Anda di halaman 1dari 4

1.

Tari Korea
Buchaechum atau tari buchae (tari kipas) adalah tari kelompok yang merupakan salah satu tarian
tradisional Korea yang paling terkenal di mancanegara. Tarian ini dipertunjukkan oleh
sekelompok penari wanita yang memegang kipas berwarna-warni. Inti tarian ini adalah variasi
gerakan membuka, menutup, dan membentuk diterpa angin.
Tari ini terkenal karena mempersentasikan keindahan dan keangunan wanita Korea. Para
penarinya membentuk formasi dari kejadian-kejadian di alam seperti deburan ombak, rumpun
bunga, dan kupu-kupu yang berterbangan diterpa angin.
Awalnya, tari ini merupakan bagian dari ritual kuno individual. Ketika ritual itu sudah tidak ada
lagi, lahir tarian rakyat yang penuh kegembiraan, keanggunan, dan kejutan. Penonton akan
merasa seakan mereka berada ditaman bunga karena penarinya memakai beraneka ragam warna
dengan gerakan-gerakan yang beritme dan formasi kipas yang indah.
Kostum tari kipas biasanya jeogori (jaket panjang dengan kemeja yang diikat), mahkota bunga
tradisional, dan kipas yang biasanya berbulu di pinggirnya dan digambari bunga peoni. Kipas
tersebut selalu dibuka dan ditutup sebagai bagian dari tarian.
2. Tarian jepang
Chakkirako adalah tari rakyat dari kawasan Nakazaki dan Hanagure di Distrik Misaki, Kota
Miura, Prefektur Kanagawa, Jepang. Tari ini dibawakan setahun sekali pada 15 Januari sebagai
tradisi perayaan tahun baru kecil (koshogatsu). Penari berjumlah sekitar 20 anak perempuan usia
taman kanak-kanak hingga sekolah dasar (5 hingga 12 tahun). Mereka menari di depan kuil
Shinto dan beberapa rumah tinggal penduduk setempat.
Setelah menerima penyucian dari pendeta Shinto, pagi hari sekitar pukul 10.00, para penari
mulai menari untuk Kuil Kainan sekitar pukul 10.30. Tarian mereka melambangkan harapan
penduduk setempat untuk memperoleh tangkapan ikan melimpah, dagangan laris, dan rumah
tangga yang rukun. Selepas tengah hari, tarian dipersembahkan kepada Ry Kamisama di depan
kuil kecil di kawasan Nakazaki-Hanakure. Selanjutnya, penari berganti kostum
dengan hakama berwarna merah dilengkapi suikan dan penutup kepala eboshi. Dari siang hingga
senja, mereka menari berkeliling di toko-toko dan rumah penduduk setempat yang berpengaruh.
Pada tahun 1976, Pemerintah Jepang menetapkan Chakkirako sebagai Warisan Penting Budaya
Takbenda Rakyat. UNESCO memasukkan tari ini ke dalam Daftar Representatif Budaya
Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2009.
3. Tari Indonesia
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat
ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya
dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah
Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.
Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi .
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak
seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat
ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.

Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar.
Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung
jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan
secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di
halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian
upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan
perlengkapan sesajen lainnya.
4. Tarian Malaysia
Tari Barongan adalah nama lain dari tarian reog di wilayah Malaysia tepatnya
di Johor dan Selangor, merupakan tarian rakyat Jawa Timur yang dibawa ke Malaysia sekitar
1722, oleh masyarakat Jawa terutama yang berasal dari Ponorogo ketika sedang merantau di
sana. Tarian ini menjadi kontroversi karena dinyatakan sebagai warisan budaya Malaysia
dalam situs web resmi Kementerian, Kesenian dan Warisan Malaysia. Dalam situs yang sama
deskripsi cerita pertunjukan reog ini digambarkan sebagai kisah Nabi Sulaiman dengan binatangbinatang yang dapat berbicara, di saat ada harimau dan seekor merak yang berinteraksi dengan
menari.Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat Ponorogo dan sentimen negatif rakyat Indonesia
terhadap Malaysia. Pada saat penyelidikan tentang hal ini terungkap bahwa warisan budaya yang
dikenal sebagai "tari barongan" di Malaysia ternyata mengimpor dadak merak, yang merupakan
simbol atraksi utama tarian, dari Ponorogo.
Menurut legenda Barongan adalah hewan mistik yang berasal dari orang yang disumpah peri.
Hal ini terjadi karena dia mengejek peri itu. Barongan itu kemudian diperintah untuk mengekori
Kuda Kepang sejak itu, itulah mengapa tarian Kuda Kepang selalu diikuti dengan presentasi
Barongan hingga kini.
Tari Naga

disebut juga Liang Liong di Indonesia adalah suatu pertunjukan dan tarian tradisional dalam
kebudayaan masyarakat Tionghoa. Seperti juga Tari Singa atau Barongsai, tarian ini sering
tampil pada waktu perayaan-perayaan tertentu. Orang Tionghoa sering menggunakan istilah
'Keturunan Naga'( atau , lng de chun rn) sebagai suatu simbol identitas
etnis.
Dalam tarian ini, satu regu orang Tionghoa memainkan naga-nagaan yang diusung dengan
belasan tongkat. Penari terdepan mengangkat, menganggukkan, menyorongkan dan mengibaskibaskan kepala naga-nagaan tersebut yang merupakan bagian dari gerakan tarian yang
diarahkan oleh salah seorang penari. Terkadang bahkan kepala naga ini bisa mengeluarkan asap
dengan menggunakan peralatan pyrotechnic.
Para penari menirukan gerakan-gerakan makhluk naga ini --- berkelok-kelok dan berombakombak. Gerakan-gerakan ini secara tradisional melambangkan peranan historis dari naga yang

menunjukkan kekuatan yang luar biasa dan martabat yang tinggi. Tari naga merupakan salah satu
puncak acara dari perayaan Imlek di pecinan-pecinan di seluruh dunia.
Naga dipercaya bisa membawa keberuntungan untuk masyarakat karena kekuatan, martabat,
kesuburan, kebijaksanaan dan keberuntungan yang dimilikinya. Penampilan naga terlihat
menakutkan dan gagah berani, namun ia tetap memiliki watak yang penuh kebajikan. Hal-hal
inilah yang pada akhirnya menjadikannya lambang lencana untuk mewakili kekuasaan
kekaisaran
Sejarah
Tari Naga ini berasal dari zaman Dinasti Han (tahun 180-230 SM) dan dimulai oleh orangorang Tionghoa yang memiliki kepercayaan dan rasa hormat yang besar terhadap naga.
Dipercaya bahwa pada mulanya tarian ini adalah bagian dari kebudayaan pertanian dan masa
panen, disamping juga sebagai salah satu metode untuk menyembuhkan dan menghindari
penyakit. Tarian ini sudah menjadi acara populer di zaman Dinasti Sung (960-1279 M) dimana
acara ini telah menjadi sebuah kebudayaan rakyat dan, seperti barongsai, sering tampil di
perayaan-perayaan yang meriah.
Sejak semula naga-nagaan dalam Tari Naga ini dibuat dengan menggabungkan gambarangambaran dari berbagai hewan yang lumrah ditemui. Kemudian naga kaum Tionghoa ini
berkembang menjadi sebuah makhluk dunia dongeng yang dipuja dalam kebudayaan Tionghoa.
Bentuk fisiknya merupakan gabungan dari bagian fisik berbagai hewan, diantaranya tanduk dari
rusa jantan, telinga dari banteng, mata dari kelinci, cakar dari harimau dan sisik dari ikan --semuanya melengkapi tubuhnya yang mirip dengan tubuh ular raksasa. Dengan ciri-ciri ini, naga
dipercaya sebagai makhluk amfibi dengan kemampuan untuk bergerak di tanah, terbang di udara
dan berenang di laut --- memberikan mereka peranan sebagai penguasa langit dan hujan.
Para kaisar di Cina kuno menganggap diri mereka sendiri sebagai naga. Oleh karenanya naga
dijadikan lambang dari kekuasaan kekaisaran. Ia melambangkan kekuatan magis, kebaikan,
kesuburan, kewaspadaan dan harga diri.
Tari Naga saat ini adalah sebuah karya penting dalam kebudayaan dan tradisi Tionghoa. Tarian
ini telah tersebar di seluruh Cina dan seluruh dunia. Karya ini menjadi sebuah pertunjukan seni
khususTionghoa, melambangkan kedatangan keberuntungan dan kemakmuran dalam tahun yang
akan datang bagi semua manusia di bumi.
Berdasarkan catatan sejarah, berlatih seni ilmu bela diri Cina sangatlah populer dalam
periode Chun Chiu. Di waktu-waktu kosong, Tari Naga ini juga diajarkan kepada para pelajar
ilmu bela diri untuk menambah semangat. Di zaman Dinasti Ching, kelompok Tari Naga dari
propinsi Foochow pernah diundang untuk tampil di istana kaisar di Beijing. Kaisar Ching
memuji dan kagum akan keterampilan mereka, sehingga langsung memberikan ketenaran yang
luar biasa bagi kelompok Tari Naga ini.

Anda mungkin juga menyukai