: Rika Ramlawati
: rikaramlawati195@gmail.com
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi
dalam perekonomian Indonesia, karena itu pemerintah selalu
melaksanakan pembangunan disegala bidang. Agar lebih mudah
menjalankan kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi dan stabilitas
ekonomi harus tercapai. Sebagaiman yang kita ketahui, sistem ekonomi
yang ada di Indonesia adalah ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam.
Ekonomi konvensional yang merupakan pola berekonomi masyarakat
sangat dipengaruhi oleh dua kelompok besar yang saling bertolak
belakang dan tarik ulur dalam melihat dan memfungsikan indikator dan
variabel Ekonomi, yaitu kapitalis dan sosialis.
Masalah perekonomian di Indonesia yang terjadi sekarang ini bukan
hanya masalah deflasi dan inflasi. Banyaknya jumlah penduduk di
Indonesia dan masih minimnya lowongan pekerjaan, sehingga
menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran yang terjadi dan
meningkatnya jumlah kemiskinan.
Sektor ekonomi riil, seperti industri rumah tangga, pangan, maupun
jasa, pun terkadang masih mengalami hambatan hingga saat ini masalah
perekonomian yang ada di Indonesia belum tuntas sepenuhnya.
Jika kita mau menghubungkan masalah ekonomi indonesia dengan
pengangguran dan kemiskinan, tentu kondisi Ekonomi Indonesia masih
jauh disebut stabil. Karena, yang menjadi kendala adalah banyaknya
Masyarakat yang ingin membuka usaha kecil-kecilan misalnya tapi jadi
terhambat karena tidak adanya modal. Tapi hal yang patut kita syukuri
adalah, bahwa jumlah kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun
menurun. Penurunan jumlah kemiskinan dapat kita lihat pada data yang
diperoleh dibawah ini:
Tabel 1
Garis kemiskinan, jumlah dan persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah Maret 2014- September 2014
Daerah/Tahun
(1)
Perkotaan
Maret 2014
September
2014
Pedesaan
Maret 2014
September
2014
Garis Kemiskinan
Jumlah
(Rp/kapita/bln
Bukan
Makana
Makana
Total
n
n
(GK)
(GKM)
(GKBM)
(2)
(3)
(4)
Pendud
Persenta
uk
se
Miskin
Pendudu
(juta
k Miskin
orang)
(5)
(6)
10,51
8,34
10,36
8,16
17,77
14,17
17,37
13,76
28,28
11,25
27,73
10,96
223 091
95 423
228 543
98 319
221 379
64 718
229 391
67 290
222 628
80 107
229 469
82 859
318
514
326
953
286
097
296
681
Perkotaan+Ped
esaan
Maret 2014
September
2014
302
735
312
328
Dari data diatas dapat kita lihat, bahwa jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada tahun 2014 menurun baik di daerah Perkotaan maupun
Pedesaan.
Namun, Dalam perekonomian di Indonesia pada saat ini masih ada
beberapa masalah yang dihadapi, yaitu kita bisa lihat dari sektor usaha
mikro dan jalur distribusinya:
1. Usaha mikro
Masalah perekonomian di indonesia salah satunya adalah mengenai
uasaha mikro. Banyaknya masyarakat kecil yang ingin membuka usaha
mikro tapi lagi-lagi terhambat oleh modal.
2. Jalur distribusi
Distribusi adalah masalah peekonomian di indonesia yang juga perlu
dibenahi. Distribusi merupakan bagian penting dari sebuah kegiatan
ekonomi. Lancar atau tidaknya jalur distribusi akan berpengaruh terhadap
pasar dan kekuatan ekonomi masyarakat. Terkadang, jalur distribusi yang
harus dilewati seseorang begitu panjang sehingga memakan banyak biaya
sehingga menjadikannya sebagai masalah perekonomian yang ada di
Indonesia yang sudah mentradisi.
Dengan mengetahui kondisi perekonomian tersebut dan kondisi
masyarakat, maka salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan
menjalankan berbagai Lembaga keuangan secara sistematis.
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sepanjang tahun senantiasa
menunjukkan kinerja yang cukup besar dari aspek kuantitas, konstribusi
dalam penyerapan tenaga kerja sehingga strategi pemberdayaan
masyarakat melalui penumbuhkembangan keswadayaan dan
kelembagaan sosial ekonomi yang dapat menjangkau dan melayani lebih
banyak unit usaha masyarakat yang tidak mungkin dijangkau langsung
oleh perbankan umum maupun perbankan syariah. Oleh karenanya, hal
ini semestinya dikembangkan secara sistematis simultan.
Baitul ml wa Tamwil atau disingkat BMT termasuk salah satu dari LKS
yang sedang berkembang di kalangan masyarakat menengah ke bawah
bahkan pada golongan masyarakat menengah ke atas. Baitul mal wat
tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri yang tepadu yang isinya
BMT tidak dilakukan oleh Bank Indonesia, sebagaimana yang terjadi pada
Perbankan, dikarenakan termasuk dalam katagori Koperasi yang dinaungi
oleh Departemen Koperasi yang kurang mendapat perhatian terutama
dari aspek akuntabilitasnya. Legalitas BMT yang beroperasi masih banyak
yang belum bahkan tanpa badan hukum yang jelas.
Selain tidak diikutinya dengan pengelolaan BMT secara profesional dan
sistem pengoperasiannya yang masih jauh dari sistem syariah, BMT juga
memiliki kelemahan lain, yaitu lemahnya SDM,
management( menyangkut SDM dan kemampuan mengembangkan
budaya dan jiwa wirausaha(enterpreneurship) yang relatif lemah),
financial( permodalan yang masih kecil dan terbatas),
trustment(kepercayaan umat Islam masih rendah(untrust), accountability(
eksistensi BMT dimaknai sebagai gejala sosial dan Ekonomi di tengah
persaiangan lembaga-lembaga Ekonomi lainnya, belum mampu
menjadikan BMT sebagai lembaga yang memiliki infrastruktur yang kokoh
dan tangguh), limited links( pengembangan jaringan yang masih terbatas
dan belum mampu menyejajarkan diri dengan lembaga keuangan
konvensional yang memiliki jaringan lebih luas, dan kurangnya jaringan
tersebut menghambat perkembangan antara BMT-BMT berkenaan dengan
penempatan dana antarbank dalam mengatasi likiuditas. Inilah yang
menjadikan BMT asing dan tidak mampu bersaing.
Agar pembahasan dapat fokus dan mencapai apa yang diharapkan,
maka penulis membatasi permasalahan hanya pada Pengembangan
Sumber Daya Manusia BMT di Indonesia supaya bisa menciptakan SDM
yang terdidik dan menumbuhkan sikap Profesionalisme dan Berdasarkan
fakta-fakta dan masalah tersebut penulis juga tertarik untuk meneliti
kajian tentang isu terkait permasalahan dan pengembangan BMT dengan
judul penelitian Model Pengembangan Sumber Daya Manusia Bmt
Indonesia
Teori tentang pengembangan dan pengelolaan SDM di BMT
Pengembangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyiapkan
karyawan yang akan memegang tanggung jawab pekerjaan dimasa yang
akan datang. Penembangan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas
Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal
dan baitut tamwil.Bitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti; zakat,infaq
dan shadaqoh.Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulandan
penyaliran dan komersial.Sudarsono (2008:103)
Baitul mal wat tamwil (BMT) adalah balai usaha usaha mandiri yang
tepadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil
dngan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya.Soemitra (2009:452).
Badan hukum tentang BMT yaitu UU No.7/1992 dan PP No.72/1992.
3.1.1 Model SDM BMT di Indonesia
3.1.2 Problematika Yang Dihadapi BMT Di Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui bahwa, salah satu kelemahan atau
problematika yang dihadapi oleh BMT yaitu karena sulitnya menumbuhkan
kepercayaan masyarakat luas (public trust) terhadap jasa dan pelayanan
yang dapat diberikan BMT. Selain itu BMT juga dihadapkan pada modal
kepercayaannya pada sentimen masyarakat tentang isu-isu syariah,
seperti keharaman riba dan sistem bunga dan kewajiban menjalankan
sistem ekonomi berdasarkan syariah Islam, apalagi dengan semakin
berkembangnya bank umum syariah dan beralihnya bank-bank
konvensional pada sistem syariah, serta berkembangnya BPRS dengan
segala fasilitas dan permodalannya yang semakin kuat.
Dengan demikian masih sulit ditemukan pihak-pihak yang secara real
dan sungguh-sungguh berusaha memberikan solusi atau way out tentang
kelemahan BMT. Oleh karena itu, yang paling penting yang harus kita
lakukan sekarang adalah bagaimana cara menumbuhkan kepercayaan
masyarakat Indonesia khususnya supaya mereka percaya dengan sistem
operasi BMT itu sendiri. Nah, dengan pertanyaan tadi itu maka hal yang
harus kita perhatikan dan yang harus kita lakukan adalah menjalankan
sistem operasional BMT dengan prinsip syariah denga ection yang nyata
sesuai dengan tujuan BMT itu sendiri bukan hanya sekedar gagasan dan
BMT
Sebagai
Sebagai
lembaga
fasilitator
keuangan
Membangun
penggerak
mikro
jaringan(networking)
ekonomi sektor realsesama BMT
Gambar 1
Dari gambar diatas kita bisa memberikan penjelasan sebagai
berikut:
1. Menjadikan BMT sebagai lembaga keuangan mikro rakyat yang
profesional dan dapat dipercaya sehingga dapat dijadikan tempat
bagi proses akumulasi modal dari kalangan masyarakat bawah.
Dalam hal ini small but professional penting dijadikan sebagai dasar
pijakan.
2. Menjadikan BMT sebagai fasilitator dan ujung tombak penggerak
ekonomi sektor real dengan menumbuhkan dan mengembangkan
usaha kecil masyarakat bawah melalui perannya sebagai sumber
permodalan yang mudah dan murah.
3. Harus Membangun jaringan(networking), baik secara horizontal
dengan sesama BMT dan lembaga-lembaga perekonomian lain
maupun secara vertikal dengan menjalin hubungan
kemitraan(partnership) dengan LKS-LKS yang lebih besar dan lebih
mapan, sebagai alternatif bagi pembinaan permodalan, menajemen
dan SDM sekaligus berdasarkan prinsip kerja sama saling
menguntungkan.
Daftar pustaka
Ilmu.
Sudarsono, 2008. Badan dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi
Syariah.Jakarta:Kencana
Ridwan,M.Ag. 2013. Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil.Bandung:CV
Pustaka Setia
Pendahuluan
(Bagian pertama)
Kondisi umum objek yang diteliti,
-
Masalah yang akan dikaji (masalah pada sumber daya manusia pada
BMT)
Kajian yang dilakukan karya ilmiah ini termasuk tema yang akan
dipilih dan alasan mengapa tema ini dipilih (pembahasan mengenai
pola pengembangan sumber daya manusia pada BMT dan alasan
mengapa tema ini ini dipilih)
Uraian pentingnya tema ini
Identifikasi area spesifik yang dikaji, dan batasan penelitian.
(Sumber Daya Manusia Pada BMT)
(Bagian Kedua)
Review secara singkat teori-teori yang umum dipakai,
(Teori tentang pengembangan dan pengelolaan SDM di BMT)
(Teori SDM)
Formula-formula umum yang ada
(Pola-pola pengembangan SDM BMT)
Riset-riset yang pernah dilakukan
(Penelitian Terdahulu)
Pendapat para ahli yang reputasinya sudah dikenal baik
(Bagian ketiga)
Riset utama yang menjadi dasar pemikiran makalah ini
(Model Pengembangan dan Pengelolaan SDM BMT di Indonesia)
(Bagian keempat)
Deskripsi singkat dan padat tentang tujuan dari kontribusi makalah ini
dalam ilmu pengetahuan
(Bagian Kelima)
Definisi yang tidak lazim diketahui publik dan bersifat spesifik
Metodologi
Bagaimana penelitian secara keseluruhan dilakukan
Jenis penelitian
Metode pengumpulan data
Metode analisisnya
Hasil dan Pembahasan
(Bagian Pertama)
(hasil atau temuan menngungkap apa yang ditemukan)
Sajian data secara sistematik dalam teks
tabel, gambar (seperti grafik dan diagram), dilengkapi dengan sumber
rujukan
(Bagian Kedua)
Interpretasi maksud dari data (hasil) yang diperoleh, (4 s.d 8 butir
keluaran riset) dimulai dengan ringkasan dari luaran utama, dan harus
dihindari pengulangan repetisi
(penafsiran data lebih dari sekedar mengungkapkan hasil melainkan
memberi arti dari data, menghubungkan fenomena (data) satu dengan
yang lain dengan argumen yang didukung dengan literatur (terutama
teori)
(Bagian ketiga)
Pembahasan dilakukan dengan analisis yang dalam (dan harus lebih
dominan)
Simpulan
Menjawab tujuan
Menjawab pertanyaan yang mungkin muncul
Simpulan harus lebih mengarah ke pencetusan teori baru daripada ke arah
saran
Menjelaskan dimana temuan dapat diaplikasikan (implikasi apa yang
dapat disampaikan dari hasil yang diperoleh)