Anda di halaman 1dari 6

Nama : M.

Zaini
NIM : A1A112210
Tugas : Sejarah Indonesia VI
Dosen : Prof. Drs. Alex A. Koroh
1. Bandingkan pemberontakan yang dilakukan PKI tahun 1926, 1948, 1965,
cari perbedaannya dan persamaannya!
2. Apa manfaat kita mempelajari pemberontakan dalam sejarah Indonesia?
Jawab
1)
Tahun 1926 1927
1. Sumatera Barat
Masuknya pengaruh PKI ke Sumatera Barat tidak lepas dari peran serta
pemuka agama Islam, Haji Datuk Batuah yang membawa dan menyebarkan
paham komunis di daerah tersebut. Pada tahun 1923 ia menanamkan ajaran
komunis di kalangan pelajar-pelajar dan guru-guru muda Sumatera Thawalib
Padang Panjang. Oleh masyarakat setempat ajaran komunis ini disebut ilmu
kominih (Schrieke, 1960: 155), yakni menggabungkan ajaran Islam dengan ide
anti penjajahan Belanda, anti imperialisme-anti kapitalisme dan ajaran Marxis.
Pada akhir 1923 didirikan pusat Komunikasi Islam di Padang panjang.
Desember 1925 di Prambanan, Yogyakarta diadakan pertemuan partai
yang dipimpin oleh Alimin. Pertemuan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh PKI,
diantaranya Budi Sucipto, Aliarcham, Sugono, Surat Hardjo, Martojo, jatim,
Sukirno, Suwarno, Kusno dan lain-lainnya. Sedang Said Ali, pemimpin PKI
cabang Sumatera Barat pada pertemuan ini hadir mewakili seluruh Sumatera.
Kemudian diputuskan:
a. Sejalan dangan Surat Edaran Komite Pusat PKI No.221 maka PKI
cabang Sumatera Barat berusaha mengumpulkan senjata.
b. Mengadakan aksi-aksi ilegal. Ini terutama dilakukan dalam bentuk
membangun sel-sel PKI di derah-daerah pertanian dalam rangka
memperkuat semangat perlawanan.
c. Memperkuat propaganda di kalangan buruh-buruh tani.
Gelagat pemberontakan tercium Pemerintah kolonial Belanda kemudian
segera melakukan penangkapan terhadap pemimpin-pemimpin PKI dengan

tuduhan hendak memberontak. Sekalipun para pemimpin PKI Sumatera Barat


telah banyak yang ditangkap dan dipenjarakan, akan tetapi pada akhirnya
pemberontakan tetap meletus juga, pendukung PKI akhirnya mengikuti jejak
rekan-rekan mereka di Banten, yang meletuskan pemberontakan pada pertengahan
November 1926. Mereka menyerang kedudukan pemerintah. Selanjutnya di
Tanjung Ampulu, pada tanggal 1 Januari 1927 terjadi pembakaran rumah milik
para pegawai pemerintah Kolonial Belanda dan kaki tangannya. Di Padang
Siberuk para pemberontak membunuh kepala nagari dan beberapa penduduk yang
dianggap kaki tangan Belanda. Di Silungkang, markas besar kaum pemberontak,
terjadi pembunuhan terhadap opsir-opsir Belanda dan beberapa orang guru agama
serta tukang emas yang dianggap bekerja sama dengan Belanda.
2. Jawa Barat (Kabupaten Lebak Madiun)
Masuknya komunisme dikalangan masyarakat menggunakan Islam
sebagai senjata propagandanya, pengertian komunis ditekankan sebagai usaha
menentang Belanda dan dipersamakan dengan perang sabil. Hal tersebut
kemudian dipertegas oleh Alimin dan Musso yang datang ke Pandeglang sekitar
tahun 1925. Di hadapan massa, kedua tokoh PKI ini menguraikan secara panjang
lebar soal-soal perjuangan bangsa menghadapi penjajahan Belanda. Dengan
demikian, dalam usahanya mendapatkan dukungan dari rakyat Banten, para
proganda PKI menghilangkan pengertian komunisme, tetapi kemudian lebih
mengedepankan persamaan perjuangan antara Islam dan PKI. Oleh karena
itu, para ulama Banten tidak menentang kehadiran PKI di Banten bahkan di
antara para ulama itu kemudian ada yang menjadi pengurus PKI Cabang Banten.
Selain itu dukungan juga datang dari golongan petani yang dijanjikan akan
dibebaskan dari pajak kepal/perorangan (hoofdgeld).
Dengan meningkatnya aktivitas PKI Banten, bulan Juli September 1926,
pemerintah Hindia Belanda melakukan penangkapan terhadap beberapa
pemimpin PKI Banten. Penahanan ini mengakibatkan pimpinan PKI berada
di bawah tangan para ulama dan jawara. Golongan inilah yang kemudian
memimpin para petani melancarkan pemberontakan pada bulan November
1926. Target utama pemberontakan adalah kaum priyayi dan dipilih secara

selektif (kaum priyayi bukan asli Banten dan suka melakukan kekerasan
kepada rakyat) yang menjadi sasaran adalah mereka yang telah dianggap
mencemari nama baik Banten. Sementara orang Cina tidak menjadi sasaran
karena ada indikasi keterlibatan secara tidak langsung dalam pemberontakan
tersebut.
Pada tanggal 6 November 1926, pecahlah pemberontakan PKI yang
ditandai dengan penyerbuan kota Labuan pada tengah malam oleh ratusan orang
bersenjata. Pemerintah Hindia Belanda segera melakukan tindakan terhadap
para pemberontak. Pada tanggal 13 November 1926, pemerintah kolonial
telah melakukan penangkapan di berbagai tempat di Banten, di antaranya enam
kali di Kabupaten Lebak. Sehari kemudian, pemberontakan PKI Banten
berhasil dipadamkan oleh pemerintah kolonial dan sampai bulan Desember
1926, pemerintah kolonial masih melakukan penangkapan kepada para pelaku
pemberontakan. Para pemberontak yang berhasil ditangkap kemudian dibuang ke
Boven Digul, dipenjaran dan atau dihukum mati.
Dengan dihancurkannya komunisme dan semakin tidak berdayanya Islam
sebagai kekuatan politik, agaknya zaman bagi nasionalisme telah tiba dan lahirlah
PNI pada 4 Juli 1927 dengan Sukarno sebagai Ketua.
Tahun 1948
Madiun Affairs (Peristiwa Madiun), dawali dengan ketidakpuasan
terhadap hasil persetujuan Renville yang dianggap merugikan pihak Indonesia,
kabinet Amir Syarifuddin dijatuhkan pada 23 Januari 1948 dan menyerahkan
mandatnya kepada presiden dan digantikan kabinet Hatta yang terkenal dengan
Re-Ra. Amir kemudian menjadi golongan kiri diluar pemerintahan republik
memulai suatu usaha yang menimbulkan bencana untuk mendapatkan kembali
kekuasaan. Februari 1948 berganti nama menjadi Front Demokrasi Rakyat dan
mencela persetujuan Renville yang sebetulnya dirundingkan sendiri oleh
pemerintahan Amir.
11 Agustus 1948 Musso (pemimpin PKI tahun 1920-an) tiba di Yogyakarta
dari Unisoviet memberi kekuatan tersendiri ditubuh PKI, ditambah lagi partai-

partai dalam tubuh FDR menyatakan bersatu dengan PKI. Pertengahan September
pertempuran terjadi antara yang Pro-PKI dan Pro-pemerintah yang pada 17
September dapat dipukul mundur hingga mereka mundur ke Madiun yang
kemudian begabung dengan satuan-satuan yang Pro-PKI lainnya. Puncak aksi PKI
adalah pemberotakan terhadap RI pada 18 September 1948 di Madiun, Jawa
Timur. Tujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan negara RI dan
menggantinya dengan negara komunis.
Tanggapan pemerintah yang cepat dapat dilihat melalui kecaman
pemberontak melalui radio oleh Sukarno dan menghimbau bangsa Indonesia
bergabung bersama dirinya dan Hatta daripada dengan Musso dan rencananya
membentuk pemerintahan gaya Soviet. Dihadapkan pada dua pilihan, banyak
satuan militer yang pada dasarnya bersimpati kepada pihak anti-pemerintah meilih
menjauhkan diri, begitu juga FDR di Banten dan Sumatera mereka tidak
mempunyai hubungan apa-apa dengan gerakan Madiun.
Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki kembali oleh TNI dan
polisi. pemberontak terus dipukul mundur, Aidit dan Lukman melarikan diri ke
Cina dan Vietnam, Amir Syarifuddin dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan
dijatuhi hukuman mati. Pada 31 Oktober Musso tewas saat berupaya melarikan
diri dari tahanan. Dalam aksi pemberontakan dan penumpasan ini banyak sekali
berjatuhan korban jiwa, baik dari kubu PKI maupun dari pemerintah.
Tahun 1965
Doktrin Nasakom yang dikembangkan oleh Presiden Soekarno memberi
keleluasaan PKI untuk memperluas pengaruh. Usaha PKI untuk mencari pengaruh
didukung oleh kondisi ekonomi bangsa yang semakin memprihatinkan. Dengan
adanya nasakomisasi tersebut, PKI menjadi salah satu kekuatan yang penting pada
masa Demokrasi Terpimpin bersama Presiden Soekarno dan Angkatan Darat.
Pada pertengahan tahun 1965, berita sakitnya Sukarno memanggil Aidit
yang tengah melakukan perjalanan ke Cina untuk pulang sekaligus membawa ahli
medis dari Cina. Melihat kondisi Sukarno, pada ahli menyimpulkan bahwa
Sukarno akan segera meningggal atau mengalami kelumpuhan permanen. Disis

lain terhembus bahwa ada Dewan Jendral yang hendak memberontak


pemerintah berdasarkan bukti dari pernyataan-pernyataan Aidit dan dengan
ditemukannya Telegram Gilchrist. Kaitannya dengan pihak Inggris adalah
bersangkut paut dengan persoalan Malaysia.
Usulan pembentukan angkatan kelimapun dilontarkan oleh pihak PKI
yang menghendaki masyarakat dipersenjatai, meski hal ini menimbulkan konflik
antara PKI dan Angkatan Darat yang dengan terpaksa, Jenderal Achmad Yani
menyatakan bahwa Presiden berhak mengambil keputusan semacam itu, selain itu
adapula serangan-serangan terbuka terhadap pada elite Angkatan Darat yang
berkaitan dengan gaya hidup mereka yang penuh dengan kemewahan maupun
dengan sikap-sikap reaksioner yang mereka tampilkan. Ditengah situasi yang
demikian, tiba-tiba Sukarno jatuh sakit yang pada gilirannya memunculkan
perkejolakan kekuasaan dan mendorong Aidit untuk lebih berjaga-jaga.
Angkatan Daratpun menyelenggarakan pertemuan-pertemuan secara
teratur, meski isu tentang Dewan Jendral yang hendak menggulingkan pemerintah
semaki merebak luas, hingga pada kritik PKI yang mencap mereka sebagai
koruptor dan kapitalis birokrat.
Pada tanggal 30 September malam 1 Oktober 1965, keteganganketegangan meletus karena terjadinya percobaan kudeta di Jakarta yang
didalamnya terdapat skenario penculikan jenderal-jenderal yang berakhir dengan
pembunuhan sadis. Tepat menjelang fajar Soeharto yang tidak masuk dalam daftar
penculikan, pergi ke kostrad setelah mendengar berita tersebut dan langsung
mengambil alih komando atas angkatan bersenjata dengan persetujuan jenderaljenderal angkatan darat.
Paginya, pihak pemberontak mengumumkan melalui radio bahwa
Gerakan 30 September adalah suatu kelompok militer yang telah bertindak
untuk melindungi Sukarno dari kudeta yang telah direncanakan oleh dewan
jenderal yang menjadi kaki tangan Amerika Serikat (CIA).
2.

agar tahu maksud dari pemberontakan tersebut, supaya dapat


memahami kenapa sampai ada pemberontakan, apa latar belakangnya,

artinya memahami jiwa zaman.


untuk belajar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
mengagumi dan menghayati perjuangan dan pengorbanan para
pahlawan yang telah terkorban, sehingga seterusnya kita bisa lebih
berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku, demi nama
indonesia. tidakkah kita malu kepada pahlawan-pahlawan yang rela
mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan, tapi kita membalasnya

dengan hal-hal yang mencoret nama indonesia?


kita bisa belajar untuk menghadapi pemberontakan, ataupun
mengatasi pemberontakan dan mencegahnya, supaya tidak berlaku

pemberontakan lagi di negara Indonesia tercinta.


supaya kita bisa lebih bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang.
negara kita damai tanpa ada hujan bom, tanpa ada pemberontak yang
siap sedia memenggal kepala orang-orang di jalanan, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai