Anda di halaman 1dari 16

THE MODEL IMPLEMENTATION AND DEVELOPMENT OF BMT IN

INDONESIA IN ACCORDANCE WITH SYARIAHS PRINCIPLE


Model Penerapan dan Pengembangan BMT di Indonesia Sesuai
dengan Prinsip Syariah
Model Pengembangan Human Resources Bmt Indonesia
Nama

: Rika Ramlawati

Lembaga/Afiliasi : Universitas Muhammadiyah Parepare


Alamat

: Sidrap- Sulawesi Selatan

e-mail

: rikaramlawati195@gmail.com

No. hanphone : +6285256412088


Abstark dan Kata Kunci
.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi
dalam perekonomian Indonesia, karena itu pemerintah selalu
melaksanakan pembangunan disegala bidang. Agar lebih mudah
menjalankan kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi dan stabilitas
ekonomi harus tercapai. Sebagaiman yang kita ketahui, sistem ekonomi
yang ada di Indonesia adalah ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam.
Ekonomi konvensional yang merupakan pola berekonomi masyarakat
sangat dipengaruhi oleh dua kelompok besar yang saling bertolak
belakang dan tarik ulur dalam melihat dan memfungsikan indikator dan
variabel Ekonomi, yaitu kapitalis dan sosialis.
Masalah perekonomian di Indonesia yang terjadi sekarang ini bukan
hanya masalah deflasi dan inflasi. Banyaknya jumlah penduduk di
Indonesia dan masih minimnya lowongan pekerjaan, sehingga
menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran yang terjadi dan
meningkatnya jumlah kemiskinan.
Sektor ekonomi riil, seperti industri rumah tangga, pangan, maupun
jasa, pun terkadang masih mengalami hambatan hingga saat ini masalah
perekonomian yang ada di Indonesia belum tuntas sepenuhnya.
Jika kita mau menghubungkan masalah ekonomi indonesia dengan
pengangguran dan kemiskinan, tentu kondisi Ekonomi Indonesia masih
jauh disebut stabil. Karena, yang menjadi kendala adalah banyaknya
Masyarakat yang ingin membuka usaha kecil-kecilan misalnya tapi jadi
terhambat karena tidak adanya modal. Tapi hal yang patut kita syukuri
adalah, bahwa jumlah kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun
menurun. Penurunan jumlah kemiskinan dapat kita lihat pada data yang
diperoleh dibawah ini:

Tabel 1
Garis kemiskinan, jumlah dan persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah Maret 2014- September 2014

Daerah/Tahun

(1)
Perkotaan
Maret 2014
September
2014
Pedesaan
Maret 2014
September
2014

Garis Kemiskinan

Jumlah

(Rp/kapita/bln
Bukan
Makana
Makana
Total
n
n
(GK)
(GKM)
(GKBM)
(2)
(3)
(4)

Pendud

Persenta

uk

se

Miskin

Pendudu

(juta

k Miskin

orang)
(5)

(6)

10,51

8,34

10,36

8,16

17,77

14,17

17,37

13,76

28,28

11,25

27,73

10,96

223 091

95 423

228 543

98 319

221 379

64 718

229 391

67 290

222 628

80 107

229 469

82 859

318
514
326
953
286
097
296
681

Perkotaan+Ped
esaan
Maret 2014
September
2014

302
735
312
328

Dari data diatas dapat kita lihat, bahwa jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada tahun 2014 menurun baik di daerah Perkotaan maupun
Pedesaan.
Namun, Dalam perekonomian di Indonesia pada saat ini masih ada
beberapa masalah yang dihadapi, yaitu kita bisa lihat dari sektor usaha
mikro dan jalur distribusinya:
1. Usaha mikro
Masalah perekonomian di indonesia salah satunya adalah mengenai
uasaha mikro. Banyaknya masyarakat kecil yang ingin membuka usaha
mikro tapi lagi-lagi terhambat oleh modal.
2. Jalur distribusi
Distribusi adalah masalah peekonomian di indonesia yang juga perlu
dibenahi. Distribusi merupakan bagian penting dari sebuah kegiatan
ekonomi. Lancar atau tidaknya jalur distribusi akan berpengaruh terhadap
pasar dan kekuatan ekonomi masyarakat. Terkadang, jalur distribusi yang
harus dilewati seseorang begitu panjang sehingga memakan banyak biaya
sehingga menjadikannya sebagai masalah perekonomian yang ada di
Indonesia yang sudah mentradisi.
Dengan mengetahui kondisi perekonomian tersebut dan kondisi
masyarakat, maka salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan
menjalankan berbagai Lembaga keuangan secara sistematis.
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sepanjang tahun senantiasa
menunjukkan kinerja yang cukup besar dari aspek kuantitas, konstribusi
dalam penyerapan tenaga kerja sehingga strategi pemberdayaan
masyarakat melalui penumbuhkembangan keswadayaan dan
kelembagaan sosial ekonomi yang dapat menjangkau dan melayani lebih
banyak unit usaha masyarakat yang tidak mungkin dijangkau langsung
oleh perbankan umum maupun perbankan syariah. Oleh karenanya, hal
ini semestinya dikembangkan secara sistematis simultan.
Baitul ml wa Tamwil atau disingkat BMT termasuk salah satu dari LKS
yang sedang berkembang di kalangan masyarakat menengah ke bawah
bahkan pada golongan masyarakat menengah ke atas. Baitul mal wat
tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri yang tepadu yang isinya

berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan


usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya. Soemitra (2009:452).
Layanan/jasa BMT seringkali digunakan dan banyak diakses oleh
masyarakat kecil yang membutuhkan dana untuk menjalankan suatu
usaha (modal kerja), di mana BMT berperan sebagai mitra usaha dengan
pembagian bagi-hasil atau margin yang proporsional. Selain itu Kegiatan
BMT juga mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dengan
cara mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan ekonominya. BMT juga bisa menerima titipan zakat, infak dan
sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.
Keberadaan BMT di Indonesia yang berjumlah begitu banyak
merupakan potensi yang dapat dijadikan penggerak Ekonomi yang cukup
signifikan karena secara konseptual BMT diarahkan untuk membina usaha
kecil di kalangan masyarakat bawah dan memberantas kemiskinan,
terutama masyarakat Pedesaan. Hal ini seiring dengan diterapkannya
gagasan dan konsep sistem Bank untuk masyarakat Pedesaan(rural
banking system). Pada saat itu konsep ini sengaja dibuat sebagai koreksi
atas kebijakan Ekonomikapitalis dengan istilah tricel down effect-nya,
yang ternyata tidak membuahkan pemerataan, bahkan menimbulkan
kesenjangan Ekonomi yang cukup jauh dan berakhir pada krisis Ekonomi
yang sangat parah yang diharapkan.
Tapi, yang penting untuk kita ketahui bahwa Kehadiran BMT hingga kini
belum dapat memberikan sumbangan yang signifikan bagi pertumbuhan
Ekonomi kelas bawah dan pertumbuhan usaha kecil sebagaimana yang
diharapkan.
Perkembangan BMT saat ini tidak diikuti dengan pengelolaan BMT
secara profesional. Faktanya saat ini tidak sedikit BMT yang melakukan
praktik jauh dari nilai-nilai Syariah. Pelaporan keuangan BMT juga masih
banyak yang merujuk pada standar akuntansi konvensional. Pembinaan

BMT tidak dilakukan oleh Bank Indonesia, sebagaimana yang terjadi pada
Perbankan, dikarenakan termasuk dalam katagori Koperasi yang dinaungi
oleh Departemen Koperasi yang kurang mendapat perhatian terutama
dari aspek akuntabilitasnya. Legalitas BMT yang beroperasi masih banyak
yang belum bahkan tanpa badan hukum yang jelas.
Selain tidak diikutinya dengan pengelolaan BMT secara profesional dan
sistem pengoperasiannya yang masih jauh dari sistem syariah, BMT juga
memiliki kelemahan lain, yaitu lemahnya SDM,
management( menyangkut SDM dan kemampuan mengembangkan
budaya dan jiwa wirausaha(enterpreneurship) yang relatif lemah),
financial( permodalan yang masih kecil dan terbatas),
trustment(kepercayaan umat Islam masih rendah(untrust), accountability(
eksistensi BMT dimaknai sebagai gejala sosial dan Ekonomi di tengah
persaiangan lembaga-lembaga Ekonomi lainnya, belum mampu
menjadikan BMT sebagai lembaga yang memiliki infrastruktur yang kokoh
dan tangguh), limited links( pengembangan jaringan yang masih terbatas
dan belum mampu menyejajarkan diri dengan lembaga keuangan
konvensional yang memiliki jaringan lebih luas, dan kurangnya jaringan
tersebut menghambat perkembangan antara BMT-BMT berkenaan dengan
penempatan dana antarbank dalam mengatasi likiuditas. Inilah yang
menjadikan BMT asing dan tidak mampu bersaing.
Agar pembahasan dapat fokus dan mencapai apa yang diharapkan,
maka penulis membatasi permasalahan hanya pada Pengembangan
Sumber Daya Manusia BMT di Indonesia supaya bisa menciptakan SDM
yang terdidik dan menumbuhkan sikap Profesionalisme dan Berdasarkan
fakta-fakta dan masalah tersebut penulis juga tertarik untuk meneliti
kajian tentang isu terkait permasalahan dan pengembangan BMT dengan
judul penelitian Model Pengembangan Sumber Daya Manusia Bmt
Indonesia
Teori tentang pengembangan dan pengelolaan SDM di BMT
Pengembangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyiapkan
karyawan yang akan memegang tanggung jawab pekerjaan dimasa yang
akan datang. Penembangan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas

dalam upaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan, siap dan


kepribadian yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas
seorang karyawan di masa yang akan datang.
Pengembangan biasanya dilakukan kepada karyawan melalui jalur
selektif untuk dipersiapkan mengisi formasi-formasi jabatan yang kosong,
baik karena pensiun atau mutasi, atau juga untuk mempersiapkan
karyawan yang akan dipromosikan untuk menduduki posisi(jabatan) yang
sudah dipersiapkan berdasarkan sistem karir yang berlaku di organisasi
atau perusahaan masing-masing. (M. Maruf Abdullah: 2014, 161).
1.1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Model SDM BMT Di Indonesia Saat Ini?
2. Apa Saja Problematika Yang Dihadapi BMT Di Indonesia?
3. Bagaimana Cara Menciptakan SDM BMT Yang Baik Sehingga Dapat
Menjalankan Tugasnya Dengan Baik Berdasarkan Syariah?
4. Cara mengembangkan atau memberdayakan SDM sehingga bisa
Meningkatkan Sikap Profesionalisme dalam mencapai Tujuan BMT?
1.1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Model SDM BMT Di Indonnesia Saat Ini.
2. Untuk Mengetahui Problematika SDM BMT Di Indonesia.
3. Untuk Mengetahui Cara Menciptakan SDM BMT Yang Baik Sehingga
Dapat Menjalankan Tugasnya Dengan Baik Berdasarkan Prinsip
Syariah.
4. Untuk Mengetahui Cara Meningkatkan Sikap Profesionalisme SDM BMT
Di Indonesia Sehingga Tercapai Tujuan BMT.
2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian, yaitu dengan menggunakan metode sampling
karena penelitiannya dengan cara meneliti hanya sebagian kecil dari
seluruh populasi dan cara kasus, yaitu cara metode yang digunakan hanya
memiliki atau bersifat khusus dan tertentu saja seperti garis kemiskinan,
jumlah persentase penduduk miskin menurut Daerah saja.
Penelitian adalah seluruh proses kegiatan yang digunakan untuk
memecahkan suatu masalah.
2.1.1 Jenis Data

Jenis penelitian yang digunakan menurut sumber pengambilannya


adalah data sekunder karena diperoleh dari berbagai literatur baik buku
maupun dari internet, bps, ojk dan lembaga lain dan menurut sifatnya
adalah Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk bilangan.
2.1.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan, yaitu metode
pengamatan(observasi) dimana alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala
yang diselidiki. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara
melakukan pengumpulan data yang berasal dari tulisan.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data studi pustaka
(library reseach). Adapun metode studi pustaka adalah suatu kegiatan
untuk mencari data yang berkaitan dengan penelitian dengan cara
membaca, menyimak dan memahami literatur-literatur yang ada. Baik
berupa pustaka cetak maupun elektronik (data-data internet)
2.1.3 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif. Dari datadata yang diperoleh kemudian disusun berdasarkan aturan dan analisis
sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang ada.
2.2.1
2.2.2
3. Hasil dan pembahasan
3.1 Teori-Teori Tentang BMT
Bait Mal wal Tanwil (BMT) merupakan salah satu lembaga ekonomi
dan keuangan yang dikenal luas pada masa-masa awal.Muhammad
(2007:55)
Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)adalah balai usaha mandiri terpadu yang
isinya berintikan bayt al-mal wa-tamwil dengan kegiatan mngembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.
Ridwan (2013:23)

Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal
dan baitut tamwil.Bitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti; zakat,infaq
dan shadaqoh.Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulandan
penyaliran dan komersial.Sudarsono (2008:103)
Baitul mal wat tamwil (BMT) adalah balai usaha usaha mandiri yang
tepadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil
dngan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya.Soemitra (2009:452).
Badan hukum tentang BMT yaitu UU No.7/1992 dan PP No.72/1992.
3.1.1 Model SDM BMT di Indonesia
3.1.2 Problematika Yang Dihadapi BMT Di Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui bahwa, salah satu kelemahan atau
problematika yang dihadapi oleh BMT yaitu karena sulitnya menumbuhkan
kepercayaan masyarakat luas (public trust) terhadap jasa dan pelayanan
yang dapat diberikan BMT. Selain itu BMT juga dihadapkan pada modal
kepercayaannya pada sentimen masyarakat tentang isu-isu syariah,
seperti keharaman riba dan sistem bunga dan kewajiban menjalankan
sistem ekonomi berdasarkan syariah Islam, apalagi dengan semakin
berkembangnya bank umum syariah dan beralihnya bank-bank
konvensional pada sistem syariah, serta berkembangnya BPRS dengan
segala fasilitas dan permodalannya yang semakin kuat.
Dengan demikian masih sulit ditemukan pihak-pihak yang secara real
dan sungguh-sungguh berusaha memberikan solusi atau way out tentang
kelemahan BMT. Oleh karena itu, yang paling penting yang harus kita
lakukan sekarang adalah bagaimana cara menumbuhkan kepercayaan
masyarakat Indonesia khususnya supaya mereka percaya dengan sistem
operasi BMT itu sendiri. Nah, dengan pertanyaan tadi itu maka hal yang
harus kita perhatikan dan yang harus kita lakukan adalah menjalankan
sistem operasional BMT dengan prinsip syariah denga ection yang nyata
sesuai dengan tujuan BMT itu sendiri bukan hanya sekedar gagasan dan

konsep-konsep saja sehingga kesadara masyarakat untuk meminjam


maupun menabung di BMT itu ada. Karena masyarakat sudah melihat
secara jelas secara nyata pengoperasian BMT itu.
Dengan problematika tersebut kita bisa memberikan solusi kepada
pengembangan atau pemberdayaan BMT dengan langkah-langkah konkret
yang perlu segera dilakukan. Solusi yang perlu dilakukan tersebut seperti
gambar berikut:

BMT

Sebagai
Sebagai
lembaga
fasilitator
keuangan
Membangun
penggerak
mikro
jaringan(networking)
ekonomi sektor realsesama BMT

Gambar 1
Dari gambar diatas kita bisa memberikan penjelasan sebagai
berikut:
1. Menjadikan BMT sebagai lembaga keuangan mikro rakyat yang
profesional dan dapat dipercaya sehingga dapat dijadikan tempat
bagi proses akumulasi modal dari kalangan masyarakat bawah.
Dalam hal ini small but professional penting dijadikan sebagai dasar
pijakan.
2. Menjadikan BMT sebagai fasilitator dan ujung tombak penggerak
ekonomi sektor real dengan menumbuhkan dan mengembangkan
usaha kecil masyarakat bawah melalui perannya sebagai sumber
permodalan yang mudah dan murah.
3. Harus Membangun jaringan(networking), baik secara horizontal
dengan sesama BMT dan lembaga-lembaga perekonomian lain
maupun secara vertikal dengan menjalin hubungan
kemitraan(partnership) dengan LKS-LKS yang lebih besar dan lebih
mapan, sebagai alternatif bagi pembinaan permodalan, menajemen
dan SDM sekaligus berdasarkan prinsip kerja sama saling
menguntungkan.

3.2 Menciptakan SDM BMT Yang Baik Sehingga Dapat


Menjalankan Tugasnya Dengan Baik Berdasarkan Syariah
3.2.1 Cara mengembangkan atau memberdayakan SDM sehingga
bisa Meningkatkan Sikap Profesionalisme dalam mencapai
Tujuan BMT
Setelah kita memberikan solusi pengembangan dan pemberdayaan
BMT hal yang terpenting yang harus juga kita lakukan adalah
pengembangan dan pemberdayaan SDMnya
Seperti yang telah diketahui bahwa sumber daya yang paling penting
bagi organisasi adalah SDM, karena hanya SDM yang kompeten, kreatif
dan semangatlah yang akan membawa suatu organisasi berhasil
mencapai tujuannya. Untuk itu pengelolaan SDM dalam organisasi
merupakan suatu hal yang penting begitupun juga di BMT. Dalam
prakteknya pengelolaan SDM dalam organisasi sering kali menghadapi
kendala atau permasalahan, yang tentu saja masing-masing organisasi
akan berbeda kendala atau permasalahan yang dihadapi.
Salah satu Faktor yang menjadi kendala operasionalisasi dalam BMT
adalah Sumber Daya Manusia dimana BMT rata-rata memiliki SDM yang
produktifitasnya rendah karena disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Tingkat pendidikan yang masih rendah


Tidak adanya standar dalam sistem rekruitmen
Jenjang karir yang tidak jelas
Sistem penggajian dan bonus yang tidak memadai, dan
Kurangnya upaya peningkatan kemampuan melalui kegiatan pelatihan
dan pendidikan.
Sehingga hal-hal tersebut bisa menyebabkan pengelola BMT kurang

profesional dalam bekerja.


Nah, tentu saja yang harus dilakukan dilakukan untuk menciptakan
Sumber Daya Manusia BMT yang baik adalah dengan cara:
1. Memilih karyawan yang pendidikannya tinggi, dalam hal ini selain
berpendidikan tinggi tapi juga Dia memiliki keahlian dalam bidangbidang tertentu.
2. Memberikan pekerjaan sesuai dengan skillnya sebagaiman dalam
prinsip Manajemen yaitu the right man on the right place. Karena

dengan begitu maka karyawan tersebut enjoy dengan pekerjaannya


tanpa ada kesulitan karena Dia memang sudah mengetahui apa yang
harus dilakukan.
3. Memperbaiki sistem rekruitmentnya(penarikan karyawan), dimana
dalam hal ini dalam rekruitmen tersebut betul-betul harus sesuai
dengan Etika. Maksudnya kita semua pasti sering mendengar istilah
sistem keluarga dalam proses seleksi atau penarikan karyawan.
Masalah ini memang merupakan tantangan bagi departemen
personalia. Keputusan-keputusan seleksi sangat dipengaruhi oleh etika
penyelenggaraan seleksi dan pimpinan perusahaan.
Penerimaan karyawan baru karena adanya hubungan keluarga dalam
merekrut karyawan di BMT haruslah dihindari. Sebab apabila dalam
suatu perusahaan atau lembaga keuangan seperti BMT memakai
sistem kekelurgaan dalam merekrut karyawan yakinlah bahwa
perusahaan atau lembaga tersebut tidak akan stabil. Bukan hanya
adanya hubungan kekeluargaan yang harus dihindari, tapi pemberian
komisi atau suap ini semuanya harus dihindari. Karena, apabila hal
tersebut dilakukan karyawan yang diterimamungkin saja dipilih secara
tidak tepat, karena harus mendahulukan keluarga, atau orang yang
memberi komisi, dan yang memberi suap. Padahal mungkin saja nilai
atau hasil tesnya belum tentu lulus.
Kalau hal ini dilakukan dalam merekrut karyawan, maka pimpinan
perusahaan atau suatu lembaga telah melanggar prinsip manajemen
the right man on the right place. Ini adalah perbuatan yang sangat
terpuji , dan Nabi Muhammad SAW mengingatkan dalam salah satu
hadisnya:
ketika suatu pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kehancurannya (HR. Bukhari)
4. Memperhatikan gaji karyawan
Gaji seorang karyawan haruslah sesuai dengan pekerjaannya.
Sehingga karyawan bisa semangat dan rajin bekerja.
5. Melakukan kegiatan pelatihan(training) dan pendidikan tehadap
karyawan
Melakukan pelatihan sangatlah penting bagi karyawan, diman
pelatihan itu dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan

berbagai keterampilan dan teknik pekerjaan tertentu, rinci dan


bersifat rutin.
3.2.2
4. Kesimpulan
4.1
4.1.1
4.1.2
4.2
4.2.1
4.2.2

Daftar pustaka

Muhammad, 2007. Lembaga Ekonomi Syariah.Yogyakarta:Graha

Ilmu.
Sudarsono, 2008. Badan dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi

dan Ilustrasi. Yogyakarta:Ekonisa


Soemitra,M.A., 2009. Bank dan Lembaga Keuangan

Syariah.Jakarta:Kencana
Ridwan,M.Ag. 2013. Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil.Bandung:CV
Pustaka Setia

Pendahuluan
(Bagian pertama)
Kondisi umum objek yang diteliti,
-

(Gambaran umum perekonomian Indonesia)


(Gambaran umum tentang BMT)

Masalah yang akan dikaji (masalah pada sumber daya manusia pada
BMT)
Kajian yang dilakukan karya ilmiah ini termasuk tema yang akan
dipilih dan alasan mengapa tema ini dipilih (pembahasan mengenai
pola pengembangan sumber daya manusia pada BMT dan alasan
mengapa tema ini ini dipilih)
Uraian pentingnya tema ini
Identifikasi area spesifik yang dikaji, dan batasan penelitian.
(Sumber Daya Manusia Pada BMT)
(Bagian Kedua)
Review secara singkat teori-teori yang umum dipakai,
(Teori tentang pengembangan dan pengelolaan SDM di BMT)
(Teori SDM)
Formula-formula umum yang ada
(Pola-pola pengembangan SDM BMT)
Riset-riset yang pernah dilakukan
(Penelitian Terdahulu)
Pendapat para ahli yang reputasinya sudah dikenal baik
(Bagian ketiga)
Riset utama yang menjadi dasar pemikiran makalah ini
(Model Pengembangan dan Pengelolaan SDM BMT di Indonesia)
(Bagian keempat)
Deskripsi singkat dan padat tentang tujuan dari kontribusi makalah ini
dalam ilmu pengetahuan
(Bagian Kelima)
Definisi yang tidak lazim diketahui publik dan bersifat spesifik
Metodologi
Bagaimana penelitian secara keseluruhan dilakukan

Jenis penelitian
Metode pengumpulan data
Metode analisisnya
Hasil dan Pembahasan
(Bagian Pertama)
(hasil atau temuan menngungkap apa yang ditemukan)
Sajian data secara sistematik dalam teks
tabel, gambar (seperti grafik dan diagram), dilengkapi dengan sumber
rujukan
(Bagian Kedua)
Interpretasi maksud dari data (hasil) yang diperoleh, (4 s.d 8 butir
keluaran riset) dimulai dengan ringkasan dari luaran utama, dan harus
dihindari pengulangan repetisi
(penafsiran data lebih dari sekedar mengungkapkan hasil melainkan
memberi arti dari data, menghubungkan fenomena (data) satu dengan
yang lain dengan argumen yang didukung dengan literatur (terutama
teori)
(Bagian ketiga)
Pembahasan dilakukan dengan analisis yang dalam (dan harus lebih
dominan)
Simpulan
Menjawab tujuan
Menjawab pertanyaan yang mungkin muncul
Simpulan harus lebih mengarah ke pencetusan teori baru daripada ke arah
saran
Menjelaskan dimana temuan dapat diaplikasikan (implikasi apa yang
dapat disampaikan dari hasil yang diperoleh)

Anda mungkin juga menyukai