Anda di halaman 1dari 8

PERTANYAAN

1. Bagaimana kehidupan pernikahan atau hubungan dengan keluarganya ?

2. Tindakan pemasungan dibenarkan atau tidak ? Bagaimana efek nya pada pasien ?
Menurut survei Kementerian Sosial pada 2008, dari sekitar 650 ribu penderita
gangguan jiwa berat di Indonesia, sedikitnya 30 ribu dipasung. Alasan pemasungan
umumnya agar si penderita tak membahayakan orang lain dan menimpakan aib
kepada keluarga. Padahal memasung itu melanggar hukum. Hal itu diatur dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa. Surat Menteri Dalam
Negeri 11 November 1977 juga memerintahkan semua kepala daerah agar melarang
warga memasung penderita gangguan jiwa. Kini pemerintah pun tak main-main,
dengan mencanangkan "Menuju Indonesia Bebas Pasung 2014".Pemasungan jelas
memperparah skizofrenia.
Dampak negatifnya.yaitu penderita mengalami trauma, dendam kepada keluarga,
merasa dibuang, rendah diri, dan putus asa. Lama-lama muncul depresi dan gejala niat
bunuh diri. Dari sisi pengobatan juga kontraproduktif. "Obat dosis tinggi tidak
mempan lagi, ". Penelitian dari Divisi Psikiatri Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pernah meneliti
dampak pemasungan. Dalam kurun 2006-2007, dia mencermati 15 kasus pemasungan
penderita skizofrenia di Samosir, Sumatera Utara, dan Bireuen, Aceh. "Kaki dan
tangan mengecil, ". Setelah diperiksa dengan saksama, otot dari pinggul sampai kaki
mengecil karena lama tidak digunakan. Dampak ini dijumpai pada penderita yang
sudah dipasung selama sepuluh tahun. Korban terpasung yang marah meluapkan
emosinya di luar normal.
Ada kasus seorang penderita berteriak-teriak setiap malam. Pada akhirnya
kemarahan akan reda, penderita merasa letih dan memilih diam. Keadaan memang
menjadi tenang, tapi justru dalam kondisi diam ini pengobatan makin sulit dilakukan,
karena semangat hidup mulai redup. "Gejala yang paling sulit diobati adalah
hilangnya semangat dalam diri, obat tidak membantu banyak, ". Ketika masih dalam
kondisi meluap-luap, penanganannya justru relatif lebih mudah dengan menyalurkan
emosi itu sembari melakukan pengobatan berjalan.
(Puji Lestari Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 14-23)

3. Apakah ada hubungan pica dengan penyakit sekarang ?

Buku penuntun profesional kesehatan jiwa, the Diagnostic and Statistical


Manual of Mental Disorders, edisi keempat, revisi naskah (2000), yang
disingkat sebagai DSM-IV-TR, mengelompokkan pica dalam kategori
Gangguan Makan dan Pemberian Makan Bayi atau Anak Kecil. Seorang
pasien yang dapat didiagnosa dengan pica harus terus menerus memiliki
keigninan kuat untuk memakan benda-benda bukan makanan selama
sekurang-kurangnya satu bulan. Perilaku ini tidak pantas untuk tahap
pertumbuhan anak. Lebih jauh, perilaku ini tidak boleh disetujui atau
didorong oleh lingkungan sekitar anak. Penyakit gangguan makan adalah
kondisi kompleks yang diakibatkan dari kombinasi antara perilaku lama,
biologis, emosi, psikologis, interpersonal dan factor social.
Faktor Psikologis yang dapat mengakibatkan penyakit gangguan makan:

Harga diri yang rendah

Rasa kekurangan atau kurang kendali hidup

Depresi, kecemasan, kemarahan atau kesepian

Faktor Interpersonal yang dapat mengakibatkan penyakit gangguan makan:

Hubungan keluarga dan pribadi yang bermasalah

Kesulitan mengekspresikan emosi dan perasaan

Sejarah diledek mengenai ukuran atau berat badan

Sejarah pelecehan seksual atau fisikal

Faktor Sosial yang dapat mengakibatkan penyakit gangguan makanan:

Tekanan budaya yang membanggakan kelangsingan dan member nilai tinggi atas
pencapaian tubuh yang sempurna

Definisi kecantikan yang sempit yang hanya mencantumkan wanita dan pria dengan
ukuran dan bentuk tubuh tertentu

Kebiasaan budaya yang menghargai orang atas dasar penampilan fisik dan bukan
kualitas dan kekuatan dalam

Faktor Biologis yang dapat mengakibatkan penyakit gangguan makan:

Para ilmuwan masih sedang meneliti segala biokimia dan biologis penyebab
ketidakaturan makan. Di sebagian individu yang mengalami ketidakaturan makan,
kimia tertentu diotak yang mengendalikan kelaperan, selera dan pencernaan terbukti

tidak seimbang. Arti dan implikasi dari ketidakseimbangan tersebut masih dalam
investigasi

Ketidakaturan makan sering terbawa dalam keluarga. Riset terkini member indikasi
adanya penyebab genetik terhadap ketidakaturan makan

Penyebabnya hingga kini masih belum diketahui dengan jelas. Tapi


beberapa peneliti menduga kurangnya zat besi dan anemia memicu pola
makan tersebut. Penderita Pica biasanya sering makan tanah, pasir, daun,
batu, kapur, puntung rokok, lampu, pensil, besi, es, cat, tanah liat, bulu
binatang, lumpur bahkan kotoran binatang. Penyakit Pica tidak ada tanda
maupun gejalanya. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah
dengan melakukan tes darah guna mengetahui kandungan besi dan seng.
Faktor Resiko
1. Terdapat pada golongan anak di bawah umur 3 tahun, biasanya di atas 1 tahun, sebab
bayi yang sedang belajar merangkak dan anak sapihan wajar bila suka memasukkan
benda-benda yang dipegangnya ke dalam mulutnya.
2. Penderita defisiensi gizi
3. Penderita retardasi mental (Hasan dan Alatas, 1985).
4. Ibu hamil
5. Orang yang dietnya rendah mineral
6. Orang yang memiliki gangguan kejiwaan seperti histeria
7. Orang dengan cacat perkembangan atau gangguan serupa
8. Orang-orang yang keluarga atau etnisnya memakan zat non-makanan
Orang yang diet, menjadi lapar, dan mencoba untuk meringankan kelaparan dan
ngidam dengan zat rendah kalori (zat non-makanan)

4. Diagnosis multiaksial ?
5. Diagnosis banding ? Kriteria diagnosis dan penanganan DD ?
a. Skizofrenia paranoid
Berdasarkan kriteria diagnostik DSM IV TR
Tipe Paranoid memenuhi :
- Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang
sering

Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau
katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.

Gejala Skizofrenia Paranoid


Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:
1.Gejala positif
a.Delusi atau waham
Suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah
dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun
penderita tetap meyakini kebenarannya.
b.Halusinasi
Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya
penderita mendengar suara-suara/ bisikan-bisikan di telinganya padahal
tidak ada sumber dari suara/ bisikan itu.
c.Kekacauan alam pikiran
Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau,
sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d.Gaduh, gelisah,
tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.
e.Merasa dirinya Orang Besar, merasa serba mampu dan sejenisnya.
f.Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
g.Menyimpan rasa permusuhan
2.Gejala negatif
a.Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar
Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak
menunjukkan ekspresi.
b.Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain dan suka melamun.
c.Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam.
d.Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial.
e.Sulit dalam berpikir nyata.
f.Pola pikir steorotip.
g.Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif.

6. Penanganan awal pasien pada kasus ?


7. Prognosis pada pasien ? Sembuh total atau tidak ?
kaplan

8. Epidemiologi kasus ?
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan diberbagai
daerah. Insiden dan tingkat prevalensi hampir sama didunia. Gangguan ini mengenai
hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal
masa dewasa. Pada laki-laki biasanya pada usia lebih muda 15-25 tahun, wanita 25-35
tahun. Lebih tinggi pada laki-lai daripada perempuan. kaplan
9. Apakah pasien melukai diri sendiri ? (Follow up)
10. Apakah kasus ini merupakan kegawat daruratan psikiatri ? YA (Tindakan
kekerasan)
11. Jenis kepribadian yang dapat mendukung diagnosis kasus ?
12. Rencana terapi pada kasus ?
13. Apakah terdapat masalah organobiologik pada pasien ?
14. Riwayat keluarga yang memiliki gejala seperti pasien ?
15. Pembacaan GAF Scale ?
Assessment fungsi secara global mencakup assessment menyeluruh tentang fungsi
psikologis sosial dan pekerjaan klien. Digunakan juga untuk mengindikasikan taraf
keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama beberapa bulan pada tahun
sebelumnya.
100-91: gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
90-81 : gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa
80-71 : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial
70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
baik
60-51 : gejala dan disabilitas sedang
50-41 : gejala dan disabilitas berat
40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi
30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam
hampir semua bidang
20-11 : bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri
10-01 : persisten dan lebih serius
0
: informasi tidak adekuat

16. Follow up pada pasien mengenai gejala pasien ?


17. Perbedaan waham dan Id pada kasus ?
18. Bagaimana pasien melakukan pertahanan diri terhadap masalah, Ego, superego dan Id
?

Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga elemen. Ketiga
unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, ego dan superego yang bekerja sama untuk
menciptakan perilaku manusia yang kompleks.

1. Id
Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian
sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah
sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian.
Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua
keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah
kecemasan negara atau ketegangan.
Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus menghasilkan upaya segera untuk
makan atau minum. id ini sangat penting awal dalam hidup, karena itu memastikan bahwa
kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan menangis sampai
tuntutan id terpenuhi.
Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika
kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita
meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita
sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima.
Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip
kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek
yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan

Ego
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan
realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id
dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran
sadar, prasadar, dan tidak sadar.
Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id
dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan
manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan
impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan
ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan
tempat.

Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi melalui
proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata yang cocok
dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer ids.

3. Superego
Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego adalah
aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita
peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat kami rasa benar dan salah. Superego
memberikan pedoman untuk membuat penilaian.

Ada dua bagian superego:


Yang ideal ego mencakup aturan dan standar untuk perilaku yang baik. Perilaku ini termasuk
orang yang disetujui oleh figur otoritas orang tua dan lainnya. Mematuhi aturan-aturan ini
menyebabkan perasaan kebanggaan, nilai dan prestasi.
Hati nurani mencakup informasi tentang hal-hal yang dianggap buruk oleh orang tua dan
masyarakat. Perilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk, konsekuensi atau hukuman
perasaan bersalah dan penyesalan. Superego bertindak untuk menyempurnakan dan
membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat diterima
mendesak dari id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas standar idealis lebih
karena pada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.

Interaksi dari Id, Ego dan superego


Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik mungkin
timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah untuk merujuk
kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan
kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka
dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau
terlalu mengganggu.
Menurut Freud, kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan antara id, ego, dan
superego.

Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh individu,
antara lain1, 4:
1. Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan
dirasakan mengancam ego masuk ke ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak
menganggu ego lagi. Tetspi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih
punya pengaruh tidak langsung terhadap tingkahlaku si individu.

2. Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian rupa terhadap
dorongan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh superego, sehingga seolaholah perilakunya dapat dibenarkan.
3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di

salah satu

sisi

kehidupan dengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi lain.
Dengan demikian, ego terhindar dari ejekan dan rasa rendah diri.
4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan tertentu
ke pihak lain atau sumber lain karena tidak dapat melampiaskan perasaannya ke sumber
masalah.
5. Regresi, yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman
terhadap ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke taraf
perkembangan yang lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai