Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik
mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi)
dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik
untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah
yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan
bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah
berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi
guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang
berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab
seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya.
Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau terpelajar, akan
tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya berbudaya. Maka mengingat
pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan mereka untuk
menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka menjadi manusia dalam artian manusia
berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya.
Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi
melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga
berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok
yaitu :
1. Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu
menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur
pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat dianggap
sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan kalau dia
tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa seseorang yang
menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar
bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang
menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan
diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi guru.
2. Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat
diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek
manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai
pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar
kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum.
3. Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan
satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara
ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa perlu
pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada
istilah yang populer di dalam masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter
yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar dan
pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan pemagangan. Karena art tidak
dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk kedokteran. Segala sesuatu yang kita
anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak
dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif
mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan
memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang
satu lebih berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.
PERAN GURU
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2)
model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat
setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugastugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan
(supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi
patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugastugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani,
bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan,
pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga,
pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan
anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang
dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka
dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang
tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah
Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus
memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti
persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi
dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg
jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga
anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan
negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan
pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan
dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan
jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan
yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan
maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat
membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya.
Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan
insidental.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat
berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat
mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga
sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru
dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar
mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti
membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang
berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.