Anda di halaman 1dari 3

Konsep escape tectonics (extrusion tectonics) yang dikemukakan oleh Molnar dan

Tapponnier (1975), Tapponnier dkk. (1982), dan Burke dan Sengr (1986). Escape tectonics
adalah konsep tektonik yang membicarakan terjadinya gerak lateral suatu blok geologi
menjauhi suatu wilayah benturan di benua dan bergerak menuju wilayah bebas di samudra.
Bila kita memperhatikan Benua Asia di sisi tenggaranya, di tempat Indonesia Barat atau lebih
tepatnya Sundaland (meliputi: Indonesia Barat, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja,
Indocina) berlokasi, nampak bahwa bagian ini terlalu menonjol sendiri ke selatan-tenggara.
Dalam geografi, wilayah yang seperti ini disebut promontory, yaitu wilayah semenanjung
yang menonjol keluar dari batas umumnya. Dalam geologi, wilayah yang seperti ini mestinya
tak terjadi begitu saja, mesti ada penyebabnya mengapa ia berjalan terlalu jauh keluar dari
batas umumnya.
Adalah beberapa ahli geologi dari beberapa negara yang menekuni tektonik regional
yang pada tahun 1970-an dan 1980-an meneliti dan mempublikasikan masalah continental
wrench tectonics, yaitu sesar-sesar mendatar besar sekali yang melintasi benua-benua dan

menggeser-gesernya. Yang paling terkenal dari sekumpulan para ahli tersebut adalah
Tapponnier dari Prancis yang mengeluarkan teori extrusion tectonics (Tapponnier et al.,
1982) berdasarkan penelitiannya atas India, Asia Timur, dan Asia Tenggara.
Tapponnier meneliti sesar-sesar mendatar besar yang melintasi Cina di sebelah utara
India yang tak jarang menyebabkan gempa-gempa sangat besar dan pernah menewaskan
ratusan ribu penduduk Cina. Seorang ahli terkenal lainnya di kelompok ini adalah Molnar,
yang meneliti benturan (collision) India atas Asia yang mungkin bertanggung jawab atas
kejadian sesar-sesar besar di Cina itu.
Maka dua paper klasik dikeluarkan kelompok ini: Molnar and Tapponnier (1975):
Cenozoic Tectonics of Asia: Effects of a Continental Collision Science v.189, p.419-426,
dan Tapponnier et al. (1982): Propagating Extrusion Tectonics in Asia: New Insights from
Simple Plasticine Model Geology v.10, p.611-616.
Inti kedua paper ini adalah bahwa benturan India atas Asia telah menyebabkan
pergeseran keluar (ekstrusi) beberapa blok kerak Bumi menjauhi area benturan, dengan cara
bergeser melalui sesar-sesar mendatar besar dan pembukaan cekungan.
Kemudian para ahli lain mengembangkan dan mengaplikasikan Extrusion Tectonics
ini ke wilayah-wilayah lain di seluruh dunia. Yang klasik tentang ini adalah paper dari Kevin
Burke dan Celal Sengr (1986): Tectonic Escape in the Evolution of the Continental Crust
American Geophysical Union Geodynamic Series, no. 14, p. 41-53. Perhatikan bahwa
Burke dan Sengr (1986) menyebut extrusion tectonics sebagai escape tetctonics
pengertiannya sama.
Pada sekitar 50 atau 45 juta tahun yang lalu, Sub-Kontinen India mulai membentur
Asia di bagian baratdaya Cina. Benturan ini telah memperlambat laju gerak India ke utara,
tetapi ia tidak menghentikannya. Sampai sekarang pun India masih bergerak ke utara, dan
telah masuk mengindentasi (menyodok masuk) kerak Eurasia di sisi baratdaya Cina sampai
sejauh 2500 km.
Benturan ini, banyak orang tahu, telah membentuk pegunungan paling tinggi di dunia,
Himalaya, yang hampir 9000 meter tingginya menjulang ke langit. Jadi Pegunungan
Himalaya adalah sebuah pegunungan hasil benturan, atau suture yaitu batas benturan dua
massa kerak Bumi (dalam hal ini India vs. Asia baratdaya). Benturan India ini juga, banyak
orang tahu, telah mengangkat Tibet menjadi dataran tinggi, plato, paling tinggi di dunia, di
banyak tempat lebih dari 5000 meter.
Namun, para ahli memperhitungkan bahwa Pegunungan Himalaya harusnya bisa
setinggi 12.000 meter karena benturan itu, mengapa lalu ia hanya sekitar 8800 meter, apakah
puncak Himalaya sebagian dierosi. Erosi jelas terjadi, tetapi Himalaya pun masih bertambah
tinggi sekitar 0,5 cm per tahun karena bagian depan kontinen India yang semula tenggelam
dalam benturan tengah naik kembali (ekshumasi). Lalu mengapa ia lebih rendah daripada
seharusnya? Karena, sebagian energi benturannya menjadi extrusion/escape tectonics yang
menendang Asia Timur dan Sundaland bergerak masing-masing ke timur dan tenggara.
Dalam geologi, suatu gangguan gaya tak akan berhenti begitu saja. Kalau ada aksi
maka selalu akan ada reaksi. Kalau ada yang diangkat, maka akan ada yang ditenggelamkan.

Kalau ada yang dibenturkan masuk, maka akan ada yang ditendang keluar. Tendangan
keluar adalah escape tectonics, atau extrusion tectonics. Cina dan Asia Tenggara/Sundaland
dikoyak-koyak dan dimodifikasi geologinya oleh escape structures. Dan, sesar-sesar
mendatar besar di Cina adalah escape tectonics, sekaligus penebar malapetaka: Altyn Tagh
Fault, Nan Shan Fault, Karakorum Fault, Shansi graben (transtension) adalah wilayahwilayah sesar mendatar besar yang menjadi sarang pusat-pusat gempa besar. Dan di
Sundaland, banyak sekali sesar-sesar mendatar besar yang juga tak jarang menjadi pusatpusat gempa: Sesar Sumatra, Red River Fault, Three-Pagoda, Mae Ping Fault dan sebagainya.
Escape structures yang lain adalah pembukaan cekungan-cekungan, baik hanya menipiskan
kerak benua (Selat Makassar) maupun memisahkan kerak benua sampai muncul kerak
samuderanya (Laut Andaman, Laut Jepang, Laut Cina Selatan).
Dengan cara extrusion/escape tectonics melalui sesar-sesar mendatar besar dan
pembukaan beberapa cekungan menjadi laut atau samudera kecil, blok-blok kerak Bumi
bergeser ratusan sampai lebih dari 1000 km ke arah luar (ke arah sisi samudera yang bebas
terbuka free oceanic edge) menjauhi pusat benturan. Maka dengan cara inilah Sundaland
bergerak sekitar 750 km ke arah tenggara melalui sesar-sesar besar di Indocina (Red River
Fault, Three-Pagoda, Mae Ping Fault), Sesar Sumatra, Sesar Lupar-Adang-Paternoster di
Kalimantan dan Selat Makassar, pembukaan Laut Cina Selatan, dan Laut Andaman.
Yang tidak diketahui oleh Tapponnier dkk. pada masa itu adalah terrane tectonics,
sebab terrane tectonics berkembang pada akhir 1980-an, tetapi teori ini tidak melawan
extrusion/ escape tectonics, justru mengakomodasinya, yaitu bahwa sesar-sesar mendatar
besar post-collision itu terjadi tidak di sembarang tempat di kontinen, tetapi di batas-batas
terranes yang berbenturan (dalam teori terrane tectonics: kontinen itu dibangun oleh banyak
terranes yang saling berbenturan), atau di wilayah-wilayah suture, yaitu zona lemah. Jelas,
bahwa sutures ini terbuka kembali, direaktivasi, menjadi sesar-sesar besar extrusion/escape
tectonics. Di Sumatra maupun Kalimantan pun begitu, Sesar Sumatra terjadi di suture
benturan antara terrane Woyla di tepi barat Sumatra dan terrane Mergui di badan utama
Sumatra. Sesar Lupar-Adang-Paternoster juga terjadi di ujung terrane Schawaner dan
Paternoster.

Sumber :
1. http://geologi.iagi.or.id/2007/05/23/escape-tectonics-indonesia/ (diakses tanggal
07-02-2015)
2. https://geotrekindonesia.wordpress.com/2014/08/27/extrusion-escape-tectonicsof-sundaland/ (diakses tanggal 07-02-2015)

Anda mungkin juga menyukai