Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, dan
konsepsi berarti pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dengan sel
sperma

(sel

pria)

yang

mengakibatkan

kehamilan.

Kontrasepsi

adalah

menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel


telur yang matang dengan sel sperma (Depkes RI, 2010 : 34). Kontrasepsi adalah
upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya tersebut dapat bersifat
sementara dan dapat bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo, 2009 : 905).
Syarat syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang
baik adalah aman / tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, sedapat
mungkin tidak harus dikerjakan oleh seorang dokter, murah, dapat diterima oleh
orang banyak dan pemakaian jangka panjang. Sampai saat ini belum tersedia
kontrasepsi yang benar benar 100% ideal atau sempurna (Hartanto, 2012 : 36).

2. Macam Macam Metode Kontrasepsi


a. Metode Sederhana
1) Tanpa Alat
a)

KB alamiah yaitu pantang berkala, metode kalender (ogino


knous), metode suhu basal (termal), metode lendir serviks
(billings), dan metode simto termal.

b)

Caitus interruptus.

2) Dengan Alat

a)

Mekanis (barries) yaitu kondom pria dan barier intra vaginal :


diafragma, kap serviks (cervical cap), spons (sponge) dan kondom
wanita.

b)

Kimiawi yaitu spermisid, terdiri dari vaginal cream, vaginal foam,


vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet dan vaginal
soluble film.

b. Metode Modern
1) Kontrasepsi hormonal
a)

Per-oral terdiri dari Pil Oral Kombinasi (POK), minil pil dan pil
pasca senggama (morning after pil)

b)

Injeksi / suntikan terdiri dari 2 golongan yaitu golongan


progestin : depo provera, depo geston, depo progestin dan
noristat, golongan campuran progestin dan estrogen propionat :
cyclofem

c)

Subkulit : implant (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit : AKBK)

2) Intra uterine devices (IUD, AKDR)


3) Kontrasepsi mantap pada wanita yaitu tubektomi dan pada pria yaitu
vasektomi (Hartanto, 2012 : 42).
3. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah cara mencegah terjadinya kehamilan melalui
suntikan hormonal yang berisi komponen progesteron atau progesteron dan
estrogen yang diberikan secara intramuskuler pada daerah bokong.
Menurut Prawirohardjo, (2006 MK 42) jenis jenis kontrasepsi suntik
adalah :

a. Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang mengandung 150 mg depo


medroksi progesteron asetat diberikan setiap 3 bulan secara intra muskular.
b. NET-EN (Noristerat) yang mengandung norethindrone enanthate 200 mg,
diberikan setiap 2 bulan secara IM.
c. Cyclofem yang mengandung 25 mg depo medroksi progesteron asetat dan 5
mg estradiol sipionat, diberikan sebulan sekali secara IM.

4. Kontrasepsi Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)


Kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) tersedia
dalam suspensi steril medroxy progesteron acetat dalam air yang berada dalam
botol kecil dengan dosis 150 mg atau 3 cc yang diberikan setiap 12 minggu atau 3
bulan, 1 minggu setelah penyuntikan 150 mg tercapai kadar puncak, lalu kadarnya
tetap tinggi untuk 2-3 bulan dan selanjutnya menurun kembali. Ovulasi akan
timbul kembali setelah 73 hari penyuntikan tetapi umumnya ovulasi akan timbul
kembali setelah 4 bulan atau lebih (Hartanto, 2012 : 165).
Kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) hanya
mengandung hormon progesteron saja, tidak mengandung hormon estrogen.
Fungsi progesteron adalah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan
mempersiapkan kehamilan. Selain itu, progesteron juga mempunyai khasiat
kontrasepsi yaitu :
a. Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat sehingga penetrasi
dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit.
b. Kapasitasi sperma dihambat oleh progesteron, kapasitasi diperlukan oleh
sperma untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan di sekeliling
ovum.

c. Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi maka perjalanan ovum dalam


tuba akan lambat
d. Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi, walaupun
ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus luteum akan berkurang
sehingga implantasi dihambat.
e. Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus hipofisis ovarium
(Prawirohardjo, 2005 : 915).

5. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik


a. Primer
Mencegah ovulasi dengan cara menekan kadar FSH dan LH sehingga
tidak terjadi sentakan LH. Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin
releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses
terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjar hypophyse. Hal ini berbeda dengan pil
oral kombinasi yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada
kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan
keadaan hypo-estrogenik (Hartanto, 2012 : 166)

b. Sekunder
1) Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
2) Membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk
implantasi ovum yang telah dibuahi.
3) Mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi
(Hartanto, 2012 : 166)

6. Keuntungan Kontrasepsi Suntik


a. Sangat efektif, karena angka kegagalannya kurang dari 1%
b. Pencegah kehamilan jangka panjang karena diberikan setiap 12 minggu
atau 3 bulan
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
e. Dapat diberikan kepada ibu yang menyusui karena tidak mempengaruhi
produksi ASI
f. Dapat digunakan oleh perempuan usia di atas 35 tahun
g. Dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat maupun bidan
h. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
i. Pemeriksaan dalam tidak dibutuhkan pada pemakaian awal
j. Tidak ada ketergantungan pemakaian kecuali kembali suntik 3 bulan
sekali.
k. Tidak perlu diingat kecuali kembali untuk suntikan berikutnya.
l. Mencegah kehamilan ektopik.
m. Sangat berguna untuk wanita yang tidak ingin hamil lagi tapi belum
bersedia untuk menggunakan tubektomi (Prawirohardjo, 2006 : MK 42).
7. Efek Samping Kontrasepsi Suntik
a. Gangguan Haid
Pola haid yang normal dapat berubah menajdi perdarahan yang banyak
atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid
sama sekali dan siklus haid yang memendek atau memanjang (Prawirohardjo. S,

2006, MK 42). Efek pada pola haid tergantung lama pemakaian, perdarahan
inter-menstrual dan perdarahan bercak berjalan dengan berjalannya waktu,
sedangkan kejadian amenore bertambah besar. Insident yang tinggi dari aminore
diduga

berhubungan

dengan

atrofi

endometrium.

DMPA lebih

sering

menyebabkan perdarahan, perdarahan bercak dan amenore lebih sering terjadi


pada akseptor dengan berat badan tinggi. (Hartanto, 2012 : 169)
b. Berat Badan yang Bertambah
Pertambahan berat badan tidak terlalu besar, umumnya bervariasi antara
kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Penyebab pertambahan berat
badan tidak jelas, karena bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi
cairan tubuh. Hipotesa para ahli, kontrasepsi suntik merangsang pusat pengendali
nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari
biasanya (Hartanto, 2012 : 171). Berat badan akseptor akan bertambah beberapa
kilogram

dalam

beberapa

bulan

setelah

penggunaan

(Prohealth,

2008

http://forbetterhealth.wordpress.com). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh


University of Texas Medical Branch (UTMB) wanita yang menggunakan
kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) rata-rata mengalami
peningkatan berat badan sebanyak 11 pon atau 5,5 Kg dan mengalami
peningkatan lemak tubuh sebanyak 3,4% dalam waktu 3 tahun pemakaian.
Peningkatan berat badan akan tergantung dari lamanya suntikan DMPA digunakan
(obesitas, 2008 http://www.klikdokter.com/article/detail/704).
Kenaiakn berat badan sangat berfariasi, rata-rata tiap tahun naik 2,3-2,9
kg. Penanggulangannya yaitu akseptor harus mengurangi jumlah porsi makan
dengan diet, bila dengan cara diet tidak menolong dan berat adan terus bertambah,

akseptor dianjurkan untuk ganti alat kontrasepsi yang lain. Kontrasepsi hormonal
digunakan maksimal 5 tahun (Kenaikan BB,..2009 http://www.mitrariset.com).
Pertambahan berat badan yang nyata, satu tahun sekitar 2 kg tetapi dapat juga
lebih dari 4 kg pertahun. Pertambahan berat badan bukan karena penyakit dan
untuk sebagian ibu (yang terlalu kurus) merupakan hal yang menguntungkan.
(Heny w, 2009 http://www.mail arvhive.com).
c. Sakit Kepala
Insiden sakit kepala pada akseptor suntik terjadi pada < 1 17% akseptor,
sakit kepala jarang sekali terjadi dan biasanya bersifat sementara. Gejala yang
timbul berupa rasa berputar atau sakit kepala yang dapat terjadi pada satu sisi,
kedua sisi atau keseluruhan dari bagian kepala (Hartanto, 2012 : 171)
d. Efek pada Sistem Kardiovaskuler
Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atua sistem
pembekuan darah maupun sistem fibrinolitik, tapi perubahan dalam metabolisme
lemak terutama penurunan HDL kolesterol dicurigai dapat menambah resiko
penyakit kardiovaskuler (Hartanto, 2012 : 171).
e. Efek Metabolik
Kontrasepsi suntik mempengaruhi metabolisme karbohidrat tapi tidak
ditemukan terjadinya Diabetes Melitus pada akseptor. Kontrasepsi suntik tidak
mempengaruhi metabolisme protein atau vitamin dan dapat dipakai dengan aman
pada wanita dengan riwayat ikterus atau penyakit hepar.(Hartanto, 2012 : 171).
f. Efek pada Sistem Reproduksi
Kontrasepsi suntik tidak mengganggu fertilitas secara permanen. Lebih
dari 50% mantan akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan dan kira

kira 85% setelah 1 tahun. Lebih dari 60% mantap akseptor sudah hamil dalam
waktu 1 tahun dan lebih dari 90% dalam waktu 2 tahun. Mantan akseptor suntik
memerlukan 1,5 3 bulan lebih lama untuk kembali hamil dibanding pil oral
atau IUD (Hartanto, 2012 : 172).
g. Laktasi
Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) tidak ditemukan efek
terhadap laktasi, tapi justru memperbaiki kualitas Air Susu Ibu (ASI) atau
memperbanyak ASI. DMPA tidak merubah komposisi ASI, tidak ditemukan efek
immunologik (perubahan konsentrasi immunoglobulin). Memang ditemukan
sejumlah kecil hormon di dalam ASI tetapi tidak mempunyai efek pada bayinya
seperti berat badan dan perkembangan bayi tidak terganggu.(Hartanto, 2012 : 173)
8. Indikasi Kontrasepsi Suntik
a. Usia reproduksi.
b. Nulipara dan yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrsepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
tinggi.
d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
e. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
f. Setelah abortus atau keguguran.
g. Perokok
h. Telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
i. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
j. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

k. Tekanan darah < 180/110 mmHg dengan masalah gangguan pembekuan


darah atau anemia bulan sabit.
l. Anemia defisiensi besi.
m. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi.(Prawirohardjo, 2006:MK-43)
9. Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik depo progestin tidak boleh diberikan pada ibu hamil
atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran), perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya
gangguan haid terutama amenorea, penderita kanker payudara atau riwayat kanker
payduara dan penderita Diebetes Melitus disertai komplikasi (Prawirohardjo,
2006: MK 43).
10. Waktu Pemberian
a. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tidak hamil
b. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
c. Pada ibu yang taidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asal
ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.(Prawirohardjo, 2006 : MK 43)
d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara teratur
dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntik, ibu tidak hamil, maka
suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai
haid berikutnya datang.

e. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi jenis lain dan iangin


menggantinya dengan kontrasepsi suntikan yang lain, dimulai pada saat
jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
f. Ibu tidak haid atau ibu dengan pendarahan tidak teratur, suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat asal saja ibu tersebut tidak hamil dan selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
g. Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal, suntikan
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid
atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ketujuh siklus haid asal ibu
tersebut tidak hamil (Prawirohardjo, 2006 : MK 43).

11. Tempat Pelayanan


a. Rumah sakit / rumah sakit bersalin / rumah bersalin
b. Puskesmas / balai kesehatan masyarakat / poliklinik swasta / poliklinik
pemerintah
c. Poliklinik keliling
d. Dokter / bidan praktek swasta (Harnawatiaj, 2008 http://puskesmasokde.blogspot.com).
B. Berat Badan
1. Pengertian Berat Badan
Berat badan ideal adalah berat badan untuk tinggi badan tertentu yang
secara statistik dianggap paling baik untuk menjamin kesehatan dan umur
panjang. Penilaian berat badan harus mempertimbangkan tinggi badan, bentuk
kerangka, biasanya kerangka perempuan Indonesia termasuk kecil, proporsi
lemak, otot, tulang dan adanya berat badan patologis karena oedema atau penyakit

lain. Pengukuran berat badan dilakukan sebelum makan tanpa sepatu dan pakaian
minimal (Depkes RI, 1978 : 130).
2. Perubahan Berat Badan
Salah satu indikator untuk menentukan apakah berat badan seseorang
termasuk dibawah atau diatas normal adalah dengan menghitung indeks massa
tubuh (Body Mass Index / BMI).
Cara menghitung BMI :
BMI

BB (kg)
TB 2 (m)

Keterangan :
BB

: Berat Badan (Kg)

TB

: Tinggi Badan (m)

Nilai Standar BMI :


<18,5

= berat badan kurang (underweight)

18,5 22,9

= berat badan normal

23,0 24,9

= berat badan lebih (overweight)

25,0 29,9

= obesitas derajat I

> 30,0

= obesitas derajat II

Body Mass Index (BMI) bukan tolak ukur mutlak pada anak anak di
masa pertumbuhan, perempuan hamil dan mereka yang sangat berotot seperti
atlet.

Definisi

gemuk

sangat

bervariasi

tergantung

bagaimana

kita

memandangnya, namun secara umum kegemukan adalah kelebihan lemak tubuh


yang dialami oleh seseorang secara kronis. Pada kondisi normal, lemak tubuh
berfungsi sebagai cadangan energi, mengatur suhu tubuh dan pelindung dari

trauma. Secara ideal tubuh seorang perempuan terdiri dari 25 30% lemak, bila
lemak tubuh melebihi 30% maka orang tersebut sudah bisa dikatagorikan gemuk.
Masalah berat badan merupakan masalah yang sering dipertanyakan oleh pasien
yang sedang mengalami kegemukan. Menjadi gemuk merupakan mimpi bagi
mereka yang sangat memperhatikan penampilan, kegemukan akan menguras
kepercayan diri seseorang (obesitas, 2008 http://www.klikdokter.com/article/detail/704).
Kegemukan dapat memicu timbulnya beberapa penyakit kronis yang
serius seperti:
a. Resistensi Insulain
Insulin dalam tubuh berguna untuk menghantarkan glukosa sebagai bahan
bakar pembentukan energi didalam sel. Dengan memindahkan glukosa ke dalam
sel maka insulin akan menjaga kadar gula darah ketingkat normal. Pada orang
gemuk terjadi penumpukan lemak yang tinggi didalam tubuhnya, sementara
lemak sangat resisten terhadap insulin sehingga untuk menghantarkan glukosa ke
dalam sel lemak dan menjaga kadar gula dalm darah tetap normal, pankreas
sebagai pabrik insulin memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak. Lama
kelamaan pankreas tidak sanggup memproduksi insulin dalam jumlah besar
sehingga kadar gula darah berangsur naik dan terjadi Diabetes Melitus (DM)
b. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Hipertensi sangat umum terjadi pada orang gemuk. Para peneliti di
Norwegia menyebutkan bahwa peningkatan tekanan darah pada perempuan
gemuk lebih mudah terjadi jika dibandingkan dengan laki-laki gemuk.
Peningkatan tekanan darah juga mudah terjadi pada orang gemuk tipe apel

(central obesity, konsentrasi lemak pada perut) bila dibanding dengan mereka
yang gemuk tipe buah pear (konsentrasi lemak pada pinggul dan paha)
c. Peningkatan Kadar Kolesterol (hypercholesterolemia)
d. Stroke
e. Serangan Jantung
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa resiko terkena penyakit jantung
koroner pada orang gemuk tiga sanpai empat kali lebih tinggi bila dibanding
dengan orang normal. Setiap peningkatan 1 kg berat badan terjadi peningkatan
kematian akibat penyakit jantung koroner sebanyak 1%.
f. Gagal Jantung
g. Kanker
h. Batu Empedu
i. Radang Sendi
j. Osteoporosis
k. Gangguan Tidur. (kegemukan, 2008 http://www.medisiana. com/
viewtopic.php).

3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan


a. Keturunan (Genetik)
Seorang anak mempunyai kecenderungan menjadi gemuk jika kedua orang
tuanya gemuk. Genetik dapat mempengaruhi fungsi hormon yang mengatur
perlemakan

tubuh

(kegemukan,

2008

http://www.medisiana.

com/

viewtopic.php). Peluang seorang anak untuk mengalami obesitas adalah 10%,


meskipun berat badan orang tua dalam kategori normal. Bila salah satu orang tua

obesitas peluang menjadi 40% dan kalau kedua orang tua obesitas peluang anak
meningkat sebesar 80% (Khomson, 2003 : 90).

b. Terlalu Banyak Makan


Terlalu banyak makan akan menyebabkan penambahan berat badan
terutama jika makanan yang dikonsumsi banyak mengandung lemak dan gula
seperti makanan siap saji, makanan yang digoreng dan manisan (kegemukan,
2008 http://www.medisiana.com/ viewtopic.php)

c. Konsumsi Makanan yang Mengandung Karbohidrat Sederhana


Para ahli berpendapat, karbohidrat sederhana seperti gula, fruktosa, soft
drink, bir dan anggur akan menyebabkan penambahan berat badan karena
karbohidrat jenis ini lebih mudah diserap oleh tubuh (kegemukan, 2008
http://www.medisiana.com/ viewtopic.php)
d. Frekuensi Makan
Hubungan frekuensi makan dan penambahan berat badan masih
kontroversial. Para ahli menyebutkan bahwa orang yang makan dalam jumlah
sedikit dengan frekuensi 4 5 kali sehari memiliki kadar kolesterol dan kadar
gula darah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan mereka yang frekuensi
makannya kurang dari itu (kegemukan, 2008 http://www.medisiana.com/
viewtopic.php). Orang obesitas kurang sensitif terhadap rasa lapar (internal) tapi
mereka lebih peka terhadap bau dan rasa lapar (eksternal), mereka cenderung
untuk makan terus selama dihadapannya tersedia makanan (Khomson, 2003 : 90).
e. Metabolisme yang Lambat
Perempuan memiliki massa otot yang lebih kecil dari laki laki. Otot
membakar kalori lebih banyak dari jaringan tubuh yang lain, sehingga

metabolisme pada perempuan jauh lebih lambat dari pada laki laki. Hal ini akan
menyebabkan perempuan mempunyai kecenderungan lebih mudah gemuk jika
dibandingkan dengan laki laki (kegemukan, 2008 http://www.medisiana.
com/ viewtopic.php)

f. Kurangnya Aktifitas Fisik


Orang yang aktif beraktifitas akan membakar kalori lebih banyak jika
dibandingkan dengan mereka yang bermalas mamalasan. Keseimbangan antara
asupan kalori dengan pengeluaran energi akan menjadi keseimbangan berat badan
seseorang. Jika seseorang memakan banyak kalori sementara pembakarannya
menjadi energi kurang maka cadangan kalori akan disimpan dalam bentuk lemak
yang akan membuat berat badan seseorang meningkat. Tingginya konsumsi kalori
tanpa dibarengi oleh aktifitas fisik yang memadai akan menyebabkan kegemukan
(kegemukan, 2008 http://www.medisiana.com/ viewtopic.php). Aktivitas yang
melibatkan gerakan yang banyak dari otot-otot besar mempromosikan kehilangan
lemak sambil mempertahankan masa otot sehingga harus melakukan olahraga
seperti jogging, angkat besi, dansa aerobik, berenang, tenis, golf, atau olah raga
lainnya 3 kali dalam seminggu(Moore, 1997: 355).

g. Faktor Psikologis
Pada beberapa orang, emosi mempengaruhi kebiasan makan. Ada orang
yang tiba tiba ingin makan banyak saat sedang emosi. Padahal bila nantinya
berat badan meningkat akan menimbulkan masalah psikologi lainnya.
(Kegemukan, 2008 http://www.medisiana.com/viewtopic.php). Seseorang yang
sedih akan memisahkan diri dari lingkungan sehingga timbul rasa lapar yang
berlebih sebagai konpensasi terhadap masalahnya (Pudjiadi, 1997 : 144).

h. Obat Obatan
Beberapa obat yang berhubungan dengan penambahan berat badan antara
lain, obat anti depresi, obat anti kejang, obat obatan Diabetes Melitus, beberapa
obat penurun tekanan darah dan kontrasepsi. Kontrasepsi suntik Depo Medroksi
Progesteron Asetat (DMPA) mengandung hormon progesteron. Hormon ini
mempermudah perubahan karbonhidrat menjadi lemah sehingga efek samping
dari penggunaan kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)
adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan bertambah.
(kegemukan, 2008 http://www.medisiana.com/ viewtopic.php)

C. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan kepustakaan di atas, dapat dibuat kerangka teori
sebagai berikut :
Keturunan (Genetik)
Terlalu banyak makan
Konsumsi makanan yang
mengandung kardohirat
sederhana
Frekuensi makan
Metabolisme lambat
Kurangnya aktifitas fisik
Faktor psikologis
Obat obatan / hormon dalam
kontrsepsi suntik

Kenaikan
Berat Badan

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian


Sumber : (Kegemukan, 2008; Khomson, 2003; Pudjiadi, 1997)

D. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu dengan konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2005 : 43).
Kerangka konsep yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Akseptor Kontrasepsi
Suntik DMPA

Kenaikan
Berat Badan

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian


E. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan untuk suatu pengertian tertentu, misalnya umur, jenis
kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan,
penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005 : 70). Variabel diartikan sebagai
konsep yang mempunyai variabilitas (Pratiknya, 2003 : 30). Variabel adalah objek
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006 :
116). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal, yaitu
kenaikan berat badan akseptor kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron
Asetat (DMPA).

F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pada variabel variabel yang akan
diamati/diteliti atau membatasi ruang lingkup untuk mengarahkan pada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel variabel yang bersangkutan dan
pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoatmodjo, 2005 : 46).
TABEL 1

Metabolis
Faktor
me
psikologis
lambat

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL YANG DIAMATI


No
1

Variabel
kenaikan
berat badan
akseptor
kontrasepsi
suntik
DMPA.

No

Variabel

Rata-rata
kenaikan
berat badan
akseptor
kontrasepsi
suntik DMPA

Definisi
Operasional
Perubahan berat
badan akseptor
yang mendapat
suntikan Depo
Medroksi
Progesteron Asetat
(DMPA) yang
diberikan setiap 3
bulan sekali secara
IM.

Definisi
Operasional
Rata-rata kenaikan
berat badan
akseptor yang
mendapat suntikan
Depo Medroksi
Progesteron Asetat
(DMPA) yang
diberikan setiap 3
bulan sekali.

Cara ukur
Wawancara
langsung
Menimbang
berat badan

Cara ukur
Wawancara
langsung
Menimbang
Berat
Badan

Alat Ukur
Kuesioner
Lembar
Observasi
Timbangan BB

Alat Ukur
Kuesioner
Lembar
Observasi
Timbangan BB

Hasil
Ukur
Naik
Tidak naik

Hasil Ukur
Berat Badan
dalam Kg

Skala
Ukur
Ordinal

Skala
Ukur
Rasio

Anda mungkin juga menyukai