Anda di halaman 1dari 9

Oleh:

KAJIAN STRATEGI
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
Disampaikan pada Forum Mahasiswa Berbicara Nasional 2010
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
Universitas Airlangga Surabaya, 13 Nopember 2010
I. Latar Belakang
Pendidikan Profesi Dokter di Republik Indonesia telah memasuki lembaran baru dalam
sejarah dengan diberlakukannya program Internsip Dokter Indonesia pada tahun 2010
berdasarkan Permenkes No.299/MENKES/PER/II/2010 dan Peraturan KKI
No.1/KKI/PER/I/2010. Program ini adalah hasil dari studi orientasi proyek HWS (Health
Worksforce and Service) yang dijalankan oleh Dikti ke 4 negara yaitu Inggris, Belanda,
Australia dan Singapura dan hasil dari studi orientasi ini kemudian dijadikan masukan
bagi Kolegium Dokter Indonesia.
Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam
Negeri telah bersepakat untuk mensukeskan program Internsip. Persiapan di bagian hulu
telah dibentuk Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) yang mengatur tentang
penetapan peserta, menerbitkan STKID, aturan pelaksanaan intern, pembinaan wahana
dan pendamping, evaluasi dan perencanaan perbaikan. Adapun di bagian hilir telah
dilakukan sosialisasi tentang program Internsip ini kepada mahasiswa kedokteran oleh
institusi pendidikan dokter di Indonesia.
Peserta internsip ditempatkan di Rumah Sakit dan Puskesmas serta dibimbing oleh dokter
pendamping selama satu tahun. Peserta akan melaksanakan kegiatan layanan primer,
konsultasi dan rujukan, kegiatan ilmiah medis dan non medis dengan target kompetensi
yang telah ditentukan. Apabila kompetensi belum dapat dicapai sesuai ketentuan maka
dapat diperpanjang sesuai waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Internsip sebagai rangkaian pembelajaran dan pendidikan profesi kedokteran bagi para
dokter lulusan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Internsip atau Magang Dokter
Baru (MDB) adalah proses pemantapan mutu profesi dokter untuk menerapkan
kompetensi yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif,
mandiri, serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga, dalam rangka pemahiran
dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan. Internsip
dilaksanakan dalam rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di
lapangan agar tercipta keprofesionalan dan kemahiran dokter dalam melayani pasien.
Internsip saat ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh surat tanda registrasi (STR)
dari KKI yang harus dimiliki seorang dokter agar bisa memperoleh surat izin praktik
(SIP) ataupun melanjutkan pendidikan spesialis.
Adanya program internsip, yang sangat berkaitan dengan masa depan pendidikan
kedokteran dan peningkatan kesehatan Indonesia, menjadikan mahasiswa kedokteran
Indonesia, sebagai calon tenaga-tenaga kesehatan, merasa perlu mengadakan sebuah
forum pertemuan untuk menyikapi program internsip ini. Departemen Kajian Strategis
(Kastrat) BEM KM FK UNAIR yang bekerjasama dengan ISMKI (Ikatan Senat
Mahasiswa Kedokteran Indonesia) akan menjadi penyelenggara forum yang bernama
Forum Mahasiswa Berbicara (FMB) tingkat nasional ini.

II. Analisa Data


II.1. Definisi
a. Internsip adalah proses pemantapan mutu profesi dokter untuk menerapkan kompetensi
yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif, mandiri serta
menggunakan pendekatan kedokteran keluarga dalam rangka pemahiran dan
penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan (Permenkes No.
299/Menkes/Per/II/2010 Pasal 1 Ayat 1).
b. Internsip adalah pelatihan keprofesian berbasis kemandirian pada pelayanan primer
guna memahirkan kompetensi, meningkatkan kinerja, dan menerapkan standar profesi
pada pratik kedokteran setelah selesai pendidikan dokter dan uji kompetensi (Peraturan
Konsil Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 1 Ayat 5).
c. Kompetensi dokter adalah kemampuan dokter dalam melakukan praktik profesi
kedokteran yang meliputi ranah kognitif, psikomotor dan afektif. (Peraturan Konsil
Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 1 Ayat 2).
d. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum yang menitikberatkan
kepada kompetensi dokter sesuai dengan standar kompetensi dokter yang di tetapkan oleh
KKI (Peraturan Konsil Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 1 Ayat 3).
e. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang
dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia
setelah lulus uji kompetensi yang dikeluarkan oleh Kolegium (Peraturan Konsil
Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 1 Ayat 4).
f. Surat Tanda Registrasi (STR) dokter adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia kepada dokter sesuai ketentuan perundang-undangan (Peraturan
Konsil Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 1 Ayat 7).
g. Surat Tanda Registrasi Untuk Kewenangan Internsip adalah Surat Tanda Registrasi
untuk menjalankan kewenangan sebagai dokter dalam rangka Internsip yang
kedudukannya berbeda dengan Surat Tanda Registrasi Dokter (Peraturan Konsil
Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 1 Ayat 8).
h. Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri
Kesehatan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Kepala Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan yang bertugas menjalankan program
internsip di Indonesia (Peraturan Konsil Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 1
Ayat 11).
II.2. Landasan Hukum
a. Permenkes Nomor: 299/MENKES/PER/II/2010 tentang Penyelenggaraan Program
Internsip dan Penemapatan Dokter Pasca Intersip.
b. Peraturan Konsil Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 tentang Tata Cara Registrasi
Dokter
II.3. Asas Program Internsip
Setiap dokter yang akan melakukan praktik kedokteran mandiri di Indonesia wajib
menjalani program internsip guna memperoleh tingkat kemahiran untuk berpraktik secara
mandiri. Kegiatan internsip dilakukan terpisah dari program pendidikan dokter yang
dilaksanakan oleh institusi pendidikan kedokteran (Peraturan Konsil Kedokteran Nomor:
1/KKI/PER/I/2010 Pasal 2).
II.4. Tujuan Internsip
a. Tujuan Umum

Memberikan kesempatan kepada dokter yang baru lulus pendidikan kedokteran untuk
memahirkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan ke dalam pelayanan primer
dengan pendekatan kedokteran keluarga (Peraturan Konsil Kedokteran Nomor:
1/KKI/PER/I/2010 Pasal 3 Ayat 1).
b. Tujuan Khusus
Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama
pendidikan dan menerapkan dalam pelayanan primer;
Mengembangkan keterampilan teknis, klinis, pribadi dan profesi yang menjadi dasar
praktik kedokteran;
Memikul tanggung jawab pelayanan pasien sesuai kewenangan yang diberikan;
Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan keputusan profesional medis dalam
pelayanan pasien dengan memanfaatkan layanan diagnostik dan konsultasi;
Bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika;
Berperan aktif dalam tim pelayanan kesehatan multi disiplin;
Menggali harapan dan jenjang karir lanjutan; dan
Memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam menghadapi tuntutan
profesi terkait dengan fungsinya sebagai praktisi medis.
(Peraturan Konsil Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 3 Ayat 2)
II.5. Peserta Intersip
a. Peserta program internsip adalah dokter yang telah lulus program studi pendidikan
dokter dan telah lulus uji kompetensi namun belum mempunyai kewenangan untuk
praktik mandiri (Peraturan Konsil Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 1 Ayat
6).
b. Dokter yang baru lulus program pendidikan dokter berbasis kompetensi (KBK) yang
akan menjalankan praktik kedokteran dan/atau mengikuti pendidikan dokter spesialis
harus mengikuti program internsip. Sesuai dengan Peraturan Konsil Kedokteran Nomor:
1/KKI/PER/I/2010 Pasal 11: Peraturan ini (Peraturan Konsil Kedokteran Nomor:
1/KKI/PER/I/2010) berlaku bagi lulusan Fakultas Kedokteran yang telah menerapkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi baik yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 maupun yang ditetapkan
oleh Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006.
c. Dokter peserta internsip harus memiliki STR untuk Kewenangan Internsip dari Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) STR untuk Kewenangan Internsip sebagai syarat
memperoleh SIP Internsip (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
299/MENKES/PER/II/2010 Pasal 2 Ayat 3).
d. Program internsip ikatan dinas adalah program internsip yang diikuti dokter dengan
biaya dari pemerintah atau pemerintah daerah dengan kewajiban mengikuti program
penempatan sesuai dengan program kementrian kesehatan setelah menyelesaikan
program internsip (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
299/MENKES/PER/II/2010 Pasal 1 Ayat 3).
II.6. Pelaksanaan
SIP Internsip dikeluarkan oleh Kadinkes Kab/Kota
Biaya untuk memperoleh SIP Internsip ditanggung oleh Pemerintah
STR untuk Kewenangan Internsip dan SIP Internsip hanya berlaku selama menjalani
internsip

Setiap dokter yang telah menyelesaikan program Internsip memperoleh Surat Tanda
Selesai Internsip
II.7. Wahana Internsip
a. Wahana atau tempat pelaksanaan internsip adalah: Rumah sakit; Klinik dokter
keluarga; Pusat Kesehatan Masyarakat; Balai Kesehatan Masyarakat; dan Klinik layanan
primer lainnya milik pemerintah dan swasta; yang terakreditasi dan memenuhi syarat
agar peserta internsip dapat mecapai kompetensi sesuai.
b. Dokter intern bekerja selama 1 tahun (8 bulan di RS dan 4 bulan di Puskesmas), atau 4
poliumum, 4 UGD, 4 pkm melaksanakan pelayanan primer. RS yang diutamakan adalah
tipe C dan D.
c. Layanan yang dilakukan wahana pelatihan meliputi:
Setiap hari memberikan layanan kesehatan dan kedokteran kepada masyarakat,
termasuk layanan kedaruratan medik dan bedah sederhana;
Setiap hari sekurang-kurangnya melayani 20 pasien atau kasus, dengan jenis yang
bervariasi, serta ada sebaran umur dan sebaran jenis kelamin.
Memiliki sarana klinik laboratorum dan sarana farmasi sendiri yang cukup memadai;
dan
Tersedia tenaga dokter yang menjadi pendamping.
(Peraturan Konsil Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 7 Ayat 3)
d. Penempatan dokter baru pada wahana program internsip dilakukan oleh KIDI
bekerjasama dengan KIDI provinsi dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota (Peraturan Konsil Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 Pasal 9 Ayat
2).
II.8. Jangka Waktu Internsip
a. Jangka waktu pelaksanaan program internsip dilaksanakan dalam 1(satu) tahun.
Apabila kompetensi belum dapat dicapai sesuai ketentuan maka dapat diperpanjang
sesuai waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya (Peraturan Konsil Kedokteran Nomor:
1/KKI/PER/I/2010 Pasal 6 Ayat 1).
b. Apabila setelah melewati jangka waktu tertentu peserta internsip tidak memenuhi
persyaratan sesuai ketentuan maka dinyatakan tidak dapat melanjutkan program internsip
dan tidak boleh berpratik profesi dokter (Peraturan Konsil Kedokteran Nomor:
1/KKI/PER/I/2010 Pasal 6 Ayat 2).
II.9. Pelaksanaan Internsip
a. Tahun 2010: FK UNAND Padang
b. Tahun 2011: FK UI, FK UNAIR, FK UGM, FK UNHAS, FK UIN, FK UNPAD, FK
UNSOED, FK UNISULA, FK UN Tanjungpura.
III. Analisa Masalah
a. Kementerian kesehatan dalam upaya menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber
daya manusia kesehatan mengeluarkan kebijakan program internsip. Apakah menjamin
menjadi sebuah solusi? Bagaimana kebijakannya?
b. Mengapa internsip menjadi beda dengan PTT? Bukannya internsip terkesan sama
dengan co-ass?
c. Bagaimana dengan penjaminan kesejahteraan antara internsip ikatan dinas dengan
yang mandiri? Mengapa ada perbedaan demikian? Apakah keduanya sama-sama
mendapat jaminan perlakuan yang sama?

d. Bagaimankah permasalahan yang akan muncul dalam pelaksanaan program internsip


ini mengingat standart dari potensi, sumber daya, dana, sarana dan prasarana serta
persiapan lainnya tiap-tiap daerah bervariasi satu sama lain? Bagaimana kebijakannya?
e. Belum ada pelibatan spesialis dalam pendampingan terhadap intrinsip secara langsung.
Apakah pendampingannya maksimal sesuai yang diharapkan?
f. Bagaimana jaminan bagi lulusan dokter mengenai masalah kesehatan, dan
kesejahteraan mereka pada saat menjalankan internship ?
g. Bagaimana efisiensi waktu untuk program internship mengingat untuk mndapat gelar
dokter saja sudah memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit?
IV. Fokus Pembahasan
a. Institusi pendidikan kedokteran
b. Kurikulum pendidikan dokter
c. PTT dan solusi internsip
d. Sistim pelayanan kesehatan di Indonesia dan kesiapan SDM kesehatan Indonesia
e. Kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
V. Pembahasan
V.1. Institusi pendidikan kedokteran
Institusi pendidikan kedokteran merupakan institusi yang melahirkan generasi dokter
yang mana dalam pendidikan tersebut dibentuk karakter jiwa kemanusiaan dokter. Dalam
hal pelaksanaan pendidikan kedokteran tidaklah sama antar institusi pendidikan
meskipun dalam pelaksanaan kurikulum yang sama. Hal ini juga menjadi suatu
pertimbangan untuk program baru pemerintah dalam melaksanakan kebijakannnya
sebelumnya minimal harus ada persamaan (seperti lama masa studi yang seharusnya)
yang secara tidak langsung menjadi diskriminasi karena akhirnya juga sama-sama satu
tujuan, yaitu menjadi dokter.
V.2. Kurikulum pendidikan dokter
- Kurikulum Baru/Kurikulum Berbasis Kompetensi/KIPDI III
Secara sistematika standart kompetensi dokter terdiri dari 7 area kompetensi yang
diturunkan dari gambaran tugas, peran dan fungsi seorang dokter dalam Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama.
Setiap area kompetensi ditetapan definisinya, yang di sebut kompetensi inti. Setiap area
ompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen ompetensi yang diperinci lebih lanjut
menjadi kemampuan.
Area kompetensi standar kompetensi dokter:
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan Klinis
3. Landasan ilmiah ilmu kedoktern
4. Pengolahan masalah kesehatan
5. Pegolahan informasi
6. Mawas diri dan pengembangan diri
7. Etika, moral, mediolegal, dan profesionalisme serta keselamatan pasien.
- Kurikulum Lama/Konvensional/KIPDI II
Kurikulum ini dilaksanakan dengan menggunakan sistem kredit dan waktu
penyelenggaraannya diatur dengan menggunakan sistem semester.

Dalam sistem kreditbeban studi yang harus diselesaikan peserta didik dalam suatu
jenjang studi dinyatakan dalam bentuk sejumlah suatu redit. Berdasarkan adanya
perbedaan minat, bakat, dan kemampuan antara peserta didik satu dengan yang lain,
maka baik cara, dan waktu untuk menyelesaikan beban studi yang diwajibkan tidak harus
sama bagi setiap peserta didik, meskipun mereka duduk dalam jenjang pendidikan yang
sama.
Tujuan pokok penggunaan sistem kredit adalah untuk:
1. Memberikan kesempatan kepada para peserta didik yg cakap dan giat belajar agar
dapat menyelesaikan studi dalam waktu yg sesingkat-singkatnya.
2. Memberikan kesempatan kepada para peserta didik agar dapat mengiuti kegiatan
pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.
3. Melaksanakan secara maksimal sistem pendidikan masukan ataupun keluaran ganda.
4. Mempermudah penyesuaian kurikulum terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5. Memperbaiki sistem evaluasi kecakapan peserta didi.
V.3. PTT dan solusi internsip
a. Aspek Positif Internsip
Dokter baru akan lebih siap, dan memiliki pengalaman nyata, minimal 1 tahun;
Dalam masa internsip, dokter pendamping dan sejawat lainnya akan terpacu
menjalankan pekerjaan dokter secara lebih profesional;
Memacu dokter melakukan pekerjaan profesi lainnya, selain kontak langsung dengan
pasien;
Mengembangkan pengalaman klinis peserta dengan variasi ragam kasus yang
ditemukan di RSUD ataupun di Puskesmas. Dapat mengikuti perkembangan serta
perjalanan dari kasus yang menurut peserta menarik sambil berkonsultasi dengan dokter
spesialis yang ada di wahana tersebut;
Memberikan kemudahan peserta dalam bekerja di wahana internsip dengan adanya
pendampingan dalam pelaksanaan oleh dokter umum yang telah ditunjuk;
Mengenalkan lebih dekat bidang keilmuan tertentu bagi peserta yang memiliki
kecenderungan terhadap bidang keilmuan tertentu;
Melatih peserta untuk lebih bertanggungjawab dan percaya diri dalam menghadapi
kasus yang ditanganinya;
Memberikan wadah untuk para peserta melatih team work dan seni dalam
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya;
Dalam bidang ilmiah di program internsip, peserta difasilitasi forum diskusi kasus
dengan pendamping yang telah ditunjuk oleh pelaksana program; dan
Adanya alokasi dana dari pusat dalam bentuk uang saku internsip dirasakan sangat
membantu sekaligus hiburan atas sebuah apresiasi kerja interns di tempat.
b. Aspek Negatif Internsip
Belum adanya kesepahaman antara peserta dengan wahana internsip dalam status
peserta internsip yang telah menyandang gelar dokter;
Pendistribusian peserta ke daerah tempat wahana internsip yang hendak dituju belum
merata sehingga target kompetensi yang hendak dicapai belum optimal;
Perhatian dari fakultas kedokteran asal peserta internsip kepada calon peserta internsip
masih kurang;

Belum adanya perlindungan peserta internsip dengan asuransi keselamatan kerja atau
jaminan kesehatan;
Program ini masih dinilai belum memiliki alur penjadwalan kegiatan yang permanen
dan jelas sehingga terjadi masalah terhadap peserta;
Masih terdapat arogansi pendamping dalam menjalankan tugas pendampingan yang
memberikan rasa tidak nyaman terhadap peserta dalam menjalankan tugasnya;
Pengalokasian dana yang telat; dan
Peranan panitia pelaksana program internsip dalam sharing dengan peserta internsip
masih dirasakan belum optimal.
c. Sistim pelayanan kesehatan di Indonesia dan kesiapan SDM kesehatan Indonesia
Konsep Five Star Doctor ini, seorang dokter dituntut untuk menjadi seorang: Care
provider, Decision maker, Communicator, Community leader, Manger. Sehingga
membantu dalam peningkatan sistim pelayanan kesehatan di Indonesia. Seorang dokter
yang memiliki semua karakter yang diidam-idamkan setiap pemimpin:
1. Care Provider, dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya:
Memperlakukan pasien secara holistik
memandang Individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas.
Memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan manusiawi.
Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya.
2. Decision Maker, seorang dokter diharapkan memiliki:
Kemampuan memilih teknologi
Penerapan teknologi penunjang secara etik.
Cost Effectiveness
3. Communicator, seorang dokter, dimanapun ia berada dan bertugas, hendaknya:
Mampu mempromosikan Gaya Hidup Sehat.
Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif.
Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap sehat.
4. Community Leader, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang dokter
hendaknya:
Dapat menempatkan dirinya sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta masyarakat.
Mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
5. Manager, dalam hal manajerial, seorang dokter hendaknya:
Mampu bekerja sama secara harmonis dengan individu dan organisasi di luar dan di
dalam lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitas.
Mampu memanfaatkan data-data kesehatan secara tepat dan berhasil guna.
d. Kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Selain kelima kemampuan diatas, ada juga tujuh area kompetensi yang minimal harus
dimiliki oleh seorang dokter, yaitu komunikasi efektif, Keterampilan Klinis, Landasan
Ilmiah Ilmu Kedokteran, Pengelolaan Masalah Kesehatan, Pengelolaan Informasi,
Mawas Diri dan Pengembangan Diri, Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme
serta Keselamatan pasien. Sehingga diharapkan area kompetensi tersebut dalam dimiliki
seorang dokter sehingga mampu memegang kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan dan hal itu juga harus ditunjang dengan sarana maupun prasarana untuk
menunjangnya.
VI. Rekomendasi Spesifik
a. Kementerian kesehatan dalam upaya menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber
daya manusia kesehatan mengeluarkan kebijakan program internsip. Perlu ditindaklanjuti
oleh semua pihak yang telibat dalam program internsip ini demi terwujudnya pelayanan
kesehatan primer di Indonesia yang optimal, komprehensif, dan merata.
b. Perlu adanya kebijakan antar program pemerintah seperti internsip, PTT, co-ass,
maupun lainnya agar berjalan sinergis memaksimalkan kualitas dokter tanpa adanya
pembebanan dalam pelaksanaanya bagi pelaksananya.
c. Perlu adanya penjaminan kesejahteraan antara internsip ikatan dinas dengan yang
mandiri. Dan sebaiknya tidak ada diskriminasi diantaranya.
d. Kebijakan pemberian uang saku ini ditujukan untuk menunjang biaya kebutuhan
dokter internsip selama menjalankan tugasnya sebaiknya pengaliran dana sesuai dan tepat
waktu demi menjamin kesejahteraan (financial dalam pelaksanaan internsip).
e. Pelaksanaan program internsip perlu adanya standard potensi, sumber daya, dana,
sarana dan prasarana serta persiapan lainnya yang dapat dijalankan tiap-tiap daerah yang
bervariasi satu sama lain sehingga adil dalam pelaksanaanya. Serta distribusi peserta yang
merata sehingga tidak terkesan meumpuk di satu daerah.
f. Sebaiknya ada jaminan kesehatan dan keselamatan selama 12 bulan menjalankan
program ini.
g. Pelibatan spesialis dalam pendampingan terhadap intrinsip secara langsung bisa
menjadi upaya pendampingannya maksimal sesuai yang diharapkan.
h. Perlu fasilitas yang terstandardisasi sehingga perlakuan sama di masing-masing daerah
meskipun sesuai standard sehingga dapat menjamin keberhasilan jalanannya program
internsip.
i. Perlu adanya kebijakan mengenai masa studi seharusnya supaya program dalam
berjalan sinergis dan tidak adanya diskriminasi antar institusi karena tujuannya pun sama
menjadi dokter dengan kekhasan unggulan program masing-masing institusi.
VII. Kesimpulan
Internsip adalah upaya untuk menciptakan dokter yang mampu menjalankan fungsi dan
kewajibannya dengan memiliki kematangan knowledge, skills, dan attitude yang baik.
Dengan program yang masih memerlukan revisi untuk menyempurnakannya, dengan
program internsip ini, diharapkan lulusan dokter Indonesia menjadi Five Star Doctor
yaitu Care provider, Decision maker, Communicator, Community leader, and Manager.
Perlu ditindaklanjuti oleh semua pihak yang telibat dalam program internsip ini demi
terwujudnya pelayanan kesehatan primer di Indonesia yang optimal, komprehensif, dan
merata.
Forum yang menjadi ajang diskusi insan-insan muda calon tenaga kesehatan Indonesia
ini dapat menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang konstruktif dalam usaha-usaha
peningkatan derajat kesehatan bangsa dengan tetap berpijakan pada kearifan Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yakni: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Kajiankajian lanjutan tentang program internsip dalam Forum Mahasiswa Berbicara sebagai

ajang brainstorming lanjutan antara mahasiswa kedokteran dengan para pemangku


kebijakan pendidikan profesi dokter khususnya program Internsip Dokter Indonesia.
VIII. Pustaka
Badan PPSDM Kesehatan KEMENKES RI , 2010, Pelaksanaan Program Internsip dan
PPDS, Rapat Kerja MFKSI , Jakarta.
Giatno, Bambang, 2010, Pengembangan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan, Rapat
Kerja Kesehatan Nasional , Jakarta.
PPD FK UNISMA, 2007, Panduan Akademik Program Pendidikan Dokter Universitas
Islam Malang, PPD FK UNISMA, Malang,
Pengantar Kajian Internsip Forum Mahasiswa Berbicara Nasional 2010 Ikatan Senat
Mahasiswa Kedokteran Indonesia.
Peraturan Konsil Kedokteran Nomor: 1/KKI/PER/I/2010 tentang Tata Cara Registrasi
Dokter.
Permenkes Nomor: 299/MENKES/PER/II/2010 tentang Penyelenggaraan Program
Internsip dan Penemapatan Dokter Pasca Intersip, dasar hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai