Anda di halaman 1dari 3

Polusi di Jakarta: Perlukah kita berfikir ulang

untuk tinggal di Jakarta ?

Penggunaan Bahan Bakar Ramah Lingkungan(MPKT-B 29; HG 3)


Penggunaan Bahan
Bakar Ramah
Lingkungan

Perancang: Limas Baginta


Jurusan: Teknik Komputer
NPM: 1306368690

terdiri dari
Bio-ethanol

Biodiesel / Biosolar

diproduksi
dihasilkan dari

Ketela Rambat

Tumbuhan
Lemak hewani
seperti

Tebu

Jagun
g

merupakan

Sagu

Minyak bekas

Minyak nabati

Ketela
Pohon
memiliki

Bahan Baku
keuntungan seperti
Unggulan

Rendah bilangan
asap

Bebas sulfur
karena menghasilkan
400 liter bioetanol tiap 1 ton
jagung

Etanol 99.5 % (full


grade ethanol)

Pembakaran lebih
sempurna

Non toxic
sehingga mengurangi

sebagaiKarbon monoksia
dan karbon dioksida

Campuran Bensin
(Gasoline)
lalu membentuk
Gasohol BE10
berguna menurunkan
Emisi CO2
hingga 18 %
merupakan

meliputi

Sirsa
k

Jarak Pagar
Kedelai

Kelapa
Kelapa sawit

Bahan
karsiogenik
dalam bensin

seperti

memiliki zat aditif berfungsi mengurangi


lebih ekonomis karena
aldhyde
benzene

Bahan Baku
yang baik

menggantikan
menyebabkan

50 % kebutuhan bensin di
bentuk
demi kebutuhan
Transportasi

Pemicu kanker dan


emisi rumah kaca

Crude Palm
Oil (CPO)

Mampu
tumbuh dan
dalam
berkembang
di lahan kritis

Uraian Singkat
Penggunaan Bahan Bakar Lingkungan terdiri dari 2 macam ;
1. Penggunaan Bahan Bakar Bio-ethanol
Bio-ethanol diproduksi dari tumbuhan. Sutarman (2006), menyatakan bahwa bioetanol yang dapat digunakan sebagai pengganti/campuran premium, dapat dihasilkan
dari tanaman yang memiliki kadar
karbohidrat tinggi, seperti :
Tebu
Jagung
Ketela pohon
Ketela rambat
Sagu, dll
Bahan baku unggulan untuk bio-etanol adalah jagung, karena bio etanol yang
dihasilkannya besar, yaitu 1 ton
jagung bisa menghasilkan 400 liter bio-etanol, dan mampu
menghasilkan etanol 99.5 % (full grade ethanol)
yang bisa digunakan untuk campuran
bensin (gasoline) dan kemudian disebut gasohol BE-10. Artinya setiap satuan volume bahan
bakar yang digunakan, kandungan premiumnya 90% dan bio-ethanol 10 %.
Bio-ethanol berguna menurunkan emisi CO2 hingga 18 %.
Bio-ethanol memiliki zat aditif berfungsi mengurangi bahan karsiogenik dalam bensin
seperti benzene dan
aldehyde yang menyebabkan pemicu kanker dan emisi rumah kaca
(CO2).
Bio-ethanol menggantikan 50 % kebutuhan bensin untuk keperluan transportasi.
2. Penggunaan Bahan Bakar Biodiesel / Biosolar
Biodiesel/Biosolar adalah senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
diesel, yang
dihasilkan dari minyak nabati, lemak hewani, atau minyak bekas (anonim cit
Dwiarum S, 2006).
Sutarman (2006), mengatakan bahwa biodiesel ini berasal dari asam lemak yang berasal
dari tanaman yang
mengandung minyak nabati meliputi :
Sirsak
Kelapa
Kelapa sawit
Kapuk
Jarak pagar
Kedelai, dll
Bahan baku biodiesel yang baik adalah berasal dari kelapa sawit (Elaesis guineensis)
dalam bentuk crude palm
oil (CPO). Namun CPO merupakan bahan untuk minyak konsumsi
dan komoditas eksport yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Akan tetapi, tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas) lebih ekonomis sebagai bahan
biodiesel, karena tanaman ini
mampu tumbuh dan berkembang pada lahan kritis.
Menurut Sutarman (2006), bahwa sifat biodiesel mirip minyak solar, namun
merupakan bahan bakar yang
memiliki keuntungan ramah llingkungan karena bebas
sulfur, rendah bilangan asap, pembakaran lebih
sempurna dan non toxic.
Lalu pembakaran dengan menggunakan biodiesel pada mesin lebih sempurna, sehingga
mengurangi kadar
karbon monoksida dan karbon dioksida yang keluar dari gas buangan.

Sumber Referensi: http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20130926114705.pdf

Anda mungkin juga menyukai