Askep Pre Operatif
Askep Pre Operatif
b.
c.
d.
pasien
e.
mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan
pascaoperatif.
2.
Unit Bedah
a.
b.
c.
menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang
diperkirakan terjadi
d.
3.
4.
Ruang Operatif
a.
b.
c.
mengidentifikasi pasien
d.
Perencanaan
a.
b.
5.
Dukungan Psikologis
a.
b.
c.
d.
mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim
kesehatan yang berkaitan.
b.
c.
d.
e.
f.
Keadaan khusus :
a.
Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan
masalah teknik dan mekanik
(resiko dehisensi), dan nafas tidak
optimal.
b.
Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan
tremens delirium.
2
2.
3.
4.
5.
Status Pernafasan
a.
b.
c.
d.
Status Kardiovaskuler
a.
penyakit kardiovaskuler
b.
c.
d.
e.
kelebihan cairan/darah
f.
tanda-tanda vital
g.
riwayat perdarahan.
kelainan hepar
b.
c.
d.
Fungsi Endokrin
a.
b.
c.
adrenal)
6.
Fungsi Imunologi
3
7.
a.
b.
c.
d.
terapi kortikosteroid
e.
f.
terapi radiasi
g.
kemoterapi
h.
i.
suhu tubuh.
Sistem Integumen
a.
b.
c.
alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi,
fraktur mandibula, radiasi pada
kepala, terapi obat, trauma mekanik.
d.
8.
b.
c.
d.
e.
antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan
efek hipotensif anesthesia
f.
g.
h.
9.
Pertimbangan Gerontologi
a.
b.
gejala)
penyakit kronis
ketakutan lansia divonis sakit berat bohong (tidak melaporkan
c.
fungsi jantung
d.
fungsi ginjal
e.
aktivitas gastrointestinal
f.
g.
h.
i.
j.
arthritis
k.
l.
kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak perubahan
suhu tubuh
m.
penyakit pribadi
Faktor-faktor Sistemik
a.
hipovolemia
b.
c.
defisit nutrisi
2.
d.
usia tua
e.
BB ekstrim
f.
g.
Kondisi toksik
h.
Abnormalitas imunologi
Penyakit Paru
a.
penyakit obstruktif
b.
kelainan restriktif
c.
infeksi pernafasan
b.
gagal jantung
c.
disritmia
d.
hipertensi
e.
f.
treomboembolisme
g.
diatesis hemoragik
h.
6.
penyakit serebrovaskuler
Disfungsi Endokrin
a. Diabetes Mellitus
b. kelainan adrenal
c. malfungsi tiroid
7.
Penyakit Hepatik
a. Sirosis
b. Hepatitis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Data laboratorium memberikan petunjuk yang bermanfaat untuk mengkaji status
klinik pasien dan potensial risiko infeksi. Meskipuntidak dapat digunakan tanpa
referansi dari data klinik yang lain, hasil pemeriksaan laboratorium dapat
memberikan petunjuk penting untuk menentukan tindakan keperawatan
perioperatif. Adapun pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan sebelum
tindakan pembedahan adalah :
Hematokrit
BJ urin
Hemoglobin
AGD
Trombosit
putih
Albumin
Gamma globulin
HbSAg
Gula darah
Golongan darah
Selain itu hasil pemeriksaan radiologis seperti rontgen foto, USG abdomen, USG
ginjal, MRI, BNO-IVP, dll yang terkait dengan prosedur pembedahan atau kasus,
harus pula disertakan.
6.
alat-alat pemberi posisi dan alat-alat tambahan yang digunakan selama
operasi (papan lengan, pengikat pengaman, penahan ekstremitas, matras
berbentuk telur)
7.
area pemasangan bantalan bedah listrik, tipe unit bedah listrik, nomor seri
unit, dan tempatnya
8.
kategori klasifikasi luka, sehingga perawat dapat mengidentifikasi pasien
beresiko tinggi terhadap infeksi, dan dapat mengambil tindakan pengamanan yang
tepat
9.
10. area penempatan unit termia, nomor seri unit, waktu pencatatan dan suhu
11. obat-obatan yang diberikan selama operasi
12. penghitungan alat-alat bedah dan hasilnya
13. pemasangan manset torniquet, waktu pemasangan dan pelepasan, tekanan
torniquet
14. pemasangan semua drain, tampon, balutan dan kateter
15. implan prostetik, pabrik, nomor, tipe, ukuran
16. pemberian anesthesia lokal
17. larutan persiapan tempat operasi, kondisi kulit sebelum dan setelah
pemakaian larutan
18. pemeriksaan diagnostik selama intraoperatif
19. keluaran urine dan perkiraan darah yang hilang
20. jenis spesimen dan pengirimannya
21. waktu penyelesaian operasi, keluarnya pasien, status pasien dan alat
pemindahan yang digunakan
22. instruksi post-op
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
10
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
2.
Penyuluhan klien (lihat Persiapan Operasi jangka panjang : latihan nafas
dalam, batuk dan relaksasi, perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif, kontrol dan
medikasi nyeri, dan kontrol kognitif)
3.
4.
Berikan dorongan untuk pengungkapan. Dengarkan, pahami klien dan
berikan informasi yang membantu menyingkirkan kekhawatiran klien
5.
Libatkan peran dari keluarga atau sahabat klien, sepanjang masih
memungkinkan
6.
Dorong klien untuk mengekspresikan ketakutan atau kekhawatiran tentang
pembedahan yang akan dihadapinya
7.
8.
9.
12
peralatan tertentu ketika kembali ke ruangan (mis : IV-line, kateter urine, botol
penghisap, drain, selang oksigen, peralatan pemantau dan jalur transfusi darah).
Bagaimanapun, temuan pembedahan dan prognosisnya, bahkan ketika hasil
pembedahannya memuaskan, hal ini merupakan tanggung jawab ahli bedah dan
bukan prerogatif atau tanggung jawab perawat.
EVALUASI
Banyak institusi menggunakan catatan medis yang berorientasi pada masalah
(POMR). Dokumentasi POMR memuat masalah pasien dan luas masalah yang
sudah teratasi.sistem POMR mencakup catatan perawat, dokter dan tim kesehatan
lainnya yang diberi nomor dan label dalam urutan angka.
Konsep POMR telah dikembangkan menjadi catatan SOAP atau SOAPIE (Groah,
1983) :
1.
Subjektif : status kesehatan pasien, apa yang ia pikirkan dan rasakan tentang
masalah kesehatannya
2.
3.
Pengkajian : rumusan diagnosis keperawatan, masalah klien, hasil yang
diharapkan dan kriteria evaluasi
4.
Perencanaan : aktivitas-aktivitas yang diperlukan pasien untuk mencapai
tujuan
5.
6.
1. Ansietas dikurangi :
a. Mendiskusikan kekhawatiran yang berkaitan dengan tipe anesthesia dan induksi
dengan ahli anesthesia
13
14