Abstract
Hotel services industry is a service-based business that operational rely on the high energy consumption. In
order to utilize energy efficiently, energy conservation policy is important as a part of energy management
program in hotel. Reducing more consumption energy lead to reduce an operational cost in which could
maximize its benefit.
This study concern to an audit energy process, which consist of the Energy Survey and Pre-Eleminary Audit.
According to energy auditing, the profile of energy consumption and a Energy Consumption Intensity in index of
265,26 kWh/m2. The alternatives identified for conservation energy management are namely: (i) The Changes of
Standard Operating Procedures (SOP) in Hotel Facilities; (ii) The Renovation or Adjustment Building Design
Hotel; (iii) The Using of Energy Efficient Technologies; and (iv) The Training and Human Resource
Development (HRD) of Hotel.
In order to evaluate in decision of energy conservation program, this research using a Preference Ranking
for Enrichment Evaluation (PROMETHEE) method. This research focused by five criterias and fifteen subcriterias, which are weighted by comparison method of Analitical Network Process (ANP). By which of criterias
and sub-criterias could be obtained. Based on the PROMETHEE method and take into account of criterias and
sub-criterias weighted by previous method, the best alternative selection of energy conservation for Surabaya
Plaza Hotel is The Training and Human Resource Development (HRD) of Hotel.
Key words: Energy Audit, Energy Management, Hotel, Multi Criteria Decision Making (MCDM),
Preference Ranking for Enrichment Evaluation (PROMETHEE)
1. Pendahuluan
Industri perhotelan merupakan suatu usaha
yang
kinerja
operasionalnya
sangat
membutuhkan ketersediaan energi yang besar.
Kebutuhan akan energi yang besar tersebut
digunakan untuk menjalankan sistem fasilitasfasilitas yang terdapat pada hotel, seperti sistem
pendingin udara, sistem penerangan, sistem lift,
dan sistem fasilitas hotel lainnya. Ketersediaan
energi yang ada untuk operasional hotel tentunya
menjadi salah satu faktor yang dapat menjaga
kepuasan dan kepercayaan konsumen terhadap
sebuah hotel.
Hotel sebagai pengguna energi, rata-rata
menghabiskan 30 % dari biaya operasionalnya
untuk pembelian komponen energi (Elyza et al,
2005). Dan seiring dengan meningkatnya biaya
energi yang ditetapkan, maka biaya untuk
pembelian energi akan berpotensi mengalami
kenaikan. Menurut Shiming & Burnett (2002),
konsumsi energi untuk penerangan, sistem
pengaturan suhu, dan sistem pemanas air
umumnya mencapai 70 % dari penggunaan total
energi pada bangunan hotel. Jumlah kebutuhan
energi tersebut tentunya akan menentukan biaya
operasional yang harus dikeluarkan pihak
pengelola hotel setiap periode tertentu.
Biaya operasional tersebut tentunya harus
ditekan serendah mungkin agar pengelola hotel
mampu mendapatkan keuntungan secara
maksimal. Namun tentunya dilakukan dengan
tetap mempertimbangkan faktor-faktor yang lain,
seperti customer, biaya, tenaga kerja, dan
sebagainya. Hal tersebut menjadi salah satu latar
belakang mengapa pemilihan jenis penghematan
energi pada operasional hotel menjadi suatu
permasalahan yang dihadapi oleh pelaku industri
perhotelan.
Industri hotel memiliki waktu operasional
penggunaan energi yang relatif kontinyu selama
24 jam sehari. Hal ini membutuhkan jaminan
ketersediaan suplai listrik yang mencukupi untuk
menjaga produktivitas pelayanan hotel. Namun,
keterbatasan PLN sebagai penyedia energi listrik
negara serta ketentuan tarif dasar listrik untuk
konsumsi industri yang lebih tinggi menjadi
suatu pertimbangan pelaku industri hotel untuk
melakukan penghematan energi. Adanya
peraturan Pemerintah (PP) 70/2009 tentang
konservasi energi juga menjadi suatu tekanan
dari pemerintah untuk menurunkan tingkat
konsumsi energi pada bangunan industri. Selain
itu, adanya tekanan isu lingkungan yang
berkembang belakangan ini juga mendukung
Biaya (Rupiah/Tahun)
Pers entase
Listrik
7,163,088,645
89.00%
BBG
328,258,760
4.08%
Air
556,824,647
6.92%
Total
8,048,172,052
100%
6.92%
Listrik
BBG
Air
89.00%
3.2.4
penghematan
yang
berkelanjutan
oleh
manajemen energi hotel. Karena itu langkah
selanjutnya yang dilakukan pada penelitian ini
adalah mengidentifikasi jenis konservasi energi
beserta kriteria dan sub-kriteria dari alternatif
tersebut.
3.3 Identifikasi Alternatif Konservasi Energi
Konservasi energi sebagai upaya menekan
pengeluaran biaya operasional hotel di bidang
pengadaan
energi
tanpa
mengurangi
produktivitas dari kinerja operasional hotel
tersebut. Jenis konservasi energi yang optimal
hendaknya disesuaikan dengan kondisi eksisting
dari fasilitas dari bangunan hotel yang diamati.
Dari hasil studi literatur yang telah
dilakukan, dapat dikelompokkan rencanarencana konservasi energi yang dapat dilakukan
pada industri hotel berdasarkan kesamaan
karakteristiknya. Pada penelitian ini terdapat
empat jenis alternatif konservasi energi yang
diidentifikasi dapat dilakukan sebagai upaya dari
rencana penghematan energi, khususnya energi
listrik.
Berikut ini adalah hasil identifikasi
alternatif beserta rencana penghematan energi
secara rinci dari hasil studi literatur yang telah
dikelompokkan kedalam empat jenis alternatif
konservasi energi hotel secara garis besar:
1. Perubahan SOP Penggunaan Fasilitas Hotel
a. Pengaturan kembali waktu operasional
kerja
peralatan
fasilitas
sesuai
kebutuhan, misalnya jam kerja Chiller.
b. Mengoperasikan lift secara bergantian
menurut zoning lantai hotel yang
disesuaikan dengan tingkat hunian.
c. Penyesuaian setting temperatur Air
Conditioner pada waktu-waktu tertentu.
d. Menurunkan temperatur pengeringan
mesin cuci pada saat proses laundry.
e. Pengoptimalan penggunaan peralatan
komputer, misalnya Timer untuk Turn
Off, Stand By, Hibernate, dan
sebagainya.
f. Mematikan
peralatan-peralatan
elektronik dalam kamar saat staf
melakukan housekeeping.
g. Penjadwalan ulang jadwal perawatan
atau maintenance fasilitas sebagai upaya
dari preventive maintenance.
h. Menaikkan setting temperatur ruangan
hingga batas maksimum yang masih
berada dalam zona nyaman
4
d. Sistem
kontrol
atau
monitoring
pemakaian listrik yang computerized,
5
Kriteria
Ekonomi
Keterangan
Sub-Kriteria
Customer
Budaya Kerja
Kompetensi Kerja
Pelanggan
Masyarakat
Pemerintah
HVAC
Water Supply
Lighting
Elevating
Kitchen
Laundry
Reputasi Hotel
Sub-Kriteria
0.1002
0.5466
0.2536
Budaya Kerja
0.0891
Kompetensi Kerja
0.0111
Biaya Investasi
0.0607
Potensi Penghematan
0.4859
Kenyamanan Customer
0.2113
Customer Acceptability
0.0423
HVAC
0.0375
Water Supply
0.0084
1. Budaya Kerja
Tabel 4. Nilai Judgement Sub-Kriteria Budaya Kerja
Nilai
SOP Penggunaan
Desain
Fasilitas
Bangunan Hotel
35
45
Perhitungan nilai
0.0625
Tabel 5. Nilai
0.0381
Lighting
0.0093
Elevating
0.0019
Kitchen
0.0023
Laundry
0.0031
Pelanggan
0.0239
Masyarakat
0.0036
Pemerintah
0.0107
Teknologi
Hemat Energi
30
Pelatihan &
Pengembangan SDM
70
:
Sub-Kriteria Budaya Kerja
SOP Penggunaan
Desain
Teknologi
Pelatihan &
Fasilitas
Bangunan Hotel Hemat Energi Pengembangan SDM
SOP Penggunaan
Fasilitas
Desain Bangunan
Hotel
Teknologi Hemat
Energi
10
35
15
25
40
Pelatihan &
Pengembangan SDM
Nilai d terendah
Nilai d tertinggi
Range
=5
= 40
= 35
6
w j Pj a, b
j 1
a, b
p = 23,34
wj
Fungsi preferensi
H(d) = 0
H(d) = 0,5
H(d) = 1
j 1
jika |d| q
jika q < |d|
jika p < |d|
A1 , A 2
A 2 , A1
(( 0 .0891 ) 0
(( 0 . 0891 ) 0
0,5061
( 0 . 0111 ) 0
1
0 . 2103
......
( 0 , 0107 )1)
A1
A1
A2
A3
A4
A2
0.5061
0.2103
0.1898
0.6365
Keterangan:
A1: Alternatif
Fasilitas
A2: Alternatif
Bangunan
A3: Alternatif
Energi
A4: Alternatif
SDM
0.0149
0.7491
A3
0.2557
0.0976
A4
0.0188
0.1036
0.0721
0.7732
(A1)
(A1)
(0,7806) = 0,2602
(1,0365) = 0,3455
(A1) - - (A1)
= 0.2602 0.3455 = -0.0853
Net Flow
0.2602
0.1371
0.0922
0.7196
Rank
2
3
4
1
3.10
Alternatif
Perubahan SOP Fasilitas (A1)
Renovasi/Penyesuaian Desain Bangunan (A2)
Penggunaan Teknologi Hemat Energi (A3)
Pelatihan & Pengembangan SDM (A4)
Net Flow )
0.2602
0.1371
0.0922
0.7196
Rank
2
3
4
1
3.
12
Green