Jurnal TB Paru
Jurnal TB Paru
Peneliti
: Gurendro Putro
( Pusat Penelitian Pengembangan Pelayanan dan Tehnologi Kesehatan )
PENDAHULUAN
TB paru masih merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat dengan angka kejadian
hampir 25 %. Di Indonesia diperkirakan terdapa 130 kasus baru BTA positif dari 100.000
penduduk ( WHO, 1999 ).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) tahun 1995 menunjukan bahwa penyakit TB
paru merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakitm kardiovaskuler dan saluran
pernafasan.Angka prevalensi TB paru di Propinsi jawa timur menunjukan angka 1,30 per 1000
penduduk dan di kabnupaten Ngawi sebesar 1,83 per 10.000 penduduk.
Sebagian besar penderita ( sekitar 75 % ) adalah usia produktif, kelompok ekonomi lemah, dan
pendidikan rendah.
Resiko penularan setiap tahun antaran 1 2 %. Tanpa pengobatan yang baik dalam waktu 5
tahun 50 % penderita akan meninggan, 25 % bisa sembuh sendiri, dengan daya tahan tubuh
tubuh tinggi dan 25 % dapat menjadi kronik dan menular.
TB paru dapat disembukkan dengan pengobatan yang teratur. Selain itu itu keberhasilan
pengobatan juga dipengaruhi oleh status gizi, imunitas, lingkungan serta sarana dan prasarana
yang mendukung keteraturan berobat. Untuk menjamin keteraturan berobat diperlukan seorang
pengawas pengobatan.
Pada prinsipnya, penderita TB paru yang berobat selalu didampingi oleh seoran pengawas
menelan obat ( PMO ) yang memberi nasehat, semangat, dan mengingatkan sehingga diharapkan
keteraturan menelan obat dirumah penderita terjamin. Yang menjadi masalh belum tentun semua
PMO menyadari tugas atau mengtahui epidemiologi TB paru.
TUJUAN UMUM
Mempelajari peranan PMO bagi keberhasilan pengobatan TB paru di Kawedanan Dero
Kabupaten Ngawi
TUJUAN KHUSUS
1. Mempelajari hubungan antara PMO dengan Keberhasilan Pengobatan TB paru
2. Mempelajari hubungan antara pengetahuan PMO dengan keberhasilan pengobatan TB paru
3. Mempelajari pernanan PMO bagi keberhasilan pengobatan TB paru
MANFAAT
1.
Dapat memberi masukan kepada PMO untuk keberhasilan pengobatan TB paru di Dinas
Kesehatan Kabupaten Ngawi dan wilayah lain
2.
METHODE PENELITIAN
1. Rancangan penelitian : crossectional dengan mengambil data dan melihat peranan PMO
pada saat tertentu
2. Populasi penelitian : seluruh PMO di Kawedanan Dero, Kabupaten Ngawi
3. Sampel : seluruh PMO pada penderita TB paru sebanyak 49 orang
4. Tehnik pengambilan data
a. data primer : hasil wawancara langsung dengan PMO menggunakan kuesioner
b. data sekunder : Laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi dan 5
Puskesmaas di wilayah kawedanan Dero.
5. Analisis data : data disajikan dalam bentuk tabel, dan dianalisis denga nchi square
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadan Umum Lokasi Penelitian
Kawedanan Dero
Luas
: 250.453 km
: 46 orang ( 37,42% )
: 34 orang
: 12 orang
: 11 orang
: 13 penderita
c. Drop out
: 7 orang ( 9,09 % )
: 4 orang
: 3 penderita
: 42,86 %
: 2,60 %
2. Tingkat pengetahuan PMO sebaiknya memadai tetnang penyakit TB paru sehingga dalam
membri nasehat mengingatkan pentingnya berobat, serta dipilih orang yang dihormati /
disegani oleh penderita, sehingga settiap perkataanya dituruti atau diikuti.
3. Dengan keberhasilan pengobatan TB paru yang meminta bantuan pada seorang PMO
maka prevalensi penyakit TB dapat berkurang dan penularan TB juga berkurang.
H. Saran
1. sebaiknya dalam pengobatan penderita TB paru selalu didampingi oleh seorang PMO
agar mendapat keberhasilan pengobatan yang lebih tinggi.
2. Sebaiknya seorang PMO memiliki pengetahuan tentang penyakit TB paru, baik aspek
epidemiologi maupun pengobatannya, agar selalu memantau pengobatan penderita TB
paru.