Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Tanaman

bawang

merah

dapat

diklasifikasikan

sebagai

berikut

Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class:


Monocotyledoneae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species:
Allium ascalonicum L. (Tjitrosoepomo, 2005).
Bawang merah Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan
bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 30 cm di dalam tanah
(http://www.lablink.or.id, 2010).
Daun pada bawang merah hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk
bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya
meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak
(Tim Bina Karya Tani, 2008).
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya
antara 30 90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 200 kuntum bunga yang
tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri
atas 5 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau
atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga.
Bunga bawang merupakan bunga sempurna (hermaprodite) dan dapat menyerbuk
sendiri atau silang (http://www.lablink.or.id, 2010).
Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang bombay, tetapi
ukurannya lebih kecil. Perbedaan yang lain adalah umbinya, yang berbentuk
seperti buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang secara

Universitas Sumatera Utara

berkelompok di pangkal tanaman. Kelompok ini dapat terdiri dari beberapa


hingga 15 umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan
fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki Fase vegetatif setelah
berumur 11- 35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat
tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang
disebut fase pembentukan umbi ( 36 50 hst ) dan fase pematangan umbi
( 51- 65 hst ) (http://infokebun.wordpress.com, 2009).
Syarat Tumbuh
Iklim
Angin merupakan faktor iklim yang juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman bawang merah. Sistem perakaran tanaman bawang merah
yang sangat dangkal dan angin kencang yang berhembus terus menerus secara
langsung dapat menyebabkan kerusakan tanaman, terutama tanaman sering roboh
(Tim Bina Karya Tani, 2008).
Tanaman bawang merah membutuhkan suhu antara 20-260 C dan lama
penyinaran 11 jam, tetapi biasanya tanaman bawang merah menyukai temperatur
yang lebih rendah (Siemonsma and Pileuk, 1994).
Tanaman bawang merah yang ditanam pada daerah yang tidak cukup
mendapat sinar matahari, sering berkabut atau tempat yang terlindungi oleh
pepohonan, maka pembentukan umbinya tidak sempurna sehingga mengakibatkan
ukuran umbinya kecil-kecil (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Tanah

Universitas Sumatera Utara

Tanaman bawang merah menghendaki tanah gembur subur dengan


drainase baik. Tanah berpasir memperbaiki perkembangan umbinya. PH tanah
yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5-6,5 sedangkan temperatur cukup panas
25-320 C (Ashari, 1995).
Persyaratan tanah untuk bawang merah adalah subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik yakitu lempung berpasir
atau lempung berdebu, pH tanah 5,5 6,5 dan drainase serta aerasi tanah baik
(http://sultra.litbang.deptan.go.id, 2010).
Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dengan pH
lebih dari 5,6 dan menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 %
penanaman dilakukan pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah
membutuhkan banyak air tetapi kondisi yang basah menyebabkan penyakit busuk
(Siemonsma and Pileuk, 1994).
Pupuk
Kondisi kandungan C organik pada lahan pertanian (sawah dan kering)
sangat rendah (rata-rata < 2 %) Hal ini disebabkan lahan lahan yang dikelola
secara intensif tanpa memperhatikan kelestarian kesehatan tanah ( tanpa usaha
pengembalian bahan organik ke tanah). Hal ini menjadi salah satu sebab
terjadinya pelandaian produktifitas meskipun jenis dan dosis pupuk kimia
ditingkatkan, karena tanah telah menjadi sakit. Karena tanah sudah sakit maka kita
perlu memperbaiki kesuburan tanah dengan menambah C organik dengan
menggunakan pupuk organik hingga tanah kembali normal. Dengan menggunakan
pupuk organik dan mengurangi pupuk kimia atau bahkan sama sekali tidak
menggunakan pupuk kimia kita memperoleh manfaat jangka panjang untuk

Universitas Sumatera Utara

menjaga kelestarian kesuburan tanah dan meningkatkan produksi pertanian


(http://id.shvoong.com/exact-sciences/1902608-pupuk-organik, 2009).
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai,
contohnya adalah pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk anorganik adalah
jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia
sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi, contohnya adalah
Urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2005).
Pupuk kandang yang baik digunakan adalah pupuk kandang matang yang
telah terfermentasi dengan baik. Tandanya warna cenderung kehitaman, dan
teksturnya lebih remah dibanding pupuk kandang mentah. Pupuk kandang yang
banyak digunakan umumnya adalah pupuk kandang kambing, karena disamping
mengandung unsur nitrogen yang cukup dan bentuknya yang berupa butiran
membuat pupuk kandang kambing lebih awet dan tidak mudah hancur apabila
terkena siraman air. Kekurangan pupuk kandang adalah apabila tidak disterilisasi
dengan baik, maka pupuk kandang cenderung mengandung bibit penyakit dan
hama bagi tanaman. Selain itu penggunaan pupuk kandang secara berlebihan
sering membuat tampilan keseluruhan tanaman dan pot menjadi kurang indah
(http://www.emirgarden.com/komponen-media-tanam.html, 2009).
Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan produksi
pertanian. Hal ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air sehingga unsur hara
akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar. Selain itu unsur mikro yang
tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk kandang misalnya

Universitas Sumatera Utara

S, Mn, Co, Br dan sebagainya. Pupuk kandang juga banyak mengandung


mikroorganisme yang dapat membantu pembentukan humus di dalam tanah dan
mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman (Hanum, 2008).
ABG Daun (ABG-D) adalah pupuk dasar yang digunakan pada fase
vegetatif (masa pertumbuhan) tanaman agar tanaman cepat tumbuh dan
berkembang serta memiliki perakaran yang baik. Dengan perakaran yang baik,
maka perkembangan tanaman akan baik. Manfaat pupuk ABG Daun adalah
sebagai berikut meningkatkan efisiensi pupuk dasar, memperbesar ukuran daun,
memperpanjang umur produktif daun, memperpanjang umur produktif tanaman,
menekan perkembangbiakan penyakit, bakteri antagonistik yang ada di dalam
ABG Daun dapat meningkatkan dominasi bakteri menguntungkan pada daerah
perakaran dan daun, sehingga dominasi mikroorganisme merugikan perlahan akan
tersingkir. Adapun komposisi yang terdapat pada pupuk ABG Daun (ABG-D)
adalah C-org 6%, N 14 %, P2O5 6%, K2O 8%, CaO 0,5%, MgO 0,8%, S 1%,
unsur hara mikro (B, Fe, Zn, Mn, Mo, Cu, Cl), asam amino, senyawa bio aktif
(auksin,

sitokinin,

giberelin),

mikroba

menguntungkan

bagi

tanaman

(http://www.abgorganik.wordpress.com, 2009).
ABG Bunga dan Buah adalah pupuk cair organik yang di formulasi khusus
untuk fase generatif pertumbuhan tanaman dengan tujuan memaksimalkan
pertumbuhan bunga, proses perubahan bunga menjadi buah dan pembesaran buah.
ABG Bunga Buah diformulasi karena selain memiliki kandungan K dan P yang
lebih besar dibandingkan ABG daun juga mengandung hormon pertumbuhan
bunga dan buah. Pupuk ABG Bunga Buah memiliki kandungan 6% C organik,
8% P2O5, 14% K2O, 1% CaO, 0,8 % MgO, 1% S dan hara mikro (B, Fe, Zn,

Universitas Sumatera Utara

MN, Mo, CU) serta asam-asam amino, asam humat dan senyawa bioaktif (GA3
800 ppm) (http://www.abgorganik.wordpress.com, 2009).
Varietas
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh
setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia dan lain-lain) yang nyata untuk
usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang
dapat dibedakan dari yang lainnya (Mangoendidjojo, 2003).
Ada dua macam perbedaan antara individu organisme : (1) Perbedaan
yang ditentukan oleh keadaan luar yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan,
(2) Perbedaan yang dibawa sejak lahir yaitu yang dapat ditelusuri dari kebakaan.
Suatu fenotipe (penampilan dan cara fungsinya) individu merupakan hasil
interaksi antara genotipe (warisan alam) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas
dari suatu fenotipe tertentu tidak dapat ditentukan oleh perbedaan fenotipe atau
lingkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotipe antara yang terpisahkan itu
disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau keduanya (Loveless, 1989).
Pada umumnya tanaman memiliki perbedaan fenotipe dan genotipe yang
sama. Perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaan sifat dalam
tanaman. Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat dalam tanaman
(genetik) atau perbedaan lingkungan kedua-duanya. Perbedaan susunan genetik
merupakan suatu untaian susunan genetik yang akan diekspresikan pada satu atau
keseluruhan fase pertumbuhan

yang berbeda dan dapat diekspresikan pada

berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman dan akhirnya
menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul


menerima respons terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek
budidaya lainnya. Semua kombinasi input ini penting dalam mencapai
produktivitas tinggi (Nasir, 2002).
Heritabilitas
Nilai heritabilitas suatu sifat tergantung pada tindak gen yang
mengendalikan gen tersebut. Jika heritabilitas dalam arti sempit suatu sifat
bernilai tinggi, maka sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen aditif pada kadar
yang tinggi. Sebaliknya jika heritabilitas dalam arti sempit bernilai rendah, maka
sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen bukan aditif (dominan dan epistasis)
pada kadar yang tinggi. Heritabilitas akan bermakna jika varians genetik
didominasi oleh varians aditif karena pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan
dari tetua kepada progeninya (Suprapto dan Khairuddin, 2007).
Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagian
pengaruh genetik dari penampakan fenotip yang dapat diwariskan dari tetua
kepada turunannya. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa variabilitas genetik
besar dan variabilitas lingkungan kecil. Dengan makin besarnya komponen
lingkungan, heritabilitas makin kecil (Crowder, 1997).
Heritabilitas juga merupakan parameter yang digunakan untuk seleksi
pada lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu
karakter lebih dipengaruhi faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai
heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan
dibandingkan faktor lingkungan. Sifat yang mempunyai heritabilitas tinggi maka
sifat tersebut akan mudah diwariskan pada keturunan berikutnya (Alnopri, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi


genotipe dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang
penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini
diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang
disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti
yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis.
Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh
variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila
seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas
akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai