Andita Uzlifatil J
110910302020
SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2012
Gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki atau perempuan yang dikonstruksikan
secara sosial budaya Relasi antara laki-laki dan perempuan.
Konsep gender yang sebenarnya merupakan peran dan perilaku laki-laki dan perempuan
sesuai dengan pengaharapan sosial, sering kali dianggap sebagai ketentuan atau kodrat yang
tidak dapat dirubah. Hal tersebut menjadi masalah karena kekeliruan tersebut menimbulkan
ketidakadilan terutama bagi perempuan. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai
ketidakadilan yakni: Marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi, pembentukan
stererotipe, kekerasan, beban ganda, serta sosialisasi ideologi nilai peran gender (Fakih,
2010:13).
Mansour Fakih menggolongkan ada 5 bentuk ketidak adilan Gender yaitu : Marginalisasi
dan Proses Pemiskinan Ekonomi Subordinasi / Anggapan tidak penting Stereotipe / Pelabelan
Negatif Kekerasan Terhadap Perempuan Beban Ganda Perempuan (Double Burden)
Marginalisasi (pemiskinan) sumbernya: kebijakan pemerintah, keyakinan tafsiran agama,
keyakinan tradisi dan kebiasaan juga asumsi ilmu pengetahuan. Contoh kasus: Kebijakan
revolusi hijau Pembagian waris
Subordinasi Anggapan perempuan: Irasional, emosional mengakibatkan perempuan tidak
bisa tampil memimpin. Faktor tersebut berakibat munculnya sikap menganggap tidak penting
posisi perempuan Contoh kasus: Perempuan Jawa dianggap tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi,
karena akhirnya kembali ke dapur. Aturan pemerintah, di mana istri harus ijin suami ketika akan
studi lanjut ke luar negeri Keputusan orang tua memprioritaskan sekolah bagi anak laki-laki dari
pada perempuan ketika keuangan keluarga terbatas
Stereotipe (pelabelan) Penandaan terhadap perempuan selalu merugikan dan
menimbulkan ketidakadilan. Contoh kasus: Perempuan berolek dalam rangka memancing
perhatian lawan jenis, maka dalam setiap ada kasus pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan
stereotipe tersebut. Masyarakat juga cenderung menyalahkan korbannya. Anggapan bahwa tugas
perempuan adalah melayani suami maka ini juga berakibat jika pendidikan untuk perempuan
dinomorduakan.
Kekerasan / Violence Adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas
mental psikologis seseorang. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender disebut gender related
violence. Kekerasan gender antara lain: - pemerkosaan perempuan Tindakan pemukulan dan
serangan fisik yang terjadi dalam rumah tangga (domestic violence) Penyiksaan yang mengarah
ke alat kelamin (genital violence) Kekerasan dalam pelacuran Kekerasan dalam bentuk
pornografi Kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam KB (enforced sterilization)
Kekerasan terselubung (molestation) Pelecehan seksual (sexual and emotional harassment).
Teori Nature
Menurut teori nature adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrati
sehingga harus diterima apa adanya. Perbedaan biologis itu memberikan indikasi dan implikasi
bahwa diantara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yangberbeda. Ada peran dan tugas
yang dapat dipertukarkan, tetapi ada tugas yang memang berbeda dan tidak dapat dipertukarkan
secara kodrat alamiahnya.
Dalam proses pengembangannya banyak kaum perempuan sadar terhadap beberapa
kelemahan t eori nurture di atas, lalu beralih ke teori nature Pendekatan nurture
dirasa tidak menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam hidup berkeluargadan
bermasyarakat.Perbedaan biologis diyakini memiliki pengaruh pada peran yang bersifat naluri
(instinct ).
Perjuangan kelas tidak pernah mencapai hasil yang memuaskan karena manusia
memerlukan kemitraan dan kerjasama secara struktural dan fungsional.Manusia baik perempuan
maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuaidengan fiungsinya masing-masing. Dalam
kehidupan sosial ada pembagian tugas(division of labor ) begitu pula dalam kehidupan keluarga.
Harus ada kesepakatan antara suami istri, siapa yang menjadi kepala keluarga dan siapa yang
menjadi iburumah tangga. Dalam organisasi sosial juga dikenal ada pimpinan dan ada
bawahan(anggota) yang masing-masing mempunyai tugas, fungsi dan kewajiban yang berbeda
dalam mencapai tugas, fungsi dan kewajiban yang berbeda dalam mencapai tujuan.
Talcott Parsons (1902 1979) dan Parsons & Bales berpendapat bahwa keluarga
adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami dan isteri untuk
saling melengkapi dan saling membantu satu sama lain. Karena itu peranan keluarga
semakin penting dalam masyarakat modern terutama dalam pengasuhan dan pendidikan anak.
Keharmonisan hidup hanya dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas yang serasi
antara perempuan dan laki-laki, dan hal ini dimulai sejak dini melalui Pola Pendidikan dan
Pengasuhan anak dalam keluarga.
Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang menerima perbedaan peran,asal
dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh kesempatan (komitmen) antarasuami isteri dalam
keluarga atau antara kaum perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat
dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara
kaum perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan
keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk mewujudkan
gagasan tersebut, maka dalam setiap kebijakan dan strategi pembangunan agar diperhitungkan
kepentingan dan peran perempuan dan laki-laki secara seimbang. Hubungan di antara kedua
elemen tersebut bukan salingbertentangan tetapi hubungan komplementer guna saling
melengkapi satu sama lain.
R.H. Tawney menyebutkan bahwa keragaman peran apakah karena faktorbiologis, etnis,
aspirasi, minat, pilihan, atau budaya pada hakekatnya adalah
realita kehidupan manusia. Hubungan laki-laki dan perempuan bukan dilandasi dikotomis, bukan
pula struktural fungsional, tetapi lebih dilandasi kebutuhan kebersamaan guna membangun
kemitraan yang harmonis, karena setiap pihak punya kelebihansekaligus kekurangan, kekuatan
sekaligus kelemahan yang perlu diisi dan
dilengkapi pihak lain dalam kerjasama yang setara.
Analisis
Perbedaan wanita dan laki-laki banyak mempunyai beberapa versi pengertian dan peran.
Dari dalu laki-laki adalah peran rumah tangga yang menonjol. Tetapi berkembangnya zaman,
sekarang wanita tidak kalah expresi maupun tingkah laku yang mirip dengan kelakuan laki-laki
yang menjadi sosok pemimpin rumah tangga,kepengurusan,kepanitian bahkan kepala Negara.
Contohnya saja mantan Presiden Republik Indonesia adalah Megawati Soekarno Putri yang
mendapatkan mandataris ataupun kepercayaan menjadi ibu Presiden Negara kita.
Jadi kesimpulannya zaman sekarang wanita dan laki-laki tidak ada perbedaan melakukan
apa yang ingin dia perbuat, atau wanita sama saja perannya dengan laki-laki maksud disini peran
wanita dan laki-laki kedudukan yang setara.