Oleh :
M.HOLIS ANDI WIRATNO
141710101078
THP C
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Telur ayam terdiri dari sebuah sel reproduktif seperti pada mamalia. Pada
ayam, sel telur tersebut dikelilingi oleh kuning telur (yolk), albumen, membran
kerabang, kerabang dan kutikula. Kerabang pada telur terbuat dari bahan CaCO3
atau kalsit (Suprijatna et al., 2005).
Komponen penyusun telur adalah cangkang (kulit telur), membran putih
telur, membran kuning telur dan kuning telur. Warna telur dipengaruhi oleh zat
warna yang dikumpulkan dalam kerabang pada saat penbentukan di dalam uterus
(Syarief dan Irawati, 1990).
Susu adalah cairan hasil pemerahan yang sempurna, dan terus menerus dari
ambing sapi yang sehat tanpa dibubuhi atau dikurangi bahan tertentu. Susu
merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru dilahirkan karena
mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas serta vitamin
A, C dan D dalam jumlah memadai. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan
hingga kuning keemasan. Hal tersebut dipengaruhi oleh lemak, kalsium dan kasein.
Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin
berasal dari klorida, sitrat, dan garam-garam mineral lainnya. Komposisi susu terdiri
dari air (87.9 persen), laktose (4.60 persen), vitamin, enzim, gas dan mineral serta
bahan kering (12.1 persen). Bahan kering yang terdiri dari lemak (3.45 persen) dan
bahan kering tanpa lemak (8.65 persen). Bahan kering tanpa
lemak terdiri dari protein (3.20 persen), kasein (2.70 persen) dan albumin (0.50
persen). Susu memiliki beberapa manfaat yang yang berguna bagi kesehatan
tubuh. Beberapa manfaat susu antara lain adalah pencegahan osteoporosis,
mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan.
Tujuan
1.Untuk mengetahui masing Standart Mutu tiap janis-jenis susu dan telur
2.untuk mengetahui masing-masing karakter fisik dan kimia dari telur dan susu
TELUR
Komponen pokok telur adalah putih telur (albumen), kuning telur ( yolk ),
dan kulit telur (egg shell ). Masing masing mempunyai persentase berat yang
berbeda yaitu kulit telur 11%, putih telur 58% dan kuning telur 31%. Dari ketiga
komponen itu jelaslah berat putih telur lebih mendominasi dibandingkan kuning
telur ataupun cangkangnya.
Kulit telur (cangkang) biasanya didominasi oleh garam yaitu kalsium
karbonat (CaCO3) yang apabila dibakar akan menghasilkan kalsium hidroksida
(Ca(OH2) yang berguna untuk campuran rempeyek, menyirih, dan campuran buah
dalam sirup. Telur unggas biasanya halus, kuat dan berkapur. Faktor-faktor yang
pempengaruhi ketebalan kulit telur antara lain sifat turun-temurun dari induknya,
musim/cuaca pembuahan, makanan induk dan faktor fisiologi lain. Contohnya ayam
yang mendapat makanan dengan kandungan kalsium (Ca) yang cukup banyak akan
menghasilkan telur dengan kulit yang lebih tebal.
Putih telur merupakan bagian terbesar dari komponen telur lainnya.
Komponen yang biasa disebut albumen ini menjadi sumber protein untuk berat
keringnya. Namun, albumen tidak dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah karena
mengandung protein antigizi seperti avidin (protein yang dapat menurunkan
ketersediaan biotin yang merupakan salah satu golongan vitamin B kompleks)
dan
Ruang udara
Telur yang segar memiliki ruang udara yang lebih kecil dibandingkan telur
yang sudah lama. Menurut Sudaryani (2003), kualitas telur dapat dikelompokkan
berdasarkan
ukuran
kedalaman
ruang
udaranya.
Pembagiannya
Putih Telur
yaitu
Putih telur terdiri 40% berupa bahan pada yang terdiri dan empat lapisan
yaitu : lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian dalam dan lapisan
"Chalaziferous". Kekentalan putih telur yang semakin tinggi dapat ditandai dengan
tingginya putih telur kental Hal ini menunjukkan bawa telur kondisinya masih segar,
karena putih telur banyak mengandung air, maka bagian ini lebih mudah cepat
rusak (Sirait, 2001).
Kuning Telur
Kuning telur memiliki warna bervariasi, mulai dari kuning pucat sampai
jingga. Kuning telur mengandung zat warna (pigmen) golongan karotenoid yaitu
xantofil, lutein,dan zeasantin serta sedikit betakaroten dan kriptosantin. Warna atau
pigmen yang terdapat dalam kuning telur sangat dipengaruhi oleh jenis pigmen
yang terdapat dalam ransum yang dikonsumsi (Winarno, 2002)
akan semakin baik jika tekstur kulitnya halus dan keadaan kulit telurnya utuh serta
tidak retak Berat telur (Subangkit, Mulyono. 1996)
Menurut Indratiningsih dan Rihastuti (1996), berat telur pada saat peneluran
bervariasi antara 52 sampai dengan 57,2 gram dan mempunyai hubungan linear
dengan lama penyimpanan, makin lama penyimpanan makin besar persentase
penurunan berat telur. Ukuran telur dibagi menjadi 6 golongan, yaitu jumbo dengan
berat lebih dari 65 gr, extra large 60 sampai 65 gr, large/besar 55 sampai 60 gr,
medium 50 sampai dengan 55 gr, small/kecil 45 sampai 50 gr, dan peewee di
bawah 45 gr (Stewart dan Abbott, 1972).
1.2 Kualitas Kimia Telur
Komposisi kimia telur yang baik menunjukkan kebutuhan embrio terhadap
nutrisi dan pertumbuhan seperti kalsium, fosfor, natrium, kalium, magnesium,
ferrum, yodium, mangan, zink, kobalt, dan kuprum (Effendie, 1997). Material kimia
yang Material yang dibutuhkan selama perkembangan secara umum dapat dibagi
menjadi dua, yaitu material yang dibutuhkan langsung untuk sintesis jaringan
embrionik dan material yang digunakan untuk energi metabolisme.
Telur mengandung protein lebih dari 10%, bahkan telur ayam mengandung
protein 12,8% dan itik 13,1%. Di dalam telur juga terdapat aneka vitamin seperti
Kualitas Telur
Kualitas telur ditentukan oleh beberapa hal, antara lain oleh
faktorketurunan, kualitas makanan, sistem pemeliharaan, iklim, dan umur
telur .(Nugraha dkk, 2013).
Dalam penentuan kualitas telur, ada beberapa faktor yang
diperhatikan. Pada dasarnya ada 2 cara dalam penentuan kualitas telur yaitu
penentuan kualitas secara eksterior dan penentuan secara interior.
Penentuan kualitas telur secara eksterior.dalam penentuan kualitas telur
secara eksterior, bebrapa factor yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan
berat telur.
Sedangkan dalam penentuan kualitas telur secara interior bisa dilihat
dari Kondisi Yolk, yaitu karakteristik yang menentukan kualitas yolk adalah
warna dari yolk, bentuk yolk dan kekuatan selaput yang membungkus yolk.
Untuk menentukan warna kuning telur dapat diukur dengan menggunakan
standar warna kuning telur dari Roche yang memiliki 15 seri warna dari
yolk.Pengukuran wama kuning telur ini perlu dilakukan, untuk menunjukkan
pigmentasi pada yolk.Bentuk yolk dinyatakan dengan perbandingan antara
antara tinggi dan lebar yolk yang dinyatakan dengan indeks yolk. Indeks yolk
yang baik berkisar antara 0,42 sampai 0,40. kemampuan yolk untuk tetap
utuh selama pemecahan telur menunjukkan fungsi kekuatan selaput vitelina.
Faktor Mutu
Tingkatan Mutu
Mutu I
Mutu II
Mutu III
Kerabang
a. Keutuhan
Utuh
Utuh
Utuh
b. Bentuk
c. Kelicinan
Normal
Licin (halus)
Normal
Boleh ada
Boleh Abnormal
Boleh kasar
bagian-bagian
d.
Bersih bebas
yang kasar
Bersih bebas
Kebersihan
dari kotoran
dari kotoran
yang
yang
noda
menempel
menempel,
maupun noda
boleh ada
sedikit noda
Kantong Udara (dilihat dengan peneropongan)
a.
Kurang dari
0.5 0.9 cm
1 cm atau lebih
Kedalaman
b.
0.5 cm
Tetap
Bebas
Kebebasan
ditempat
bergerak
seperti busa
bergerak
Keadaan Putih Telur (dilihat dari peneropongan)
a.
Bebas dari
Bebas dari
Kebersihan
noda (darah,
noda (darah,
daging, atau
daging, atau
lainnya
benda asing
benda asing
lainnya)
lainnya)
b.
Kental
Sedikit encer
Kekentalan
Bulat
Agak Gepeng
Gepeng
b. Posisi
Ditengah
Ditengah
Agak kepinggir
c. Bayangan
Tidak jelas
Agak Jelas
Jelas
Bersih
Bersih
Khas
Khas
Khas
batas-batas
d.
Kebersihan
5
Bau
SUSU
Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang
dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan
(Hadiwiyoto, S., 1983).
putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan
partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah karena
lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan
menunjukkan warna kebiruan.
2. Rasa dan bau
Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas air
susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa
asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Bahwa cita rasa
yang kurang normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan hal ini mungkin
merupakan akibat dari:
a. Sebab-sebab fisiologis seperti cita rasa pakan sapi misalnya alfalfa,
bawang merah, bawang putih, dan cita rasa algae yang akan masuk ke dalam susu
jika bahan-bahan itu mencemari pakan dan air minum sapi.
b. Sebab-sebabdari enzim yang menghasilkan cita rasa tengikkarena
kegiatan lipase pada lemak susu.
c. Sebab-sebab kimiawi, yang disebabkan oleh oksidasi lemak.
d. Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas
air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh sebab dari bakteri
yang
timbul
sebagai
akibat
pencemaran
dan
pertumbuhan
bakteri
yang
menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil samping metabolik
lainnya yang mudah menguap.
e. Sebab-sebab mekanis, bila susu mungkin menyerap cita rasa cat yang ada
disekitarnya, sabun dan dari larutan chlor.
3. Berat jenis
Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu =
1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air susu
adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu
sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan
sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan
tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan
lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh :
perubahan kondisi lemak
Adanya gas yang timbul didalam air susu
4. Kekentalan air susu (viskositas)
Seperti BJ maka viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air susu
biasanya berkisar 1,5 2,0 cP. Pada suhu 20C viskositas whey 1,2 cP, viskositas
susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air susu
mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut juga menentukan viskositas air susu.
Sifat ini sangat menguntungkan dalam pembuatan mentega.
5. Titik beku dan titik cair dari air susu
Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah 0.500 0
C. Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi 0.520 0 C. Titik beku air
adalah 00 C. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan penambahan air, maka
dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji penentuan titik beku. Karena
campuran air susu dengan air akan memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari
air dan lebih kecil dari air susu. Titik didih air adalah 100C dan air susu 100.16C.
Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan air susu dengan air.
6. Daya cerna
Air susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat
dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau 100%. Oleh
karena itu air susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi
bahan makanan baik dari hewani terlebih-lebih nabati yang sama daya cernanya
denagn air susu (Abdulla, S. 1988).
susu
selain
air
merupakan Total
Solid(TS)
dan Total
Solid tanpa
komponen lemak merupakan Solid non Fat (SNF). Beberapa istilah lain yang biasa
digunakan sehubungan dengan komponen utama susu ini adalah plasma susu atau
susu skim, yaitu bagian susu yang mengandung semua komponen kecuali lemak
dan serum susu atau biasa disebut Whey, yaitu bagian susu yang mengandung
semua komponen susu kecuali lemak dan kasein.
Pada umumnya kandungan air dalam susu berkisar antara 82 90 %, lemak
antara 2,5 8,0 %, kasein antara 2,3 4,0 %, gula antara 3,5 6,0 %, albumin
antara 0,4 1,0 % dan abu antara 0,5 0,9 %.
Tabel 2.1 Komposisi Susu Segar Sapi
Komponen
Persentase
Air
87,25
Bahan padat (TS)
12,75
Lemak
3,80
Protein
3,50
Gula
4,80
Abu
0,65
Karakteristik
a. Berat Jenis (pada suhu
Satuan
g/ml
27,5C) minimum
b. Kadar lemak minimum
1,0280
3,0%
8,0%
2,7%
Tidak ada perubahan
kekentalan
f. Derajat asam
g. Uji alkohol (70%) v/v
Syarat
SH
6 7 SH
Negatif
3(cc)
i. Angka refraksi
j. Angka reduktase
36-38
2 5 jam
k. Cemaran mikroba
maksimum :
1. Total kuman
2. Salmonella
CFU/ml
-
1 x 106 CFU/ml
Negatif
Negatif
20/ml
3.
4.
5.
6.
E. coli (patogen)
Coliform
Streptococcus Group B
Staphylococcus aureus
Ml
Ml
Negatif
1 x 102 ml
4 x 105 /ml
Ppm
ppm
n. Residu :
- Antibiotika
- Pestisida / insektisida
0,3
0,5
0,5
0,5
ppm
ppm
ppm
ppm
Negatif
p. Uji Pemalsuan
q. Titik Beku
r. Uji peroxidase
Negatif
C
Karakteristik
Air
Bahan kering
Abu
Lemak
Protein
Syarat
20 30 %
70 80 %
1,15 2,2 %
8 10 %
7 10 %
Laktosa
10 14 %
Sakarosa
42 48 %
Bahan Pengawet
Logam berbahaya
Bakteri
Negatif
Negatif
Negatif
4. Susu Pasteurisasi
Standar Mutu Susu Pasteurisasi SNI 01-3951-1995 :
Syarat
A
B
Karakteristik
Bau
Rasa
Warna
Kadar Lemak
Kadar padatan tanpa lemak, %
(bobot/boot)min
Uji reduktase dengan methilen biru
Kadar Protein, %( bobot/boot)min
Cara Pengujian
Khas
Khas
Organoleptik
Khas
Khas
Organoleptik
Khas
Khas
Organoleptik
2,80 %
1,5 %
SP-SMP-248-1980
7,7 %
7,5 %
SP-SMP-249-1980
SP-SMP-251-1980
2,5 %
2,5
SP-SMP-791975
%
Uji fosfadase
T.P.C. (Total Plate Count), ml,maks.
3 x 104
SP-SMP-250-1980
SP-SMP- 93- 1975
3x
104
Coliform presumptive MPH/ml,
maks.
Logam berbahaya :
- As maks
10
10
1 ppm
- Pb maks
ppm
1 ppm
- Cu maks
1
2 ppm
- Zn maks
5 ppm
ppm
2
Depkes S.I. 7
SP-SMP-197- 1977
Depkes S.I. 7
SP-SMP-247- 1980
ppm
5
ppm
Bahan Pengawet
Pemantap
Zat Pewarna
Zat Penyedap Cita Rasa
SP-SMP-190- 1977
AOAC 25136-25142
Sesuai
dengan
peraturan
Mentari
Kesehatan
5. Susu UHT
SNI 01-3950-1998 untuk Standar Mutu Susu UHT :
Jenis Uji
O
1
Keadaan :
1,
- Warna
1
1,
- Bau
Satuan
A*
B*
label
label
2
1,
-Rasa
3
2
Protein
% b/b
Lemak
% b/b
Bahan Kering
% b/b
tanpa
Lemak
Persyaratan
label
Khas, normal sesuai
label
Khas, normal sesuai
label
label
Min. 2,7 %
Min. 2,4 %
Min. 3,0 %
Min 2,0 %
Min. 8,0 %
Tidak dipersyaratkan
Total Padatan
Pewarna
Tambahan
Cemaran
7,
Logam
- Timbal (Pb)
Mg/kl
1
7,
- Tembaga (Cu)
Mg/kl
2
7,
- Seng (Zn)
Mg/kl
3
7,
- Timah (Sn)
Mg/kl
4
7,
- Raksa (Hg)
Mg/kl
Tidak dipersyaratkan
Min. 12 %
Tidak dipersyaratkan
Sesuai
5
8
9
9.
1
Cemaran Arsen
Cemaran
Mikroba
Angka lempeng
Koloni/g
total
Ket : A = Susu UHT Tawar
B = Susu UHT yang diberi penyedap rasa
6. Susu Bubuk
SNI 01-2970-1999 untuk Standar Mutu Susu Bubuk :
Syarat
N
O
Kriteria Mutu
satuan
KEADAAN
Bau
Rasa
Keadaan Air
%b/b
Susu
Susububuk
bubuk
kjurang
berlemak
lemak
Susububuk
bebas lemak
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Maks. 4,0
Maks. 4,0 %
Maks. 4,0 %
%
3
Abu
Maks. 6,0
Maks. 9,0 %
Maks. 9,0 %
Maks. 1,5 %
%
4
Lemak
%b/b
Min. 2,0 %
%
5
Protein (N x 6,3)
Pati
Cemaran Logam
mg/
**
- Tembaga (Cu)
- Timbal (Pb)
- Seng (Zn)
- Raksa (Hg)
-timah
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Cemaran Arsen
mg/kg
Min. 25,0
Min. 26.0 %
Min. 34.0 %
Tidak Nyata
Tidak Nyata
Maks. 20
Maks 20
Maks. 20
mg/kg
Maks. 3
mg/kg
Maks. 3
mg/kg
Maks. 40
mg/kg
Maks. 40
mg/kg
Maks. 3 mg/kg
Maks.
mg/kg
Maks.0,03
mg/kg
Maks.0,03mg/
mg/kg
Maks. 0,1
kg
Maks. 0,1
mg/kg
mg/kg
Maks.
Maks. 5x104
Maks.10
<3
Maks. 1x102
%
Tidak
Nyata
**
20mg/kg
Maks.0,03mg/
kg
Maks. 0,1
mg/kg
Cemaran
mikroba angka
lempeng total
Bakteri colliform
Escherisia coli
Staphylococcus
aureus
Salmonella
Koloni/g
APM/g
APM/g
Koloni /
g
Koloni/1
00gr
5x10
Maks.10
<3
Maks.
1x102
negatif
negatif
PEMALSUAN SUSU
Maks. 5x104
Maks.10
<3
Maks. 1x102
Negatif
Kualitas dari susu perlu diperhatikan agar tidak merusak kandungan dari susu
tersebut. Di dalam kondisi lapang, banyak sekali ditemukan kecurangan dengan
memalsukan maupun menambahkan larutan atau zat ke dalam susu. Di Indonesia,
susu masih merupakan komoditi peternakan yang terbilang mewah. Pemalsuan
seperti ini dilakukan dengan penambahan larutan formalin ke dalam susu.
DAFTAR PUSTAKA
Nurwantoro dan Mulyani. 2003. Buku Ajar Dasar Teknologi Hasil Ternak.
Universitas Diponegoro
Sirait, Celly. H. 2001 . Telur dan Pengolahannya
Pengembangan Peternakan, Bogor.
Pusat
Penelitian
dan
Subangkit, Mulyono. 1996. Biokimia Nutrisi jilid I. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Suprijatna, E. et al. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeryono Soekanto. 1998. Kimia dasar. Edisi Pertama. Penebar swadaya. Yogyakarta
Stewart, G.F. dan Abbott, J.C. 1972. Marketing Eggs and Poultry. Food Agriculture
Organization of The United Nation.
Syarief, R dan Irawati. 1990. Pengetahuan Bahan Pangan untuk Industri Pertanian.
PT. Medratama Sarana Prakasa, Jakarta.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta