Anda di halaman 1dari 11

Garis-Garis Besar Pokok Pengajaran

Ilmu Perundang-undangan
Bagian HTN
FH Unpad

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN


(GBPP)
MATA KULIAH
KODE MATA KULIAH
KREDIT
SEMESTER
PENANGGUNGJAWAB MATA KULIAH

:
:
:
:
:

DESKRIPSI SINGKAT

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)

ILMU PERUNDANG-UNDANGAN
.
2 SKS (2 - 0)
4 (empat)/Genap
Bagir Manan, Rukmana Amanwinata, Kuntana Magnar, Rosjidi
Ranggawidjaja, I Gde Pantja Astawa, Indra Perwira, Ali Abdurahman, Agus
Kusnadi, Susi Dwi Haryanti, Hernadi Affandi, Miranda Risang Ayu, Inna
Junaenah, Rahayu Prasetianingsih.
Pemahaman mengenai dasar-dasar yang berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan, sistem perundang-undangan, serta teori dan asasasas dalam perundang-undangan
Setelah menyelesaikan mata kuliah ilmu perundang-undangan, mahasiswa
diharapkan dapat menjelaskan mengenai teori dan prinsip-prinsip peraturan
perundang-undangan.

NO.
1.

2.

3.

TUJUAN
INSTRUKSIONAL
KHUSUS
Mengetahui pokokpokok bahasan dan
sistem evaluasi mata
kuliah.
Menjelaskan secara
tepat istilah dan
batasan Ilmu
Perundang-undangan;
Pengertian hukum,
undang-undang, dan
peraturan perundangundangan

Menjelaskan peranan

POKOK
BAHASAN

SUB POKOK BAHASAN

WAKTU

Pendahuluan

Pengisian kuesioner, penyampaian


kontrak belajar, GBPP, SAP, deskripsi
singkat perkuliahan

100

Peristilahan dan
batasan
beberapa istilah
dan pengertian

1.
2.

200

Ciri-ciri
peraturan
perundangundangan
Tempat

Ilmu Perundang-undangan
Perundangan, Perundangundangan, Peraturan Perundangundangan, Peraturan Negara
3. Beschikking, beleidsregel,
pseudowetgeving, wettelijke regels,
(contoh yang bisa diberikan mengenai
instruksi presiden seharusnya masuk
dalam kriteria final, individual, konkrit)
4. Pengertian istilah hukum
5. Pengertian peraturan perundangundangan
6. Pengertian berdasarkan jenis peraturan
perundang-undangan berdasarkan
sejarah peraturan perundangundangan (sejarah peristilahan yang
dipergunakan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan di
Indonesia).
7. Pengertian undang-undang: wet in
materiele zin dan wet in formele zin

DAFTAR PUSTAKA

B I, Bab I, hlm 1-4;


B II, Bab II, hlm 13;
B VI, Bab I, hlm 1-3;
B VII, Bab II, hlm 13-20
B VIII, Bab V, hlm 71-73;
B X, Bab VIII, hlm 324-327

B IV, Bab III, hlm. 138-143,


157-175, 248-257,

Istilah: keputusan, (ke) putusan,


putusan
contoh2: beschikking dan regeling
1. Sistem hukum Eropa Kontinental

200

B I,Bab II, hlm 5-12;


3

dan kedudukan
peraturan perundangundangan dalam
sistem hukum
4.

5.

Menjelaskan dengan
tepat landasan
pembentukan
peraturan perundangundangan yang baik

Menjelaskan secara
tepat beberapa asas
dalam peraturan
perundang-undangan

peraturanperundangundangan
dalam sistem
hukum

2. Sistem hukum Anglo Saxon


3. Sistem Hukum di Indonesia
4. Kekurangan dan kelebihan peraturan
perundang-undangan dibandingkan
dengan peraturan hukum lainnya
(hukum tidak tertulis, yurisprudensi).
Landasan
1. Yuridis
peraturan
2. Sosiologis
perundang3. Filosofis
undangan yang 4. pembentukan peraturan perundangbaik
undangan
a. Prolegnas/prolegda
b. partisipasi masyarakat
5. Teknik Perancangan
a. Naskah akademik
b. Kerangka peraturan perundangundangan
c. Format peraturan perundangundangan*
Format Diktum persetujuan
bersama DPR;
Format UU yang melibatkan
DPD (misal: UU yang memuat
materi-materi Otonomi Daerah,
UU APBN, Pajak, dll)
fungsi peraturan fungsi internal
perundangfungsi eksternal
undangan
Asas-asas
1. Asas Formal
peraturan
(Dasar kewenangan: Atribusi, Delegasi
perundangDelegasi pembentukan peraturan
undangan
perundang-undangan delegated
legislation )
2. Asas Material

B II, Bab II, hlm 13-20


B VII, Bab III, hlm 3034,40

200

B I, Bab III, hlm 13-18,


Bab V, hlm 63-74;
B II, Bab III, hlm 49-77
B VI, Bab I, hlm 6-9;
B VII, Bab V, hlm 43-46;,
B XII, Bab XI, hlm 113-120
B XIII, Bab I, hlm 5- 8

100

B I,Bab III, hlm 19-20;


B VII,Bab IV, hlm 3639,Bab V, hlm 47-62;
B IV Bab IV hlm. 209-210

3. Asas-asas dalam hukum positif


6.

9.

Menjelaskan secara
tepat lingkungan
berlakunya peraturan
perundang-undang

Lingkungan
Berlakunya
peraturan
perundangundang
Menjelaskan dengan
Tata Urutan,
tepat tata urutan, jenis Jenis Peraturan
dan materi muatan
Perundangperaturan perundang- Undangan
undangan
dan Materi
Muatan

1.
2.
3.
4.

Subjek
Tempo
Tempat
Objek

1. Ketetapan MPRS Nomor XX/ MPRS /


1966
2. Ketetapan MPR Nomor III/ MPR /2000
3. Aturan Tambahan Pasal 1 Perubahan
UUD 1945, Ketetapan MPR No.
I/MPR/2003, UU Nomor 11 Tahun 2011
Pembentukan Peraturan PerundangUndangan
4. Peraturan perundang-undangan dalam
praktik termasuk UUDS, konstitusi RIS
Peristilahan (penpres, maklumat,
dekrit, qanun, perdasus, perdasi,
dll)
Peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh lembaga negara
lain (kedudukannya) ditempatkan
sejajar dengan PP (sama dengan
pengaturan pemerintahan)
Trend mengenai Self regulation
(misal: kode etik)
5. Materi Muatan
UU
Perpu
Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden,
Peraturan Daerah
Peraturan Desa

100

B VII, Bab V, hlm 49-52


B VIII, Bab V, hlm 74-77;
B XII, Bab XI, hlm 119-120

200

B I, Bab IV, hlm 21-62;


B VII, Bab III, hlm 2129,41-42;Bab VI, hlm 5367, Bab VII, hlm 68-99;
B XI, Bab VII, hlm 307314,344-359;
B XII, Bab II, hlm 21-36.
B IV Bab IV hlm. 177-205,
Bab III, hlm 105-113

Contoh Kasus:
Kasus Perda Indramayu tentang
pajak bahan bakar dibatalkan oleh
mendagri (dengan Peraturan Menteri)
diuji ke MA dan oleh MA
dikabulkan.
PP Binawas seharusnya
pembatalan perda dalam rangka
binawas dalam bentuk Perpres tapi
dalam pelaksanaannya dilakukan
dengan Peraturan menteri.
Pasal 136 ayat (1) UU 32/2004
perda ditetapkan oleh kepala daerah
setelah mendapat persetujuan
DPRD ;
Pasal 1 angka 7 UU 10/2004 perda
adalah peraturan perundangundangan yang dibentuk oleh DPRD
dengan persetujuan bersama kepala
daerah.
Jenis peraturan
perundangundangan
Bentuk
peraturan
perundangundangan di
tingkat pusat
dan daerah
(highlight,
ditekankan
pada peraturan

Jenis peraturan perundang-undangan


yang pernah berlaku di Indonesia
Jenis peraturan perundang-undangan
berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004
Pusat:
a. UUD;
b. tap MPR
c. UU/Perpu
d. PP
e. Perpres
lokal:
a. perda prov
6

perundangb. perda kokab


undangan pusat c. perdes
dan Peraturan
Daerah, untuk
Peraturan Desa
di sebutkan tapi
akan dibahas
lebih lanjut
pada
perkuliahan
Pemda)
6.

Menjelaskan secara
tepat lingkungan
berlakunya peraturan
perundang-undang

7.

Menjelaskan secara
tepat mengenai daya
laku dan kekuatan
mengikat peraturan
perundang-undangan

8.

Menjelaskan secara

Lingkungan
Berlakunya
peraturan
perundangundang
Kekuatan
Mengikat
Peraturan
Perundangundangan

Berakhirnya

1.
2.
3.
4.

Subjek
Tempo
Tempat
Objek

100

B VII, Bab V, hlm 49-52


B VIII, Bab V, hlm 74-77;
B XII, Bab XI, hlm 119-120

1. Pengesahan
Makna disahkan dan
penandatanganan oleh Presiden;
UU yang tidak disahkan oleh
Presiden dan akibatnya.
2. Pengundangan
Teori fictie
Daya laku dan daya ikat
3. Pengumuman
4. Lembaran negara
5. Tambahan lembaran negara
6. Berita negara
7. Tambahan berita negara
8. Lembaran daerah
9. Berita daerah

100

B VI, Bab V, hlm 90-109;


B VII,Bab VII, hlm 90-99

1. Perubahan (UU 12/2011)

100

B I, Bab IV, hlm 22-23


7

10.

tepat tentang
Berakhirnya Peraturan
Perundang-Undangan

Peraturan
PerundangUndangan

Menjelaskan dengan
tepat tentang Hak Uji
Materil terhadap
peraturan perundangundangan

pengujian
peraturan
perundangundangan

2. Pembatalan
kasus: pembatalan perda ( Pasal 37
ayat (4) dan (5), Pasal 38 PP
79/2005 ttg Binawas)
yang dimaksud dengan
bertentangan dengan kepentingan
umum Penjelasan Pasal 136 ayat
(4) UU 32/2004
3. Pencabutan
4. Masa berlakunya habis
5. Judicial review/toetsingsrecht
6. Lex posteriori derogat lex priori
Contoh kasus:
Pengaturan mengenai RPJMN/D , UU
sisprenas No. 25 Tahun 2004, RPJMN
dengan perpres, RPJMD dengan
Perkada
Dalam UU 23 Tahun 2004 RPJMD
dibentuk dengan Perda. (berlaku asas
lex posteriori derogat lex priori)
1. Pengertian-pengertian (constitutional
100
review, judicial review, legislative
review)
2. Akibat hukum (batal demi hukum
dapat dibatalkan (peristilahan dalam
praktek)
contoh-contoh konkrit
3. Pengertian hak uji materil
4. Sejarah hak uji materil
5. kewenangan menguji dan jenis
peraturan yang diuji

B VII, Bab V, hlm 110-112

B VII, BAb VII, hlm 100123;


B IX, Bab II, hlm 21-35
B X, Bab I, hlm 1-10

berdasarkan lembaga yang berwenang


menguji:
pengujian eksekutif (administrative),
8

legislatif (political rev) dan judicial review


Daftar Bacaan:
A. Buku (B)
I. Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-Undangan Indonesia, Ind-HILL.Co, 1992.
II. Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Peranan Peraturan Perundang-undangan dalam Pembinaan Hukum Nasional, Armico,
Bandung, 1987.
III. Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi,
IV. Bagir Manan & Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia,
V. Bagir Manan & Kuntana Magnar, Peraturan Perundang-undangan di Daerah
VI. M. Solly Lubis, Landasan dan Teknik Perundang-undangan, Mandar Maju, Bandung, 1995
VII. Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia, Edisi Revisi, PSKN FH Unpad, Bandung, 2010
VIII. Achmad Sanusi, Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia, Tarsito, Bandung, 1984.
IX. Fatkhurohman (et al), Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi di Indonesia, Cipta Aditya, Bandung, 2004
X. Jimly Asshiddiqie, Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara, Konstitusi Press, Jakarta, 2005
XI. _____________, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta, 2005
XII. _____________, Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,
XIII. Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan, Jilid 1 dan 2,
XIV. Purnadi Purbacaraka, Soerjono Soekanto, Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung, 1979
XV. Seidman, Ann (et al), (terjemahan Johanes Usfunan, dkk), Penyusunan Rancangan Undang-Undang Dalam Perubahan
Masyarakat Yang Demokratis: Suatu Panduan Untuk Pembuat Rancangan Undang-Undang, ELIPS, Jakarta, Edisi 2, 2002
XVI. HAS Natabaya, Sistem Perundang-undangan Indonesia,
XVII. Kusnu Gusniardi, Harmonisasi peraturan perundang-undangan
XVIII. Satjipto Rahajo, Ilmu Hukum,
XIX. Kath Hall, Legislation, LexisNexis Butterworths, 2002
B. Peraturan Perundang-undangan
UUD NRI Tahun 1945
UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan
UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah beserta Perubahannya.
Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung yang terkait dengan Pengujian peraturan perundang-undangan
Contoh-contoh peraturan perundang-undangan (Qanun, Perdasus, Perdasi, Perdes, Perda bernuansa syariah, dll)
9

Catatan:
Tambahan materi mengenai perubahan peraturan perundang-undangan pasca judicial review
1. Kasus pembatalan izin pengelolaan Gn Tangkubanparahu izin dari menteri kehutanan (karena tidak ada rekomendasi dari
gubernur)
2. Perda Indramayu tentang pajak bahan bakar kasus indramayu perda tersebut dibatalkan oleh mendagri (dengan Peraturan
Menteri) diuji ke MA dan oleh MA dikabulkan.
3. PP Binawas seharusnya pembatalan perda dalam rangka binawas dalam bentuk Perpres tapi dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan Peraturan menteri.
4. kasus pengaturan mengenai RPJMN/D , UU sisprenas No. 25 th 2004
RPJMN dengan perpres, RPJMD dengan Perkada
Dalam UU 23/2004 RPJMD dibentuk dengan Perda. (berlaku asas lex posteriori derogat lex priori)
5. pasal 136 ayat (1) UU 32/2004 perda ditetapkan oleh kpala daerah seteah mendpat persetujuan DPRD ;
pasal 1 angka 7 UU 10/2004 perda adalah peraturan perundang-undangan yng dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan
bersama kepala daerah.
6. pasal 22 UUD 1945
(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai
pengganti undangundang.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang
berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.
Pasal 25 UU 10/2004
(3) Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ditolak Dewan Perwakilan Rakyat, maka
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut tidak berlaku.
(4) Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ditolak Dewan Perwakilan Rakyat, maka
Presiden mengajukan rancangan undang-undang tentang pencabutan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang tersebut yang dapat mengatur pula segala akibat dari penolakan tersebut.
7. peristilahan: keputusan, (ke) putusan, putusan
putusan bisa bersifat mengatur maupun penetapan
keputusan bersifat penetapan sedangkan yang bersifat mengatur dengan istilah peraturan.
Sejarah Peristilahan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia
10

Dalam UUD 1945 tidak ada beberapa peristilahan tapi dalam praktek ada istilah2 lain apakah sah atau tidak?
Dasar pengesahannya bisa dilandaskan pada dasar dari kewenangan lembaga untuk membentuknya untuk membentuk suatu
putusan, misal: penetapan presiden.
Istilah Maklumat wakil presiden
8. * format diktum catatan Pa Kuntana: Diktum dimulai dengan nama lembaga DPR untuk UU dan DPRD untuk Perda
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMORTAHUN...
TENTANG
PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NOMORTAHUN
TENTANG... MENJADI UNDANG-UNDANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa;
b. bahwa;
c. dan seterusnya;
Mengingat:

1. ;
2. ;
3. dan seterusnya;
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Dengan Persetujuan Bersama
PRESIDEN REPUBLIK INDONIESIA
MEMUTUSKAN:

9. terdapat beberapa undang-undang yang diharuskan melibatkan DPD sehingga DPD juga harus dicantumkan dalam format
peraturan perundang-undangan; (misal UU mengenai materi2 otda, UU APBN, pajak, dll)
10. kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan dibahas dalam perkuliahan HTN dan HTLN;
catatan dari Lokakarya di Sari Ater :
1. Sejarah hirarki peraturan perundang-undangan di Indonesia.
2. UU No. 10 Tahun 2004 dengan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
3. Perda dibedakan ada perda provinsi dan kota kabupaten yang sudah dibuat hirarkis.
11

Anda mungkin juga menyukai