Anda di halaman 1dari 4

PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT

BAGI KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU


DI KAWEDANAN DERO, NGAWI

Peneliti

: Gurendro Putro
( Pusat Penelitian Pengembangan Pelayanan dan Tehnologi Kesehatan )

Tempat penelitian : Kawedanan Dero, Ngawi, Jawa Timur


Tahun Penelitian : Tidak disebutkan secara pasti ( 2001 2002 )
Publikasi

: Majalah Jurnal Kedokteran dan Farmasi : Medika, No 10 tahun ke XXIX,


Oktober 2003

PENDAHULUAN
TB paru masih merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat dengan angka kejadian
hampir 25 %. Di Indonesia diperkirakan terdapa 130 kasus baru BTA positif dari 100.000
penduduk ( WHO, 1999 ).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) tahun 1995 menunjukan bahwa penyakit TB
paru merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakitm kardiovaskuler dan saluran
pernafasan.Angka prevalensi TB paru di Propinsi jawa timur menunjukan angka 1,30 per 1000
penduduk dan di kabnupaten Ngawi sebesar 1,83 per 10.000 penduduk.
Sebagian besar penderita ( sekitar 75 % ) adalah usia produktif, kelompok ekonomi lemah, dan
pendidikan rendah.
Resiko penularan setiap tahun antaran 1 2 %. Tanpa pengobatan yang baik dalam waktu 5
tahun 50 % penderita akan meninggan, 25 % bisa sembuh sendiri, dengan daya tahan tubuh
tubuh tinggi dan 25 % dapat menjadi kronik dan menular.
TB paru dapat disembukkan dengan pengobatan yang teratur. Selain itu itu keberhasilan
pengobatan juga dipengaruhi oleh status gizi, imunitas, lingkungan serta sarana dan prasarana
yang mendukung keteraturan berobat. Untuk menjamin keteraturan berobat diperlukan seorang
pengawas pengobatan.
Pada prinsipnya, penderita TB paru yang berobat selalu didampingi oleh seoran pengawas
menelan obat ( PMO ) yang memberi nasehat, semangat, dan mengingatkan sehingga diharapkan
keteraturan menelan obat dirumah penderita terjamin. Yang menjadi masalh belum tentun semua
PMO menyadari tugas atau mengtahui epidemiologi TB paru.
TUJUAN UMUM
Mempelajari peranan PMO bagi keberhasilan pengobatan TB paru di Kawedanan Dero
Kabupaten Ngawi

TUJUAN KHUSUS
1. Mempelajari hubungan antara PMO dengan Keberhasilan Pengobatan TB paru
2. Mempelajari hubungan antara pengetahuan PMO dengan keberhasilan pengobatan TB paru
3. Mempelajari pernanan PMO bagi keberhasilan pengobatan TB paru
MANFAAT
1.

Dapat memberi masukan kepada PMO untuk keberhasilan pengobatan TB paru di Dinas
Kesehatan Kabupaten Ngawi dan wilayah lain

2.

Dapat menambah pengetahuan peneliti

METHODE PENELITIAN
1. Rancangan penelitian : crossectional dengan mengambil data dan melihat peranan PMO
pada saat tertentu
2. Populasi penelitian : seluruh PMO di Kawedanan Dero, Kabupaten Ngawi
3. Sampel : seluruh PMO pada penderita TB paru sebanyak 49 orang
4. Tehnik pengambilan data
a. data primer : hasil wawancara langsung dengan PMO menggunakan kuesioner
b. data sekunder : Laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi dan 5
Puskesmaas di wilayah kawedanan Dero.
5. Analisis data : data disajikan dalam bentuk tabel, dan dianalisis denga nchi square
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadan Umum Lokasi Penelitian
Kawedanan Dero
Luas

: 250.453 km

Jumlah penduduk : 186.420 orang


B. Hasil Pengobatan TB paru
a. Dinyatakan sembuh

: 46 orang ( 37,42% )

a). Didampingi PMO

: 34 orang

b). Tanpa PMO

: 12 orang

b. Status pengobatan lengkap : 24 panderita ( 36,35% )


a). Didampingi PMO

: 11 orang

b). Tanpa PMO

: 13 penderita

c. Drop out

: 7 orang ( 9,09 % )

a). Didampingi PMO

: 4 orang

b). Tanpa PMO

: 3 penderita

C. Hubungan Keberhasilan Pengobatan TB paru dengan PMO


Setelah data dikumpulkan dan diolah, kemudian dilakukan uji chi square diperoleh nilai p =
0,041 dengan nilai kepercayaan 95 % atau = 0.05, nilainya lebih kecil dari yang berarti
terdapat hubungan antara PMO dengan hasil pengobatan.
D. Hubungan Tingkat Pengetahuan PMO dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru.
Dari penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang pengobataanya tidak berhasil,
terjadi karena tingkat pengetahuan PMO yang kurang yaitu sekitar 69 % , sedangkan angka
keberhasilan yang ditemukan menunjukan bahwa 82,35% diadampingi oleh PMO
Berdasarkan analisis chi square didapatkan nilai P = 0,006 yang berarti lebih kecil dari =
0,05 yang menunjukan ada hubungan antara tingkat pengetahuan PMO dengan tingkat
pendididkannya.
E. Hubungan antara PMO dengan Ketaatan Menelan Obat TB Paru
Dari hasil wawancara didapatkan :
a. Menyatakan pernah lupa / tidak minum obat : 41 orang ( 53,25 % )
a). Tahap intensif

: 42,86 %

b). Tahap lanjutan

: 2,60 %

c). Tahap intensif dan lanjutan : 7,79 %


b. Responden yang didampingi PMO yang menyatakan selalu minum obat : 33 orang
( 67,35 % )
c. Responden yang tidak didampingi PMO dan lupa minum obat sebesar : 25 orang
( 89,29 % )
F. Harapan Penderita terhadap PMO
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa:
a. Menyatakan perlu didampingi PMO : 56 orang ( 72,73 orang )
a) Didampingi PMO : 39 orang
b) Tanpa PMO : 17 orang
b. Menyatakan tidak perlu didampingi PMO : 21 orang
a) Didampingi PMO : 10 orang
b) Tanpa PMO : 11 orang
G. Kesimpulan
1. Dalam pengobatan TB paru sebaiknya ada seorang PMO agar kelangsungan serta
keteraturan penderita minum obat lebih terjamin dan diharapkan akan memberi
kesembuhan bagi penderitanya

2. Tingkat pengetahuan PMO sebaiknya memadai tetnang penyakit TB paru sehingga dalam
membri nasehat mengingatkan pentingnya berobat, serta dipilih orang yang dihormati /
disegani oleh penderita, sehingga settiap perkataanya dituruti atau diikuti.
3. Dengan keberhasilan pengobatan TB paru yang meminta bantuan pada seorang PMO
maka prevalensi penyakit TB dapat berkurang dan penularan TB juga berkurang.
H. Saran
1. sebaiknya dalam pengobatan penderita TB paru selalu didampingi oleh seorang PMO
agar mendapat keberhasilan pengobatan yang lebih tinggi.
2. Sebaiknya seorang PMO memiliki pengetahuan tentang penyakit TB paru, baik aspek
epidemiologi maupun pengobatannya, agar selalu memantau pengobatan penderita TB
paru.

I. Implikasi bagi Keperawatan


1. Pengobatan TB paru memerlukan perawatan yang teratur dan berksinambungan untuk
menghindari ternjadinya drop out terhadap pengobatan, perna perawat rumah sakit
sebagai pendidik sangat diperlukan terutama dalam melakukan discharge planing tentang
ketraturan minum obat, dosis, akibat yang timbul jika lupa dan tentang kapan pengobatan
boleh dihentikan
2. Saat ini perawat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam pengelolaan penyakti TB
paru karena bahaya yang ditimbulkan yang sangat besar bukan hanya untuk penderita TB
paru itu sendiri maupun lingkungannya. Peran perawat kesehatan masyarakat sudahkah
saat ini melakukan kerjasama dengan tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
atau tempat pelayanan lain.
3. PMO ( pengawas menelan Obat ) memang suatu kegiatan sosial yang dilakukan baik oleh
petugas kesehatan maupun oleh anggota masyarakat. Perawat disini berperan sebagai
pengelola pelayanan kesehatan yang harus mampu berperan dalam mengelola pengobatan
termasuk menciptakan / mendidik PMO yang berkualitas sehingga drop out pengobatan
dapat ditekan atau dengan kata lain keberhasilan pengobatan TB paru meningkat.
4. Saat ini ternyata masih banyak penderita TB paru yang lupa atau tidak mau minum obat.
Peran perawat sangat besar dalam meningkatkan pengetahuan penderita sehingga
penderita mau untuk mengikuti program pengobatan. Untuk penderita yang telah
dipulangkan mampukan perawat untuk selalu mengikuti perkembangan yang terjadi, oleh
karena itu perawat perlu bekerjasama dengan PMO dalam memantau perkembangan
penderita.

Anda mungkin juga menyukai