PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Shock merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi tidak
adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang diakibatkan oleh
gangguan hemodinamik. Gangguan
berbagai
trauma hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan
luka ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama (Hardisman, 2013).
Shock hipovolemik kebanyakan akibat dari kehilangan darah akut sekitar
20% dari volume total. Tanpa darah yang cukup atau penggantian cairan, syok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. VITAL SIGN
Tanda vital merupakan parameter tubuh yang terdiri dari tekanan darah,
denyut nadi, laju pernafasan, dan suhu tubuh. Disebut tanda vital karena penting
untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh (Adams, 1990).
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh (Bates, 1995). Tujuan dari pemeriksaan tanda vital ini
ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Klasifikasi
Tekanan Sistolik
Tekanan Diastolik
Normal
Pre hipertensi
Stadium I
Stadium II
(mmHg)
<120
120-139
140-159
160
(mmHg)
<80
80-89
90-99
100
Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan tekanan darah yaitu:
1. Stetoskop
2. Sphygmomanometer : terdiri dari kantong yang dapat digembungkan
dan terbungkus dalam manset yang tidak dapat mengembang, pompa
karet berbentuk bulat, manometer tempat tekanan darah dibaca, dan
lubang pengeluaran. Lebar manset harus sesuai dengan ukuran lengan
pasien karena dapat menyebabkan hasil pengukuran tidak akurat. Ada
dua ukuran yaitu dewasa dan anak-anak.
3. Ada dua jenis manometer yaitu gravitasi air raksa terdiri atas satu
tabung kaca yang dihubungkan dengan reservoir yang berisi air raksa
dan manometer aneroid yang memiliki embusan logam dan menerima
tekanan dari manset.
frekuensi (pulse rate) dan irama (rythm) kerja jantung dan kekuatan
tekanan aliran darah pada dinding arteri. Yang dinilai dari irama adalah
teratur (regular) atau tidak teratur (irregular) (Adams, 1990).
B. SISTEM KARDIOVASKULER
Siklus jantung terdiri dari sistole (kontraksi dan pengosongan) dan diastol
yang bekerja secara bergantian. Kontraksi terjadi karena penyebaran eksitasi
keseluruh jantung, sementara relaksasi mengikuti reporalisasi otot jantung. Atrium
melakukan siklus sistole dan diastole secara terpisah (Sherwood, 2011).
1. Tekanan Sistole
Tekanan sistole adalah tekanan pada saat terdengar suara korotkoff 1.
Gambar dibawah ini, menghubungkan berbagai proses yang terjadi secara
bersamaan selama siklus jantung. termasuk gambaran EKG, perubahan tekanan,
perubahan volume, aktivitas katup, dan bunyi jantung. Tekanan darah merujuk
kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di
pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia (Sherwood, 2011).
Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur
seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas
pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor
bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan,
dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan
darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring
(Sherwood. 2011)
2. Tekanan Diastole
perfusi
organ-organ
vital
(jantung
dan
otak)
dengan
mengorbankan perfusi organ yang lain seperti ginjal, hati dan kulit akan terjadi
perubahan-perubahan hormonal melalui system rennin-angiotensin-aldosteron,
system ADH, dan system saraf simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam
pembuluh darah untuk mengembalikan volume intravascular, dengan akibat
terjadi hemodilusi (dilusi plasma protein dan hematokrit) dan dehidrasi interstitial.
Dengan demikian tujuan utama dalam mengatasi syok perdarahan adalah
menormalkan kembali volume intravascular dan interstitial. Bila defisit volume
intravascular hanya dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi
deficit interstistial, dengan akibatnya tanda-tanda vital yang masih belum stabil
dan produksi urin yang berkurang. Pengambilan volume plasma dan interstitial ini
hanya mungkin bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran,
dan sebagainya) dan cairan garam seimbang (Lewis, 2000).
1. Gambaran Klinis Shock Hipovolemik
berlebihan;
kehilangan
cairan
melalui
gastrointestinal
luka
bakar
derajat
tiga,
sering
vascular
dan
memasuki
interstitium.
Akibatnya,
volume
d. Trauma
Trauma, dalam bentuk cedera remuk pada otot dan tulang, luka
tembak, dan penetrasi pada pembuluh darah, visera, atau organ vital lain
oleh pisau atau alat tajam lain, yang menimbulkan status syok terutama
melalui kehilangan darah tiba-tiba dan hebat.
3. Patofisiologi Shock Hipovolemik
Gejala-gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika
kekurangan darah kurang dari 10% dari total volume darah karena pada saat ini
masih dapat dikompensasi oleh tubuh dengan meningkatkan tahanan pembuluh
dan frekuensi dan kontraktilitas otot jantung. Bila perdarahan terus berlangsung
maka tubuh tidak mampu lagi mengkompensasinya dan menimbulkan gejalagejala klinis (George, 2009).
Secara umum syok hipovolemik menimbulkan gejala peningkatan
frekuensi jantung dan nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin
dengan turgor yang jelek, ujung-ujung ektremitas yang dingin dan pengisian
kapiler yang lambat. (Guyton, 2010,)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya syok
hipovolemik tersebut pemeriksaan pengisian dan frekuesnsi nadi, tekanan darah,
pengisian kapiler yang dilakukan pada ujung-uung jari (refiling kapiler), suhu dan
turgor kulit. Berdasarkan persentase volume kehilangan darah, syok hipovolemik
dapat dibedakan menjadi empat tingkatan atau stadium (George, 2009).
Stadium syok dibagi berdasarkan persentase kehilangan darah sama halnya
dengan perhitungan skor tenis lapangan, yaitu 15, 15-30, 30-40, dan > 40%.
Menurut (Guyton 2010), ada beberapa stadium syok hipovolemik ini dapat
dibedakan dengan pemeriksaan klinis tersebut , sebagai berikut :
a. Stadium-I
Stadium-I merupakan syok hipovolemik yang terjadi pada
kehilangan darah hingga maksimal 15% dari total volume darah. Pada
stadium ini tubuh mengkompensai dengan dengan vasokontriksi perifer
sehingga terjadi penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien juga
menjadi sedikit cemas atau gelisah, namun tekanan darah dan tekanan nadi
rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masih dalam keadaan normal.
b. Stadium-II
Keterangan:
TN : Tekanan Nadi Rata-Rata
TS : Tekanan Darah Sistolik
TD : Tekanan Darah Diastolik
Penurunan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi karena adanya
mekanisme kompensasi tubuh terhadap terjadinya hipovolemia. Pada awal-awal
terjadinya kehilangan darah, terjadi respon sistim saraf simpatis yang
mengakibatkan peningkatan kontraktilitas dan frekuensi jantung. Dengan
demikian pada tahap awal tekanan darah sistolik dapat dipertahankan. Namun
kompensasi yang terjadi tidak banyak pada pembuuh perifer sehingga telah terjadi
penurunan diastolik sehingga secara bermakna akan terjadi penurunan tekanan
nadi rata-rata (Worthley, 2000).
Berdasarkan kemampuan respon tubuh terhadap kehilangan volume
sirkulasi tersebut maka secara klinis tahap syok hipovolemik dapat dibedakan
menjadi tiga tahapan yaitu tahapan kompensasi, tahapan dekompensasi dan
tahapan ireverrsibel. Pada tahapan kompensasi, mekanisme autoregulasi tubuh
masih dapat mempertahankan fungsi srikulasi dengan meningkatkan respon
simpatis. Pada tahapan dekompensasi, tubuh tidak mampu lagi mempertahankan
fungsinya dengan baik untuk seluruh organ dan sistim organ. Pada tahapan ini
melalui mekanisme autoregulasi tubuh berupaya memberikan perfusi ke jaringan
organ-organ vital terutama otak dan terjadi penurunan aliran darah ke ekstremitas.
Akibatnya ujung-ujung jari lengan dan tungkai mulai pucat dan terasa dingin.
Selanjutnya pada tahapan ireversibel terjadi bila kehilangan darah terus berlanjut
sehingga menyebabkan kerusakan organ yang menetap dan tidak dapat diperbaiki.
Kedaan klinis yang paling nyata adalah terjadinya kerusakan sistim filtrasi ginjal
yang disebut sebagai gagal ginjal akut (Armstrong et. al. 2004).
D. HUBUNGAN
SISTEM
KARDIOVASKULER
HIPOVOLEMIK
Mengenai hubungan
antara
sistem
DENGAN
kardiovaskuler
SYOK
dengan
syok
hipovolemik bisa ditandai dengan gejala klinis yang muncul dari syok
hipovolemik.
Tabel 2. Manifestasi gejala pada syok hipovolemik (Dewi, 2010).
Kehilangan cairan
Kehilangan cairan
minimal.
sedang.
Kehilangan volume
Kehilangan volume
Kehilangan volume
cairan intravaskuler
cairan intravaskuler
15%.
Tanda Gejala :
1. Takikardi ringan
2. Tekanan darah
supinasi normal
3. Penurunan sistole
lebih dari 16
mmHg atau
peningkatan
denyut nadi lebih
dari 20 kali/menit
4. Peningkatan
sekitar 25%.
Tanda Gejala :
1. Nadi cepat dan
lemah
2. Hipotensi
supinase
3. Kulit dingin
4. Output urin
sekitar 10 sampai
30% ml/jam
5. Sangat kehausan
6. Gelisah, bingung
dan cepat marah
Tanda Gejala:
1. Takikrdia
2. Hipotensi
3. Nadi perifer
lemah dan
menghilang
4. Kulit dingin dan
sianosis
5. Output urin
kurang dari 10%
6. Penurunan
kesadaran
capillary refill
lebih dari 3 detik
5. Output urin lebih
dari 30ml/jam
6. Kulit pucat dan
dingin
Pada syok hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai
dengan menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok
hipovolemik juga dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain.
Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel
kiri pada akhir sistol yang akibatnya juga menyebabkan menurunnya curah
jantung (cardiac output). Keadaan ini juga menyebabkan terjadinya mekanisme
BAB III
KERANGKA KONSEP
SHOCK HIPOVOLEMIK
Dehidrasi
Trauma
Hemorrhage
Volume Intravaskuler
Venous return
P = Qmenurun
X R kurang
flow dalam tube(Q)
, pembuluh
darah tak cukup konstriksi untuk pertahankan
Volume sirkulasi darah
(kekurangan
pasokan
ke jantung)
Tekanan darah
Tekanan venous circulation
Hypovolemic Shock
Kekurangan Perfusi organ
Kulit
Otak
Ginjal
Jantung
Blood flow
Cerebral blood flow
cerebral hypoxia
Penurunan
kontraktilitas
Myocardial
ke ginjal
Penurunan
darah
membuat
tubuh kompensai
untuk
mengembalikan
perfusi
okontriksi untuk mengembalikan
sirkulasi tekanan
central ke
organ
vital
Ischemia ginjal
Takikardi
Komplikasi
Gejala
Mekanisme
Patofisiologi
PEA
Nekrosis
GFR
Gagal Ginjal
Penurunan
clearance
Penigkatan
Acidosis
laktat
as.laktat
produksioleh
As.laktat
hati,
karena O2
kurang
ginjal, dan
Acidosis
BAB IV
PEMBAHASAN
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi
yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan
darah yang cepat (syok hemoragik).
Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive yang
disebabkan oleh: perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal hemoragi,
atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh
lain, intestinal obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari
excessive perspiration, diare berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau
intake cairan yang tidak adekuat.
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah (1) memulihkan
volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah
pada perfusi jaringan yang tidak adekuat. (2) meredistribusi volume cairan, dan
(3) memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda
vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi
tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan
syok hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan
tubuh atau darah yang hilang. Jika ditemukan oleh petugas dokter atau petugas
medis, maka penatalaksanaan syok harus dilakukan secara komprehensif yang
meliputi penatalaksanaan sebelum dan di tempat pelayanan kesehatan atau rumah
sakit.
Penatalaksanaan
sebelum
di
tempat
pelayanan
kesehatan
harus
atau
mungkin
diperlukan
pembedahan
untuk
menghentikan
perdarahan internal. Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar
dipasang untuk membuat akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya
memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen darah jika
diperlukan. Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid
(albumin dan dekstran 6 %). Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi
dengan meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus
horizontal dan kepala agak dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik
vena yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika penyebab yang
mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin akan diberikan pada pasien
dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin (DDVP) untuk
diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare dan anti emetic untuk muntah muntah.
Military anti syoc trousersn (MAST) adalah pakain yang dirancang untuk
memperbaiki perdarahan internal dan hipovolemia dengan memberikan tekanan
balik disekitar tungkai dan abdomen. Alat ini menciptakan tahanan perifer
artificial dan membantu menahan perfusi coroner.
Penatalaksanaan pra rumah sakit pada pasien dengan syok hipovolemik
sering dimulai pada tempat kejadian atau di rumah. Tim yang menangani pasien
sebelum ke rumah sakit sebaiknya bekerja mencegah cedera lebih lanjut,
membawa pasien ke rumah sakit sesegera mungkin, dan memulai penanganan
yang sesuai. Intervensi sebelum ke rumah sakit terdiri dari immobilisasi (pada
pasien trauma), menjamin jalan napas yang adekuat, menjamin ventilasi, dan
memaksimalkan sirkulasi.
Dalam penanganan syok hipovolemik, ventilasi tekanan positif dapat
mengurangi aliran balik vena, mengurangi cardiac output, dan memperburuk
status/keadaan syok. Walaupun oksigenasi dan ventilasi penting, kelebihan
ventilasi tekanan positif dapat merusak pada pasien dengan syok hipovolemik.
Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan penggantian cairan
2.
3.
4.
5.
6.
sudah diberikan
Monitor intake dan output.pasang dower cateter dan kaji urin output setiap jam.
Jika perdarahan berasal dari gastrointestinal maka cek feses, muntahan, dan
gastric drainase. Jika output kuranng dari 30 ml/jam pada pasien dewasa
pasang infuse, tetapi awasi adnya tanda kelebihan cairan seperti peningkatan
7.
8.
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Syok hipovolemik merupakan kegagalan perfusi jaringan yang disebabkan
oleh kehilangan cairan intravaskuler. Proses kegagalan perfusi akibat kehilangan
volume intravaskuler terjadi melalui penurunan aliran darah balik ke jantung
(venous return) yang menyebabkan volume sekuncup dan curah jantung
berkurang. Penurunan hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen dan
perfusi jaringan tidak optimal yang dalam kedaan berat menyebabkan syok.
Gejala klinis syok hipovolemik baru jelas terlihat bila kekurangan volume
sirkulasi lebih dari 15% karena pada tahap awal perdarahan kurang mekanisme
kompensasi sisitim kardiovaskuler dan saraf otonom masih dapat menjaga fungsi
sirkulasi dalam kedaan normal. Gejala dan tanda klinis juga tidak muncul pada
waktu bersamaan, seperti perubahan tekanan darah sitolik terjadi lebih lambat dari
adanya perubahan tekanan nadi, frekuensi jantung dan penurunan produksi urin.
Oleh karena itu pemeriksaan dan penatalaksanaan yang cermat harus dilakukan
untuk penatalaksanaan yang tepat, serta penanggulangan segera kasus-kasus yang
beresiko agar tidak jatuh kedalam kondisi syok
B. Saran
Hendaknya dalam memberikan perawatan kepada pasien sesuai dengan teori
yang ada dan dengan mempertimbangkan keadaan pasien. Hendaknya data
yang terkait untuk pembuatan rencana perawatan sesuai dengan data yang ada
atau data rekam medis dari pasien.
DAFTAR PUSTAKA