbasis pada sumberdaya yang dimilikinya baik dari alamnya
ataupun dari masyarakatnya
Dalam kehidupan serba modern ini fitur-fitur kedaerahan bisa digandengkan dengan produk
lain dalam bentuk kemasan yang memberikan keunikan. Keunikan ini memberikan nilai tambah
kepada
produk
tersebut
sehingga
meningkatkan
daya
saing
yang
tercipta
bisa
1. Harus
bernilai (valuable). Manfaat (kinerja) produk akan dibandingkan dengan biaya yang
akan dikeluarkan
konsumen.
Manakala
manfaat
biayanya (harga produk) maka produk tersebut adalah bernilai. Kinerja produk ini selain
akan dibandingkan dengan harganya sendiri tapi juga akan dibandingkan dengan produk
lain yang sejenis.
2. Harus unik (unique). Unik berarti berbeda dari produk lainnya.
Perbedaan ini (differentiation) harus terlihat dari sisi desain, dari sisi pengolahan, atau
dari sisi
pelayanannya.
Keunikan ini
akan
dirasakan
oleh
Kesulitan
untuk
ditiru
berkaitan
dengan teknologi
pengolahan produk itu sendiri. Ini bisa tercipta karena teknologinya tinggi (special purpose
machine) atau karena keterampilan tersendiri yang memang sulit ditiru oleh orang lain.
5. Harus sulit digantikan (non-substitutable). Sulit digantikan berkaitan dengan efektivitas
pemakaiannya.
dibutuhkan
diberbagai bidang dan tidak ada produk lain untuk menggantikan fungsinya sehingga sangat
bergantung pada produk tersebut.
6.
Harus berkelanjutan
(sustainable).
Berkelanjutan
berkaitan
dibutuhkan dan ketersediaan bahan baku. Kalau produk terus menerus dibutuhkan setiap
saat maka ada jaminan bahwa produk bakal terus diminta oleh pasar. Permintaan yang terus
menerus ini harus ditunjang oleh ketersediaan bahan baku sehingga produksi akan terus
berlangsung dari waktu ke waktu untuk memenuhi permintaan tersebut.
kepada
industri
inti, industri
pemasok,
industri
pendukung,
industri
terkait, dan pembeli, serta institusi pendukung (non industri). Istilah inti, pendukung dan
terkait menunjukkan
dengan tingkat kepentingan para pelaku. Peran tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja
tergantung pada tingkat ekonomis dari hubungan rantai nilai tertentu. Dengan demikian,
pengembangan
klaster
tidak
sepenuhnya
terpaku
pada
seperti gedung, peralatan dan jalan. Tetapi yang lebih penting dalam pembangunan
adalah
spesialisasi
dan
pengorganisasian
yang
klaster
2.
pendukung
pendukung,
industri
(seperti
lembaga
keuangan,
permesinan
dan
bantu,
alat
jasa
angkutan,
industri bahan
services).
4. Industri
terkait
yang tidak
berhubungan
bisnis
secara
langsung,
tapi menggunakan
perguruan
tinggi,
lembaga
riset,
dagang).
Sebagai contoh, Suzhou Technology Park yang dikembangkan oleh Pemerintah
China memiliki 3 (tiga) lembaga pendukung, yaitu Suzhou New and High-Technology Service
Centre, Suzhou International Business Incubator dan China Suzhou Pioneering Park for
Overseas Chinese Scholars. Pada awalnya Pemerintah China menyediakan seed money dan
modal ventura dengan paket yang menarik yang kemudian didukung bank dengan paket
2
pinjaman yang juga menarik. Menempati luas area 38 ribu m , sekarang ini tercatat ada
300 industri yang berlokasi di Suzhou Technology Park. Sekitar 90 persen unit usaha
yang ada didirikan dan didanai dari investasi asing, 10 persen oleh perguruan tinggi dan
lembaga riset lokal. Sebanyak 20 persen diantara industri tersebut adalah industri
teknologi tinggi. Pada tahun 2000, kawasan ini mempekerjakan
bergelar Ph.D. Akhir dari artikel ini semoga bermanfaat bagi pengambil kebijakan daerah,
yang tidak hanya berpikir tentang return dan investasinya secara pribadi, akan tetapi harus
selalu berfikir untuk retrun dan investasi daerahnya dalam rangka untuk mensejahteraan
rakyatnya.
Referensi:
Ahmed, P.K. (1998). Culture and Climate for innovation,Europan
Journal of
InnovationManagemenent, Vol.1 No. 1,pp. 30-43.
Gunarianto dan Nasri. (2010). Pembentukan Kompetensi Industri Daerah Kota Pasuruan. Hasil
Penelitian. Unpublish.
Hamel, G. dan Prahalad, CK. 1990. The Core Competence of the Corporation. Harvard
Business School Press. Boston.Review: May-June.